Hakekat Kompetensi Guru BOOK Umbu Tagela Orientasi ke dalam profesi keguruan Bab VII

124

7.1 Hakekat Kompetensi Guru

Apa yang dimaksud dengan kompetensi itu? Moqvist 2003, dalam Sudrajat, 2008 mengemukakan bahwa “competency has been defined in the light of actual circumstances relating to the individual and work. Holmes 1992, dalam Sudrajat, 2008 menyebutkan bahwa: ” A competence is a description of something which a person who works in a given occupational area should be able to do. It is a description of an action, behaviour or outcome which a person should be able to demonstrate.” Dari kedua pendapat di atas diperoleh benang merah bahwa kompetensi merupakan gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan be able to do seseorang dalam suatu pekerjaan, berupa kegiatan, perilaku dan hasil yang seyogyanya dapat ditampilkan atau ditunjukkan. Agar dapat melakukan sesuatu dalam pekerjaannya, tentu saja seseorang harus memiliki kemampuan ability dalam bentuk pengetahuan knowledge, sikap attitude dan keterampilan skill yang sesuai dengan bidang pekerjaannya. Mengacu pada pengertian kompetensi di atas, maka kompetensi guru dapat dimaknai sebagai gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan seorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya, baik berupa kegiatan, berperilaku maupun hasil yang dapat ditunjukkan. Raka Joni dalam Sudrajat, 2008 mengemukakan tiga jenis kompetensi guru, yaitu: 1 Kompetensi profesional; memiliki pengetahuan yang luas dari bidang studi yang diajarkannya, memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar di dalam proses belajar mengajar yang diselenggarakannya. 2 Kompetensi kemasyarakatan; mampu berkomunikasi, baik dengan peserta didik, sesama guru, maupun masyarakat luas. 3 Kompetensi personal; yaitu memiliki kepribadian yang mantap dan patut diteladani. Dengan demikian, seorang guru akan mampu menjadi seorang pemimpin yang menjalankan peran: ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. 125 Pendidik dan guru dituntut memiliki seperangkat kompetensi seasas dengan Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 28 PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial. Empat jenis kompetensi guru yang tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu: 1 Kompetensi pedagogik, terdiri dari 7 kompetensi yaitu: 1 Mengenal karakteristik anak didik 2 Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. 3 Pengembangan kurikulum. 4 Kegiatan pembelajaran yang mendidik. 5 Memahami dan mengembangkan potensi peserta didik. 6 Komunikasi dengan peserta didik. 7 Penilaian dan evaluasi. 2 Kompetensi kepribadian, terdiri dari 3 kompetensi yaitu: 8 Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia. 9 Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan. 10 Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru. 3 Kompetensi sosial, terdiri dari 2 kompetensi yaitu: 11 Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif. 12 Komunikasi dengan sesama guru, tenaga pendidikan, orang tua peserta didik, dan masyarakat. 4 Kompetensi profesional, terdiri dari 2 kompetensi yaitu: 13 Penguasaan materi struktur konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. 14 Mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan reflektif. 126 Penguasaan empat kompetensi tersebut mutlak perlu dimiliki tiap guru untuk menjadi tenaga pendidik yang profesional seperti yang disyaratkan Undang-Undang Guru dan Dosen. Kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang ditampilkan dalam bentuk perilaku cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seorang guru dalam menjalankan profesinya. Bahasan ini dikemukakan tanpa bermaksud mengabaikan salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang guru. Betapa kompetensi kepribadian perlu mendapat perhatian yang lebih. Sebab, kompetensi ini berkaitan dengan idealisme dan kemampuan guru untuk dapat memahami diri sendiri dalam kapasitasnya sebagai pendidik yang memimpin proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Mengacu kepada standar nasional pendidikan, kompetensi kepribadian guru meliputi: 1 Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil, yang indikatornya bertindak sesuai dengan norma hukum dan norma sosial, merasa bangga sebagai pendidik dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma. 2 Memiliki kepribadian yang dewasa, dengan ciri-ciri menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik yang memiliki etos kerja. 3 Memiliki kepribadian yang arif, yang ditunjukkan dengan tindakan yang bermanfaat bagi peserta didik, sekolah dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak. 4 Memiliki kepribadian yang berwibawa, yaitu perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani. 5 Memiliki akhlak mulia dan menjadi teladan, dengan menampilkan tindakan yang sesuai dengan norma religius iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka menolong dan perilakunya yang konstruktif patut diteladani peserta didik. Esensi kompetensi kepribadian guru semuanya bermuara ke segi internal pribadi guru. Kompetensi pedagogik, profesional dan sosial guru dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran, pada akhirnya akan lebih banyak ditentukan oleh kompetensi kepribadian guru. Tampilan kepribadian guru lebih banyak mempengaruhi minat dan antusiasme peserta didik dalam menempuh proses pembelajaran. Pribadi guru yang santun, menghargai dan memanusiakan peserta didik, jujur, ikhlas dan dapat diteladani, mempunyai 127 pengaruh nyata pada keberhasilan tiap peserta didik dalam pembelajaran, apapun mata pembelajarannya. Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dinyatakan kompetensi kepribadian merupakan kemampuan kepribadian guru yang: 1 mantap; 2 stabil; 3 dewasa; 4 arif dan bijaksana; 5 berwibawa; 6 berakhlak mulia; 7 menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; 8 mengevaluasi kinerja sendiri dan 9 mengembangkan diri secara berkelanjutan. Sudrajat 2007 menyatakan guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap pada diri guru memberi teladan yang baik terhadap peserta didik maupun masyarakatnya, sehingga guru tampil sebagai sosok yang patut “digugu” ditaati nasehat, ucapan dan perintahnya dan “ditiru” dicontoh sikap dan perilakunya. Berarti kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar peserta didik. Zakiah Darajat Syah, 2001 menegaskan segi-segi kepribadian itulah yang menentukan apakah seseorang menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi peserta didik, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan peserta didik terutama bagi peserta didik SD dan peserta didik yang sedang mengalami gejolak jiwa seperti peserta didik SMPSMASMK. Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam profesinya meliputi fleksibilitas kognitif dan keterbukaan psikologik. Fleksibilitas kognitif keluwesan ranah cipta adalah kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel ditandai dengan keterbukaan berpikir dan beradaptasi. Selain itu, guru memiliki daya tahan terhadap ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam pengamatan dan pengenalan. Surya Sudrajat, 2007 menyebut kompetensi kepribadian ini sebagai kompetensi personal, yaitu kemampuan pribadi guru yang diperlukan agar dapat menjadi guru yang baik. Kompetensi personal ini mencakup kemampuan pribadi yang berkenaan dengan pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri. 128 Gumelar dan Dahyat Sudrajat, 2007 merujuk pendapat Asian Institut for Teacher Education, mengutarakan kompetensi pribadi meliputi: 1 Pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama. 2 Pengetahuan tentang budaya dan tradisi. 3 Pengetahuan tentang inti demokrasi. 4 Pengetahuan tentang estetika. 5 Memiliki apresiasi dan kesadaran sosial. 6 Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan. 7 Setia terhadap harkat dan martabat manusia. Sedangkan kompetensi kepribadian guru secara lebih khusus lagi adalah bersikap empati, terbuka, berwibawa, bertanggung jawab dan mampu menilai diri. Johnson Sudrajat, 2007 mengemukakan kemampuan personal guru, mencakup: 1 Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya. 2 Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut guru. 3 Kepribadian, nilai dan sikap hidup yang ditampilkan dalam upaya menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi peserta didik. Di lain pihak, Arikunto Sudrajat, 2007 mengemukakan kompetensi personal mengharuskan guru memiliki kepribadian yang mantap sehingga menjadi sumber inspirasi bagi peserta didik dan patut diteladani oleh peserta didik. Dengan demikian, kompetensi kepribadian guru tercermin dari indikator sikap dan keteladanan guru di hadapan masyarakat terutama para peserta didik. Penonjolan kompetensi kepribadian guru didukung oleh The INTASC Standards Interstate New Teacher Assessment and Support Consortium, 1992, dalam Depdiknas RI, 2008 yang merupakan model standar yang dipakai sebagai dasar memberi lisensi dan menilai guru-guru baru yang dikembangkan oleh wakil-wakil yang berasal dari kalangan profesi pendidik bersama 17 orang personalia dari dinas pendidikan di Amerika Serikat. Standar ini merangkum intisari pengetahuan dan keterampilan mengajar yang dipersyaratkan bagi para guru baru, yang didasarkan pada kinerja guru melalui mendeskripsikan segi-segi yang perlu dikuasai dan dilaksanakan oleh guru agar memperoleh sertifikat pendidik. Tersedia 10 prinsip sebagai standar 129 yang dirumuskan eksplisit dalam bentuk pernyataan tentang pengetahuan, bekal kepribadiandisposisi dan kinerja guru. The Intasc Standards secara tegas dan jelas menyatakan perlunya memperhatikan bekal kepribadian guru. Dalam hal ini hanya dibahas 2 standar yang menegaskan perlunya guru prospektif memiliki pemahaman tentang kepribadian, yaitu: 1 Intasc Standards, Principle 2: Student Development Pendidik perlu memahami cara peserta didik belajar dan berkembang serta mampu menyediakan peluang belajar yang mendukung perkembangan intelektual, sosial dan pribadi peserta didik. Sebagai indikator kunci adalah bahwa pendidik mampu mengevaluasi kinerja peserta didik serta mampu merancang pembelajaran yang selaras dengan perkembangan sosial, kognitif dan emosional peserta didik. 2 Intasc Standards, Principle 5: Motivation and Management Pendidik perlu mendayagunakan pemahaman mengenai motivasi dan perilaku perseorangan dan kelompok peserta didik untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendorong berlangsung interaksi sosial yang positif, keterlibatan aktif peserta didik dalam belajar serta memotivasi diri. Sebagai indikator kunci adalah bahwa pendidik: 1 Melibatkan peserta didik ke dalam pembelajaran yang membangkitkan minat-minat peserta didik, memberi keleluasaan kepada peserta didik untuk membuat pilihan-pilihan dalam belajar serta memimpin peserta didik agar mengajukan berbagai pertanyaan dan memecahkan masalah yang bermakna bagi peserta didik. 2 Mengorganisasikan, menyiapkan dan memantau belajar dan bekerja peserta didik secara mandiri dan kelompok yang membuka berbagai peluang bagi seluruh peserta didik agar sepenuhnya berpartisipasi di dalam belajar itu. 3 Menganalisis lingkungan dan interaksi di dalam pembelajaran serta melakukan penyesuaian untuk meningkatkan relasi antar pribadi di kalangan peserta didik, mengembangkan motivasi dan keterlibatan peserta didik dalam belajarbekerja produktif. Berarti, pendidik yang memiliki pemahaman tentang kepribadian dapat mendayagunakan informasi tentang Intasc Standards ini 130 dalam upaya memahami perkembangan sosial, emosional dan kognitif peserta didik. Selanjutnya, wawasan pendidik tentang kepribadian juga sangat berguna untuk memahami motivasi manusia. Sebagai pembanding, dari National Board for Profesional Teaching Skill 2002, dalam Sudrajat, 2008 telah merumuskan standar kompetensi bagi guru di Amerika, yang menjadi dasar bagi guru untuk mendapatkan sertifikasi guru, dengan rumusan What Teachers Should Know and Be Able to Do, di dalamnya terdiri dari lima proposisi utama, yaitu: 1 Teachers are Committed to Students and Their Learning yang mencakup: a penghargaan guru terhadap perbedaan individual peserta didik, b pemahaman guru tentang perkembangan belajar peserta didik, c perlakuan guru terhadap seluruh peserta didik secara adil, dan d misi guru dalam memperluas cakrawala berfikir peserta didik. 2 Teachers Know the Subjects They Teach and How to Teach Those Subjects to Students yang mencakup: a apresiasi guru tentang pemahaman materi mata pelajaran untuk dikreasikan, disusun dan dihubungkan dengan mata pelajaran lain, b kemampuan guru untuk menyampaikan materi pelajaran c mengembangkan usaha untuk memperoleh pengetahuan dengan berbagai cara multiple path. 3 Teachers are Responsible for Managing and Monitoring Student Learning yang mencakup: a penggunaan berbagai metode dalam pencapaian tujuan pembelajaran, b menyusun proses pembelajaran dalam berbagai setting kelompok group setting, kemampuan untuk memberikan ganjaran reward atas keberhasilan peserta didik, c menilai kemajuan peserta didik secara teratur, dan d sadar tujuan utama pembelajaran. 4 Teachers Think Systematically About Their Practice and Learn from Experience yang mencakup: a Guru secara terus-menerus menguji diri untuk memilih keputusan terbaik, b guru meminta saran dari pihak lain dan melakukan riset tentang pendidikan untuk meningkatkan praktek pembelajaran. 131 5 Teachers are Members of Learning Communities yang mencakup: a guru memberi kontribusi terhadap efektivitas sekolah melalui kolaborasi dengan kalangan profesional lainnya, b guru bekerja sama dengan orang tua orang peserta didik, c guru dapat menarik keuntungan dari berbagai sumber daya masyarakat. Intisari ketiga pendapat di atas tidak menunjukkan adanya perbedaan yang prinsip, perbedaannya hanya pada cara pengelompokkannya. Isi rincian kompetensi pedagodik yang disampaikan oleh Depdiknas, menurut Raka Joni sudah teramu dalam kompetensi profesional. Peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin komplek, sehingga menuntut guru untuk melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian penguasaan kompetensinya. Guru harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran peserta didik. Guru di masa mendatang tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang paling menguasai informasi akurat terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang berkembang dan berinteraksi dengan manusia di alam global. Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di tengah-tengah peserta didiknya. Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari peserta didik, orang tua maupun masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus. Disamping itu, guru masa depan harus paham penelitian guna mendukung terhadap efektivitas pembelajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil penelitian guru tidak terjebak pada praktek pembelajaran yang menurut asumsi mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru mematikan kreativitas para peserta didik. Begitu juga, seperti dikemukakan Sudrajat 2008, dengan dukungan hasil penelitian yang mutakhir memungkinkan guru untuk melakukan pembelajaran yang bervariasi 132 dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung.

7.2 Konteks Tugas dan Ekspektasi Kinerja Kepala Sekolah, Guru dan Konselor Sekolah