PERAN BAPPEDA DALAM MEWUJUDKAN KAWASAN PERDESAAN TERPADU DI KECAMATAN TANJUNG RAJA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

(1)

ABSTRACT

THE ROLES OF BAPPEDA (REGIONAL PLANNING AGENC]')

IN REALIZING INTEGRATED RURAL AREAS IN TANJUNG RAJA SUB DISTRICT

OF NORTH LAMPI]NG DISTRICT

Kevwords

By

HABIBURAHIM

Integrated Rural Development Planning Program in district regular development ptar;ing and draft

of

main integrated rural development planning which was

"o*pteiea with action plan as references

in

the Rural

Development Planning program was conducted based on Decree

of

Minister

of

Under Developnnent Rural Area No. 103 about location determination and frrnd allocation

in 2011

which were followed with Decree of Regent in North Lampung No' 8/98/12-LU/HIC2012. There were 7 determined villages in Tanjung Raja sub district- To support the Rrnal Development Program, North Lampung regent published Decree of North Larnpung RegentNo: 8/183/25-LUMKJ2013 about Coordination Team of Rural Developmint flan and Bappeda (Reginal Planning Agency) served

as the coordinator. The problem of this research was how did the roles of Bappeda

in realizing Integrated R.ural Area in Tanjung Raja sub district of North Lampung district,

*a

*frut

were supporting as

well

as inhibiting factors

in

realizing

Integraied Rural Area. This ieiearch used normative and empirical jurisdiction..

The results showed that the roles of Bappeda in North Lampung in conducting integrated rural area included preparation, planning, conducting and funding,

*orito.irrg

and evaluation. Bappeda in North Lampung had has been roles in

conducting integrated rural area in 7 villages in Tanjung Raja sub district'

: Rural Development Planning, Regional Development Planning,


(2)

TERPADUDIKECAMATANTANJUNGRAJAKABUPATEN

LAMPUNG UTARA Oleh

HABIBURAHIM

Program Bedah Desa dijalankan berdasar Kepmen PDT No. 103 tentang Penetapan Lok-asi dan Alokasi Dana 2011 yang ditindaklanjuti dengan Keputusan Bupati Lampung utaraNo. B/98/12-LUMK/2012. Tentang penetapan lokasi yainT desa di kecamatin Tanjung Raja. Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan Bedatr Desa maka dikeluarkan Keputusan Bupati Lampung Utara Nomor

:

B/183125-LUft,JK'nAl3 tentang

Tim

Koordinasi Bedah Desa dan sebagai koordinator lapangan .adllah

nupp"Zu.p..*asalahan

:

Bagaimanakah peran BAPPEDA dalam mewujudkan Kawasan Perdesaan Terpadu

di Kecamatan

Tanjung Raja Kabupaten Lampung lJtara? Serta Apakah yang menjadi Faklor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam mewujudkan

ku*ur*

perdesaan Terpadu tersebutPendekatan masalah yang

digunakan dalam penulisan tesis ini adalah dengan manggunakan pendekatan yuridis no"rmatif dan pendetcatan yuridis empiris$asil Penelitian : Peran Bappeda Kabupaten

iu*pung

Utara dalam ielaksanaan kawasan perdesaan terpadu yang meliputi :

Persiapan, Perencanaan, ielaksanaan dan Pendanaan, serta Monitoring dan Evaluasi' Berdasarkan hasil penelitian, Bappeda Kabupaten

L*pyog

Utara telah berperan

dalam pelaksanaan kawasan

p"id"*u*

terpadu

di 7

(Tujuh) Desa, Kecamatan

Tanjung Raja


(3)

PERANBAPPEDADALAMMEWUJUDKANKAWASAN

PERDESAAN TERPADU

DI KECAMATAN

TANJUNG

RAJA

KABUPATEN LAMPUNG

UTARA

Oleh

TIABIBURAHIM

Tesis

Sebagai

-

salah satu syarat untu-k-m-encapai gelar

MAGISTER

IIUKUM

Pada

Program Pascasarjana Magist-er Hukum

Fakultas Hukum Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER

HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG


(4)

(Tesis)

Oleh HABIBURAHIM

PROGRAM MAGISTER HUKUM

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………. i

HALAMAN JUDUL………. ii

PERSETUJUAN………... iii

PENGESAHAN……….... iv

PERNYATAAN……… v

RIWAYAT HIDUP………... vi

MOTTO……….. vii

PERSEMBAHAN………. vii

KATA PENGANTAR……….. ix

DAFTAR ISI………. x

DAFTAR TABEL……… xi

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang………. 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup……….. 6

C.Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian………. 6

D.Kerangka Teoritis dan Konseptual……… 7

II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Perencanaan Pembangunan Daerah………... 18

a. Pengertian Perencanaan... 18

b. Pengertian Pembangunan... 23

c. Pengertian Perencanaan Pembangunan Daerah... 24

d. Proses Pengambilan Keputusan Perencanaan... 25

2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah…….………... 30

3. Kawasan Perdesaan Terpadu... 33

4. Gambaran Umum Bapedda Lampung Utara... 37

a. Tugas Pokok dan Fungsi... 37

b. Struktur Organisasi... 37

III. METODE PENELITIAN A.Pendekatan Masalah………... 39

B.Sumber Data………... 39

C.Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data………... 41


(6)

Kawasan Perdesaan Terpadu di Kecamatan Tanjung

Raja Kabupaten Lampung Utara……….………... 44

B. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat

dalam mewujudkan Kawasan Perdesaan Terpadu

di Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Lampung Utara………... 77

V. PENUTUP

A.Simpulan………... 80 B.Saran………... 81 DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

1. Desa di Tanjung Raja……….. 52

2. Luas Wilayah di Kawasan Perdesaan Kabupaten Lampung Utara…. 53


(8)

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga penulis diberi kesempatan dan kemampuan serta kesehatan untuk dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis dengan judul PERAN BAPPEDA

DALAM

MEW{iJUDKAI\ KAWASAF{ PERDESAAN

TERPADU DI KABI]PATEN LAMPUNG t UTARA.

Penulis akan menemui hambatan dan kesukaran, tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis dengan tulus menghaturkan ucapan terima kasih kepada:

l.

Ibu Dr. Yusnani Hasyim Zum, S.H.,M.Hum., selaku Pembimbing

I

yang penuh kesabaran, keikhiasan, ketekunan serta ketelitian sehingga terselesainya tesis ini-2. Bapak Dr. Budiyono, S.H., M.H., yang telah menjadi pembimbing tI dalam rangka

penelitian dan penulisan tesis ini. Bantuan pikiran dan bimbingan yang penulis

terima menambah wawasan dan kemampuan penulis dalam membuat tulisan dan kajian ilmiah.

3. Bapak Dr. HS. Tisnanta, S.H., M.H., yang telah menjadi Penguji

I

dalam rangka penelitian dan penulisan tesis ini.

4. Dr. Muhammad Akib, S.H., M.Hum., Ymg telah menjadi Penguji II dalam ra-ngka peneiitian dan penulisan tesis ini.


(9)

5.

6.

Dr. Yuswanto, S.H., M.H., yang telah menjadi Penguji III dalam rangka penelitian dan penulisan tesis ini.

Khusus kepada istriku tercinta Ervina Murniati, S.H. yang selalu mendampingiku serta memberikan dorongan semangat agar dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dan anakku tersayang harapan masa depanku, M. Faishal Ricardo Habina yang selalu berdo'a dan penuh kesabaran menanti keberhasilan ayahandanya.

Kepada rekan-rekan Mahasiswa/Mahasiswi Program Magister Hukum Unila,

terima kasih atas kebersamaan dan keqja sama yang telah kita jalin bersama.

8. Selanjutnya dengan panuh rasa haru dan bangga penulis sampaikan kepada kedua orangfuaku, kedua mertua, kakak, adik, ipar, keponakan, dengan penuh harapan dan penantian kepada penulis untuk segera menyelesaikan pendidikan ini. Terimakasih atas segala do'a yang telah diberikan sehingga penulis diberikan kekuatan, kesehatan dan keyakinan untuk meraih masa depan yang lebih baik. 9. Seiring dengan itu penulis ucapkan terima kasih kepada para dosen dan seluruh

staf karyawan dan karyawati Program Magister Hukum Unila yang tidak dapat penulis sebut kan satu persatu

Akhirnya dengan rasa kerendahan hati, Penulis sadm bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kesalahan dan kekeliruan, untuk itu tegur dan sapa guna perbaikan tesis ini akan penulis hargai dengan iringan ucapan terima kasih.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

7.


(10)

1. Tim Penguji

KetuaTimPenguji : Dr. Yusnani Hasyim Zum, S,H., M.Hum

SelaetariMPenguji : Dr. Budiyorlo' S.H., M.H.

Penguji

: Dr. HS. Tiinanta, S-H., M.H.

Penguji

:

Ilr.

Muhammad Akib, S.H., M.Hum.

Penguji

: Dr. Yuswanto, S.H., M.Hum

NrP 19621109 198703 1003

ffi";;

\f::S.j

irektur Program Pascasarj ana

- t, i l.f

. Dr. Sudjarwo, M.S.

r'gs:oszs 198103 1 002


(11)

Judul Tesis

Nama

Mahasiswa

:

Nomor Pokok Mahasiswa : Program Kekhususan : Program

Studi

:

Fakultas

:

Pembimbing I,

PERAN BAPPBI}A

I}ALAM

MEWUJUDKAN KAWASAN PERDESAAN TERPADU

DI

KECAMATAN TANJUNG RAJA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Habiburahim 132201 1018

Hukum Administrasi Negara

Program Pascasarjana Magister Hukum Hukum

.

MENYETUJUI

Dosen Pembimbing

Pembimbing II,

'ani Hasyim Zum, S.H., M.Hum. no, S.H., M.H.

s11028 197903 2 001 14 200501 I 002

MENGETAHUI

Ketua Program afJana

Program Studi Magister ukum Fakultas Hukum Lampung,

war, S.8., ilf.Hum. Dr. NIP

Budiyl

ffiffi


(12)

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

1.

Tesis dengan

judul

"Peran BAPPEDA Dalam Mewujudkan Kawasan Perdesaan Terpadu

Di

Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Lampung

Utara" adalah karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan atas karya penulis lain dengan cara yang tidak sesuai dengan tata

etika ilmiah yang berlaku dalam masyarakat akademik atau yang disebut

plagiarisme.

2.

Hak

intelektual atas karya ilmiah

Universitas Lampung.

diserahkan sepenuhnya kepada

Atas pernyataan ini, apabila di kemudian hari ternyata ditemukan adanya ketidak

benaran, saya bersedia menanggung akibat dan sanksi yang diberikan kepada saya, saya bersedia dan sanggup dituntut sesuai dengan hukum yang berlaku.

Bandar Lampung, 4 Februari 2015 Pembuat Pernyataan,

ffi$

Habiburahim NPM 132201 1018


(13)

PERSEMBAHAN

Tesis ini kupersembahkan kepada :

1. Istriku tercinta Ervina Murniati, SH dan anak harapan masa depanku, M. Faishal Ricardo Habina dengan penuh kesabaran menunggu keberhasilan ayahandanya.

2. Kedua Orangtuaku (Almarhum Achmad Isnawi dan Almarhumah Sri

Amnah), Kedua Mertuaku Mukhtaridi dan Aswati, Kakak, Adik-adikku yang

selalu memberikan semangat dan Do’a dalam menyelesaikan studiku.

3. Almamaterku Universitas Lampung dan Rekan-rekan Mahasiswa/Mahasiswi

Program Magister Hukum Universitas Lampung yang tak dapat saya sebutkan namanya satu persatu


(14)

Janganlah

malu betajar

dan malu

bertanya

bagi

seseorang

yang belum mengetahui

sesuatu


(15)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Kotabumi Kabupaten Lampung Utara pada Tanggal 2 Juli 1975, anak ke 3 (Tiga) dari 5 (Lima) bersaudara putra pasangan Alm. Isnawi dan Almrhmh. Sri Amnah.

Riwayat Pendidikan SD Negeri 03 Kelapa Tujuh Kotabumi, SMP Negeri 02 Kotabumi, SMA Negeri 01 Kotabumi, Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Muhammadiyah Kotabumi Lampung Utara tahun 2012 dan Pada tahun 2013 menjadi Mahasiswa Program Pasca Sarjana (S2) Program Studi Magister Hukum Universitas Lampung.


(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Desa dalam Ketentuan Umum menurut Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kawasan perdesaan menurut Pasal 1 ayat (9) Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa adalah kawasan yang mempunyai kegiatan ekonomi utama pada bidang pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan, dan pengelolaan sumberdaya alam lainnya dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

Program Percepatan Pembangunan Perdesaan Terpadu atau Program Bedah Desa adalah salah satu prioritas Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) untuk menangani pembangunan daerah tertinggal. Program Bedah Desa mengajukan pendekatan atau cara pandang baru dalam upaya menangani isu kemiskinan dan ketertinggalan, yang merupakan masalah utama pembangunan daerah


(17)

2

tertinggal. Pendekatan atau cara pandang baru itu adalah mengupayakan pengembangan kawasan perdesaan terpadu, terutama untuk mendukung usaha daerah tertinggal lepas dari kemiskinan dan ketertinggalan.

Kebijakan dan program Bedah Desa dijalankan berdasar fungsi kelembagaan KPDT yakni, memfasilitasi koordinasi dan perumusan kebijakan pembangunan daerah tertinggal berdasarkan potensi dan karakteristik lokal. Melalui Keputusan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal No. 103 tentang Penetapan Lokasi dan Alokasi Dana TP KPDT TA 2011 ditetapkan 12 Kabupaten lokasi kegiatan Bedah Desa, yaitu Kabupaten Empat Lawang, Kabupaten Lahat, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Lebak, Kabupaten Sigi, Kabupaten Tojo Una Una, Kabupaten Morowali, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Bima, dan Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Dalam konteks pencapaian Prioritas Nasional, maka Program Bedah Desa diharapkan mampu mendukung upaya percepatan pembangunan daerah tertinggal dengan meningkatkan perkembangan ekonomi daerah, kualitas sumber daya manusia yang didukung oleh kelembagaan dan ketersediaan infrastruktur perekonomian dan pelayanan dasar. Program Percepatan Pembangunan Perdesaan Terpadu atau Bedah Desa merupakan upaya pengembangan kawasan perdesaan secara terpadu yang dilaksanakan untuk meningkatkan dan mengembangkan ekonomi masyarakat perdesaan sehingga tercapai sasaran masyarakat desa yang maju, produktif dan sejahtera.


(18)

Penetapan Lokasi Percepatan Pembangunan Kawasan Perdesaan Terpadu Kabupaten Lampung Utara didasarkan pada surat Keputusan Bupati Lampung Utara No. B/98/12-LU/HK/2012. Dari 19 desa yang berada di Kecamatan Tanjung Raja, hanya 7 desa yang termasuk ke dalam kawasan perdesaan terpadu. Dalam surat keputusan tersebut menetapkan tujuh desa yang berada di Kecamatan Tanjung Raja sebagai kawasan perdesaan terpadu Kabupaten Lampung Utara, diantaranya Desa Sindang Agung, Desa Mekar Jaya, Desa Suka Mulya, Desa Suka Sari, Desa Gunung Katon, Desa Karang Waringin, dan Desa Tanjung Beringin. Pemilihan lokasi sasaran adalah kawasan perdesaan yang terdiri dari desa-desa yang termasuk dalam kelompok desa potensial berkembang. Kriteria desa potensial berkembang adalah desa yang memiliki sumber daya manusia yang relatif maju, akan tetapi mengalami perkembangan ekonomi yang relatif tertinggal atau belum maju.

Kawasan perdesaan terpadu yang dikembangkan di Kabupaten Lampung Utara adalah terpadu secara pendanaan dan terpadu secara kawasan/ruang.

Sebagaimana diketahui, daerah tertinggal adalah daerah kabupaten yang masyarakat dan wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lainnya. Penetapan kabupaten tertinggal didasarkan pada seperangkat indikator1 yaitu: sumber daya manusia, akses terhadap pendidikan dan kesehatan, ekonomi (kemiskinan dan lapangan pekerjaan), infrastruktur (air bersih, listrik, jalan, dan telekomunikasi), kapasitas fiskal, dan karakteristik daerah (rawan bencana, banjir).

1


(19)

4

Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan Bedah Desa maka Bupati mengeluarkan Keputusan Bupati Lampung Utara Nomor : B/183/25-LU/HK/2013 tentang Tim Sekretariat, Tim Koordinasi, Tim Teknis, Forum Bedah Desa Kegiatan Program Koordinasi Pembangunan Perdesaan Terpadu (Bedah Desa) yang bertugas memfasilitasi terlaksananya kajian kebijakan dan pengembangan kawasan sesuai kebutuhan pelaksanaan program, memfasilitasi konsultasi untuk efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program dalam perencanaan regular serta melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program Bedah Desa.

Sesuai dengan fungsi Bappeda sebagai badan perencanaan pembangunan di daerah maka ditunjuklah Bappeda sebagai ketua Tim Forum Bedah Desa tersebut. Bappeda dituntut untuk berperan secara aktif, efektif dan efisien dalam meletakkan kerangka dasar pembangunan di daerah yang kokoh untuk dapat mewujudkan keberhasilan pembangunan. Dapat dikatakan bahwa Bappeda sangat berperan penting dalam pembangunan dan hal yang menentukan arah kebijaksanaan pemerintah daerah dalam bidang perencanaan pembangunan di daerah. Kabupaten Lampung Utara Termasuk dalam kategori daerah tertinggal di Indonesia melalui Program Bedah Desa, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah sangat berperan dalam Persiapan, Perencanaan, pelaksanaanya sekaligus mengkoordinir dinas-dinas lain yang terkait. Namun dalam pelaksanaan koordinasi dari persiapan, perencanaan pembangunan sampai dengan pelaksanaannya banyak menemui hambatan dan kesulitan.


(20)

Hal ini disebabkan Indonesia menganut sistem desentralisasi yang mempunyai kelemahan yaitu banyaknya organ pemerintah yang terlibat, sehingga menciptakan pemerintah yang komplek dan mempersulit koordinasi, sedangkan program pembangunan mempunyai sifat antar sektor yang melibatkan lebih dari satu instansi. Keberhasilan pelaksanaan program yang demikian pada akhirnya ditentukan oleh kerjasama yang baik antar instansi yang terlibat. Dalam hal ini koordinasi antar instansi yang memegang peranan penting.

Pengembangan kawasan perdesaan terpadu tersebut membutuhkan proses transformasi sosial ekonomi masyarakat perdesaan yang meliputi pengembangan kualitas sumber daya manusia, pemberdayaan ekonomi rakyat dan pengembangan kawasan permukiman. Dalam hal ini dibutuhkan penyediaan input dan proses kegiatan dalam pelaksanaan pembangunan perdesaan yang diarahkan untuk (1) meningkatnya kualitas kehidupan dan pendapatan masyarakat perdesaan, (2) mengembangkan kegiatan produksi unggulan perdesaan dan/atau kabupaten; (3) memperkuat kapasitas kelembagaan, dan (4) mengembangkan fungsi dan kualitas

kawasan permukiman.2

Dari latar belakang di atas maka penulis mengambil judul: PERAN BAPPEDA DALAM MEWUJUDKAN KAWASAN PERDESAAN TERPADU DI KECAMATAN TANJUNG RAJA KABUPATEN LAMPUNG UTARA.

2Ibid


(21)

6

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Permasalahan

Permasalahan dalam tesis ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah peran BAPPEDA dalam mewujudkan Kawasan Perdesaan

Terpadu di Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Lampung Utara?

b. Apakah yang menjadi Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam

mewujudkan Kawasan Perdesaan Terpadu di Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Lampung Utara?

2. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup dari penelitian ini dilihat dari substansinya merupakan kajian Ilmu Hukum Administrasi Negara dan dilihat dari sudut lokasi penelitian dibatasi pada peran Bappeda dalam mewujudkan Kawasan Perdesaan Terpadu di Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Lampung Utara.

C. Tujuan Pelitian dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas maka, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Menganalisis pelaksanaan pengembangan kawasan perdesaan terpadu.

b. Menganalisis Peran Bappeda dalam kawasan perdesaan Terpadu di Kabupaten Lampung Utara


(22)

2. Kegunaan Penelitian

Secara garis besar kegunaan penelitian ini adalah : a. Kegunaan Teorietis

Kegunaan penelitian ini berkaitan dengan masalah agar dapat memberikan sumbangsih pemikiran untuk Kabupaten Lampung Utara mengenai Peran Bappeda dalam kawasan perdesaan Terpadu di Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Lampung Utara. Selain itu juga untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, yang diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran dan untuk melengkapi serta menambah bacaan-bacaan yang mungkin sudah ada khususnya yang menyangkut masalah tersebut.

b. Kegunaan Praktis

Kegunaan penelitian ini secara praktis sebagai bahan pemikiran dan masukan untuk Peran Bappeda dalam kawasan perdesaan Terpadu di Kabupaten Lampung Utara. Kegunaan secara praktis ini berguna bagi Masyarakat di Kecamatan Tanjung Raja Lampung Utara, pemerintah daerah, sehingga dapat menjadi acuan dalam penerapan peran Bappeda dalam kawasan perdesaan terpadu di Kabupaten Lampung Utara yang berkualitas.

D. Kerangka Teorietis dan Konseptual l. Kerangka Teori

Berpijak pada studi efektifitas hukum merupakan suatu kegiatan yang memperlihatkan suatu strategi perumusan masalah yang bersifat umum, yaitu suatu


(23)

8

perbandingan realitas hukum dengan ideal hukum. Secara khusus terlihat jenjang antara hukum dalam tindakan dengan hukum dalam teori. Roscouepound menyatakan bahwa, kegiatan ini akan memperlihatkan kaitan antara law in books dan law in

action, 3

Jelaslah bahwa studi efektifitas hukum adalah menelaah apakah hukum itu berlaku atau tidak. Untuk mengetahui berlakunya hukum ditempuh dengan cara membandingkan antara ideal hukum (kaidah yang dirumuskan dalam undang-undang atau keputusan hakim) dengan realitas hukum (hukum dalam tindakan). Apabila ideal hukum berhasil mengatur sikap tindak atau prilaku tertentu, maka hal itu dikatakan hukum berhasil mencapai tujuannya. Sebaliknya, apabila ideal hukum tidak berhasil mengatur sikap tindak atau prilaku tertentu, hal ini dikatakan hukum gagal mencapai tujuannya.

Pasal 19 huruf (b) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kewenangan lokal berskala desa adalah kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat desa yang telah dijalankan oleh Desa atau mampu dan efektif dijalankan oleh desa atau yang muncul karena perkembangan desa dan prakarsa masyarakat desa. Kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahannya sendiri tersebut mencakup pula kewenangan dalam penyelenggaraannya, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi.

3


(24)

Teori kewenangan menurut Ridwan HR, adalah hukum organisasi pemerintah, yang dapat dijelaskan sebagai keseluruhan aturan-aturan yang berkenaan dengan perolehan dan penggunaan wewenang pemerintah oleh subjek hukum publik di dalam

hubungan hukum publik4. Hal tersebut menjelaskan bahwa kewenangan adalah suatu

aturan-aturan yang diberikan kepada organisasi pemerintah untuk menjalankan peranananya berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Menurut Bagir Manan, wewenang daiam bahasa hukum tidak sama dengan kekuasaan (match). Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat atau tidak berbuat. Di dalam hukum, wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban. Berkaitan dengan pemerintahan, hak mengandung kekuasaan untuk mengatur dan mengelola, sedangkan kewajiban secara horizontal berarti kekuasaan untuk menyelenggarakan pemerintahan sebagaimana mestinya. Vertikal berarti kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan dalam suatu tertib ikatan pemerintahan negara secara keseluruhan.

Secara teorietis kewenangan yang bersumber dari peraturan

perundangundangan diperoleh rnelalui 3 (tiga) cara, yaitu:

a. Atribusi adalah wewenang yang melekat pada suatu jabatan yang berasal dari undang-undang.

b. Delegasi adalah pemindahan/pengalihan kewenangan yang ada atau dengan kata lain pemindahan kewenangan atribusi kepada pejabat dibawahnya dengan dibarengi pemindahan tanggungi awab.

4


(25)

10

c. Mandat dalam hal ini tidak ada sama sekali pengakuan kewenangan atau pengalih

tanganan kewenangan, yang ada hanya janji kerja intern antara penguasa dan pegawai.

Selain teori kewenangan, juga digunakan teori Perencanaan menurut Sondang P Siagian. Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran penentuan secara matang dari hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka yang telah ditentukan.

Pengertian lain perencanaan adalah Aktifitas pokok dalam manajemen yang menggambarkan hal-hal yang akan dikerjakan dan cara mengerjakannya dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perkerjaaan perencanaan ini merupakan salah satu fungsi manajer, di samping fungsi-fungsi pokok lainnya, yaitu penggerakan dan pengontrolan.5

Tujuan dari perencanaan pembangunan daerah adalah mempersiapkan rencana, menyusun dan menilai, pelaksanaan program pemerintah daerah, baik daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota yang bersifat otonomi, karena pentingnya perencanaan pembangunan daerah tersebut maka diperlukan koordinasi dalam arti mengatur dan membina kerjasama dalam penyusunan program pemerintah daerah.

5


(26)

Suatu pembangunan nasional dan daerah memerlukan perencanaan yang menyeluruh, terarah, dan terpadu untuk menghasilkan serta mencapai kemajuan seperti yang diharapkan, perencanaan pembangunan daerah itu dikoordinasikan oleh suatu badan yakni bappeda. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Utara Nomor 21 tahun 2011 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Utara, Badan perencanaan pembangunan daerah mempunyai tugas pokok membantu kepala daerah dalam menyusun dan menentukan kebijaksanaan di bidang perencanaan pembangunan penelitian dan pengembangan wilayah serta penilaian atas pelaksanaannya.

Untuk mencapai hasil pembangunan yang memuaskan maka perlu perencanaan dalam menentukan prioritas pembangunan dan menentukan program atau proyek-proyek pembangunan berdasarkan sumber dan kemampuan yang ada, suatu usaha tanpa direncanakan terlebih dahulu belum tentu membawa hasil yang memuaskan, sekalipun telah diorganisir, digerakkan dan dikontrol dengan teliti.

Kaitannya dengan perancanaan dan pelaksanaan kawasan perdesaan terpadu, efektif atau tidaknya tidak terlepas dari peranan Kepala Daerah atau Bupati, sekaligus Kepala Wilayah dan administrator pembangunan serta koordinator pembangunan kawasan perdesaan terpadu yang harus mampu memimpin, membina, mengawasi dan mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kawasan perdesaan terpadu serta dapat mengarahkan masyarakat mengerti akan pentingnya pembangunan yang sedang dilaksanakan.


(27)

12

Tugas pokok Kepala Daerah adalah sebagai pelaksana kebijakan daerah atau administrator, sebagai manifestasi dari kebijakan yang berupa kebijaksanaan di bidang pembangunan, Bupati tidak dapat melaksanakannya sendiri, melainkan perlu

dibantu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.6

Peranan (role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status) apabila seseorang (badan) telah melakukan hak dan kewajibannya, maka ia telah menjalankan sesuatu peranan tersebut,7 Selanjutnya dinyatakan :

“Peranan adalah suatu sistem kaidah-kaidah yang berisikan patokan-patokan

prilaku pada kedudukan-kedudukan tertentu di dalam masyarakat, kedudukan mana yang mempunyai peranan tadi dinamakan pemegang peran tersebut

(role perpormance). Suatu peranan tertentu dari pribadi atau kelompok dapat

dijabarkan sebagai berikut :

a. Peranan yang ideal (ideal role),

b. Peranan yang seharusnya (expected role)

c. Peranan yang dianggap oleh diri sendiri (perceived role)

d. Peranan yang sebenarnya ditentukan (actual role) 8

Penyelesaian permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pemerintahan dengan membuat keputusan-keputusan yang berasionalitas maksimal dan menjadikan efisiensi dapat berjalan secara otomatis dalam masyarakat. Untuk meneliti peran

6

Yosef Riwo Kaho. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia. Rajawali Press, Jakarta. 1980. hlm.51.

7

Soerjono Soekanto. Tata Cara Penyusunan Karya Ilmiah Bidang Hukum. Gramedia Indonesia, Jakarta. 1982. hlm. 1219

8Ibid.


(28)

Bappeda dalam menyusun kebijaksanaan, peneliti mengacu pada teori yang dikemukakan JHA. Logeman9 yaitu :

“Negara adalah suatu organisasi, yaitu sekelompok manusia yang dengan

bekerjasama dan pembagian tugas mengusahakan suatu tujuan bersama. Dengan pembagian tugas masing-masing dari mereka yang bekerjasama itu mempunyai suatu tugas tertentu dalam hubungan dengan keseluruhan, ini

yang disebut suatu “fungsi” dan khusus mengenai negara, fungsi itu disebut

“jabatan”. Tiap-tiap organisasi mempunyai pimpinan tertinggi, yang

dipercayakan kepada pejabat-pejabatnya yang tertinggi. Bagi negara, pimpinan tertinggi itu adalah Pemerintah. Tugasnya adalah menjaga agar semua bagian dari organisasi masing-masing mengusahakan tujuan yang tepat

dengan cara yang tepat”.

Teori peranan yang dikemukakan Soerjono Soekanto di atas digunakan untuk menunjukkan berfungsi atau tidaknya suatu kedudukan dalam hubungan dengan tugasnya. Berdasarkan teori tersebut peranan dapat diasumsikan bahwa kedudukan dan fungsi tersebut dapat dikatakan berperan apabila telah memiliki tiga syarat, yaitu:

(1) Kedudukan dalam kaitan dengan fungsinya berperan sebatas apa yang terkonsep

dalam Undang-Undang, artinya dalam melakukan perannya Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah hanya mampu melaksanakan ketentuan normatif saja.

9


(29)

14

(2) Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah dapat melaksanakan perannya tidak hanya sebatas normatifnya saja, namun lebih luas, yaitu dapat menyusun kebijakan untuk mencapai apa yang menjadi tujuan dari peran tersebut.

(3) Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah dalam kaitan dengan fungsinya berperan sebatas yang berkualifikasi actual, yaitu melakukan perannya yang sangat tergantung dari situasi dan kondisi serta sarana dan prasarana untuk mencapai tujuannya.

Relevansi peranan dan fungsi Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Utara No 21 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Utara, menjelaskan hal tersebut yaitu mempunyai tugas pokok dan fungsi membantu Kepala Daerah dalam menyusun dan menentukan kebijakansanaan dan pengembangan wilayah serta penilaian atas pelaksanaannya, fungsi Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah sebagaimana dimaksud di atas meliputi :

a. Menyusun perumusan kebijakan teknis perencanaan;

b. Melakukan pengoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan;

c. Penyusunan dokumen perencanaan pembangunan

d. Melakukan pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan

pembangunan daerah; dan

e. Melakukan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya


(30)

Daerah tertinggal adalah daerah kabupaten yang masyarakat dan wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain secara nasional. Penetapan kabupaten tertinggal didasarkan pada seperangkat indikator yaitu: sumber daya manusia, akses terhadap pendidikan dan kesehatan, ekonomi (kemiskinan dan lapangan pekerjaan), infrastruktur (air bersih, listrik, jalan, dan telekomunikasi), kapasitas fiskal, dan karakteristik daerah (rawan bencana, banjir).

Forum Bedah Desa adalah forum multistakeholder untuk mendukung

pengembangan perdesaan terpadu. Forum Bedah Desa berkedudukan di Kabupaten. Pembentukan Forum Bedah Desa difasilitasi oleh fasilitator kabupaten dan Bappeda/Tim Koordnasi Kabupaten Program Bedah Desa.

2. Kerangka Konseptual

Pada penulisan tesis ini penulis rnenggunakan beberapa istilah yang pengertiannya adalah sebagai berikut:

a. Peranan adalah suatu sistem kaidah-kaidah yang berisikan patokan-patokan prilaku pada kedudukan-kedudukan tertentu di dalam masyarakat, kedudukan mana yang mempunyai peranan tadi dinamakan pemegang peran (role performance).10 b. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah yang selanjutnya disebut Bappeda

adalah badan staf yang langsung berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati sebagai Kepala Daerah, yang memiliki tugas pokok membantu Bupati

10

Soerjono Soekanto. Tata Cara Penyusunan Karya Ilmiah Bidang Hukum. Gramedia Indonesia, Jakarta. 1982. hlm. 1220.


(31)

16

dalam menentukan kebijaksanaan di bidang perencanaan pembangunan, serta penilaian atas pelaksanaannya. 11

c. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

d. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. 12

e. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga

yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis. 13

f. Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan ekonomi utama pada bidang pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan, dan pengelolaan sumberdaya alam lainnya dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat

11

Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Utara Nomor 21 tahun 2011 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja perangkat daerah kabupaten lampung utara

12Ibid 13


(32)

permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. 14

g. Kawasan Perdesaan Terpadu adalah terpadu secara multistakeholders

(kelembagaan yang mendukung kegiatan/berbagai instansi, terpadu secara pendanaan dan terpadu secara kawasan/ruang). 15

14Ibid.

hlm 3


(33)

18

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Perencanaan Pembangunan Daerah

1. Pengertian Perencanaan

Perencanaan adalah proses continue, yang terdiri dari keputusan atau pilihan dan berbagai cara untuk menggunakan sumber daya yang ada, dengan sasaran untuk mencapai tujuan tertentu dimasa mendatang. Pada dasarnya segala kegiatan pembangunan itu baru akan terarah apabila dilandaskan pada suatu perencanaan pembangunan dan dikontrol, serta dievaluasi. Banyak pendapat tentang perncanaan pembangunan, antara lain pendapat yang dikemukakan oleh Sondang P Siagian.1 Menurutnya perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran penentuan secara matang dari hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka yang telah ditentukan.

Sementara itu menurut Pariata Westra. 2 dalam bukunya Ensklopedia Administrasi, perencanaan adalah :

Aktivitas pokok dalam manajemen yang menggambarkan hal-hal yang akan dikerjakan dan cara mengerjakannya dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perkerjaaan perencanaan ini merupakan salah satu fungsi manajer, disamping fungsi-fungsi pokok lainnya, yaitu penggerakan dan pengontrolan.

1

Sondang P Siagian. Administrasi Pembangunan, Gunung Agung, Cetakan 10, Jakarta. 1983. hlm. 18


(34)

Sebagaimana dikemukakan oleh Soul M. Ketz, dalam bukunya A. Sistem

Approach to Development Administration, yang dikutip Bintaro

Tjokroamidjojo3, bahwa perencanaan merupakan suatu hal yang sangat penting, yaitu :

1) Dengan adanya perencanaan diharapakan terdapatnya suatu pengarahan

kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan bagi kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan pembangunan.

2) Dengan perencanaan maka dilakukan suatu perkiraan terhadap hal-hal dalam pelaksanaan yang akan dilalui. Perkiraan dilakukan mengenai potensi-potensi dan prospek-prospek perkembangan tetapi juga mengenai hambatan-hambatan dan resiko-resiko yang mungkin dihadapi. Perencanaan mengusahakan supaya ketidakpastian dapat dibatasi sedikit mungkin.

3) Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara yang terbaik (the best alternative) atau kesempatan untuk memiliki kombinasi cara yang terbaik (the best combinasition)

4) Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas, memilih urutan-urutan dari segi pentingnya suatu tujuan, sasaran maupun kegiatan usahanya. 5) Dengan adanya rencana maka akan ada suatu alat pengukur atau standar untuk

mengadakan pengawasan/kontrol.

Czeslaw Brobowski (Basic Problem of Planning, 1964) memberikan difinisi

tentang perencanaan yaitu “Perencanaan adalah suatu himpunan dari keputusan akhir,

3


(35)

20

keputusan awal dan dan proyeksi kedepan yang konsisten dan mencakup beberapa periode waktu, dan tujuan utamanya adalah mempengaruhi seluruh perekonomian

suatu negara”. 4

Diana Conyers dan Peten Hits (An Introduction Development Planning in the

Trird Woeld, 1984) menyatakan bahwa “Perencanaan dalah proses yang kontinyu,

yang terdiri dari keputusan atau pillihan dari berbagai cara untuk menggunakan sumber daya yang ada, dengan sasaran untuk mencapai tujuan tertentu dimasa mendatang, sehingga ia mendifinisikan perencanaan teknik/cara untuk mencapai tujuan, untuk mewujudkan maksud dan sasaran tertentu yang telah ditentukan

sebelumnya dan telah dirumuskan dengan baik oleh Badan Perencanaan Pusat” 5

Memperhatikan pendapat di atas dapat ditarik pengertian bahwa perencanaan adalah suatu proses yang menghasilkan suatu rencana merupakan pemikiran-pemikiran kedepan secara matang yang mewujudkan pengambil keputusan sebagai persiapan untuk melakukan tindakan-tindakan terhadap pencapaian tujuan tersebut dilakukan satu himpunan pengambilan keputusan.

Dari difinisi yang telah diberikan di atas terlihat adanaya berbagai elemen dalam perencanaan yang perlu diuraikan lebih lanjut antara lain :

a. Merencanakan berarti memilih

4

Fahmi Agus Wibowo. Konsep Dasar Perencanaan. Fahmiagus@blogspot.com. 2013


(36)

Menunjukkan bahwa dalam melakukan perencanaan, para pengambil keputusan harus mampu melakukan suatu pilihan, karena tidak semua kebijakan dapat dilakukan secara sekaligus.

(1) Memilih berbagai alternatif tujuan agar terdapat kondisi yang lebih baik. (2) Memilih cara/kegiatan untuk mencapai tujuan/sasaran dari kegiatan tersebut.

b. Perencanaan sebagai alat untuk mengalokasikan sumber daya.

Perencanaan harus dapat memutuskan agar berbagai potensi sumber daya yang ada (SDA, SDM, dan Modal) dapat dimanfaatkan sebaik mungkin. Oleh karenanya jumlah dan mutu berbagai sumber daya ini menjadi sangat penting dalam proses menetukan berbagai tindakan. Di lain pihak, sumber daya terbatas sehingga perlu dilakukan pengalokasian sumber daya sebaik mungkin. Konsekuensinyapengumpulan dan analisis data dan informasi mengenai ketersedian sumber daya yang ada menjadi sangat penting. 6

c. Perencanaan sebagai alat untuk mencapai tujuan/sasaran.

Hal ini memunculkan masalah lain mengenai bentuk dan tujuan yang ingin dicapai serta proses memformulisasikan tujuan/goal tersebut beberapa masalah yang dihadapi dalam pembuatan tujuan tersebut antara lain:

(1) Tujuan tidak terdifinisikan dengan baik (2) Tujuan tidak realistis

(3) Perencanaan cenderung mencapai lebih dari satu tujaan, dan kadang-kadang tujuan tidak konsisten satu sama lain

6

Sondang P Siagian, MPA, Ph D. Administrasi Pembangunan, Gunung Agung, Cetakan 10, Jakarta. 1983. hlm. 38


(37)

22

(4) Tujuan dipertanyakan atau tidak sesuai dengan tujuan pengambilan keputusan lain.

d. Perencanaan berhubungan dengan masa yang akan datang, sehingga sangat berkaitan dengan masalah ketidak pastian implikasinya perencanaan sangat berkaitan dengan kegiatan.

(1) Proyeksi/pridiksi mengenai apa yang akan terjadi dimasa datang (2) Penjadwalan kegiatan, dan

(3) Monitoring dan Evaluasi 7 e. Perencanaan sebagai suatu proses

Perkembangan perencanaan pada dasarnya juga merupakan suatu proses. Dengan demikian terlihat bahwa orientasi perencanaanpun selalu berubah dari waktu ke waktu. Beberapa perubahan yang dapat didifinisikan :

(1) Perubahan kesadaran akan perlunya perencanaan

Dulu perencanaan dilakukan setelahada masalah, sedangkan perencanaan dilakukan untuk mencegah kegagalan di masa mendatang. Dengan demikian dibutuhkan berbagai forecasting yang tekhniknya terus berkembang dari waktu ke waktu.

(2) Perubahan metode

Dulu bentuk perencanaan lebih tertutup dan terpisah satu sama lain. Dengan demikian terdapat berbagi perencanaan yang terpisah satu sama lin, sekarang hubungan berbagai faktor ekonomi integritas dari berbagai bagian tertutup dari kebijakan ekonomi.

7Ibid.


(38)

(3) Tujuan intervensi lebih luas

Dulu tujuan dari perencanaan adalah untuk “menyembuhkan”permasalahan

(negatif) yang muncul. Sekarang perencanaan digunakan untuk

menyesuiakan diri dari proses ekonomi. Perrencanaan menjadi kegiatan normal pemerintah dalam menjalankan fungsinya dan dalam proses produktif.

2. Pengertian Pembangunan

Sondang P siagian.8 mendefinisikan Pembangunan yaitu : “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa negara dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (natton building)”.

Pembangunan dapat pula diartikan sebagai proses tindakan untuk mengubah kehidupan dan penghidupan penduduk, sehingga dapat memenuhi segala macam dan bentuk kebutuhan secara layak, bahkan mampu memenuhi peningkatan kebutuhan perkembangan penduduknya serta sesuai ilmu tekhnologi dan tekhnik yang semakin maju. Apabila definisi di atas dijabarkan lebih lanjut akan terlihat beberapa ide pokok

yang terkandung didalamnya sebagaimana dikemukakan oleh Sondang P Siagian. 9

8Ibid.

. hlm.2

9


(39)

24

3. Pengertian Perencanaan Pembangunan Daerah

Setelah kita mengetahui definisi pembangunan, maka selanjutnya perlu diketahui pengertian perencanaan pembangunan. Perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai kegiatan yang merupakan proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dimana pemilihan tujuan dilakukan secara sadar atas dasar skala kebutuhan dan dengan memperhatikan faktor-faktor keterbatasan yang ada.

Ketika menyusun suatu perencanaan pembangunan, maka ada lima hal pokok yang perlu mendapat perhatian, yaitu :

a. Permasalahan dan potensi yang ada

b. Tujuan serta sasaran yang ingin dicapai

c. Kebijaksanaan dan cara untuk mencapai tujuan dan sasaran etrasebut

d. Penerjemahan rencanan kedalam bentuk program yang nyata.

e. Jangka waktu pencapaian tujuan

Pengertian perencanaan pembangunan sebagaimana telah diuraikan di atas, merupakan pengertian perencanaan pembangunan secara umum. Dalam kaitannya dengan penelitian ini perencanaan pembangunan yang dimaksudkan adalah perencanaan pembangunan daerah. Perencanaan pembangunan daerah dalam arti sempit adalah perencanaan pembangunan yang akan dilaksanakan oleh aparat Pemerintah Daerah, Sedangkan perencanaan pembangunan daerah dalam arti luas


(40)

adalah seluruh kegiatan perencanaan pembangunan yang akan dilaksanakan di daerah, baik oleh aparat Pemerintah Daerah, Pusat maupun masyarakat.

4. Proses Pengambilan Keputusan Perencanaan

Perencanaan merupakan kegiatan pengambilan keputusan dari sejumlah pilihan mengenai sasaran dan cara-cara yang akan dilaksanakan dimasa depan guna mencapai tujuan yang diinginkan, serta perantaraan dan penilaian atas perkembangan hasil pelaksanaannya yang akan dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan Dadang Solihin. 10

Proses pengambilan keputusan perencanaan secara sistematis dan berkesinambungan dapat dilaksanakan melalui perencanaan jangka panjang, menengah dan tahunan.

a. Perencanaan Jangka Panjang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disingkat RPJP Daerah Kabupaten Lampung Utara Tahun 2005-2025 adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun, sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008. Kurun waktu dua puluh tahun dipergunakan sebagai tolak ukur waktu perubahan generasi suatu bangsa. Visi adalah gambaran masa depan yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu visi bersifat kearifan yang menyentuh hati dan menggerakan jiwa untuk berbuat. Rumusan visi menjadi inspirasi, motivasi

10

Solihin, Dadang, Proses pengambilan Keputusan Perencanaan, disampaikan pada kursus Tehnik dan Manajemen Perencanaan Pembangunan Tingkat Dasar Angkatan ke-28 Pendidikan dan Latihan LPEM-FE Universitas Indonesia, Jakarta. 2002.


(41)

26

dan bernegara menuju masa depan yang dicita-citakan. Visi Kabupaten Lampung Utara 2025 mencakup aspek kehidupan berbangsa dan bernegara dengan memperhatikan tantangan yang dihadapi saat ini dan masa akan datang, serta memperhitungkan kecenderungan terlaksananya secara terukur pada tahun 2025

sebagai visi 2025 adalah “Terwujudnya masyarakat Indonesia yang religious, bersatu,

demokrasi, adil, sejahtera, maju dengan penyelenggaraan yang baik dan bersih”.

Dengan visi tersebut jelaslah kearahmana perecanaan 25 tahun yang akan datang, terutama yang menyangkut masalah Pembangunan Bangsa Indonesia kedepan dengan harapan mencakup seluruh aspek kehidupan bangsa dan Negara.

Perwujudan visi Indonesia 2025, tidak lepas dari berbagai tantangan, ada 7 (tujuh) macam tantangan keadaan dan perubahan saat ini dan masa depan, baik dari dalam maupun dari luar negeri, yaitu:

(1) Pemantapan peraturan bangsa dan kesatuan Negara,

(2) Sistem hukum yang adil

(3) Sistem politik yang demokratif,

(4) Sistem ekonomi yang adil dan produktif,

(5) Sumber daya manusia yang bermutu

(6) Sistem social yang beradab (7) Globalisasi

(Dadang Solihin) 11


(42)

Tantangan-tantangan tersebut akan terjadi dimana saja dan kapan saja diseluruh wilayah Indonesia, baik dari tingkat daerah sampai ketingkat pusat.

b. Perencanaan Jangka Menengah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJM Daerah Kabupaten Lampung Utara Tahun 2009-2014 adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun.

Perwujudan visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, melalui misi sebagai berikut :

(1) Pengamalan Pancasila secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara

(2) Penegakan kedaulatan rakyat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

(3) Peningkatan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari untuk

mewujudkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan dan mantapnya persaudaraan umat beragama yang berakhlak, toleran, rukun dan damai.

(4) Penjaminan kondisi aman, damai, tertib dan ketentraman masyarakat.

(5) Perwujudan sistem hukum nasional, dan menjalin tegaknya supremasi hukum dan hak asasi manusia berlandaskan keadilan dan kebenaran.


(43)

28

(6) Perwujudan kehidupan social budaya yang berkepribadian, dinamis, kreatif dan berdaya tahan pengaruh globalisasi

(7) Pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional, terutama pengusaha kecil, menengah dan koperasi dan mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan yang berbasis pada sumber daya alam dan sumber daya manusia yang produktif, mandiri, maju, berdaya saing, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

(8) Perwujudan kesejahteraan rakyat yang ditandai oleh meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat serta member perhatian utama pada tercukupnya kebutuhan dasar yaitu pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan dan lapangan kerja.

(9) Perwujudan aparatur Negara yang berfungsi melayani masyarakat, professional, berdaya guna, produktif, transparan, beban dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.

(10)Perwujudan sistem iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu guna memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas,sehat, berdisiplin dan bertanggungjawab, berketrampilan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia.

(11)Perwujudan politik luar negeri yang berdaulat, bermartabat, bebas dan produktif bagi kepentingan nasional dalam menghadapi perkembangan global. 12


(44)

c. Perencanaan Tahunan

Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (Rapetada) merupakan pelaksanaan Program Pembangunan Nasional (Propenasi). Rapetada memuat keseluruhan kebijakan publik yang terkait dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Kebijakan tersebut ditetapkan bersama-sama oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Pemerintah. Dengan cakupan dan cara penetapan tersebut Rencana Pembangunan Tahunan mempunyai fungsi pokok :

(1) Menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (penyelenggara Negara baik di pusat maupaun di daerah) dan masyarakat (termasuk dunia usaha), karena memuat keseluruhan kebijakan publik.

(2) Menjadi pedoman dalam menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, karena memuat arah kebijakan pembangunan nasional dalam satu tahun.

(3) Menciptakan kapasitas kebijakan, karena merupakan komitmen bangsa yang ditetapkan oleh eksekutif dan legislatif.

Mengingat ketersediaan sumber daya yang terbatas, maka perlu ditetapkan fokus prioritas pembangunan nasional tahunan yang mengarah pada rencana tindak. Pemecahan akan permasalahan prioritas pembangunan nasional ditetapkan dengan pertimbangan :

(1) Berdampak luas pada penyelesaian permaslahan yang dihadapi bangsa

(2) Bersifat penting dan mendesak untuk segera dilaksanakan dalam tahun yang bersangkutan.


(45)

30

Salah satu permasalahan yang menonjol adalah bidang ekonomi. Masalah kronis dibidang ini lambat laun akan merembet pada bidang-bidang lain dalam Perencanaan Nasional yang mencakup seluruh bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Beberapa masalah kronis tersebut antara tercermin pada membengkaknya pinjaman luar negeri (pemerintah dan swasta), ketahanan perubahan yang relatif masih terbatas, dan kekayaan sumber daya alam yang belum bermanfaatkan secara optimal bagi kepentingan bangsa dan Negara.

Permasalahan tersebut, tidak menutup kemungkinan akan terjadi pula di daerah-daerah, terutama di Kabupaten/Kota, sehingga upaya mengurangi ketergantungan terhadap luar negeri perlu dicarikan solusinya, yaitu dengan cara

menggunakan kerangka kebijakan (regulatory framework) untuk merangsang

partisipasi masyarakat dalam melaksanakan pembangunan sehingga memungkinkan pemerintah berkonsentrasi pada tugas yang memang harus dilaksanakan.

B. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

Menurut Davidov dan Reiner yang dikutip dari Ateng Syafrudin, Perencanaan dapat berarti: “Suatu proses untuk menetapkan tindakan yang selayaknya. Dengan demikian pilihan-pilihan yang tersediakan membentuk suatu proses perencanaan yang terdiri atas tiga macam peringkat: pertama, memilih tujuan dan syarat-syarat, kedua, mengenai seperangkat alternatif yang bersifat konsisten dengan ketentuan-ketentuan umum tersebut serta memilih suatu alternatif yang dikehendaki, ketiga, mengarahkan


(46)

tindakan-tindakan yang menuju kepada pencapaian tujuan-tujuan yang telah

ditentukan”13

Dalam arti sempit perencanaan merupakan kegiatan persiapan dalam perumusan kebijaksanaan; sedang dalam arti yang luas perencanaan itu mencakup perumusan kebijaksanaan, penetapan kebijaksanaan dan pelaksanaan kebijaksanaan tersebut. Pemikiran demikian timbul dari adanya bermacam teori perencanaan. 14 Person mengemukakan delapan sifat khusus dari fungsi perencanaan, yaitu:

1. Perencanaan menyatukan penyelidikan dengan penyelenggraan dan membuat

kedua-duanya berlangsung terus bersama-sama.

2. Perencanaan merupakan proses yang kontinu, karena administrasi darimana ia merupakan suatu bagian, adalah dinamis

3. Perencanaan membedakan antara yang konstan dan yang bervariasi dalam suatu situasi

4. Sedapat mungkin harus berlangsung dalam perkiraan standa-standar yang meliputi tujuan-tujuan yang dirumuskan dengan tepat, kualitas dan cara-cara serta alat-alat penghasil yang bersifat teknologi yang dirumuskan dengan tepat baik yang berupa manusia maupun yang berupa materi

5. Untuk suksesnya perencanaan tergantung pada organisasi fungsional dan

pembagian tanggung jawab

13

Ateng Syafrudin, Perencanaan Administrasi Pembangunan Daerah, Mandar Maju. Bandung, 1993. hlm.5


(47)

32

6. Harus berlangsung dalam tingkatan-tingkatan yang bermacam-macam

masing-masing dengan spesialisasinya yang wajar

7. Perencanaan adalah fungsi yang integral bukan suatu fungsi yang terlepas

8. Perencanaan memerlukan suatu standar yang terakhir yang dapat diukur misalnya

laba, untuk membuatnya benar – benar efektif.15

Badan perencanaan adalah sebuah organisasi yang terpisah, dengan kantor dan badan stafnya sendiri. Tanggung jawab secara kemitraan untuk badan tersebut berbeda-beda disetiap negara. Sering badan tersebut bekerja di bawah Kementerian Keuangan. Ini bukan pemecahan terbaik, karena pandangan pejabat-pejabat keuangan dan pejabat-pejabat perencanaan tidak sama. Seorang pejabat perencanaan harus lebih tertarik dengan pembuatan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan menetapkan tujuan-tujuan baru.16

Tetapi Badan Perencana harus bekerja sama dengan Kementerian Keuangan untuk memepersiapkan anggaran modal tahunan. Mereka bisa saja mudah saling bertabrakan satu sama lain kecuali tanggung jawab mereka telah diberi batas dengan jelas, dan peralatan untuk koordinasi tetap jalan dengan lancar.17

Hubungan kekuasaan (gezagsver houding) antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah juga merupakan hubungan dan pembagian tugas negara kepada penyelenggara negara pada tingkat pusat secara nasional dan daerah secara regional

15

Ibid., hlm.23

16

W. Arthur Lewis, Perencanaan Pembangunan, Rineka Cipta, Jakarta, 1994. hlm. 316

17Ibid


(48)

dan lokal. Pembagian tugas kewajiban dan kewenangan serta tanggung jawab secara vertikal menurut Undang-Undang Dasar 1945 ditetapkan berdasarkan:

a) Pelimpahan tugas kewajiban dan kewenangan (dekosentrasi)

b) Penyerahan tugas kewajiban, kewenangan dan tanggung jawab tertentu

(desentralisasi)

c) Pengikutsertaan Pemerintah daerah untuk melaksanakan asas dekonsentrasi atas tanggung jawab pemerintah pusat.18

C. Kawasan Perdesaaan Terpadu

Definisi desa menurut Undang-Undang No 6 Tahun 2014 adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan ekonomi utama pada bidang pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan, dan pengelolaan sumberdaya alam lainnya dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Sedangkan, kawasan perdesaan terpadu adalah terpadu secara

18

Victor M. Situmorang, Hukum Administrasi Pemerintahan Di Daerah, Sinar Grafika, Jakarta, 1993. hlm. 95.


(49)

34

multistakeholders (kelembagaan yang mendukung kegiatan/berbagai instansi, terpadu

secara pendanaan dan terpadu secara kawasan/ruang).

Daerah tertinggal adalah daerah kabupaten yang masyarakat dan wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain secara nasional. Penetapan kabupaten tertinggal didasarkan pada seperangkat indikator, yaitu sumber daya manusia, akses terhadap pendidikan dan kesehatan, ekonomi (kemiskinan dan lapangan pekerjaan), infrastruktur (air bersih, listrik, jalan, dan telekomunikasi), kapasitas fiskal, dan karakteristik daerah (rawan bencana, banjir).

Bagian penting dalam pembangunan perdesaan terpadu adalah akumulasi modal (investasi) yang menjadi sumber-sumber pembiayaan pembangunan. Pada umumnya kawasan perdesaan memiliki sumber daya alam dan penduduk, akan tetapi belum menghasilkan produktifitas yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ketersediaan faktor-faktor produksi seperti lahan, tenaga kerja dan modal sosial masih belum memadai untuk menghasilkan nilai tambah ekonomi masyarakat perdesaan. Hal ini disebabkan adanya kelangkaan modal finansial yang mengalir masuk ke perdesaan, khususnya masyarakat. Bagi daerah tertinggal sekitar 81% adalah lahan bukan sawah yang terdiri dari hutan, perkebunan, rawa-rawa dan sejenisnya. Pengelolaan lahan semacam itu tentunya membutuhkan modal yang besar, dan hal ini sulit hanya mengandalkan pada pendanaan pemerintah.

Secara nasional, arah kebijakan pembangunan daerah tertinggal adalah meningkatkan pengembangan perekonomian daerah dan kualitas sumberdaya


(50)

manusia yang didukung oleh kelembagaan dan ketersediaan infrastruktur perekonomian dan pelayanan dasar sehingga daerah tertinggal dapat tumbuh dan

berkembang secara lebih cepat guna dapat mengatasi ketertinggalan

pembangunannya dari daerah lain yang sudah relatif lebih maju. Arah kebijakan selanjutnya ditempuh melalui strategi pembangunan yang disesuaikan dengan karakteristik ketertinggalan suatu daerah.

Operasional strategi percepatan pembangunan daerah tertinggal dilaksanakan dengan memperhatikan karakteristik daerah tertinggal yang sebagian besar memiliki karakteristik perdesaan. Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mendefinisikan kawasan perdesaan sebagai suatu wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

Kebijakan nasional yang mengarah pada pengembangan kawasan perdesaan ditindaklanjuti oleh Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) dengan program Percepatan Pembangunan Kawasan Perdesaan Terpadu (P2KPT). Program P2KPT ini disebut juga dengan istilah Bedah Desa yang dilakukan di kabupaten dengan dipilih dua desa atau lebih sebagai tempat pelaksanaan program.

Program Percepatan Pembangunan Kawasan Perdesaan Terpadu (P2KPT) atau Bedah Desa merupakan upaya pengembangan kawasan perdesaan secara terpadu yang dilaksanakan untuk meningkatkan dan mengembangkan ekonomi masyarakat


(51)

36

perdesaan sehingga tercapai sasaran masyarakat desa yang maju, produktif dan sejahtera. Pengembangan kawasan perdesaan terpadu tersebut membutuhkan proses transformasi sosial ekonomi masyarakat perdesaan yang meliputi pengembangan kualitas sumber daya manusia, pemberdayaan ekonomi rakyat dan pengembangan kawasan permukiman. Dalam hal ini dibutuhkan penyediaan input dan proses kegiatan dalam pelaksanaan pembangunan perdesaan yang diarahkan untuk:

a) meningkatnya kualitas kehidupan dan pendapatan masyarakat perdesaan, b) mengembangkan kegiatan produksi unggulan perdesaan dan/atau kabupaten; c) memperkuat kapasitas kelembagaan, dan

d) mengembangkan fungsi dan kualitas kawasan permukiman.

Penyediaan input kegiatan pelaksanaan pembangunan perdesaan meliputi: insentif atau regulasi yang mendorong pembangunan perdesaan, penciptaan suasana yang mendukung pengembangan investasi, dan pembangunan sarana prasarana perdesaan khususnya untuk meningkatkan keterhubungan dan aksesibilitas masyarakat perdesaan. Sedangkan dalam proses kegiatannya, mengupayakan terintegrasinya perencanaan Program Bedah Desa ke dalam proses perencanaan pembangunan yang secara reguler dilakukan oleh daerah dan pusat melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang). Secara teknis, didalamnya melibatkan kegiatan penyusunan rencana penyediaan input kegiatan seperti data potensi dan kebutuhan kawasan perdesaan, penataan kembali tata ruang dan tata guna lahan, penyiapan organisasi, penyiapan kelompok masyarakat, penyiapan rencana


(52)

pelaksana kegiatan dan pengelolaan pelaksanaan kegiatan serta pengawasan dan evaluasi kegiatan.

Produk Unggulan Kabupaten merupakan salah satu program KPDT dimana satu kabupaten daerah tertinggal didorong untuk fokus mengembangkan satu produk unggulan. Produk unggulan sendiri adalah produk atau komoditas yang ditetapkan oleh kabupaten menjadi produk unggulan karena melibatkan masyarakat banyak dalam berbagai rantai pasokan, berbasis sumberdaya lokal dan memiliki peluang pasar, serta unik.

D. Gambaran Umum Bappeda Lampung Utara 1. Tugas Pokok dan Fungsi

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Lampung Utara dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Utara. Kedudukan, tugas pokok dan fungsi Bappeda sebagai unsur perencanaan pembangunan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah bertugas melaksanakan penyusunan kebijakan perencanaan pembangunan daerah meliputi perumusan kebijakan, koordinasi perencanaan, pembinaan, pengendalian dan pelaksanaan tugas perencanaan pembangunan daerah dan penanaman modal.

2. Struktur Organisasi

Susunan organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Lampung Utara seperti yang tercantum dalam Peraturan Daerah Nomor


(53)

38

21 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Utara pada bagian kedua, paragraf 2 adalah sebagai berikut:

a. Kepala Badan

b. Sekretariat membawahi:

1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

2. Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan

3. Sub Bagian Perencanaan Program, Evaluasi dan Pelaporan.

c. Bidang Pendataan, Pengendalian, Penelitian dan Pengembangan, membawahi:

1. Sub Bidang Pendataan dan Pengendalian; dan

2. Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan;

d. Bidang Ekonomi, membawahi:

1. Sub Bidang Pertanian; dan

2. Sub Bidang Keuangan, Industri, Perdagangan, Koperasi, Pertambangan dan Energi.

e. Bidang Sosial Budaya, membawahi:

1. Sub Bidang Pemerintahan dan Sumber Daya Manusia; dan

2. Sub Bidang Budaya dan Kesejahteraan Rakyat.

f. Bidang Fisik dan Prasarana, membawahi:

1. Sub Bidang Prasarana Daerah; dan

2. Sub Bidang Pengembangan Wilayah.

g. Unit Pelaksana Teknis Badan


(54)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris, Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang menelaah hukum sebagai kaidah yang dianggap sesuai dengan penelitian yuridis normatif atau penelitian hukum tertulis. Pendekatan yuridis normatif dilakukan dengan cara melihat, menelaah hukurn serta hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum, sejarah hukum, perbandingan hukum, taraf sinkronisasi yang berkenaan dengan masalah yang akan dibahas di dalam tesis ini. Sedangkan pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan menelaah hukum dari aspek tindakan dan kebijaksanan dari pemerintah mengenai Peran Bappeda dalam kawasan perdesaan Terpadu di Kabupaten Lampung Utara yang berkualitas.

B. Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan penulis dalam penulisan tesis ini adalah sebagai berikut;

1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil penelitian lapangan melalui wawancara terhadap narasumber mengenai hal yang berhubungan dengan


(55)

40

Peran Bappeda dalam kawasan perdesaan Terpadu di Kabupaten Lampung Utara yang berkualitas.

2. Data sekunder yaitu data yang penulis peroleh dari studi kepustakaan (Library research) yang merupakan bahan ilmu pengetahuan hukum mengikat yang terdiri dari bahan hukum antara lain:

a. bahan hukum primer yaitu terdiri dari ketentuan perundang-undangan :

Dasar hukum Pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Perdesaan Terpadu atau Program Bedah Desa adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria

2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

3. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional;

4. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Pembagian Keuangan Pusat dan Daerah

5. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

6. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional

7. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

8. Undang Undang No. 39 Tentang Kementerian Negara Tahun 2008

9. Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa

10.Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2008 Tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan


(56)

11.Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 – 2014

12.Peraturan Presiden No. 56 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah

13.Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2010 tentang Prioritas Nasional

14.Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 tentang Pembangunan Berkeadilan 15.Peraturan Daerah No. 21 tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan

Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Utara.

b. bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yaug berhubungan dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan memahami bahan hukum primer antara literatur dan referensi.

a. bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus, bibliografi, ensiklopedia dan sebagainya.

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1) Prosedur pengumpulan data

Untuk memperoleh data penulis menggumkan langkah-langkah sebagai berikut: a. Studi Lapangan

studi lapangan merupakan usaha untuk mendapatkan data primer dan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara megajukan pertanyaan-pertanyaan yang


(57)

42

berkaitan dengan permasalahan yang ada dalarn tesis ini. Pertanyaan yang telah dipersiapkan diajukan kepada pihak-pihak yang bersangkuatan dengan maksud untuk memperoleh data, tanggapan dan juga jawaban dari responden, selain itu, untuk melengkapi penulisan tesis ini penulis juga melalarkan observasi untuk mendapatkan data-dita dan fakta-fakta yang berkaitan dengan permasalahan yang ada di dalam penulisan tesis ini.

b. Studi Kepustakaan

dimaksudkan untuk memperoeh data-data skunder Dalam hal ini penulis melakukan serangkaian kegiatan studi dokumentar dengan cara mernbaca, mencatat, mengutip buku-buku atau referensi dan menelaah peraturan perundang-undangan, dokumen dan informasi lain yang ada hubungannya dengan permasalahan yang ada di dalam tesis ini.

2) Prosedur Pengolahan Data

Setelah data tersebut terkumpul, pengolahan data dilakukan dengan cara :

a. Editing, dalam hal ini data yang masuk akan diperiksa kelengkapamya, kejelasannya, serta relevansinya dengan Penelitian.

b. Evaluating, yaitu memeriksa dan meneliti data untuk dapat diberikan penilaian apakah data tersebut dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan digunakan untuk penelitian.

c. Sistematika, yaitu data yang dikumpulkan disusun secara sistematis dan berurut sehingga memudahkan melakukan pembahasan dan penarikan kesimpulan.


(58)

D. Analisis Data

Deskriptif kualitatif yaitu menguraikan data ke dalam bentuk kalimat yang sistematis sehingga memudahkan untuk menarik kesimpulan dan menjawab permasalahan yang ada dalam penulisan skripsi ini. menarik kesimpulan itu dimaksudkan agar ada pengerucutan hasil penelitian yang dilakukan dengan cara pembuatan penulisan dengan metode khusus umum, maksudnya yaitu cara berfikir yang didasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus yang kemudian diambil kesimpulan secara umum, dimaksudkan untuk mendapatkan apa yang disimpulkan penulis dan mengajukan saran-saran .


(59)

80

IV. PENUTUP

A. SIMPULAN

1. Tugas Bappeda Kabupaten Lampung Utara dalam pelaksanaan kawasan

perdesaan terpadu yang meliputi : Persiapan, Perencanaan, Pelaksanaan dan Pendanaan, serta Monitoring dan Evaluasi. Berdasarkan hasil penelitian, Bappeda Kabupaten Lampung Utara cukup berperan dalam pelaksanaan kawasan perdesaan terpadu di 7 (Tujuh) Desa, Kecamatan Tanjung Raja yaitu melaksanakan fungsinya berdasarkan ketentuan secara normatif, dan juga berperan secara aktual yaitu dapat melakukan fungsinya berdasarkan situasi dan kondisi serta sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan pembangunan kawasan perdesaaan terpadu.

2. Faktor Pendukung dalam mewujudkan Kawasan Perdesaan Terpadu di 7 (Tujuh)

Desa, Kecamatan Tanjung Raja yaitu : Adanya komitmen pimpinan daerah dan dukungan dari masyarakat untuk menjadikan program bedah desa sebagai salah satu program prioritas untuk pembangunan kawasan perdesaan di wilayahnya, dan Proses perencanaan kebutuhan yang partisipatif. Sedangkan Faktor Penghambatnya ialah : Minimnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (SDM) yang ada dan minimnya pedoman koordinasi antar instansi yang terkait sehingga belum dapat mencapai hasil sebagaimana yang diharapkan, hal

ini dikarenakan kebanyakan dari mereka tidak memiliki pedoman


(60)

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang dapat penulis sampaikan sebagai berikut :

1. Agar kiranya Bappeda selaku Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah

lebih berkoordinasi dengan dinas/instansi terkait dalam melaksanakan fungsinya secara ideal dalam arti sesuai faktual dilapangan sehingga program yang dilaksanakan akan benar-benar menyentuh pada masyarakat.

2. Hendaknya Bappeda Kabupaten Lampung Utara melakukan peningkatan pada

Sumber Daya Manusia (SDM), terutama dari segi kualitas dengan melakukan pelatihan-pelatihan atau kursus-kursus bagi pegawai untuk menambah pengetahuan guna menunjang pelaksanaan tugasnya.


(61)

DAFTAR PUSTAKA Literatur

Ashofa, Burhan, 1996. Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Rineka Cipta.

Asmara, Hendra, 1986. Perencanaan dan Pembangunan di Indonesia, Gramedia, Jakarta.

Ateng Syafrudin, 1993. PerencanaanAdministrasi Pembangunan Daerah, Mandar Maju, Bandung.

Baban, Sobandi dkk, 2006. Desentralisasi dan Tuntutan Penataan, Kelembagaan

Daerah, Bandung.

HAW.Widjaja, 2001. Otonomi Daerah dan daerah Otonom, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Hasibuan, Malayu, 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara,Jakarta.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta,

1989.

Ridwan HR. 2006. Hukum Administrasi Negara. Kharisma Putra Utama. Jakarta. Syarifudin, Ateng. Pengaturan koodinasi Pemerintah di Daerah. Citra Aditya,

Bandung, 1993.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1987. Metode Penelitian dan Survey. Jakarta.

Soekanto, Soerjono, 1980. Tatat cara Penyusunan Karya Ilmiah Bidang Hukum.

Gramedia Indonesia Jakarta.

Soekarwati, 1990. Prinsip Dasar Perencanaan Pembangunan, Rajawali, Jakarta. Solihin, Dadang, 2002. Proses pengambilan Keputusan Perencanaan, disampaikan

pada kursus Tehnik dan Manajemen Perencanaan Pembangunan Tingkat Dasar Angkatan ke-28 Pendidikan dan Latihan LPEM-FE Universitas Indonesia, Jakarta.

Sondang P Siagian, MPA, Ph D, 1983. Administrasi Pembangunan, Gunung Agung,

Cetakan 10, Jakarta.

Tjokroamidjojo, Bintaro, 1987. Perencanaan Pembangunan, Haji Masagung, Jakarta. Pariata Westra. 1982. Ensklopedia Administrasi


(62)

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung, 2013.

Victor M. Situmorang, 1993. Hukum Administrasi Pemerintahan Di Daerah, Sinar Grafika, Jakarta.

Westra, Pariata, 1982. Ensklopedia Administrasi, Gunung Agung, Jakarta. W. Arthur Lewis, 1994. Perencanaan Pembangunan, Rineka Cipta, Jakarta. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria

Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Pembagian Keuangan Pusat dan Daerah

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang No. 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on

Economic, Social and Cultural Rights (Kovenan Internasional tentang

Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya)

Undang-Undang No. 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on

Civil and Political Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil

dan Politik)

Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Undang Undang No. 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara.

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2008 Tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan


(63)

Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 – 2014

Peraturan Presiden No. 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara

Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara

Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah

Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Utara No 09 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Utara. Keputusan Presiden RI Nomor 27 Tahun 1980 Tentang Pembentukan Daerah Tingkat

I dan II

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 185 Tahun 1980 Tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat I dan Tingkat II

Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2010 tentang Prioritas Nasional


(1)

D. Analisis Data

Deskriptif kualitatif yaitu menguraikan data ke dalam bentuk kalimat yang sistematis sehingga memudahkan untuk menarik kesimpulan dan menjawab permasalahan yang ada dalam penulisan skripsi ini. menarik kesimpulan itu dimaksudkan agar ada pengerucutan hasil penelitian yang dilakukan dengan cara pembuatan penulisan dengan metode khusus umum, maksudnya yaitu cara berfikir yang didasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus yang kemudian diambil kesimpulan secara umum, dimaksudkan untuk mendapatkan apa yang disimpulkan penulis dan mengajukan saran-saran .


(2)

IV. PENUTUP

A. SIMPULAN

1. Tugas Bappeda Kabupaten Lampung Utara dalam pelaksanaan kawasan

perdesaan terpadu yang meliputi : Persiapan, Perencanaan, Pelaksanaan dan Pendanaan, serta Monitoring dan Evaluasi. Berdasarkan hasil penelitian, Bappeda Kabupaten Lampung Utara cukup berperan dalam pelaksanaan kawasan perdesaan terpadu di 7 (Tujuh) Desa, Kecamatan Tanjung Raja yaitu melaksanakan fungsinya berdasarkan ketentuan secara normatif, dan juga berperan secara aktual yaitu dapat melakukan fungsinya berdasarkan situasi dan kondisi serta sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan pembangunan kawasan perdesaaan terpadu.

2. Faktor Pendukung dalam mewujudkan Kawasan Perdesaan Terpadu di 7 (Tujuh)

Desa, Kecamatan Tanjung Raja yaitu : Adanya komitmen pimpinan daerah dan dukungan dari masyarakat untuk menjadikan program bedah desa sebagai salah satu program prioritas untuk pembangunan kawasan perdesaan di wilayahnya, dan Proses perencanaan kebutuhan yang partisipatif. Sedangkan Faktor Penghambatnya ialah : Minimnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (SDM) yang ada dan minimnya pedoman koordinasi antar instansi yang terkait sehingga belum dapat mencapai hasil sebagaimana yang diharapkan, hal

ini dikarenakan kebanyakan dari mereka tidak memiliki pedoman


(3)

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang dapat penulis sampaikan sebagai berikut :

1. Agar kiranya Bappeda selaku Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah

lebih berkoordinasi dengan dinas/instansi terkait dalam melaksanakan fungsinya secara ideal dalam arti sesuai faktual dilapangan sehingga program yang dilaksanakan akan benar-benar menyentuh pada masyarakat.

2. Hendaknya Bappeda Kabupaten Lampung Utara melakukan peningkatan pada

Sumber Daya Manusia (SDM), terutama dari segi kualitas dengan melakukan pelatihan-pelatihan atau kursus-kursus bagi pegawai untuk menambah pengetahuan guna menunjang pelaksanaan tugasnya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA Literatur

Ashofa, Burhan, 1996. Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Rineka Cipta.

Asmara, Hendra, 1986. Perencanaan dan Pembangunan di Indonesia, Gramedia, Jakarta.

Ateng Syafrudin, 1993. PerencanaanAdministrasi Pembangunan Daerah, Mandar Maju, Bandung.

Baban, Sobandi dkk, 2006. Desentralisasi dan Tuntutan Penataan, Kelembagaan Daerah, Bandung.

HAW.Widjaja, 2001. Otonomi Daerah dan daerah Otonom, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Hasibuan, Malayu, 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara,Jakarta. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta,

1989.

Ridwan HR. 2006. Hukum Administrasi Negara. Kharisma Putra Utama. Jakarta. Syarifudin, Ateng. Pengaturan koodinasi Pemerintah di Daerah. Citra Aditya,

Bandung, 1993.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1987. Metode Penelitian dan Survey. Jakarta.

Soekanto, Soerjono, 1980. Tatat cara Penyusunan Karya Ilmiah Bidang Hukum. Gramedia Indonesia Jakarta.

Soekarwati, 1990. Prinsip Dasar Perencanaan Pembangunan, Rajawali, Jakarta. Solihin, Dadang, 2002. Proses pengambilan Keputusan Perencanaan, disampaikan

pada kursus Tehnik dan Manajemen Perencanaan Pembangunan Tingkat Dasar Angkatan ke-28 Pendidikan dan Latihan LPEM-FE Universitas Indonesia, Jakarta.

Sondang P Siagian, MPA, Ph D, 1983. Administrasi Pembangunan, Gunung Agung,

Cetakan 10, Jakarta.

Tjokroamidjojo, Bintaro, 1987. Perencanaan Pembangunan, Haji Masagung, Jakarta. Pariata Westra. 1982. Ensklopedia Administrasi


(5)

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung, 2013.

Victor M. Situmorang, 1993. Hukum Administrasi Pemerintahan Di Daerah, Sinar Grafika, Jakarta.

Westra, Pariata, 1982. Ensklopedia Administrasi, Gunung Agung, Jakarta. W. Arthur Lewis, 1994. Perencanaan Pembangunan, Rineka Cipta, Jakarta. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria

Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Pembagian Keuangan Pusat dan Daerah

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang No. 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on

Economic, Social and Cultural Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya)

Undang-Undang No. 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on

Civil and Political Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik)

Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Undang Undang No. 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara.

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2008 Tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan


(6)

Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 – 2014

Peraturan Presiden No. 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara

Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara

Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah

Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Utara No 09 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Utara. Keputusan Presiden RI Nomor 27 Tahun 1980 Tentang Pembentukan Daerah Tingkat

I dan II

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 185 Tahun 1980 Tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat I dan Tingkat II

Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2010 tentang Prioritas Nasional