Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan Beberapa Tetua Betina Dan Jantan Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muell. Arg.) Sebagai Klon Unggul Penghasil Lateks Dan Lateks Kayu

(1)

SELEKSI PROGENI F1 HASIL PERSILANGAN BEBERAPA TETUA BETINA DAN JANTAN TANAMAN KARET (Hevea brassiliensis Muell. Arg.) SEBAGAI KLON

UNGGUL PENGHASIL LATEKS DAN LATEKS KAYU

SKRIPSI

OLEH :

AMORRITO SURBAKTI 100301163

AGROEKOTEKNOLOGI PEMULIAAN TANAMAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015


(2)

SELEKSI PROGENI F1 HASIL PERSILANGAN BEBERAPA TETUA BETINA DAN JANTAN TANAMAN KARET (Hevea brassiliensis Muell. Arg.) SEBAGAI

KLON UNGGUL PENGHASIL LATEKS DAN LATEKS KAYU

SKRIPSI

OLEH :

AMORRITO SURBAKTI 100301163

AGROEKOTEKNOLOGI PEMULIAAN TANAMAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015


(3)

JUDUL : Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan Beberapa Tetua Betina

dan Jantan Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg.)

Sebagai Klon Unggul Penghasil Lateks dan Lateks Kayu

NAMA : AMORRITO SURBAKTI

NIM : 100301163

PRODI : AGROEKOTEKNOLOGI

MINAT : PEMULIAAN TANAMAN

Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing Skripsi

Ketua Anggota


(4)

ABSTRACT

AMORRITO SURBAKTI, 2015 :Some Progeny Selection F1 Female Parental crossing with Some Male Parental of rubber plant (Hevea brassiliensis Muell Arg.). Supervised by Rosmayati and Luthfi A. M Siregar.

The research has done in ± 54 m above sea level at Balai Penelitian Sungei Putih, Pusat Penelitian Karet, Galang, Deli Serdang-North Sumatera Province. The research held in February to July 2014. The objective of this research is to knowing the direct effect and indirect effect of each independent variable on the dependent variable and get the best progeny based on potential of latex yield characteristic, timber yield characteristic and latex-timber yielding resulted from 2006-2008 hand pollination. The research consist of three populations, Population A from 2006 hand pollination with 34 progenies about 8 years, population B from 2007 hand pollination with 19 progenies about 7 years, and population C from 2008 hand pollination with 12 progenies about 6 years. The research is done by measuring coefisien varians, correlation, regression, path analysis, 10 % and 1 % selection intensity, and two line pattern.

The research showed girth and bark thickness had direct effect for 2006 hand pollination. Girth and bark thickness had direct effect for 2007 hand pollination. Girth and bark thickness had direct for 2008 hand pollination. Component timber yield girth and height of primary branches direct effect for 2006, 2007 and 2008 hand pollination if compared with other characters. Based on selection latex yield are 144/06 and 143/06 (intensity 10% and 1%),based on selection timber yield with intensity 10 % and 1% are 8/06,75/06 and 10/06. Based on selection latex yield are 83/07 and 4/07 (intensity 10% and 1%), based on selection timber yield with intensity 10 % and 1% are 91/07 and 4/07. Progeny 4/07 is potential progeny as latex and timber yield for 2007 hand pollination. Based on selection latex yield are 172/08 (intensity 10% and 1%), based on selection timber yield with intensity 10 % and 1% are 172/08 and 173/08. Progeny 172/08 potential as latex and timber yielding for 2008 hand pollination.


(5)

ABSTRAK

AMORRITO SURBAKTI, 2014 :Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan Beberapa Tetua Betina dan Beberapa Tetua Jantan Sebagai Klon Unggul Penghasil Lateks

dan Lateks Kayu pada Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell

Arg.).Dibimbing Rosmayati dan Luthfi A. M. Siregar.

Penelitian ini telah dilaksanakan di Balai Penelitian Sungei Putih, Pusat Penelitian Karet Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat ± 54 m dpl dari bulan Februari – Juli 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung dari setiap peubah bebas terhadap peubah tidak bebas dan mendapatkan progeni terbaik berdasarkan karakteristik potensi lateks, kayu dan lateks-kayu dari hasil persilangan tahun 2006-2008. Penelitian terdiri atas tiga persilangan diantara hasil persilangan 2006 dengan 34 progeni, hasil persilangan 2007 dengan 19 progeni, dan hasil persilangan 2008 dengan 12 progeni. Pengukuran penelitian ini dilakukan dengan menghitung koefisien keragaman, korelasi, regresi, sidik lintas, seleksi pada intensitas 10% dan 1%, dan sebaran dua arah.

Hasil penelitian menunjukkan persilangan 2006 lilit batang dan tebal kulit berpengaruh langsung terhadap produksi lateks. Persilangan 2007 lilit batang dan tebal kulit berpengaruh langsung. Persilangan 2008 lilit batang dan diameter pembuluh berpengaruh langsung untuk komponen pendukung produksi lateks. Persilangan 2006, 2007 dan 2008 lilit batang dan tinggi cabang pertama berpengaruh langsung untuk komponen pendukung hasil kayu. Hasil seleksi persilangan 2006 diperoleh progeni penghasil lateks 144/06 dan 143/06 (intensitas 10% dan 1%), progeni penghasil kayu 8/06, 75/06, 10/06 (intensitas 10% dan 1%). Hasil seleksi persilangan 2007 diperoleh progeni penghasil lateks 83/07 dan 4/07 (intensitas 10% dan 1%), progeni penghasil kayu 91/07 dan 4/07 (intensitas 10% dan intensitas 1%) dan progeni penghasil lateks-kayu 4/07.Hasil seleksi persilangan 2008 diperoleh progeni penghasil lateks 172/08 (intensitas 10% dan 1%), progeni penghasil kayu 172/08 dan 173/08 dan progeni penghasil lateks-kayu 172/08 .


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 14 September 1992 dari ayah Mudiarto Surbakti dan ibu Riati Napitupulu. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah SD Swasta Methodist Berastagi lulus pada tahun 2004, SMP Swasta Methodist Berastagi lulus pada tahun 2007 dan tahun 2010 penulis lulus dari SMA Swasta Methodist Berastagi dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Nasional (SNMPTN). Penulis memilih jurusan Agroekoteknologi minat Pemuliaan Tanaman.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kebun Bukit Lima PTPN IV, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara pada bulan Juli – Agustus 2013 dan Penelitian di Balai Penelitian Sungei Putih – Pusat Penelitian Karet, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara pada bulan Februari – Juli 2014.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan Beberapa Tetua Betina dan Beberapa Tetua Jantan Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg.)”yang merupakan salah satu

syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada Ibu Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS. selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Luthfi A.M. Siregar ,SP, MSc, PhD. selaku anggota komisi pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Mudiarto Surbakti dan Ibunda Riati Napitupulu atas dukungan dan motivasi baik moril maupun materil, kepada adik saya tersayang Agigrasia Surbakti dan Bienitta serta seluruh keluarga besar Sarah Pia Desideria Panjaitan atas doa, semangat dan kasih sayangnya. Kawan terbaik selama penelitian Sulvizar Musranda SP dan Sigit Aditya SP atas kerjasama tim dan dukungannya. Kepada Syarifa Lubis SP, Sayurandi SP, Andre SP,Vina dan Pak Surip yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuan selama penulis melaksanakan penelitian di Balai Penelitian Sungai Putih dan juga kepada seluruh teman-teman mahasiswa/i Agroekoteknologi angkatan 2010 dan teman-teman minat Pemuliaan Tanaman 2010 yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan


(8)

skripsi ini.Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang memerlukan.

Medan, April 2015


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian... 4

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 5

Pemuliaan Tanaman Karet ... 6

Seleksi Tanaman F1 ... 8

Komponen Pendukung Produksi Lateks ... 9

Komponen Pendukung ProduksiKayu ... 11

Faktor-faktor Lain yang Mempengaruhi Produksi ... 12

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ... 14

Bahan dan Alat ... 14

Metode Penelitian... 15

Hubungan antara Hasil dan Komponen Hasil ... 15

Seleksi Genotipe... 17

Analisis Data ... 19

PELAKSANAAN PENELITIAN PersiapanAreal ... 20

Sensus Tanaman ... 20

Penentuan Batas Plot Hasil Persilangan ... 20

Membuat Batas Tinggi Penyadapan ... 20

Pengambilan Sampel Kulit ... 20

Menggambar Bidang Sadap ... 20

Buka Alur Sadap ... 20


(10)

Lilit Batang ... 21

Tebal Kulit ... 21

Tinggi Tanaman ... 21

Tinggi Cabang Pertama ... 21

Jumlah Cabang Pertama ... 21

Volume Kayu ... 21

Jumlah Pembuluh Lateks ... 22

Diameter Pembuluh Lateks ... 22

Indeks Penyumbatan ... 22

Produksi Lateks ... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan komponen hasil dan produksi lateks persilangan 2006 .... 23

Hubungan komponen hasil dan volume kayu persilangan 2006 ... 24

Seleksi potensi lateks, kayu dan lateks-kayu persilangan 2006 ... 26

Hubungan komponen hasil dan produksi lateks persilangan 2007. ... 28

Hubungan komponen hasil dan volume kayu persilangan 2007 ... 30

Seleksi potensi lateks, kayu dan lateks-kayu persilangan 2007 ... 31

Hubungan komponen hasil dan produksi lateks persilangan 2008. ... 33

Hubungan komponen hasil dan volume kayu persilangan 2008 ... 35

Seleksi potensi lateks, kayu dan lateks-kayu persilangan 2008 ... 37

Pembahasan ... 39

KESIMPULAN Kesimpulan ... 47

Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Tetua betina dan jantan persilangan 2006, 2007 dan 2008 ... 15

2. Analisis korelasi produksi lateks persilangan 2006 ... 24

3. Analisis korelasi volume kayu persilangan 2006 ... 25

4. Analisis korelasi produksi lateks persilangan 2007 ... 29

5. Analisis korelasi volume kayu persilangan 2007 ... 31

6. Analisis korelasi produksilateks persilangan 2008 ... 34


(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Diagram lintas produksi lateks persilangan 2006 ... 24

2. Digram lintas volumekayupersilangan 2006 ... 26

3. Pola penyebaran progeni persilangan 2006 berdasarkan produksi lateks. 26 4. Pola penyebaran progenipersilangan 2006 berdasarkan volume kayu ... 27

5. Sebaran dua arah produksi lateksdan volume kayupersilangan 2006 ... 28

6. Diagram lintas produksi lateks persilangan 2007 ... 29

7. Digram lintas volume kayu persilangan 2007 ... 31

8. Pola penyebaran progeni persilangan 2007 berdasarkan produksi lateks. 32 9. Pola penyebaran progeni persilangan 2007 berdasarkan volume kayu .... 32

10. Sebaran dua arahproduksi lateks dan volume kayu persilangan 2007 ... 33

11. Diagram lintas produksi lateks persilangan 2008 ... 35

12. Digram lintas volume kayu persilangan 2008 ... 36

13. Pola penyebaran progeni persilangan 2008 berdasarkan produksi lateks. 37 14. Pola penyebaran progeni persilangan 2008 berdasarkan volume kayu .... 38


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal. 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 50

2. Prosedur pengamatan jumlah dan diameter pembuluh lateks ... 51

3. Analisis statistik beberapa peubah yang diamati dari hasil persilangan...52

4. Hasil pengamatan progeni hasil persilangan 2006 ... 53

5. Hasil pengamatan progeni hasil persilangan 2007 ... 55


(14)

ABSTRACT

AMORRITO SURBAKTI, 2015 :Some Progeny Selection F1 Female Parental crossing with Some Male Parental of rubber plant (Hevea brassiliensis Muell Arg.). Supervised by Rosmayati and Luthfi A. M Siregar.

The research has done in ± 54 m above sea level at Balai Penelitian Sungei Putih, Pusat Penelitian Karet, Galang, Deli Serdang-North Sumatera Province. The research held in February to July 2014. The objective of this research is to knowing the direct effect and indirect effect of each independent variable on the dependent variable and get the best progeny based on potential of latex yield characteristic, timber yield characteristic and latex-timber yielding resulted from 2006-2008 hand pollination. The research consist of three populations, Population A from 2006 hand pollination with 34 progenies about 8 years, population B from 2007 hand pollination with 19 progenies about 7 years, and population C from 2008 hand pollination with 12 progenies about 6 years. The research is done by measuring coefisien varians, correlation, regression, path analysis, 10 % and 1 % selection intensity, and two line pattern.

The research showed girth and bark thickness had direct effect for 2006 hand pollination. Girth and bark thickness had direct effect for 2007 hand pollination. Girth and bark thickness had direct for 2008 hand pollination. Component timber yield girth and height of primary branches direct effect for 2006, 2007 and 2008 hand pollination if compared with other characters. Based on selection latex yield are 144/06 and 143/06 (intensity 10% and 1%),based on selection timber yield with intensity 10 % and 1% are 8/06,75/06 and 10/06. Based on selection latex yield are 83/07 and 4/07 (intensity 10% and 1%), based on selection timber yield with intensity 10 % and 1% are 91/07 and 4/07. Progeny 4/07 is potential progeny as latex and timber yield for 2007 hand pollination. Based on selection latex yield are 172/08 (intensity 10% and 1%), based on selection timber yield with intensity 10 % and 1% are 172/08 and 173/08. Progeny 172/08 potential as latex and timber yielding for 2008 hand pollination.


(15)

ABSTRAK

AMORRITO SURBAKTI, 2014 :Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan Beberapa Tetua Betina dan Beberapa Tetua Jantan Sebagai Klon Unggul Penghasil Lateks

dan Lateks Kayu pada Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell

Arg.).Dibimbing Rosmayati dan Luthfi A. M. Siregar.

Penelitian ini telah dilaksanakan di Balai Penelitian Sungei Putih, Pusat Penelitian Karet Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat ± 54 m dpl dari bulan Februari – Juli 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung dari setiap peubah bebas terhadap peubah tidak bebas dan mendapatkan progeni terbaik berdasarkan karakteristik potensi lateks, kayu dan lateks-kayu dari hasil persilangan tahun 2006-2008. Penelitian terdiri atas tiga persilangan diantara hasil persilangan 2006 dengan 34 progeni, hasil persilangan 2007 dengan 19 progeni, dan hasil persilangan 2008 dengan 12 progeni. Pengukuran penelitian ini dilakukan dengan menghitung koefisien keragaman, korelasi, regresi, sidik lintas, seleksi pada intensitas 10% dan 1%, dan sebaran dua arah.

Hasil penelitian menunjukkan persilangan 2006 lilit batang dan tebal kulit berpengaruh langsung terhadap produksi lateks. Persilangan 2007 lilit batang dan tebal kulit berpengaruh langsung. Persilangan 2008 lilit batang dan diameter pembuluh berpengaruh langsung untuk komponen pendukung produksi lateks. Persilangan 2006, 2007 dan 2008 lilit batang dan tinggi cabang pertama berpengaruh langsung untuk komponen pendukung hasil kayu. Hasil seleksi persilangan 2006 diperoleh progeni penghasil lateks 144/06 dan 143/06 (intensitas 10% dan 1%), progeni penghasil kayu 8/06, 75/06, 10/06 (intensitas 10% dan 1%). Hasil seleksi persilangan 2007 diperoleh progeni penghasil lateks 83/07 dan 4/07 (intensitas 10% dan 1%), progeni penghasil kayu 91/07 dan 4/07 (intensitas 10% dan intensitas 1%) dan progeni penghasil lateks-kayu 4/07.Hasil seleksi persilangan 2008 diperoleh progeni penghasil lateks 172/08 (intensitas 10% dan 1%), progeni penghasil kayu 172/08 dan 173/08 dan progeni penghasil lateks-kayu 172/08 .


(16)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tanaman karet (Hevea brasiliensis) telah lama dibudidayakan di Indonesia dan merupakan salah satu penghasil devisa yang besar. Budidaya tanaman karet banyak dikelola oleh rakyat, perusahaan milik negara, perkebunan swasta baik asing maupun nasional. Namun pada beberapa tahun terakhir, luas areal tanaman karet di perkebunan besar cenderung menurun karena tendensi harga yang kurang menarik jika dibandingkan dengan tanaman sawit. Namun demikian, sebenarnya tanaman karet masih memberikan keuntungan bila dibudidayakan dengan baik misalnya dengan menanam klon-klon unggul dan teknik penyadapan yang benar. (Sidabutar, 2005).

Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah (Damanik dkk., 2010).

Produksi karet alam dunia pada tahun 2011 telah mencapai 10,87 juta ton dan didominasi (94,34 %) oleh negara-negara Asia. Diantara negara produsen, Thailand, Indonesia, dan Malaysia menjadi tiga negara produsen utama dunia, masing-masing secara berurutan menghasilkan karet alam sebesar 3,70 juta ton (32,82%), 3,03 juta ton (27,86%) dan 0,996 juta ton (9,16 %) dari produksi karet alam dunia (Basyaruddin, 2012).

Indonesia merupakan negara produsen karet alam terbesar kedua didunia dengan pangsa ± 28%, sedikit dibawah Thailand. Permintaan karet alam kedepan masih cukup baik, karena didorong oleh pertumbuhan industri otomotif. Ditinjau dari pengusahaannya, sekitar 85% dari luas areal tanaman karet Indonesia (3,45 juta ha) merupakan perkebunan rakyat, yang sebagian besar belum menggunakan


(17)

benih unggul, demikian pula kondisi perkebunan rakyat tersebut banyak yang sudah tua/rusak sehingga tingkat produktivitasnya rendah (Ditjenbun, 2012).

Kemajuan pemuliaan (breeding progress) sangat tergantung kepada tersedianya sumber keragaman dan potensi genetik. Material populasi dasar yang ada sekarang berasal dari sumber keragaman yang dibawa oleh Wickham tahun 1876 dan hasil ekspedisi IRRDB ke Brasil pada tahun 1981. Potensi genetik ini telah dimanfaatkan para pemulia tanaman karet secara optimal, untuk menghasilkan klon – klon unggul baru yang lebih produktif serta adaptif terhadap lingkungan spesifik sehingga produktivitas klon lebih maksimal. Disamping keterbatasan sumber genetik, beberapa kendala masih dihadapi oleh para peneliti pemuliaan karet seperti rendahnya persentasi buah jadi dari persilangan buatan, efektifitas seleksi pada progeny F1, masalah juvenilitas bahan tanaman dari klon – klon yang dianjurkan, adanya pengaruh batang bawah terhadap potensi genetik klon, pembangunan dan pemeliharaan konservasi nutfah serta keterbatasan sumber dana penelitian (Aidi-Daslin,2005).

Salah satu komponen teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas tanaman pada usaha tani karet adalah penggunaan klon unggul baru. Klon karet unggul baru hasil seleksi Indonesia dilepas dengan menggunakan nama IRR (Indonesian Rubber Research) dengan beberapa seri, antara lain seri 00, 100, 200 dan 300. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, rata-rata hasil karet kering klon unggul tersebut mencapai 50 g/p/s. Dengan asumsi 1 ha terdapat 400 pohon, dengan jumlah hari sadap per tahun 100 hari, maka produktivitas yang dicapai sebesar 2 ton karet kering/ha/tahun (Lasminingsih,1989).

Kemajuan pemuliaan sangat tergantung kepada potensi dan ketersediaan sumber keragaman genetik. Untuk menciptakan keragaman genetik yang luas,


(18)

diantaranya melalui kegiatan persilangan buatan (hibridisasi) yang bertujuan untuk mendapatkan turunan yang memiliki sifat unggul (efek heterosis yang tinggi dari kedua tetuanya). Melalui proses hibridisasi, juga diharapkan munculnya beberapa genotipe baru yang mewarisi sifat tetuanya (heritabilitas yang tinggi). Tingkat keragaman genetik yang dihasilkan tergantung kepada hubungan kekerabatan genetik dari tetua yang digunakan dalam persilangan. Persilangan dengan kekerabatan jauh, diharapkan dapat menghasilkan turunan yang lebih unggul yang terekspresi melalui daya waris kepada keturunan pertamanya (Sayurandi dan Daslin,2011).

Tahapan kegiatan pemuliaan tanaman karet dimulai sejak perakitan genotipe unggul baru, kemudian dilanjutkan dengan pengujian tanaman F1 (seedling) yang di tanam di pembibitan dan hasil seleksi dari genotipe unggul baru digunakan sebagai bahan materi di pengujian Pendahuluan (UP) dan Plot Promosi (PP) selama 10-15 tahun. Hasil klon terbaik kemudian dievaluasi dan diseleksi kembali di Uji Lanjutan (UL) dan Uji Adaptasi (UA) sebelum klon-klon unggul baru dilepas sebagai bahan tanam komersial di perkebunan (Woelan, 2008).


(19)

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung dari setiap peubah bebas terhadap peubah tidak bebas

2. Mendapatkan progeni terbaik hasil persilangan beberapa tetua betina dan jantan tahun 2006-2008 berdasarkan karakteristik potensi lateks, kayu dan lateks-kayu.

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


(20)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Karet

Menurut Steenis (2003), tanaman karet termasuk dalamKingdom : Plantae ; Divisio : Spermatophyta ;Subdivisio : Angiospermae ; Class : Dicotyledoneae ;

Ordo: Euphorbiales ; Famili : Euphorbiaceae ; Genus : Hevea ; Spesies : Hevea brasiliensis Muell Arg.

Tanaman karet adalah anggota family Euphorbiaceae. Berbentuk pohon, tinggi 10-20 m, bercabang, dan mengandung banyak getah susu. Daun berselang-seling, tangkai daun panjang, 3 anak daun yang licin bertangkai, petiole pendek, hijau, dan memiliki panjang 3,5-30,0 cm. Helaian anak daun bertangkai pendek dan berbentuk elips atau bulat telur, pangkal sempit dan tegang, ujung runcing, sisi atas daun hijau tua dan sisi bawah agak cerah, panjangnya 5-35 cm dan lebar 2,5-12,5 cm (Sianturi, 2001).

Daun karet bewarna hijau dan terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Tanaman karet adalah tanaman berumah satu. Pada satu tangkai bunga yang berbentuk bunga majemuk terdapat bunga betina dan bunga jantan (Williams et al, 1980).

Buah tanaman ini beruang tiga dan jarang beruang empat atau enam, diameter buah 3-5 cm dan terpisah 3, 4 dan 6 cocci berkatup dua. Pericarp berbatok dan endocarp berkayu (Sianturi, 1996).

Buah jadi (fruit set) merupakan produk dari keberhasilan pesilangan secara alami maupun secara buatan. Satu buah karet biasanya mengandung tiga butir biji tetapi kadang-kadang ada yang empat biji. Biji karet dilindungi oleh epicarp (lapisan luar) dan endocarp (lapisan dalam). Epicarp berwarna hijau muda sedangkan endocarp berwarna putih pudar dan apabila buah telah masak fisiologis


(21)

epicarp akan berwarna hijau tua dan endocarp akan mengeras dan mengayu. Jika epicarp kering buah akan pecah dan melepaskan biji (Dijkman, 1951).

Proses pemasakan buah berlangsung selama 5-6 bulan. Musim panen biji berlangsung pendek, hanya ssekitar 1,5 bulan. Sedangkan daya kecambah biji sangat cepat berkurang, terutama bila penanganannya kurang baik (Setyamidjadja, 1993).

Biji karet memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi bergantung pada masing-masing tetua. Biasanya biji berbentuk bulat lonjong (ellips), panjang 14- 25 mm dan berat rata-rata 3,5 gram sampai 6 gram. Bentuk permukaan perut (ventral) biji agak rata dan punggung (dorsal) agak menonjol. Kulit biji biasanya keras, berkilat, dan berwarna cokelat atau cokelat keabu-abuan dengan banyak batik (mosaik) pada permukaan punggung tetapi sedikit atau tidak ada pada bagian perut (Webster dan Baulkwill, 1989).

Tanaman karet merupakan tanaman berumah satu (monoceous) yang bersifat unisexual yaitu, pada satu tanaman terdapat bunga betina (femineus) dan bunga jantan (masculus) yang letaknya terpisah (Dijkman, 1951).

Syarat Tumbuh Iklim

Tanaman karet tumbuh di dataran rendah, yang paling ideal adalah pada ketinggian 0-200 m dari permukaan laut. Pada ketinggian lebih dari 200 m dpl rataan pertumbuhan batang lebih lambat, penyebaran perkebunan karet di Indonesia terbanyak adalah hingga tinggi 400 m dpl. Pada ketinggian 400-600 m masih mungkin mengusahakan tanaman karet, lebih dari 600 m tidak dianjurkan untuk ditanami karet (Sianturi, 1996 ).


(22)

Daerah yang cocok untuk penanaman kaet adalah pada zona 15ºLS-15ºLU, bila tanaman berada diluar zona tersebut pertumbuhannya agak lambat sehingga memulai produksi pun lebih lambat. Curah hujan yang cocok untuk tanaman karet adalah tidak kurang dari 2000 mm, otimumnya antara 2500-4000 mm/tahun yang terbagi dalam 100-150 hari hujan (Setyamidjaja, 1993).

Suhu harian yang dinginkan tanaman karet adalah antara 25-30ºC. Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman karet adalah antara 6-700 m dpl.

Selain itu, tanaman karet menyenangi curah hujan yang cukup tinggi antara 2000-2500 mm / tahun. Kebutuhan sinar matahari juga cukup tinggi, dalam sehari

memerlukan 5-7 jam dengan intensitas yang cukup (Setiawan, 2000).

Tanah

Tanah yang dikehendaki adalah bersolum dalam, jarak lapisan lebih dari 1 m, permukaan air rendah yaitu ± 1 m. Sangat toleran terhadap keasaman tanah,

dapat tumbuh pada pH 3,8-8,0, tetapi pada pH yang lebih tinggi sangat menekan pertumbuhan (Sianturi, 2001).

Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah baik pada tanah vulkanis muda maupun vulkanis tua, aluvial dan bahkan tanah gambut. Tanah vulkanis umumnya memiliki sifat-sifat fisik yang cukup baik, tertutama dari segi tekstur, struktur, solum, kedalaman air tanah dan drainasenya. Akan tetapi sifat-sifat kimianya kurang baik karena kandungan haranya relatif rendah. Tanah tanah aluvial umumnya cukup besar, tapi sifat fisiknya terutama airase dan drainasenya kurang baik. Pembuatan saluran-saluran drainase akan menolong perbaikan tanah ini (Polthamus, 1982).


(23)

Menurut Setyamidjaja (1993) sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet sebagai berkut:

- Solum cukup dalam, sampai 100 cm atau lebih, tidak terdapat batu-batuan. - Airase dan drainase baik

- Remah, porus dan dapat menyimpan air

- Tekstur tanah terdiri dari atas 35 % liat dan 30 % pasir - Tidak bergambut, dan jika ada tidak lebih tebal dari 20 cm

- Kandungan unsur hara N, P dan K cukup dan tidak berkurang unsur mikro - pH 4,5-6,5

- Kemiringan tidak lebih dari 16 %

Pemuliaan Tanaman Karet 1.Persilangan

Persilangan pada tanaman karet dapat terjadi secara alami dan buatan. Untuk terjadinya persilangan secara alami diperlukan penataan klon secara baik pada pertanaman yang khusus dirancang untuk itu. Kesulitan dalam pemanfaatan biji silang alami adalah disebabkan tidak ada criteria yang dapat membedakan antara biji-biji hasil silang dalam dan silang luar (Woelan dan Azwar, 1990).

2.Seleksi Tanaman F1 (Genotipe)

Seleksi tanaman dilakukan pada tanaman F1 hasil persilangan ditanam di Seedling Evaluation Trial (SET) dengan jarak tanam yang digunakan 2x2 m. Seleksi individu dilakukan berdasarkan potensi produksi dan sifat-sifat pertumbuhan. Potensi produksi diamati dengan menggunakan metode sadap HMM (Hamaker Morris Man), dengan system sadap ½ sd 3 pada ketinggian 50cm (Woelan, 2008).


(24)

3. Pengujian Pendahuluan

Uji pendahuluan (UP) merupakan tahap kedua dalam siklus pemuliaan tanaman karet. Pada tahap ini, genotipe-genotipe hasil persilangan yang telah diseleksi pada Seedling Evaluation Trial diuji dan diseleksi kembali pada UP dalam skala kecil (10-20 tanaman/genotipe) dengan jarak tanam 4 x 5 meter dalam satu baris tanaman. Dari UP ini nantinya akan diperoleh klon-klon unggul harapan dengan nama seri IRR (Indonesian Rubber Research) (Suhendry, 2002).

4.Pengujian Lanjutan/Adaptasi

Pengujian lanjutan/adaptasi merupakan pengujian yang dilakukan untuk menguji klon harapan pada berbagai lingkungan. Berdasarkan pada analisis variansnya, akan diketahui ada tidaknya interaksi genotipe x lingkungan (g x e). Jika tidak terjadi interaksi g x e penentuan klon yang ideal sangat mudah untuk dilakukan, yaitu dengan memilih klon-klon harapan dengan rata-rata hasil yang lebih tinggi, namun apabila tidak terjadi interaksi g x e, hasil tertinggi suatu klon pada suatu lingkungan tertentu belum tentu memberikan hasil yang tertinggi pula pada lingkungan yang berbeda (Daslin dan Sayurandi, 2006).

5.Pengujian Plot Promosi

Dalam kegiatan pemuliaan tanaman karet lamanya satu siklus tanaman karet merupakan kendala untuk dapat menghasilkan klon-klon unggul baru. Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk mempersingkat siklus tanaman tersebut adalah dengan melakukan pengujian Plot Promosi. Pengujian plot promosi adalah pengujian yang dipercepat dengan memanfaatkan materi genetik hasil seleksi 1% pada tanaman seedling. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan klon unggul baru melalui pengujian ini dapat dipersingkat menjadi 15-20 tahun


(25)

6.Klon Karet Anjuran

Klon anjuran komersial adalah klon unggul yang dianjurkan untuk pengembangan komersial yang menuruat Undang-Undang No. 12 tahun 1992 disebut sebagai Benih Bina dan pelepasannya dilakukan secara resmi melalui Surat Keputusan Menteri (Woelan, 2008).

Seleksi progeny dari hasil persilangan, didasarkan kepada beberapa sifat penting yang meliputi a) potensi hasil lateks, b) pertumbuhan tanaman, c) ketahanan terhadap penyakit, dan d) beberapa karakteristik sekunder yang menguntungkan. Untuk mempersingkat waktu seleksi, metode evaluasi yang diperkenalkan oleh Hamaker Moris Mann (Djikman, 1951) yaitu biji F1 disadap dengan system penyadapan ½ sd/3 pada ketinggian 50 cm dari pertautan okulasi. Seleksi pada populasi F1 dilakukan terhadap progeny-progeni yang memiliki potensi hasil dan sifat sekunder yang baik, dengan intensitas seleksi 1%. Progeni terpilih diperbanyak secara okulasi untuk material dalam pengujian plot promosi.

Jumlah dan Pembuluh Lateks

Lateks merupakan cairan yang berwarna putih atau putih kekuning kuningan. Lateks terdiri dari partikel karet dan bukan karet yang terdispersi di dalam air (Triwijoso dan Siswantoro,1989). Sedangkan menurut Goutara, et al. (1985), lateks merupakan sistem koloid dimana partikel karet yang dilapisi oleh protein dan fosfolipid terdispersi didalam air. Protein dilapisan luar memberikan muatan negatif pada partikel. Lateks merupakan suatu dispersi butir-butir karet dalam air, dimana di dalam dispersi tersebut juga larut beberapa garam dan zat organik, seperti zat gula, dan zat protein (Lie, 1964). Menurut Suparto (2002), lateks Hevea terdiri dari karet, resin, protein, abu, gula, dan air dengan komposisi seperti terlihat pada tabel 1.


(26)

Tabel 1. Komposisi Kimia Lateks Hevea

Jenis Komponen

Komposisi (%)

Karet 30 – 35

Resin 0,5 – 1,5

Protein 1,5 – 2,0

Abu 0,3 – 0,7

Gula 0,3 – 0,5

Air 55 – 60

Lateks diproduksi di dalam pembuluh laticifer, pembuluh tersebut

terdapat di bawah permukaan kulit batang di dalam jaringan (Cornish et. al. 1993; Nicole et. al. 1986). Sintesis lateks berlangsung melalui

siklus asam mevalonat dan merupakan suatu sistem yang sangat kompleks. Lateks terdiri hidrokarbon (poliisoprena), karbohidrat, protein, lipid, karotenoid,

garam-garam mineral, enzim, dan berbagai bahan lainnya (Barney 1973 dalam Putri, 2005).

Komponen-komponen dalam lateks dapat dipisahkan dengan cara sentrifugasi pada kecepatan 17.000 rpm selama 45 sampai 60 menit yang akan memisahkan lateks menjadi tiga bagian utama, yaitu fraksi karet, fraksi serum, dan fraksi dasar (Putri, 2005). Fraksi karet merupakan lapisan yang paling atas. Fraksi ini berwarna putih susu dan mengandung sekitar 36% hidrokarbon berupa molekul cis-1,4-poliisoprena yang berbentuk bulat berukuran 5 nm - 3 µm (d’Auzac & Jacob, 1989). Partikel karet tersebut dikelilingi oleh fosfolipoprotein membran yang bermuatan negatif dan berperan menjaga stabilitasnya. Fraksi ini juga mengandung bahan bukan karet seperti fosfolipida, lemak, lilin, protein, logam-logam (Ca, Mg, dan Cu), dan enzim rubber transferase yang berfungsi dalam pembentukkan partikel karet (poliisoprena).


(27)

Fraksi tengah adalah fraksi serum C (serum sitosol) yang berupa cairan bening, kaya akan protein dan mudah teroksidasi sehingga warnanya dapat berubah menjadi coklat bila disimpan dalam wadah terbuka. Dalam fraksi dasar, terdapat partikel lutoid yang bersifat kental seperti gelatin dan diselubungi oleh membran semipermeabel yang berisi cairan serum B. Cairan B ini mengandung

ion-ion kalsium dan magnesium yang bermuatan positif. (d’Auzac & Jacob 1989 dalam Putri, 2005).

Secara umum, kulit batang karet dapat dibedakan menjadi kulit keras dan kulit lunak. Kulit keras biasanya terdiri dari sel-sel batu, yang jumlahnya lebih banyak pada bagian luar dan menurun ke arah pusat batang. Antara sel-sel batu terdapat jaringan parenkim, dan ke arah pusat juga tersebar pembuluh lateks, tempat berlangsungnya biosintesis lateks. Kulit lunak terdiri dari jaringan parenkim dan pembuluh lateks. Biasanya pembuluh lateks akan semakin banyak ke arah pusat atau ke arah kambium. Pengirisan kulit semakin mendekati kambium akan semakin banyak mengeluarkan lateks, namun apabila mendekati kambium dan kayu akan mengakibatkan buruknya kulit pulihan. Oleh karena itu penyadapan baik memiliki kedalaman berjarak 1-1,5 mm dari kambium (Dijkman 1951; Riches & Gooding 1952; Junaidi & Kuswanhad, 1992).

Faktor kritis yang membatasi produksi karet adalah lama aliran lateks setelah penyadapan, regenerasi lateks antara dua penyadapan dan produksi sel pembuluh lateks dari kambium vaskuler (Jacob et al, 1989; Hao & wu, 2004). Lama aliran lateks setelah penyadapan sangat ditentukan oleh penyumbatan luka pada sel pembuluh lateks, dan kestabilan lutoid sangat berperan dalam hal ini. Terdapatnya radikal bebas oksigen toksik dapat merusak struktur membrane lutoid, sehingga menyebabkan keluarnya kation-kation dan enzim-enzim yang


(28)

terdapat dalam lutoid. Hal ini mengarah pada terjadinya koagulasi lateks dan berhentinya aliran lateks (Cai & Xiao, 2004).

Lateks didapat dengan cara menyadap atau melukai kulit batang tanaman karet hingga pembuluh latificer terbuka dan lateks dapat mengalir ke tempat penampungan seperti yang terlihat pada gambar 2. Lateks yang diperoleh dari cara penyadapan tidak saja berasal dari sel-sel pembuluh lateks yang dilukai tetapi merupakan kumpulan lateks yang mengalir dari daerah aliran lateks. Lamanya aliran lateks ditentukan oleh besarnya tekanan turgor dalam pembuluh lateks dan kecepatan koagulasi pada alur sadap. Kandungan osmotikum yang tinggi serta diimbangi oleh tersedianya air yang cukup merupakan kondisi ideal agar tekanan turgor mencapai maksimum. Lateks berada dalam pembuluh lateks pada tekanan turgor 10-14 atmosfer. Setelah pohon disadap tekanan turgor menurun dan air dari sel-sel tetangga menembus dinding sel pembuluh lateks sehingga lateks mengalir sepanjang irisan sadap (Sumarmadji, 1999). Tingkat produksi tertinggi yang dapat dicapai masing-masing klon unggul berbeda tergantung pada sistem eksploitasi yang optimal untuk menghasilkan produksi tertinggi, sebagian klon bersifat responsif terhadap perlakuan stimulasi etepon dan sebagiannya lagi bersifat tidak responsif terhadap perlakuan stimulasi (Sumarmadji, 2004).

Proses yang terlibat dalam biosintesis dan regenerasi lateks dikontrol oleh beberapa tahap metabolit penting yaitu transpor sukrosa ke dalam pembuluh lateks, regulasi aktivitas enzim untuk sintesis lateks, ketersediaan energy, dan mekanisme yang berkaitan dengan fenomena penuaan dan detoksifikasi pembuluh lateks (Mesquita et al, 2006). Hubungan linier multiklonal antara produksi karet dan luas daerah regenerasi lateks menunjukkan bahwa untuk regenerasi 1 gr karet kering memerlukan rata-rata 100 cm2 luas regenerasi lateks, dan untuk setiap 50 gr


(29)

karet kering yang diperoleh selama penyadapan diperlukan waktu tiga hari untuk regenerasi lateks (Jacob, 1970; Slipi et al, 2004).

Di antara berbagai sifat struktural, jumlah pembuluh lateks merupakan sifat yang paling penting yang berkaitan dengan hasil lateks (Gomez, 1982). Jumlah pembuluh lateks ditentukan oleh kemampuan cambium vaskuler untuk menghasilkan sel pembuluh lateks. Studi baru-baru ini menunjukkan bahwa produksi sel pembuluh lateks dari kambium vaskuler dapat diinduksi oleh asam jasmonat. Hasil ini mengisyaratkan bahwa diferensiasi sel pembuluh lateks mungkin diregulasi oleh asam jasmonat endogen (Hao & wu, 2004). Eksploitasi lateks juga merupakan salah satu faktor penting lain yang mempengaruhi pembentukan sel pembuluh lateks.


(30)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kebun Percobaan Pusat Penelitian Karet Sungai Putih, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian ± 54 m dpl. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret 2014 sampai dengan bulan Juni 2014.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman karet hasil persilangan 2006-2008 antara beberapa tetua betina dengan beberapa tetua jantan berumur 6 tahun sebanyak 66 projeni yang ditanam dengan jarak 2 m x 2 m.

Tabel.2 Tetua Betina dan Jantan Persilangan Tahun 2006

Tabel.3 Tetua Betina dan Jantan Persilangan Tahun 2007

No. Tetua Jumlah

1 IAN 873 X PN 3964 3

2 IAN 873 X PN 5514 2

3 IAN 873 X PN 3964 1

1

4 RRII 105 X PN 5514

5 IAN 873 X PN 3500 17

6 IRR 220 X PB 260 2

7 RRII 105 X PB 260 2

8 IAN 873 X PN 3963 1

9 10

PB 260 X RRIc 131 3

IAN 873 X PN 5514 1

11 IAN 873 X PN 260 1

Jumlah 34

No. Tetua Jumlah

1 PB 260 x IRR 200 2

2 PB 260 x RRim 921 5

3 PB 260 X RRIc 100 3

4

4 IRR 220 X PB 340

5 IRR 105 X PB 260 3

6 PB 260 X IRR 118 2


(31)

Tabel.4 Tetua Betina dan Jantan Persilangan Tahun 2008

Cat minyak, larutan FAA (campuran dari 10 ml Formalin 37-40% + 5 ml Acetic Acid + 70 ml Ethanol absolut dan 15 ml aquadest), KOH 15%, HNO3 32,5 %,

Alkohol 70%, Sudan III, Acetol, Glyserin dan bahan lainnya yang diperlukan untuk penelitian ini.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran, kuas, palu, cork borrer, spidol, alat pengukut ketebalan kulit, kawat, talang, mangkok, mal bidang sadap, magnetic stirrer, pisau silet, object glass, cover glass, mikroskop, mikro pipet, pisau sadap, batu asah, ember plastik, gelas ukur, timbangan Metler, alat tulis dan alat-alat lainnya yang dapat membantu penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan melakukan pengukuran terhadap: nilai tengah (median), rata-rata (mean), modus, simpangan baku, koefisien keragaman (KK), kisaran maksimum dan minimum untuk semua parameter pengamatan yaitu lilit batang, tebal kulit, tinggi tanaman, tinggi cabang pertama, jumlah cabang pertama, jumlah dan diameter pembuluh lateks, produksi lateks, kadar karet kering, produksi kayu, volume kayu total, indeks penyumbatan, kecepatan aliran lateks.

Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui sejauh mana ketergantungan atau hubungan beberapapeubah bebas (Xi) denganpeubah tidak

bebas (Y) dengan persamaan regresi sebagai berikut:

No. Tetua Jumlah

1 IRR 42 5

2 pm 10 x PB 260 1

3 IRR 105 X RRic 100

RRic 131 X PB 260

1 5 5


(32)

Persamaan regresi untuk produksi lateks dan volume kayu :

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + .…. +bnXn

b0, b1,…, bn : koefisien regresi

Peubah yang diamati untuk produksi lateks yaitu: X1 : Lilit batang

X2 : Tebal kulit

X3 : Jumlah pembuluh lateks

X4 : Diameter pembuluh lateks

X5 : Indeks Penyumbatan

Y :Produksi lateks

Peubah yang diamati untuk volume kayu yaitu: X1 : Lilit batang

X2 : Tebal kulit

X3 : Tinggi tanaman

X4 : Tinggi cabang pertama

X5 : Jumlah cabang pertama

Y :Volume kayu

Intensitas seleksi adalah persentase luas dari bagian kurva penyebaran normal yang nilai x (parameter) lebih besar dari Z (= nilai x dalam simpangan baku). Untuk intensitas seleksi 10% dan 1% nilai Z>30 sampel adalah masing-masing 1,28 : 2,32. Selanjutnya batas nilai terpilih (X) dapat ditentukan dari rumus:

x-x Z = Sd


(33)

Dimana Z = 1,28 : 2,32 masing-masing untuk intensitas seleksi 10% dan 1% X = batas minimum untuk parameter yang diseleksi

X = rata-rata parameter seleksi Sd = Simpangan baku

Sudjana (2001) menyatakan bahwa uji Z digunakan apabila populasi ≥ 30 sampel, sementara untuk populasi ≤ 30 dapat menggunakan uji t. Hal ini diperjelas oleh William Sealy Gosset, 1876-1937 dalam buku Steel dan Torrie

(1989) ia melihat bahwa pengganti σ dengan s dalam perhitungan nilai-nilai Z

tidak dapat dipercaya untuk contoh-contoh berukuran kecil, dan oleh karena itu diperlukan tabel lain. Peubah yang berhubungan erat dengan peubah t = (Ŷ -µ)/sy,

sebuah bentuk yang melibatkan statistik Ŷ dan sy, dan bukan dengan Z = (Ŷ-µ)/σy.

Bila derajat bebasnya semakin besar, maka sebaran bagi t semakin mendekati normal. Hal ini dapat dilihat dalam tabel t dimana nilai db = ∞ pada taraf 10% dan 1% sama dengan nilai-nilai sebaran normal pada tabel Z yaitu 1,28 dan 2,32.

Dalam sudjana (1989), untuk melihat hubungan antara parameter yang diamati dengan produksi, maka diuji berdasarkan analisa korelasi sebagai berikut:

n∑xiyi - (∑xi)(∑yi)

r =

√{n∑xi 2 - (∑xi)2} {n∑yi 2 - (∑yi)2}

Untuk menentukan tanaman unggul digunakan kreteria seleksi berdasarkan produksi lateks, pertambahan lilit batang dan jumlah pembuluh lateks serta sifat skunder lainnya.

Untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung dari setiap peubah bebas terhadap peubah tidak bebas, digunakan analisis lintas untuk hasil lateks dengan metode matriks sebagai berikut:


(34)

r1y r11 r12 r13 r14 r15 p1y

r2y r21 r22 r23 r24 r25 p2y

r3y = r31 r32 r33 r34 r35 p3y

r4y r41 r42 r43 r44 r45 p4y

r5y r51 r52 r53 r54 r55 p5y

A B C

A = vektor koefisien korelasi antara peubah bebas Xi( i = 1,2,…n) dan peubah

tak bebas Y

B = matrik korelasi antara peubah bebas dalam model regresi berganda yang memiliki n buah peubah, merupakan matriks dengan elemen – elemen rij

C = vektor koefisien lintas yang menunjukkan pengaruh langsung dari setiap peubah bebas terhadap peubah tidak bebas


(35)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Areal

Membersihkan areal dari gulma-gulma dan rumput yang melilit batang tanaman karet untuk mempermudah mekukan kegiatan penelitian.

Sensus Tanaman

Untuk mengetahui jumlah populasi yang ada, maka dilakukan sensus tanaman yang meliputi jumlah tanaman yang hidup, kerdil dan mati. Tanaman yang hidup dinomori berdasarkan nomor hasil persilangan.

Penentuan Batas Plot Hasil Persilangan

Penentuan batas plot hasil persilangan dilakukan sebelum melaksanakan penelitian. Tujuannya agar lebih memudahkan membedakan batas antara satu plot dengan plot yang lain diberi tanda garis pembatas.

Gambar.1 Penentuan batas plot hasil persilangan (Sumber: dokumentasi pribadi)

Pembuatan Batas Tinggi Penyadapan

Batas tinggi bidang sadap dibuat dengan ketinggian 50 cm dari permukaan tanah. Batas tinggi penyadapan ini ditandai dengan menggunakan spidol dan cat.


(36)

Gambar.2 Pembuatan batas tinggi penyadapan (Sumber: dokumentasi pribadi)

Pengambilan Sampel Kulit

Pengambilan sampel kulit dilakukan dengan menggunakan cork borrer

dengan ketinggian diatas 50 cm diatas permukaan tanah. Kulit yang sudah di cork borrerdinomori sesuai dengan nomor pohon dan kemudian dimasukkan ke dalam larutan FAA.


(37)

Pengamatan Parameter Lilit Batang (cm)

Pengukuran lilit batang dilakukan 1 kali selama penelitian dengan menggunakan meteran pada ketinggian 50 cm dari permukaan tanah.

Tebal kulit (mm)

Pengukuran tebal kulit dilakukan 1 kali selama penelitian dengan menggunakan cork borrer. Pengukuran dilakukan dengan cara meletakkan ujung

cork borrer secara horizontal pada permukaan batang dan kemudian ditekan untuk mendapatkan nilai ketebalan. Pengukuran dilakukan dengan ketinggian 50 cm dari permukaan tanah.

Tinggi Tanaman (m)

Pengukurantinggi tanaman dilakukan 1 kali selama penelitian dengan menggunakan alat bantu berupa galah aluminium berskala dari permukaan tanah sampai ke titik tumbuh primer.

Tinggi Cabang Pertama (m)

Ketinggian cabang pertama diukur dengan menggunakan alat ukur galah berskala, yang diukur dari permukaan tanah sampai titik ke titik pangkal cabang pertama. Pengamatan dilakukan 1 kali selama penelitian.

Jumlah Cabang Primer (cabang)

Jumlah cabang pertama dihitung secara visual dengan memeperhatikan cabang hidup atau sedah kering (mati). Cabang yang dihitung adalah cabang yang masih hidup yang terdapat pada batang utama. Pengamatan dilakukan 1 kali selama penelitian.


(38)

Jumlah dan Diameter Pembuluh Lateks

Pengamatan jumlah dan diameter pembuluh lateks dilakukan dengan mengambil kulit dari lapangan, kemudian kulit diawetkan dalam larutan formalin acetid acid (FAA), setelah itu direndam dalam larutan KOH selama 1 jam, kemudian dicuci dengan akuadest selama 5 menit. Setelah itu direndam dalam larutan HNO3 selama 2 jam, dan dicuci dengan aquadest selama 5 menit.

Kemudian direndam dengan alkohol, dan setelah itu diiris secara vertikal dan horizontal. Irisan kulit direndam dalam larutan Sudan III sampai kulit merah. Kemudian diletakkkan pada object glass yang telah ditetesi dengan glyserin, dan

titutup dengan deck glass, lalu diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 10 dan 10 x 40.

Produksi (gr/ p/ s)

Produksi adalah produksi lateks yang dihasilkan oleh tanaman pada hari pengamatan dalam gr/ pohon/ sadap (gr/p/s). Pohon yang disadap adalah pohon yang memiliki lilit batang lebih dari 20 cm. Pengamatan ini dilakukan 1 kali dalam 3 hari dengan menggunakan sistem sadap 1/2s d/3.

Kadar Karet Kering (%)

Kadar karet kering diamati 1 kali dalam 1 bulan. Adapun rumus yang digunakan adalah :

KKK = x 100 %

Produksi Kayu (m3/pohon)

Menurut Wan Razali et al. (1983) untuk mendapatkan hasil pengukuran produksi kayu m3/pohon dapat menggunakan rumus:

V= 3,14 (Lilit Batang x 0,01) x Tinggi cabang


(39)

Kecepatan Aliran Lateks

Pengamatan kecepatan aliran lateks dilakukan sebanyak 1 kali dalam 1 bulan pengamatan sebelum diberi stimulan. Rumus yang digunakan adalah :

KA = x 50

Indeks Penyumbatan

Pengamatan indeks penyumbatan dilakukan 1 kali dalam 1 bulan pengamatan sebelum dilakukan stimulan. Adapun rumus yang digunakan adalah :


(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hubungan Komponen Hasil danProduksi Lateks Persilangan 2006

Kelima komponen hasil atau peubah bebas yang dianalisis diantaranya adalah lilit batang, tebal kulit, jumlah pembuluh, diameter pembuluh dan indeks penyumbatan terhadap peubah tidak bebas yaitu produksilateks, memiliki persamaan regresi sebagai berikut :

Ŷ = - 11.538 + 0.0427267 X1 + 2.50791 X2 + 0.493225 X3 + 0.164608 X4 -

0.102374 X5

R2 = 27.95% Keterangan:

Y : Produksi X3 : Jumlah Pembuluh

X1 : Lilit Batang X4: Diameter Pembuluh

X2 : Tebal Kulit X5 : Indeks Penyumbatan

Persamaan regresi berganda di atas menunjukkan lilit batang, tebal kulit, jumlah pembuluh, dan diameter pembuluh berpengaruh positif terhadap hasil lateks, sedangkan indeks penyumbatan berpengaruh negatif terhadap hasil lateks. Angka R2diperoleh sebesar27.95%.Hal ini menujukkan bahwa kurva persamaan regresi tersebut mendekati kurva dugaan sebesar 27.95%.

Berdasarkan hasil uji korelasi antara peubah lilit batang, tebal kulit, jumlah pembuluh, diameter pembuluh dan indeks penyumbatan terhadap produksi lateksyang diamati disajikan pada Tabel 5.terdapat hubungan yang nyata antara produksi lateks dengan lilit batang, tebal kulit, dan jumlah pembuluh dimana setiap peubah yang nyata memberi pengaruh positif.

Terdapatnya korelasi yang nyata antara peubahbebas dengan peubah tidak bebas belum tentu dapat digunakan untuk menduga Ŷ. Kontribusi setiap komponen terhadap produksi lateks, baik langsung maupun tidak langsung


(41)

dianalisis melaluianalisis sidik lintas. Nilai koefisien lintas (C) menunjukkan pengaruh langsung dan nilai (Z) menunjukkan pengaruh tidak langsung melalui peubah bebas dapat dilihat pada Gambar 4.

Tabel 5. Analisis korelasi produksi lateks persilangan 2006

Keterangan : *) nyata pada taraf 0.05, **) nyata pada taraf 0.01 Y = produksi lateks X3 = jumlah pembuluh

X1 = lilit batang X4 = diameter pembuluh

X2 = tebal kulit X5 = indeks penyumbatan

Gambar 4. Diagram lintasproduksi lateks persilangan 2006

Peubah Y X1 X2 X3 X4 X5

Y 1 0.639** 0.535** 0.427* 0.299tn -0.092 tn

X1 1 0.492** 0.408* 0.364* -0.020 tn

X2 1 0.551** 0.254 tn 0.302 tn

X3 1 0.300 tn 0.149 tn

X4 1 0.060 tn

X5 1

Y X1 X2 X3 X4 X5 C1 = 0.4201

C2 = 0.3258 C3 = 0.0913

C5 = 0.1985 C4 = 0.0479

Z1 = 0.1547

Z2= 0.1689

Z3= 0.1545

Z4= 0.1366

Z5= 0.1342 0.5143


(42)

Hubungan Komponen Hasil dan Volume Kayu Persilangan 2006

Kelima karakter agronomi atau peubah bebas yang dianalisis diantaranya adalah lilit batang, tebal kulit, tinggi tanaman, tinggi cabang pertama dan jumlah cabangterhadap peubah tidak bebas yaituvolume kayu, memiliki persamaan regresi sebagai berikut :

Ŷ = - 0.930035 + 6.51732 X1+ 0.0364213 X2 + 0.0954231 X3 + 0.145826 X4 +

0.0200541 X5

R2 = 81.53% Keterangan:

Y: Volume kayu X3: Tinggi Tanaman

X1:Lilit Batang X4: Tinggi Cabang Pertama

X2: Tebal Kulit X5: Jumlah Cabang

Persamaan regresi berganda di atas menunjukkan lilit batang, tinggi tanaman, tinggi cabang pertama, dan jumlah cabang berpengaruh positif terhadapvolume kayu, sedangkan tebal kulit berpengaruh negatif terhadap hasil kayu. Angka R2diperoleh sebesar81.53%.Hal ini menujukkan bahwa kurva persamaan regresi tersebut mendekati kurva dugaan sebesar 81.53%.

Berdasarkan hasil uji korelasi antara peubah lilit batang, tebal kulit, tinggi tanaman, tinggi cabang pertama dan jumlah cabang pertama terhadap volumekayu yang diamati disajikan pada Tabel 6, terdapat hubungan yang nyata antara volumekayu dengan lilit batang, tinggi tanaman dan tinggi cabang pertama, dimana setiap komponen yang nyata memberi pengaruh positif.

Terdapatnya korelasi yang nyata antara peubahbebas dengan peubah tidak bebas belum tentu dapat digunakan untuk menduga Ŷ . Kontribusi setiap komponen terhadap volume kayu, baik langsung maupun tidak langsung dianalisis malaluianalisis sidik lintas.Nilai koefisien lintas (C) menunjukkan pengaruh


(43)

langsung dan nilai (Z) yang menunjukkan pengaruh tidak langsung melalu peubah bebas dapat dilihat pada Gambar 5.

Tabel 6. Analisis korelasi volumekayu persilangan 2006

Keterangan : *) nyata pada taraf 0.05, **) nyata pada taraf 0.01 Y = volume kayu X3 = tinggi tanaman

X1 = lilit batang X4 = tinggi cabang pertama

X2 = tebal kulit X5 = jumlah cabang pertama

Gambar 5. Diagram lintas volume kayu persilangan 2006

Seleksi Potensi Lateks, Kayu, dan Lateks-kayu Persilangan 2006

Potensi produksi lateks pada masing-masing progeni dilakukan dengan cara penyadapan 1/2 S d/3. Diketahui bahwa hasil sadap rata-rata seluruh progeni adalah 5.99 g/p/s dengan kisaran antara 0.28 - 35.05g/p/s dengan koefisien

Peubah Y X1 X2 X3 X4 X5

Y 1 0.371* 0.252 0.587** 0.764** 0.503**

X1 1 0.492** 0.707** -0.282tn 0.072 tn

X2 1 0.448* -0.122 tn 0.196 tn

X3 1 0.128 tn 0.252 tn

X4 1 0.441*

X5 1

Y X1 X2 X3 X4 X5 C1 = 0.5805

C2 = 0.0599 C3 = 0.0225

C5 = 0.0406 C4 = 0.9142

Z1 = 0.0593

Z2= 0.0413

Z3= 0.0570

Z4= 0.0458

Z5= 0.0406


(44)

keragaman sebesar 112.62%. Tingginya koefisien keragaman yang terbentuk pada karakter produksi lateks memberikan indikasi bahwa banyak faktor yang berperan dalam penentuan produksi lateks dari suatu progeni. Pola penyebaran dari progeni yang diseleksi berdasarkan karakteristik hasil lateks dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Pola penyebaran progeny persilangan 2006 berdasarkan produksilateks Berdasarkan hasil seleksi yang dilakukan pada persilangan 2006 dengan jumlah 30progeni dengan meggunakan uji Z yaitu 10% dan 1%, maka diperoleh sebanyak 2 progeni pada intesitas seleksi 10% dan 1%.Progeni tersebut adalah No. 144 dengan produksi lateks sebesar 15.07g/p/s dan No. 143 dengan produksi lateks sebesar 35.05 g/p/s dengan rata-rata produksi sebesar 25.06 g/p/s

Hasilvolume kayu pada progeni persilangan 2006 adalah 0.76 m3/ph dengan kisaran 0.28-1.63 m3/ph dan koefisien keragaman 45.81%. Polapenyebaran progeny berdasarkanvolume kayu dapat dilihat pada Gambar 7.


(45)

Gambar 7. Pola penyebaran progeni persilangan 2006 berdasarkan volume kayu Dari hasil seleksi dengan menggunakan uji Z yaitu 10% dan 1%, maka diperoleh sebanyak 3progeni pada intensitas seleksi 10% yang memiliki hasil kayu 1.21 m3/ph dengan kisaran 1.21 m3/ph-1.58 m3/ph dan diperoleh sebanyak 1 progeni pada intensitas seleksi dengan hasil kayu sebesar 1.63 m3/ph yaitu progeniNo.8.

Pada Gambar 8 disajikan hubungan antara produksi lateks dan volume kayu yang diarahkan untuk pengembangan progeni penghasil lateks-kayu.

Gambar 8.Sebaran dua arah produksi lateks danvolume kayu persilangan 2006.


(46)

Kelima karakter agronomi atau peubah bebas yang dianalisis diantaranya adalah lilit batang, tebal kulit, jumlah pembuluh, diameter pembuluh dan indeks penyumbatan terhadap peubah tidak bebas yaituproduksi lateks, memiliki persamaan regresi sebagai berikut :

Ŷ = -4.87725 + 0.606605 X1+0.609458 X2-1.20134 X3-1.61957 X4 + 0.115451X5

R2 = 78.69% Keterangan:

Y : Produksi X3 : Jumlah Pembuluh

X1 : Lilit Batang X4: Diameter Pembuluh

X2 : Tebal Kulit X5 : Indeks Penyumbatan

Persamaan regresi berganda di atas menunjukkan lilit batang, jumlah pembuluh, dan diameter pembuluh berpengaruh positif terhadap produksi lateks, sedangkan tebal kulit dan indeks penyumbatan berpengaruh negatif terhadap produksi lateks. Angka R2diperoleh sebesar78.69%. Hal ini menujukkan bahwa kurva persamaan regresi tersebut mendekati kurva dugaan sebesar 78,69%.

Berdasarkan hasil uji korelasi antara peubah lilit batang, tebal kulit, jumlah pembuluh, diameter pembuluh dan indeks penyumbatan terhadap produksi lateks yang diamati disajikan pada Tabel 7, terdapat hubungan yang nyata antara produksi lateks dengan lilit batang, jumlah pembuluh, diameter pembuluh yang memberi pengaruh positif dan indeks penyumbatan memberi pengaruh negatif,

Terdapatnya korelasi yang nyata antara peubah bebas dengan peubah tidak bebas belum tentu dapat digunakan untuk menduga Ŷ. Kontribusi setiap komponen terhadap produksi lateks, baik langsung maupun tidak langsung dianalisis malaluianalisis sidik lintas. Nilai koefisien lintas (C) menunjukkan pengaruh langsung dan nilai (Z) yang menunjukkan pengaruh tidak langsung melalu peubah bebas dapat dilihat pada Gambar 9.


(47)

Tabel 7. Analisis korelasi produksi lateks persilangan 2007

Keterangan : *) nyata pada taraf 0.05, **) nyata pada taraf 0.01 Y = produksi lateks X3 = jumlah pembuluh

X1 = lilit batang X4 = diameter pembuluh

X2 = tebal kulit X5 = indeks penyumbatan

Gambar 9. Diagram lintas produksi lateks persilangan 2007

Hubungan Komponen Hasil dan Volume Kayu Persilangan 2007

Kelima karakter peubah bebas yang dianalisis diantaranya adalah lilit batang, tebal kulit, tinggi tanaman, tinggi cabang pertama dan jumlah cabang terhadap peubah tak bebas yaitu volume kayu, memiliki persamaan regresi sebagai berikut :

Ŷ =- 0.524219 + 0.0133878 X1+ 0.00694486 X2 - 0.00328928 X3 + 0.187523 X4+

0.00834588 X5

R2 = 94.78% Keterangan:

Peubah Y X1 X2 X3 X4 X5

Y 1 0.856** 0.643** 0.111tn 0.441 tn -0.538*

X1 1 0.626** 0.422 tn 0.556* -0.585**

X2 1 0.116 tn 0.513* -0.684**

X3 1 0.566* -0.100 tn

X4 1 -0.451 tn

X5 1

Y X1 X2 X3 X4 X5 C1 = 0.9270

C2 = 0.1141 C3 =- 0.3427

C5 = 0.0949 C4 = 0.1038

Z1 = 0.1413

Z2= 0.1468

Z3= 0.1259

Z4= 0.1383

Z5= 0.1362


(48)

Y: Volume kayu X3: Tinggi Tanaman

X1:Lilit Batang X4: Tinggi Cabang Pertama

X2: Tebal Kulit X5: Jumlah Cabang

Persamaan regresi berganda di atas menunjukkan lilit batang dan tinggi cabang pertama, berpengaruh positif terhadap volume kayu, sedangkan tebal kulit, tinggi tanaman, dan jumlah cabang berpengaruh negatif terhadap volume kayu.Angka R2diperoleh sebesar94.78%. Hal ini menujukkan bahwa kurva persamaan regresi tersebut mendekati kurva dugaan sebesar 94.78%.

Berdasarkan hasil uji korelasi antara peubah lilit batang, tebal kulit, tinggi tanaman, tinggi cabang pertama dan jumlah cabang pertama terhadap volume kayuyang diamati disajikan pada Tabel 8, terdapat hubungan yang nyata antara volume kayu dengan lilit batang, tinggi tanaman dan tinggi cabang pertama.Dimana setiap komponen yang nyata memberi pengaruh positif.

Terdapatnya korelasi yang nyata antara peubah bebas dengan peubah tidak bebas belum tentu dapat digunakan untuk menduga Ŷ . Kontribusi setiap komponen terhadap volume kayu, baik langsung maupun tidak langsung dianalisis malaluianalisis sidik lintas. Komponen yang dilibatkan dalam analisis ini adalah komponen yang masuk dalam persamaan regresi berganda.Nilai koefisien lintas (C) menunjukkan pengaruh langsung dan nilai (Z) yang menunjukkan pengaruh tidak langsung melalu peubah bebas dapat dilihat pada Gambar 10.

Tabel 8. Analisis korelasi volumekayu persilangan 2007


(49)

Y = volume kayu X3 = tinggi tanaman

X1 = lilit batang X4 = tinggi cabang pertama

X2 = tebal kulit X5 = jumlah cabang pertama

Gambar 10. Diagram lintas volume kayu persilangan 2007

Seleksi Potensi Lateks, Kayu, dan Lateks-kayu Persilanagan 2007

Potensi produksi lateks pada masing-masing progeni dilakukan dengan cara penyadapan 1/2 S d/3. Diketahui bahwa hasil sadap rata-rata seluruh progeni adalah 8.52 g/p/s dengan kisaran antara 0.27 – 25.89 g/p/s dengan koefisien keragaman sebesar 92.9%. Tingginya koefisien keragaman yang terbentuk pada karakter hasil lateks memberikan indikasi bahwa banyak faktor yang berperan dalam penentuan hasil dari suatu progeni. Pola penyebaran seleksi berdasarkan karakteristik produksi lateks terdapat pada Gambar 11.

1

X2 1 0.583** 0.267tn -0.237tn

X3 1 0.145tn -0.297tn

X4 1 0.075tn

X5 1

Y X1 X2 X3 X4 X5 C1 = 0.7320

C2 = 0.0458 C3 = -0.0069

C5 = 0.1580 C4 = 0.7505

Z1 = 0.0793

Z2= 0.0401

Z3= 0.0717

Z4= 0.0363

Z5= 0.0262


(50)

Gambar 11. Pola penyebaran progeni persilangan 2007 berdasarkanvolumelateks Berdasarkan hasil seleksi yang dilakukan pada persilangan 2007 denganjumlah 19 progeni dengan meggunakan uji Z yaitu 10% dan 1%, maka diperoleh sebanyak 2 progeni pada intesitas seleksi 10% dan 1%. Progeni tersebut adalah No. 83 dengan produksi lateks sebesar 25.89 g/p/s dan No. 04 dengan produksi lateks sebesar 23.16 g/p/s dengan rata-rata produksi sebesar 24.52 g/p/s.

Hasil volume kayu pada progeni persilangan 2007 adalah 0.58 m3/ph

dengan kisaran 0.27 - 25.62 m3/ph dengan koefisien keragaman 92.98 %. Pola

penyebaran dari progeni seleksi berdasarkan karakteristik hasil kayu dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Pola penyebaran progeni persilangan 2007 berdasarkan volume kayu Dari hasil seleksi dengan menggunakan uji t yaitu 10% dan 1%, maka diperoleh sebanyak 2progeni pada intensitas seleksi 10%. Progeni tersebut adalah


(51)

No. 91 dengan volume kayu sebesar 1.21 m3/ph dan No. 04 dengan volume kayu sebesar 1.09 m3/ph.

Pada Gambar 13 disajikan hubungan antara produksi lateks dan volume kayu yang diarahkan untuk pengembangan progeni penghasil lateks-kayu. Diperoleh 1 progeni yang memiliki potensi untuk dijadikan progeni penghasil lateks-kayu dengan potensi lateks 23.16 g/p/s dan potensi kayu 1.09 m3/ph.

.

Gambar 13. Sebaran dua arahproduksi lateks dan volume kayu persilangan 2007

Hubungan Komponen Hasil dan Produksi Lateks Persilangan 2008

Kelima karakter agronomi atau peubah bebas yang dianalisis diantaranya adalah lilit batang, tebal kulit, jumlah pembuluh, diameter pembuluh dan indeks penyumbatan terhadap peubah tidak bebas yaitu produksi lateks, memiliki persamaan regresi sebagai berikut :

Ŷ = 12.599+1.127 X1–17.318 X2– 0.670 X3 + 0.784 X4+ 0.492 X5

R2 = 85,8%

Keterangan:

Y : Produksi X3 : Jumlah Pembuluh


(52)

X2 : Tebal Kulit X5 : Indeks Penyumbatan

Persamaan regresi berganda di atas menunjukkan tebal kulit, jumlah pembuluh, dan diameter pembuluh berpengaruh positif terhadap produksi lateks, sedangkan lilit batang dan indeks penyumbatan berpengaruh negatif terhadap produksil lateks. Angka R2diperoleh sebesar 85,8%. Hal ini menujukkan bahwa kurva persamaan regresi tersebut mendekati kurva dugaan sebesar 85,8%.

Berdasarkan hasil uji korelasi antara peubah lilit batang, tebal kulit, jumlah pembuluh, diameter pembuluh dan indeks penyumbatan terhadap produksi lateks yang diamati disajikan pada Tabel 9, terdapat hubungan yang nyata antara produksi lateks dengan tebal kulit, jumlah pembuluh dan diameter pembuluh yang memberi pengaruh positif sementara lilit batang dan indeks penyumbatan memberi pengaruh negatif.

Terdapatnya korelasi yang nyata antara peubah bebas dengan peubah tidak bebas belum tentu dapat digunakan untuk menduga Ŷ. Kontribusi setiap komponen terhadap produksi lateks, baik langsung maupun tidak langsung dianalisis malaluianalisis sidik lintas. Nilai koefisien lintas (C) menunjukkan pengaruh langsung dan nilai (Z) yang menunjukkan pengaruh tidak langsung melalu peubah bebas dapat dilihat pada Gambar 14.

Tabel 9. Analisis korelasiproduksi lateks persilangan 2008

Peubah Y X1 X2 X3 X4 X5


(53)

X1 1 0.644 tn 0.658 tn 0.540 tn 0.168 tn

X2 1 0.094 tn -0.009 tn 0.697 tn

X3 1 0.625 tn 0.102 tn

X4 1 -0.191 tn

X5 1

Keterangan : *) nyata pada taraf 0.05, **) nyata pada taraf 0.01 Y = produksi lateks X3 = jumlah pembuluh

X1 = lilit batang X4 = diameter pembuluh

X2 = tebal kulit X5 = indeks penyumbatan

Gambar 14. Diagram lintas produksi lateks persilangan 2008

Hubungan Komponen Hasil dan VolumeKayu Persilangan 2008

Kelima karakter agronomi atau peubah bebas yang dianalisis diantaranya adalah lilit batang, tebal kulit, tinggi tanaman, tinggi cabang pertama dan jumlah cabang terhadap peubah tidak bebasvolume kayu, memiliki persamaan regresi sebagai berikut :

Ŷ = - 0.0086+ 0.0263 X1 - 0.1161 X2 - 0.0554 X3 + 0.1834 X4- 0.0077 X5

R2 = 99,2%

Keterangan: Y X1 X2 X3 X4 X5 C1 = 0.6510

C2 = -0.2467 C3 = -0.0455

C5 = 0.4286 C4 = 0.5625

Z1 = 0.3238

Z2= 0.3306

Z3= 0.2045

Z4= 0.0965

Z5= 0.2057


(54)

Y: Volume kayu X3: Tinggi Tanaman

X1:Lilit Batang X4: Tinggi Cabang Pertama

X2: Tebal Kulit X5: Jumlah Cabang

Persamaan regresi berganda di atas menunjukkan lilit batang, dan tinggi cabang pertama, berpengaruh positif terhadap volume kayu, sedangkan tebal kulit, tinggi tanaman, dan jumlah cabang berpengaruh negatif terhadap volume kayu. Angka R2diperoleh sebesar99,2%. Hal ini menujukkan bahwa kurva persamaan regresi tersebut mendekati kurva dugaan sebesar 99,2%.

Berdasarkan hasil uji korelasi antara peubah lilit batang, tebal kulit, tinggi tanaman, tinggi cabang pertama dan jumlah cabang pertama terhadap volume kayuyang diamati disajikan pada Tabel 10, terdapat hubungan yang nyata antara volume kayu dengan lilit batang, tinggi tanaman dan tinggi cabang pertama.Dimana setiap komponen yang nyata memberi pengaruh positif.

Terdapatnya korelasi yang nyata antara peubah bebas dengan peubah tidak bebas belum tentu dapat digunakan untuk menduga Ŷ. Kontribusi setiap komponen terhadap volume kayu, baik langsung maupun tidak langsung dianalisis malaluianalisis sidik lintas.Nilai koefisien lintas (C) menunjukkan pengaruh langsung dan nilai (Z) yang menunjukkan pengaruh tidak langsung melalu peubah bebas dapat dilihat pada Gambar 15.


(55)

Keterangan : *) nyata pada taraf 0.05, **) nyata pada taraf 0.01 Y = volume kayu X3 = tinggi tanaman

X1 = lilit batang X4 = tinggi cabang pertama

X2 = tebal kulit X5 = jumlah cabang pertama

Gambar 15 . Diagram lintas volume kayu persilangan 2008

Seleksi Potensi Lateks, Kayu, dan Lateks-kayu Persilangan 2008

Potensi produksi lateks pada masing-masing progeni dilakukan dengan cara penyadapan 1/2 S d/3. Diketahui bahwa hasil sadap rata-rata seluruh progeni adalah 15.51 g/p/s dengan kisaran antara 2.32 – 66.48 g/p/s dengan koefisien keragaman sebesar 142.24 %. Tingginya koefisien keragaman pada karakter produksi lateks dipengaruhi banyak faktor yang berperan dalam penentuan hasil dari suatu progeni. Pola penyebaran dari progeni yang diseleksi berdasarkan karakteristik produksi lateks dapat dilihat pada Gambar 16.

Peubah Y X1 X2 X3 X4 X5

Y 1 0.789* 0.311 tn 0.624 tn 0.717* 0.240 tn

X1 1 0.644 tn 0.721* 0.151 tn 0.427 tn

X2 1 0.174 tn -0.206 tn 0.242 tn

X3 1 0.284 tn 0.279 tn

X4 1 -0.141 tn

X5 1

Y X1 X2 X3 X4 X5 C1 = 0.8701

C2 = -0.0994 C3 = -0.1686

C5 = 0.0265 C4 = 0.6168

Z1 = 0.0254

Z2= 0.0176

Z3= 0.0182

Z4= 0.0121

Z5= 0.0122


(56)

Gambar 16. Pola penyebara progeni persilangan 2008 berdasarkanproduksilateks Berdasarkan hasil seleksi yang dilakukan pada persilangan 2008 dengan jumlah 8 progeni meggunakan uji t yaitu 10% dan 1%, maka diperoleh sebanyak 1 progeni pada intesitas seleksi 10% dan 1% dengan produksi 68.80 g/p/s. Potensi hasil tertinggi terdapat pada progeni No. 172 dengan hasil lateks sebesar 68.80 g/p/s.

Hasil seleksi volume kayu pada progeni persilangan 2008 adalah 2 progeni No. 172/08 dan 173/08 dimana nilai volume kayu 1.02 m3/ph dengan koefisien keragaman 23.04 %. Pola penyebaran dari seleksiprogeni berdasarkan karakteristik volume kayu dapat dilihat pada Gambar 17.


(57)

Dari hasil seleksi dengan menggunakan uji t yaitu 10% dan 1%, diperoleh sebanyak 4 progeni pada intensitas 10% dengan kisaran 0.98 – 1.02 m3/ph progeni yang tumbuh paling jagur adalah No. 172 sementara pada intensitas 1% tidak ada yang terseleksi.

Pada Gambar 18 disajikan hubungan antara produksi lateks dan volume kayu yang diarahkan untuk pengembangan progeni penghasil lateks-kayu. Pada persilangan 2008 tidak ada progeni terseleksi untuk potensi lateks-kayu.

Gambar 18. Sebaran dua arahproduksilateks dan volume kayu persilangan 2008

Pembahasan

Keragaman dari setiap peubah tidak bebas yaitu produksi lateks dan volume kayu dari setiap persilangan 2006, 2007 dan 2008 menunjukkan keragaman yang tinggi, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 7 nilai koefisien keragaman (KK) dari setiap populasi adalah produksi lateks (KK = 112,48%) dan volumekayu (KK = 45,81%) pada persilangan 2006, produksi lateks (KK = 92,98%) dan volumekayu (KK = 48,74%) pada persilangan 2007 dan produksi lateks (KK = 142,25 %) dan volume kayu (KK = 38,73%) pada persilangan 2008. Keragaman yang sangat tinggi terdapat pada produksi lateks.Keragaman ini terjadi karena produksi lateks dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu genetik, lilit


(58)

batang, tebal kulit, jumlah pembuluh, diameter pembuluh lateks dan lingkungan (Woelan et al., 2007). Hasil penelitian Woelan dan Pasaribu (2007) melaporkan bahwa segregasi genotipe yang dihasilkan dari hasil persilangan 1998/1999 membentuk keragaman yang tinggi mencapai (KK = 125%).

Hasil analisis regresi berganda peubah bebas (lilit batang, tebal kulit, jumlah pembuluh, diameter pembuluh dan indeks penyumbatan) terhadap peubah tidak bebas (produksi lateks) dari setiap hasil persilangan dari tahun 2006, 2007 dan 2008 diperoleh nilai R2 berturut sebesar 41,4%, 75,5% dan 85,8%. Hal ini menunjukkan bahwa peubah bebas tersebut menjauhi kurva dugaan sebesar 41,4% (persilangan 2006), 75,5% ( persilangan 2007) dan 85,8% (persilangan 2008) yang diakibatkan karena dalam penelitian ini hanya menggunakan lima peubah produksi lateks sementara peubah lain tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Woelan et al (2013) menyatakan bahwa produksi lateks dipengaruhi oleh faktor fisologi diantaranya kandungan sukrosa, fosfat organik, kadar tiol, panjang alur sadap, indeks penyumbatan, kecepatan aliran lateks dan indeks produksi, faktor anatomi kulit diantaranya jumlah pembuluh lateks dan diameter pembuluh lateks, faktor pertumbuhan diantaranya lilit batang, tebal kulit, hasil lateks tahun sadap ke-7 dan kadar karet kering.

Hasil analisis regresi berganda peubah bebas (lilit batang, tebal kulit, tinggi tanaman, tinggi cabang pertama dan jumlah cabang pertama) terhadap peubah tidak bebas (volume kayu) dari setiap hasil persilangan dari tahun 2006, 2007 dan 2008 diperoleh nilai R2 berturut sebesar 95.5%, 94.8% dan 99.2%. Hal ini menunjukkan bahwa peubah bebas tersebut mendekati kurva dugaan sebesar 95.5% (persilangan 2006), 94.8% (persilangan 2007) dan 99.2% (persilangan 2008). Hal ini dikarenakan peubah bebas yang digunakan dalam penelitian ini


(59)

sudah mencakup peubah bebas penentu volume kayu berdasarkan formula yang digunakan dari hasil penelitian Wan Razali et al (1983) yang menyatakan bahwa volume kayu karet sangat ditentukan oleh besaran lilit batang dan tinggi tanaman, semakin besar lilit batang dan tinggi tanaman maka volume kayu karet yang dihasilkan semakin besar. Demikian halnya semakin tinggi cabang pertama dan tebal kulit maka kayu log yangdihasilkan semakin besar.

Hasil seleksi progeni penghasil lateks pada persilangan 2006dipengaruhi secara nyata oleh peubah lilit batang, tebal kulit, dan jumlah pembuluh dimana seluruh peubah berpengaruh positif melalui analisis korelasi, hal ini berarti peubah-peubah tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil lateks. Woelan et al

(2004) menyatakan juga bahwa jumlah pembuluh lateks, diameter pembuluh lateks, tebal kulit dan lilit batang berpengaruh nyata terhadap hasil karet. Penelitian pada persilangan 2006menunjukkan bahwa apabila ada peningkatan lilit batang, tebal kulit, jumlah pembuluh dan diameter pembuluh makaproduksi lateks akan meningkat.

Sebagianbesar peubah komponen hasil berkorelasi sangat nyata dengan produksi lateks.Tetapi melalui analisis sidik lintas maka korelasi tersebut dipecah menjadi pengaruh langsung dan tidak langsung. Hasil analisis sidik lintas persilangan 2006 diperoleh dua peubah yang memiliki kontribusi pengaruh langsung paling besar diantaranya X1 (lilit batang) dengan nilai C1 = 0,4201 yang

memberi kontribusi sebesar 17,65 % dan X2 (tebal kulit) dengan nilai C2 = 0,3258

yang memberi kontribusi sebesar 10.61% pada Gambar 1.

Hasil seleksi progeni penghasil lateks pada persilangan 2007 dipengaruhi secara nyata oleh peubah lilit batang, tebal kulit, dan indeks penyumbatan melalui analisis korelasi.keduapeubah (lilit batang dan tebal kulit) berpengaruh secara


(60)

positifsedangkan indeks penyumbatan berpengaruh negatif terhadap produksi lateks.Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Woelan et al (2013) yang menyatakan bahwa produksi karet berkorelasi nyata oleh indeks penyumbatan, indeks produksi, lilit batang, tebal kulit, jumlah pembuluh dan diameter pembuluh lateks.Penelitian pada persilangan 2007 menunjukkan apabila ada peningkatan lilit batang, jumlah pembuluh dan diameter pembuluh maka produksi lateks meningkat dan apabila terjadi peningkatan pada indeks penyumbatan maka produksi lateks menurun.

Terdapatnya korelasi yang nyata antara peubah bebas dengan peubah tidak bebas belum tentu dapat digunakan untuk menduga produksi lateks (Y).Sehingga dilakukan analisis sidik lintas untuk melihatpengaruh langsung dan tidak langsung dari analisi korelasi. Hasil analisis sidik lintas persilangan 2007 diperoleh dua peubah yang memiliki kontribusi pengaruh langsung paling besar diantaranya X1

(lilit batang) dengan nilai C1 = 0,9270 yang memberi kontribusi sebesar 85.93 %

dan X2 (tebal kulit) dengan nilai C4 = 0,1141 yang memberi kontribusi sebesar

1.30 % pada Gambar 6.

Hasil seleksi progeni penghasil lateks pada persilangan 2008 dipengaruhi secara nyata oleh peubah lilit batang, jumlah pembuluh, dan diameter pembuluh melalui analisis korelasi serta berpengaruh secara positif terhadap produksi lateks.Penelitian Novalina (2009) menyatakan bahwa jumlah pembuluh, diameter pembuluh, tebal kulit, lilit batang dan indeks penyumbatan berkorelasi nyata terhadap hasil lateks.Penelitian pada persilangan 2008 menunjukkan apabila ada peningkatan lilit batang, jumlah pembuluh dan diameter pembuluh maka produksi lateks meningkat.


(61)

Berdasarkan hasil analisis korelasi dapat dilihat pengaruh langsung dan tidak langsung melalui analisis sidik lintas. Hasil analisis sidik lintas persilangan 2008 diperoleh dua peubah yang memiliki kontribusi pengaruh langsung paling besar diantaranya X1 (lilit batang) dengan nilai C1 = 0,6510 yang memberi

kontribusi sebesar 42.38% dan X4 (diameter pembuluh) dengan nilai C4 = 0,6168

yang memberi kontribusi sebesar 38.04% pada Gambar 11.

Dari hasil seleksi progeni penghasil kayu melalui analisis korelasi diketahui bahwa pada ketiga persilangan terdapat korelasi yangnyataterhadap volume kayu yaitulilit batang, tinggi tanaman, tinggi cabang pertama dan jumlah cabang pada persilangan 2006,lilit batang, tebal kulit, tinggi tanaman,dan tinggi cabang pertama pada persilangan 2007 serta lilit batang dan tinggi cabang pertama pada persilangan 2008 dimana nilai korelasi dari ketiga peubah bebas tersebut bernilai positif.Hal tersebut menunjukkan bahwa volume kayu karet sangat ditentukan oleh besaran lilit batang dan tinggi tanaman, semakin besar lilit batang dan tinggi tanaman maka volume kayu karet yang dihasilkan semakin besar dan sebaliknya semakin kecil lilit batang dan ketinggian tanaman maka volume kayu yang dihasilkan semakin kecil.Demikian halnya semakin tinggi cabang pertama

dan tebal kulit maka kayu yang dihasilkan semakin besar (Wan Razali et al., 1983).Terdapatnya korelasi yang nyata antara peubah bebas

dengan peubah tidak bebas belum tentu dapat digunakan untuk menduga hasil lateks (Y).Sehingga dilakukan analisis sidik lintas untuk melihat pengaruh langsung dan tidak langsung dari analisi korelasi.

Hasil analisis sidik lintas volume kayu persilangan 2006 diperoleh dua peubah yang memiliki kontribusi pengaruh langsung paling besar diantaranya X1


(62)

dan X4 (tinggi cabang pertama) dengan nilai C4 = 0,9142 yang memberi

kontribusi sebesar 83,57% pada gambar 2. Pada persilangan 2007 diperoleh dua peubah yang memiliki kontribusi pengaruh langsung paling besar diantaranya X1

(lilit batang) dengan nilai C1 = 0,7320 yang memberi kontribusi sebesar 53,58 %

dan X4 (tinggi cabang pertama) dengan nilai C4 = 0,7505 yang memberi

kontribusi sebesar 56,32% pada gambar 7. Pada persilangan 2008 diperoleh dua peubah yang memiliki kontribusi pengaruh langsung paling besar diantaranya X1

(lilit batang) dengan nilai C1 = 0,8701 yang memberi kontribusi sebesar 75,71 %

dan X4 (tinggi cabang pertama) dengan nilai C4 = 0,6168 yang memberi

kontribusi sebesar 38,04% pada Gambar 12.

Tingginya nilai keragaman dan peranan setiap peubah bebas yang berkontribusi terhadap hasil lateks sangat berbeda dan beragam baik yang dianalisis dengan analisis statistik, analisis korelasi dan sidik lintas pada setiap persilangan 2006, 2007 dan 2008. Menurut Woelan et al., (2013) hal ini dikarenakan daya hasil lateks merupakan sifat yang sangat kompleks, karena dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga hasil seleksi sering tidak konsisten. Hal ini disebabkan daya hasil merupakan sifat kuantitatif yang dipengaruhi banyak gen (poligenik), masing-masing gen memiliki pengaruh terhadap sifat tersebut.

Sementara seleksi pada hasil kayu nilai keragaman dan peranan setiap peubah bebas yang berkontribusi terhadap volume kayu hampir sama diantaranya pada analisis statistik, analisis korelasi dan sidik lintas ketiga populasi hasil kayu dipengaruhi oleh lilit batang, tinggi tanaman dan tinggi cabang pertama begitu juga halnya analisis sidik lintas ketiga populasi dipengaruhi oleh lilit batang dan tinggi cabang pertama. Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini menggunakan formula untuk menghitung volume kayu per pohon yang dikembangkan oleh Wan


(63)

Razali et al., (1983) dengan rumus volume kayu = π {(lilit batang x 0,01)/2π}2 x

tinggi cabang pertama dan volume kayu total = {0,00005031 x (lilit batang/π)2

} x tinggi tanaman. Hal tersebut menunjukkan bahwa volume kayu karet sangat ditentukan oleh besaran lilit batang, tinggi tanaman dan tinggi cabang pertama.

Hasil seleksi untuk progeni penghasil lateks dengan intensitas seleksi 10% dan 1% diperoleh sebanyak 2 progeni yaitu No. 144/06 dengan produksi lateks sebesar 15.07g/p/s dan No. 143/06 dengan produksi lateks sebesar 35.05 g/p/s dengan rata-rata produksi sebesar 25.06 g/p/s pada persilangan 2006, 2 progeniNo. 83/07 dengan produksi lateks sebesar 25.89 g/p/s dan No. 04/07 dengan produksi lateks sebesar 23.16 g/p/s dengan rata-rata produksi sebesar 24.52 g/p/s pada persilangan 2007 dan 1 progeni yaitu No. 172/08 dengan hasil lateks sebesar 68.80 g/p/s pada persilangan 2008.

Hasil seleksi untuk progeni penghasil kayu pada persilangan 2006 diperoleh 3 progeni perhasil kayu yaitu 08/06, 75/06 dan 10/06 dengan kisaran 1.21 m3/ph-1.58 m3/ph. Pada persilangan 2007 diperoleh sebanyak 2 progeni pada intensitas seleksi 10%. Progeni tersebut adalah No. 91/07 dengan volume kayu sebesar 1.21 m3/ph dan No. 04/07 dengan volume kayu sebesar 1.09 m3/ph. Pada persilangan 2008 diperoleh sebanyak 2 progeni yaitu No. 172/08 dan 173/08 dimana nilai volume kayu1.02 m3/ph.

Hasil seleksi progeni penghasil lateks kayu dari ketiga persilangan 2006, 2007 dan 2008 diperoleh 2 progeni yang berpotensi untuk dijadikan penghasil lateks-kayu diantaranya progeni 04/07 (23.16 g/p/s-1.09 m3/ph) dan 172/08 (68.8 g/p/s - 1.02 m3/ph).Hasil seleksi progeni F1 (turunan pertaman) penghasil lateks, kayu dan lateks kayu tersebut merupakan hasil dari tahapan awal dalam pemuliaan tanaman karet untuk medapatkan materi untuk pengujian pendahuluan dan plot


(64)

promosi. Hal ini sesuai dengan literatur Suhendry (2002) yang menyatakan pada seleksi F1 yang merupakan tahap awal di dalam siklus pemulian tanaman karet, dimana hasil seleksi 10% akan dijadikan materi dipengujian pendahuluan dan 1% di pengujian plot promosi.


(65)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Pada populasi persilangan 2006 lilit batang dan tebal kulit berpengaruh langsung terhadap produksi lateks. Pada populasi persilangan 2007lilit batang dan tebal kulit berpengaruh langsung terhadap produksi lateks. Pada populasi persilangan 2008 lilit batang dan diameter pembuluh berpengaruh langsung terhadap produksi lateks.

2. Pada populasi persilangan 2006, 2007 dan 2008 lilit batang dan tinggi cabang pertama berpengaruh langsung terhadap volume kayu.

3. Hasil seleksi untuk progeni penghasil lateks dengan intensitas seleksi 10% dan 1% diperoleh sebanyak 2 progeni (No. 144/06dan No. 143/06) pada persilangan 2006, 2 progeni(No. 83/07 dan No. 04/07)pada persilangan 2007 dan 1 progeni yaitu No. 172/08pada persilangan 2008.

4. Hasil seleksi progeni penghasil kayu pada persilangan 2006 diperoleh 3 progeni (No.8/06, No.75/06 dan No.10/06),persilangan 2007 diperoleh sebanyak 2 progeni(No. 91/07 dan No. 04/07) dan persilangan 2008 diperoleh sebanyak 2 progeni (No. 172/08 dan No 173/08)

5. Hasil seleksi progeni penghasil lateks kayu dari ketiga persilangan 2006, 2007 dan 2008 diperoleh 2 progeni yang berpotensi sebagai penghasil lateks-kayu diantaranya progeny No. 04/07 dan No. 172/08

Saran

Sebaiknya dalam melakukan penelitian seleksi menggunakan populasi yang luas dengan keragaman genetik yang tinggi.


(1)

Steel, R. G. D dan J. H. Toerrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika (Pendekatan Biometrika) Penerjemah B. Sumantri. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Steenis C.G.G.J.V, 2003. Flora. PT Pradina Paaramita. Jakarta

Sudjana, 2005.Metode statistika.Penerbit “Tarsito” Bandung. Bandung

Suhendry, I., Aidi-Daslin, dan S. Woelan. 2009. Bahan Tanam Klon Karet Unggul. Balai Penelitian Sungai Putih Pusat Penelitian Karet. Galang Suhendry, I. 2002. Klon Karet Unggul Harapan Penghasil Lateks-Kayu dari Hasil

Pengujian Pendahuluan. Jurnal Penelitian Karet 2002. Hal 11-29.

Syamsulbahri, 1996.Bercocok Tanam-Tanaman Perkebunana Tahunan. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.

Verheye, W. 2010. Growth and Production Of Rubber. National Science Foundation Flanders and Geography Department. University of Ghent. Belgium.

Wan Razali Mohd, R. Maidin, A. Surjan and J.M. Zain. 1983 Double Entry Volume Table Equations for Source RRIM 600 Series Clone of Rubber. The Malaysia Forester, 46(1): 46-59.

Woelan, S., Aidi-Daslin dan I. Suhendry.2004.Keragaan Klon Karet Unggul Harapan IRR seri 100.Prosiding Loka Nasional Pemuliaan Tanaman Karet. Pusat Penelitian Karet. Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, Hal 173-187.

Woelan, S., R. Tistama, dan Aidi-Daslin. 2007. Determinasi keragaman genetik hasil persilangan inter populasi berdasarkan karakteristik morfologi dan teknik RAPD.Jurnal Penelitan Karet. 25(1): 13-27.

Woelan, S. 2008. Karakteristik dan Keunggulan Klon Karet IRR 112. Warta Perkaretan. Pusat Penelitian Karet. Hal : 10-20

Woelan, S. dan Sayurandi, 2008.Analisi sidik lintas komponen hasil lateks kayu dan seleksi genotipe hasil persilangan di pengujian tanaman semaian. Jurnal Penelitian Karet 26 (2) : 98-113.

Woelan, S., Sayurandi dan S. A. Pasaribu. 2013. Karakter Fisiologi, Anatomi, Pertumbuhan Hasil Lateks Klon IRR seri 300. Jurnal Penelitian Tanaman Karet, 2013, 31 (1) : 1-12


(2)

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian

Bulan ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 Persiapan Izin Penelitian X

Persiapan Areal X

Sensus Tanaman X

Penentuan batas plot persilangan X Membuat batas plot penyadapan X

Pengambilan Sampel Kulit X

Menggambar bidang sadap X

Peubah amatan pertumbuhan

a. Lilit batang (cm) X

b. Tebal kulit (mm) X

c. Tinggi tanaman (m) X

d. Tinggi cabang pertama (m) X e. Jumlah cabang pertama (buah) X

f. Volume kayu (m3/ph) X

Buka alur sadap X

Peubah amatan produksi

a. Produksi lateks X X X X

b. Jumlah pembuluh lateks X

c. Diameter pembuluh lateks X

d. Indeks penyumbatan X


(3)

Lampiran 2. Prosedur pengamatan jumlah dan diameter pembuluh lateks Kulit yang akan diamati diambil dibatang dengan ketinggian diatas 50 cm diatas permukaan tanah, berdiameter 1 cm dan diberi nomor sesuai nomor progeni tanaman karet. kulit tersebut langsung difiksasi dalam larutan FAA (Formalin Acetic Acid). Larutan FAA adalah campuran dari 10 ml formalin 40%, 5 ml asam asetat glasial, 70 ml alkohol absolut 95% dan 15 ml akuades. Kulit yang sedang difiksasi langsung dibawa ke laboratorium untuk dibuat menjadi preparat atau dapat disimpan terlebih dahulu selama beberapa hari.

Sebelum pembuatan preparat, kulit yang telah difiksasi dimasukkan ke dalam larutan KOH 15% selama 1 jam. Setelah itu direndam di dalam larutanHNO3 (campuran HNO3 pekat dengan akuades 1:2 v/v) selama 2 jam. Selanjutnya kulit direndam dalam larutan alkohol 70% selama 15 menit. Setiap kali pemindahan dari satu larutan ke larutan lain kulit dibilas terlebih dahulu pada air mengalir selama 5 menit dan dikeringkan dengan kertas pengisap.

Kemudian kulit tersebut sudah siap untuk dibuat menjadi preparat. Irisan preparat dibuat secara horizontal untuk pengamatan jumlah pembuluh lateks dan vertikal untuk pengamatan diameter pembuluh lateks, dengan menggunakan pisau silet dan disayat setipis mungkin. Irisan tersebut direndam dilarutan sudan VII selama 1 menit untuk pewarnaan kemudian preparat diletakkan diatas gelas obyek yang telah diberi gliserin. Selanjutnya diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya pada pembesaran 4 kali untuk melihat jumlah pembuluh dan pembesaran 40 kali untuk melihat diameter pembuluh. Pembuluh lateks dengan pewarna sudan akan memberikan warna merah sedangkan jaringan lain tidak. Pengukuran diameter pembuluh lateks dilakukan secara bersamaan dengan pengamatan jumlah pembuluh lateks.


(4)

Lampiran 3.Analisis statistik beberapa peubah yang diamati dari hasil persilangan 2006 2007 dan 2008


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Seleksi Genotipe Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dari Hasil Persilangan Tahun 2001-2003 Sebagai Penghasil Lateks dan Kayu

4 71 127

Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan Tetua Betina IRR 111 dengan Beberapa Tetua Jantan Tahun 2006-2008 pada Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg.)

0 67 75

Seleksi Dini Pohon Induk Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dari Hasil Persilangan RRIM 600 X PN 1546 Berdasarkan Produksi Lateks Dan Kayu

0 23 84

Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan 2009 Berdasarkan Karakteristik Produksi Dan Fisiologi Pada Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muell. Arg.)

1 5 49

Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan Beberapa Tetua Betina Dan Jantan Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muell. Arg.) Sebagai Klon Unggul Penghasil Lateks Dan Lateks Kayu

0 0 10

Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan Beberapa Tetua Betina Dan Jantan Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muell. Arg.) Sebagai Klon Unggul Penghasil Lateks Dan Lateks Kayu

0 0 13

Seleksi Genotipe Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dari Hasil Persilangan Tahun 2001-2003 Sebagai Penghasil Lateks dan Kayu

0 0 56

Seleksi Genotipe Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dari Hasil Persilangan Tahun 2001-2003 Sebagai Penghasil Lateks dan Kayu

0 0 13

Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan Tetua Betina IRR 111 dengan Beberapa Tetua Jantan Tahun 2006-2008 pada Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg.)

0 0 11

Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan Tetua Betina IRR 111 dengan Beberapa Tetua Jantan Tahun 2006-2008 pada Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg.)

0 0 11