Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan 2009 Berdasarkan Karakteristik Produksi Dan Fisiologi Pada Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muell. Arg.)

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) termasuk dalam famili Euphorbiacea,
disebut dengan nama lain rambung, getah, gota, kejai ataupun hapea. Karet
merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting sebagai sumber devisa
non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Upaya
peningkatan produktivitas tanaman tersebut terus dilakukan terutama dalam
bidang teknologi budidaya dan pasca panen (Damanik dkk., 2010)
Data dari Direktorat Jenderal Perkebunan Indonesia menunjukkan bahwa
areal tanaman karet sampai dengan tahun 2012 dengan areal seluas 3.506.201 ha,
dengan produksi 3.012.254 ton dan didapatkan produktivitas 1.073 kg/ha tersebar
hampir pada semua propinsi di Indonesia kecuali beberapa provinsi seperti DKI
Jakarta, DI Yogyakarta, NTB, NTT, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi
Tenggala, Maluku, Maluku Utara. Dengan melihat sebaran yang cukup luas
tersebut, tanaman karet di Indonesia arealnya tersebar pada daerah dengan tipe
iklim

yang

beragam


mulai

dari

basah,

sedang,

sampai

kering

(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2012).
Produktivitas karet secara nasional dipandang masih rendah dibandingkan
dengan produktivitas karet negara lain, seperti Malaysia sebesar 1,3 ton/ha, dan
Thailand sebesar 1,9 ton/ha, untuk menangani hal tersebut pemerintah
mengeluarkan klon-klon unggul yang mempunyai produktivitas tinggi, yang
mampu bersaing dengan klon-klon negara lain penghasil lateks di dunia. Klon
unggul adalah suatu genotipe tamaman yang memilki potensi hasil dan sifat-sifat
agronomis lebih baik dari pada genotipe standar yang biasa digunakan sebagai


Universitas Sumatera Utara

bahan tanaman dalam pertanaman komersial. Keunggulan suatu klon ditentukan
oleh faktor genetik yang dikandungnya dan diekspresikan dalam bentuk
morfologis, susunan anatomis dan proses fisiologis yang menunjang suatu
pertumbuhan,

potensi

hasil

dan

daya

adaptasi

terhadap


lingkungan

(Aidi-Daslin dkk., 2012).
Dalam

hal

mendapatkan

klon

unggul

penghasil

lateks

dengan

produktivitas terbaik, dilakukan persilangan baik secara alami maupun buatan

untuk mencari genotipe unggul terbaru. Persilangan buatan merupakan salah satu
kegiatan perakitan genotipe unggul baru yang secara terus-menerus dilakukan
untuk mendapatkan klon karet unggul dengan potensi produksi tinggi yang
didukung karakter sekunder yang lebih baik. Kegiatan ini selain dititikberatkan
untuk mendapatkan klon karet unggul penghasil lateks juga diharapkan sebagai
penghasil kayu, sehingga materi persilangan yang harus digabungkan yaitu
berasal dari populasi Wickham 1876 yang memiliki keunggulan hasil lateks tinggi
dan PN IRRDB 1981 yang memiliki keunggulan pertumbuhan cepat dan jagur
(Woelan dan Pasaribu, 2009).
Tahapan kegiatan pemuliaan tanaman karet dimulai sejak perakitan
genotipe unggul baru, kemudian dilanjutkan dengan pengujian tanaman F1
(seedling) yang di tanam di pembibitan dan hasil seleksi dari genotipe unggul baru
digunakan sebagai bahan materi di pengujian Pendahuluan (UP) dan Plot Promosi
(PP) selama 10-15 tahun. Hasil klon terbaik kemudian dievaluasi dan diseleksi
kembali di Uji Lanjutan (UL) dan Uji Adaptasi (UA) sebelum klon-klon unggul
baru dilepas sebagai bahan tanam komersial di perkebunan (Woelan dkk., 2008).

Universitas Sumatera Utara

Beberapa klon karet unggul baru hasil seleksi Indonesia dilepas dengan

menggunakan nama IRR (Indonesia Rubber Research) dengan beberapa seri,
antara lain seri 100, 200, dan 300. Dari hasil pengujian telah dilakukan rata-rata
hasil karet kering klon unggul tersebut mencapai 50gram/pohon/sadap. Dengan
asumsi 1 ha terdapat 400 pohon, dengan jumlah hari sadap per tahun 100 hari,
maka produktivitas yang dicapai sebesar 2 ton karet

kering/ha/tahun

(Oktavia dan Lasminingsih, 2010).
Klon IRR seri 100 dan 200 adalah hasil seleksi persilangan karet yang
dilakukan oleh balai penelitian sungei putih masing-masing sejak tahun 1985 dan
tahun 1990. Klon IRR seri 100 telah dikelompokkan menjadi dua kelompok yakni
klon penghasil lateks (tipe 1) yaitu klon IRR 104 dan IRR 107, serta klon
penghasil lateks-kayu (tipe 2) yaitu lain klon IRR 102, IRR 103, IRR 105, IRR
108, IRR 109, IRR 110, IRR 111, IRR 115, IRR 116, IRR 118, dan IRR 119.
Untuk klon IRR seri 200 saat ini telah dilakukan pengujian pada plot promosi
sampai dengan tanaman menghasilkan umur 14 tahun. Beberapa klon IRR seri
200 ini memperlihatkan pertumbuhan dan produksi yang menggembirakan
(Aidi-daslin dan Woelan, 2008).
Kemajuan dalam penelitian karet (plant breeding) telah menciptakan klon

karet yang tidak hanya dapat dipanen lateksnya tetapi juga telah mengarah ke
tanaman karet yang dapat dimanfaatkan kayunya (latex-timber clone). Walupun
kualitas kayu karet tidak sebaik kualitas kayu hutan seperti meranti dan mahoni
namun dengan teknik pengolahan yang tepat, kayu karet dapat dijadikan sebagai
bahan baku furniture dan MDF (Middle Density Fiber) yang potensial untuk
industri (Nugroho, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan uraian di atas penulis melakukan penelitian yang berjudul
seleksi progeni F1 tahun tanam 2009 berdasarkan karakteristik produksi dan
fisiologi pada tanaman karet sebagai penghasil lateks dan lateks kayu.
Tujuan Penelitian
-

Mendapatkan projeni terbaik hasil persilangan tahun tanam 2009
berdasarkan produksi lateks, kayu dan lateks kayu.

-


Untuk melihat hubungan variabel terikat dengan variabel bebas
berdasarkan produksi lateks dan hasil kayu.

Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, dan sebagai bahan informasi bagi
pihak yang membutuhkan.
Menyeleksi material genetik hasil persilangan tahun tanaman 2009
berdasarkan fisiologi dan produksi pada tanaman karet untuk menghasilkan klon
unggul baru penghasil lateks atau lateks kayu.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan Beberapa Tetua Betina Dan Jantan Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muell. Arg.) Sebagai Klon Unggul Penghasil Lateks Dan Lateks Kayu

0 42 72

Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan Tetua Betina IRR 111 dengan Beberapa Tetua Jantan Tahun 2006-2008 pada Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg.)

0 67 75

Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan 2009 Berdasarkan Karakteristik Produksi Dan Fisiologi Pada Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muell. Arg.)

1 5 49

Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan 2009 Berdasarkan Karakteristik Produksi Dan Fisiologi Pada Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muell. Arg.)

0 0 12

Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan 2009 Berdasarkan Karakteristik Produksi Dan Fisiologi Pada Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muell. Arg.)

0 0 2

Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan 2009 Berdasarkan Karakteristik Produksi Dan Fisiologi Pada Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muell. Arg.)

0 0 7

Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan 2009 Berdasarkan Karakteristik Produksi Dan Fisiologi Pada Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muell. Arg.)

0 0 2

Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan Beberapa Tetua Betina Dan Jantan Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muell. Arg.) Sebagai Klon Unggul Penghasil Lateks Dan Lateks Kayu

0 0 10

Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan Tetua Betina IRR 111 dengan Beberapa Tetua Jantan Tahun 2006-2008 pada Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg.)

0 0 11

Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan Tetua Betina IRR 111 dengan Beberapa Tetua Jantan Tahun 2006-2008 pada Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg.)

0 0 11