ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PEMBIBITAN DURIAN DI KECAMATAN PEKALONGAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

(1)

(2)

ABSTRAK

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PEMBIBITAN DURIAN DI KECAMATAN PEKALONGAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Oleh

Sry Artawati Manik

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis : (1) Tingkat kelayakan finansial usaha pembibitan durian di Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur. (2) Pengaruh perubahan biaya produksi, harga jual bibit durian, dan jumlah hasil produksi terhadap kelayakan finansial usaha pembibitan durian di Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur.

Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari kuisioner dan wawancara langsung dengan petani atau penangkar pembibitan durian. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur dan beberapa instansi seperti BPS, dan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura. Pengambilan data dilakukan pada bulan juli dan agustus 2013. Analisis yang dilakukan meliputi kelayakan finansial usaha pembibitan durian dengan satuan produksi 10.000 batang durian siap jual dari perhitungan NPV, IRR, Gross B/C, Net B/C, dan Sensitivitas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) usaha pembibitan durian per 10.000 batang bibit siap jual layak untuk diusahakan dan menguntungkan secara finansial (2) usaha pembibitan durian per 10.000 batang bibit siap jualdi Desa Tulusrejo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur masih tetap layak terhadap kenaikan biaya produksi sebesar 10%, penurunan harga jual bibit sebesar 10%, dan penurunan produksi pembibitan durian sebesar 10%. Perhitungan

berdasarkan tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 22%.


(3)

(4)

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 12

A.Tinjauan Pustaka ... 12

1. Tinjauan Agronomis Tanaman Durian ... 12

a. Sejarah /singkat ... 12

b. Jenis Tanaman ... 12

c. Syarat Tumbuh ... 13

d. Manfaat Tanaman Durian ... 15

e. Teknik Perbanyakan Bibit Durian ... 15

2. Usahatani Durian ... 19

3. Analisis Proyek ... 20

4. Analisis Finansial ... 20

5. Analisis Sensitivitas ... 24

B. Peneliti Terdahulu ... 25


(6)

III. METODE PENELITIAN ... 36

A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional ... 36

B. Lokasi, Responden, dan Waktu Penelitian ... 41

C. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data ... 41

D. Metode Analisis ... 42

1. Analisis Deskriptif Kualitatif ... 42

2. Analisis Kuantitatif ... 43

a. Net Present Value (NPV) ... 43

b. Internal Rate of Return (IRR) ... 43

c. Net Benefit Cost Rate (Net B/C) ... 44

d. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) ... 45

3. Analisis Sensitivitas ... 46

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 49

A. Letak Geografis Kecamatan Pekalongan ... 49

B. Demografi Daerah Penelitian ... 50

C. Visi dan Misi Kecamatan Pekalongan ... 55

1.Visi Kecamatan Pekalongan ... 55

2. Misi Kecamatan Pekalongan ... 56

D. Gambaran Pembibitan Durian ... 57

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Keadaan Umum Responden ... 60

1. Umur Responden ... 61

2. Tingkat Pendidikan Responden ... 61

3. Pengalaman Usaha Pembibitan Durian ... 62

4. Luas Lahan Pembibitan Durian ... 63

5. Jumlah Produksi Pembibitan Durian ... 64

B. Usaha Pembibitan Durian ... 65

1. Persiapan Lahan ... 65

2. Pembuatan Para-para dan Bedengan ... 66

3. Persiapan Polibag ... 66

4. Seleksi Biji Batang Bawah ... 67

C. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 82

1.Karakteristik Konsumen ... 82

2.Volume Pembelian ... 82

3.Biaya Pengangkutan ... 83


(7)

D. Analisis Finansial ... 83

1. Net Present Value (NPV) ... 85

2. Internal Rate of Return (IRR) ... 86

3. Net Benefit Cost Rate (Net B/C) ... 87

4. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) ... 88

E. Analisis Sensitivitas ... 93

VI. SIMPULAN DAN SARAN ... 95

A. Simpulan ... 95

B. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97

LAMPIRAN ... 100


(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi. Peranan sektor pertanian memiliki kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah. Pembangunan pertanian memiliki tujuan dalam peningkatan pendapatan petani, serta peningkatan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan (Sihite, 1998). Krisis ekonomi global saat ini mulai mengancam beberapa negara. Kondisi tersebut mengharuskan setiap negara tidak terkecuali Indonesia untuk dapat memacu laju

pertumbuhan ekonominya sebagai upaya antisipasi terhadap krisis ekonomi tersebut. Dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi, Indonesia diharapkan mampu mendorong perkembangan di berbagai sektor.

Perekonomiam Provinsi Lampung tahun 2010 didominasi oleh empat sektor, yakni sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor

perdagangan/hotel/restoran, dan sektor pengangkutan/komunikasi. Kontribusi masing-masing sektor terhadap pembentukan PDRB Provinsi Lampung tercatat sebesar 36,98 persen, 46,72 persen, 16,00 persen, dan 10,30 persen (Badan Pusat Statistik, 2010). Kemampuan sektor pertanian mampu menunjang pertumbuhan sektor indutri yang kuat dan maju. Hal ini


(9)

dapat dilihat pada rencana pembangunan lima tahun, di mana sejak pertama pembangunan sampai kelima masih terpusat ke sektor pertanian (Syahza, 2007).

Hasil Pertanian seperti buah dan palawija (umbi) merupakan produk pertanian strategis yang ketersediaannya di Indonesia senantiasa tersedia sepanjang tahun. Namun karena sifat dan kandungan zat gizinya, buah dan umbi-umbian digolongkan sebagai bahan pangan yang mudah rusak atau busuk. Namun demikian produk tersebut sangat baik bagi kesehatan karena sebagai salah satu suplemen dan sumber gizi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia seperti bermacam-macam vitamin, mineral, glukosa, serat serta phytochemicals (komponen yang dapat mencegah terjadinya penyakit kronis seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker dan diabetes).

Pembangunan pertanian diarahkan untuk mencapai tujuan antara lain swasembada karbohidrat dan meningkatkan gizi masyarakat melalui penyediaan protein, lemak, vitamin, dan mineral. Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Bagi penduduk Indonesia, sesudah Pelita, pola umum konsumsi hortikutura mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari produk-produk seperti sayuran dan buah-buahan di toko-toko di Indonesia atau yang dikunjungi oleh konsumen tingkat menengah ke atas. Salah satu permintaan produk buah-buahan mengalami peningkatan yang membajiri toko-toko mempengaruhi produksi


(10)

buah. Buah-buahan di Indonesia mengalami perkembangan produksi dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan produksi komoditas buah-buahan di Indonesia tahun 2007-2011 (dalam 000 ton)

No Komoditas 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Jumlah 1 Mangga 1.819 2.105 2.243 1.287 2.131 2.362 11.947 2 Pisang 5.454 6.004 6.373 5.755 6.132 6.071 35.789 3 Durian 595 682 738 492 883 834 4.224

4 Manggis 112 79 105 84 118 181 679

5 Salak 805 862 829 749 1.032 1.031 5.308 6 Rambutan 705 978 986 522 811 741 4.743 7 Jeruk 2.626 2.467 2131 2029 1819 1609 12.681 Sumber: Badan Pusat Statistik Jakarta, 2013.

Pada Tabel 1 dapat dilihat perkembangan produksi buah-buahan di Indonesia dari tahun 2007-2012. Pada Tabel 1 tersebut terlihat bahwa komoditas durian pada tahun 2007 sebesar 595 ribu ton dan mengalami kenaikan pada tahun 2012 menjadi 834 ribu ton. Menurut Sudarma (2010), buah durian memiliki banyak kandungan gizi yang lengkap yakni memiliki kandungan karbohidrat, lemak, protein. Di Indonesia sebagian besar dikonsumsi sebagai buah segar walaupun tidak sedikit yang mengubahnya menjadi jenis makanan lain. Buah durian segar diubah bentuknya menjadi dodol durian (biasa disebut lempok), tempoyak,, permen, minuman, untuk campuran memasak ikan dan lainnya, sehingga memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Durian adalah salah satu jenis buah-buahan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan mempunyai peluang yang sangat bagus. Kegunaan buah durian yang tidak hanya dikonsumsi


(11)

sebagai buah segar mendukung peningkatan produksi buah durian dapat di lihat pada Tabel 2.

Kenaikan produksi buah-buahan juga mengalami peningkatan di setiap provinsi di Indonesia. Salah satu provinsi di Indonesia yaitu Provinsi Lampung. Pada tabel 2 dilihat bahwa terjadi peningkatan produksi buah durian di Provinsi Lampung. Peningkatan produksi ini mendukung untuk melakukan usaha pembibitan dan pembudidayaan durian. Buah-buahan merupakan komoditas hortikultura yang mempunyai serapan pasar cukup tinggi, sehingga mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan. Perkembangan produksi buah-buahan di Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan produksi komoditi buah-buahan di Provinsi Lampung tahun 2006-2010 (dalam kuintal).

No Komoditas 2006 2007 2008 2009 2010

1 Mangga 169.71 171.400 428.461 155.16 124.80

2 Pisang 5.357.316 6.335.083 6.427.030 6.818.748 6.777.809 3 Durian 184.719 278.633 312.092 304.638 366.092

4 Manggis 3.520 7.490 11.190 27.511 65.830

5 Rambutan 251.990 239.760 331.020 283.804 229.960 6 Alpukat 97.721 63.506 129.509 92.569 98.637

7 Belimbing 19.819 14.365 24.921 19.586 28.336

Sumber: Badan Pusat Statistik Lampung,2012.

Pada tabel 2 dapat dilihat produksi buah durian cenderung mengalami

peningkatan. Pada tahun 2006-2007 produksi buah durian meningkat sebesar 93.914 kuintal. Pada tahun 2007-2008 produksi durian meningkat 33.459 kuintal kemudian pada tahun 2008-2009 mengalami penurunan, namun pada tahun 2009-2010 produksi durian mengalami peningkatan sebesar 61.454


(12)

kuintal. Peningkatan produksi ini dapat dimanfaatkan oleh petani/penangkar pembibitan buah untuk meningkatkan pendapatan.

Usaha pembibitan durian memiliki prospek yang menunjang peningkatan pendapatan. Hal ini didorong oleh adanya peningkatan produksi buah durian. Pada Tabel 3 dilihat bahwa Kabupaten Lampung Timur merupakan

kabupaten yang produksinya cukup tinggi setelah Kabupaten Lampung Selatan.

Tabel 3. Produksi buah durian menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung tahun 2006-2010 (dalam Kuintal)

Kabupaten / Kota 2006 2007 2008 2009 2010

Lampung Barat 11.556 9.841 10.408 23.276 15.250 Tanggamus 13.931 53.280 20.188 113.083 65.754 Lampung Selatan 101.692 151.780 100.979 93.002 71.234

Lampung Timur 21.431 33.662 68.038 22.984 54.409

Lampung Tengah 6.540 5.422 10.085 5.781 5.652 Lampung utara 13.137 8.910 24.359 11.711 41.330

Way Kanan 5.929 4.538 18.322 12.540 31.742

Tulang Bawang 651 625 254 9 54

Pesawaran - - 36.170 16.878 69.041

Pringsewu - - - - 11.466

Mesuji - - - - 21

Tulang Bawang Barat

- - - - 25

Bandar Lampung 9.729 10.395 23.219 5.010 788

Metro 123 180 70 364 57

Jumlah 184.719 278.633 312.092 304.638 366.823 Sumber: Badan Pusat Statistik Lampung, 2012.

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa Kabupaten Lampung Timur cenderung mengalami peningkatan produksi setiap tahunnya. Pada tahun 2006-2007 produksi buah durian mengalami peningkatan sebesar 12.231 kuintal. Pada tahun 2007-2008 mengalami kenaikan produksi sebesar 34.376 kuintal,


(13)

namun pada tahun 2008-2009 mengalami penurunan produksi, dan pada tahun 2009-2010 kembali mengalami peningkatan sebesar 31.425 kuintal. Peningkatan produksi ini dimanfaatkan oleh petani untuk melakukan

pembudidayaan tanaman buah durian. Pembudidayaan tanaman buah durian tidak terlepas dari proses pembibitan dan penananam. Para pembudidaya tanaman buah durian biasanya langsung membeli bibit dari seorang penangkar/petani bibit durian. Pembibitan durian di Kabupaten Lampung Timur yang cenderung meningkat, hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah pohon dan produksi tanaman durian di Kabupaten Lampung Timur Tahun 2007-2011

No Tahun Jumlah Pohon Hasil Per

Pohon

Produksi

1 2007 50.076 0.89 44.461

2 2008 68.164 0.93 63.086

3 2009 67.867 1.05 71.138

4 2010 67.374 1.13 76.362

5 2011 90.010 0.91 82.126

Sumber: Badan Pusat Statistik Lampung Timur, 2012.

Pada Tabel 4 dilihat bahwa jumlah pohon durian cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya. Dapat dilihat pada tahun 2007-2008 jumlah pohon durian di Kabupaten Lampung Timur mengalami peningkatan jumlah pohon sebesar 18.088 pohon.

Usaha pembibitan buah merupakan usaha yang dimanfaatkan oleh petani atau penangkar untuk melakukan usaha pembibitan. Peningkatan kebutuhan akan bibit didukung oleh Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan


(14)

Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Total produksi pembibitan buah berdasarkan APBD dan APBN di BBI Hortikultura, Kabupaten Lampung Timur Tahun 2009-2012 Tahun Jenis Bibit Target Total Produksi Total mati

2009 Durian 5.500 3.850 1.650

Mangga 2.750 2.750 -

Jeruk 5.500 3.800 1.700

2010 Durian 14.000 8.000 6.000

Klengkeng 3.000 1.025 1.975

Sawo 1.000 1.000 -

2011 Durian 30.000 20.130 8908

Jeruk 240 200 40

2012 Durian 14.900 5.000 4.254

Jeruk 10.100 5.100 2.265

Manggis 12.880 2.775 1.200

Mangga 2.700 2.970 430

Alpukat 11.200 10.640 560

Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2013.

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat jumlah target produksi pembibitan buah durian mengalami peningkatan tiap tahun. Pada tahun 2009 jumlah target produksi bibit durian adalah sebanyak 5.500 batang. Peningkatan target terjadi pada tahun 2010 yaitu sebanyak 14.000 batang, dan pada tahun 2011 sebanyak 30.000 batang. Target yang telah direncanakan oleh dinas terkait tidak tercapai secara menyeluruh dari data pembibitan buah. Hal ini dapat dilihat dari jumlah produksi pembibitan yang dilakukan. Produksi

pembibitan durian mengalami kegagalan panen. Dalam hal ini bibit durian yang diproduksi rusak atau mati. Untuk memenuhi target dari produksi durian makan dinas terkait menjalin kerja sama dengan para petani atau penangkar pembibitan untuk memenuhi pasokan pembibitan. Usaha


(15)

pembibitan ini dilakukan sebagai usaha pemanfaatan lahan pertanian yang ada.

Kerusakan hutan dewasa ini menyebabkan terjadinya pola pemanfaatan lahan. Pemerintah mencanangkan banyak program dalam penanganan penanaman lahan seperti penanaman seribu pohon. Tanaman durian merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman konservasi dan tanaman penghasil buah. Namun, peningkatan kuantitas belum diiringi dengan peningkatan kualitas buah. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan buah durian yang diimpor yang berasal dari Thailand. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan produksi buah serta diperlukan penanganan usaha pembibitan durian yang dikelola secara professional. Pengolahan ini perlu dilakukan dengan teknik perbanyakan yang dapat menghasilkan buah yang diinginkan.

Kebutuhan akan buah oleh konsumen yang tinggi, membuat para petani melakukan budidaya buah-buahan. Tanaman buah memang menjanjikan nilai bisnis yang cukup cerah. Pada umumnya para pembudidaya buah-buahan tidak ingin repot dengan melakukan pembibitan. Para petani ingin langsung menanam bibit yang siap tanam. Proses pembibitan yang memakan waktu membuat petani lebih memilih langsung membeli bibit tanaman buah. Jika para petani pembudidaya buah memilih melakukan pembibitan maka petani akan menjalani dua tahap yaitu pembibitan dan penanam. Para petani pembudidaya cenderung melakukan penanaman bibit yang dibeli langsung dari penangkar tanaman buah.


(16)

Petani atau penangkar yang melakukan usaha di Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur, belum banyak yang ingin mengusahakan dan mengembangkan usahatani pembibitan durian secara luas dan intensif. Usahatani masih belum dikembangkan secara luas disebabkan minimnya informasi mengenai usahatani pembibitan durian. Jumlah produksi tidak dapat memenuhi permintaan yang ada disebabkan karena kurangnya supply (penawaran) dari pelaku usaha tani pembibitan durian yaitu petani/penangkar usahatani pembibitan durian.

Usaha pembibitan durian oleh petani atau penangkar pembibitan masih mengalami kekurangan Supply (penawaran) dari petani/penangkar. Hal ini dikarenakan masih minimnya jumlah petani atau penangkar yang melakukan usaha pembibitan durian. Kurangnya informasi mengenai hal yang mampu menarik perhatian untuk melakukan usaha ini, juga merupakan salah satu faktor penyebab minimnya para pelaku usaha pembibitan durian. Hal ini yang menjadi alasan perlu dilakukannya penelitian yang memberi informasi kepada para petani atau penangkar usaha pembibitan atau bagi para calon investor.

Petani/penangkar usaha pembibitan durian berharap memiliki dana yang cukup dalam pengembangan usahatani. Akan tetapi petani/penangkar masih kesulitan memperoleh pinjaman dana dari bank. Pihak perbankan yang diharapkan membantu petani/penangkar usaha pembibitan durian dalam pengembangan usahataninya. Perbankan belum begitu memberikan


(17)

kontribusi terhadap pengembangan usahatani pembibitan dalam hal pinjaman dana untuk pengembangan usahatani pembibitan durian.

Pembibitan tanaman buah dalam penelitian ini adalah pembibitan durian. Pembibitan tanaman buah durian merupakan lahan yang memiliki bisnis tersendiri. Hal inilah yang kemudian menjadi dasar untuk melakukan pembibitan durian untuk memasok bibit bagi para pembudidaya.

Peningkatan kualitas pembibitan diharapkan mampu menghasilkan kualitas buah yang baik pula.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penelitian tentang analisis kelayakan finansial usaha pembibitan durian di Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur merumuskan

permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kelayakan finansial usaha pembibitan durian di Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur?

2. Bagaimana pengaruh perubahan biaya produksi, harga jual bibit durian, dan jumlah hasil produksi terhadap kelayakan finansial usaha pembibitan durian di Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur?


(18)

B. Tujuan Penelitian

Dari permasalahan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis kelayakan finansial usaha pembibitan durian di Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur

2. Menganalisis pengaruh perubahan biaya produksi, harga jual bibit durian, dan jumlah hasil produksi terhadap kelayakan finansial usaha pembibitan durian di Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur

3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Petani/penangkar, sebagai masukan bagi petani/penangkar bibit buah di Kabupaten Lampung Timur Provinsi Lampung.

2. Peneliti lain, sebagai referensi bagi peneliti lainnya yang melakukan penelitian sejenis.

3. Pemerintah, sebagai masukan dalam penentuan kebijakan di Kabupaten Lampung Timur Provinsi Lampung.


(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Agronomis Tanaman Durian

a. Sejarah Singkat

Tanaman buah durian (Bombaceae sp) merupakan tanaman buah yang berupa pohon. Sebutan durian diduga berasal dari istilah melayu yaitu dari kata duri yang kemudian diberi akhiran-an sehingga yang kita kenal dengan kata durian. Kata ini terutama dipergunakan untuk menyebut buah yang kulitnya berduri tajam. Tanaman durian berasal dari Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan yang berupa tanaman liar. Menurut Sudarma (2012), penyebaran durian terjadi sampai ke negara barat seperti ke Thailand, Birma, India, dan Pakistan. Di Benua Asia, khususnya Asia Tenggara buah durian dikenal sejak abad ke-7 Masehi. Nama Lain dari durian adalah duren (Jawa), duriang (Manado), dulian (Toraja), rulen (Seram Timur).

b. Jenis Tanaman

Tanaman durian termasuk family Bombaceae sebangsa pohon kapuk-kapukan yang dikenal dengan sebutan durian. Tanaman durian berasal dari marga (genus) Durio, Nesia, Boschia, dan Coelostegia. Ada puluhan yang


(20)

diakui keunggulannya oleh menteri pertanian Indonesia dan disebarluaskan kepada masyarakat untuk dikembangkan. Beberapa macam dari durian tersebut yang dikembangkan adalah durian sukun ( Jawa Tengah), petruk (Jawa Tengah), sitokong (Betawi), simas (Bogor), sunan (Jepara), otong (Thailand), kani (Thailand), sidodol (Kalimantan Selatan), sijapang (Betawi), dan sihijau (Kalimantan Selatan) (Trubus,1991).

c. Syarat Tumbuh

(1) Iklim

Iklim sebagai syarat tumbuh tanaman sangat berpengaruh terhadap kehidupan tanaman. Unsur-unsur iklim yang berpengaruh terhadap budidaya tanaman durian, antara lain yaitu :

(a) Ketinggian tempat dan suhu

Ketinggian tempat sebenarnya tidak termasuk unsur iklim, namun suhu sangat erat hubungannya dengan ketinggian tempat. Semakin tinggi suhu tempat atau suhu suatu lingkungan, maka suhu rata-rata harian akan turun, begitu pula sebaliknya. Tanaman durian sangat cocok dengan ketinggian 200-600 meter dan suhu rata-rata 200 C-300C.


(21)

(b) Pencahayaan

Proses fisiologis tanaman memerlukan energi yang diambil dari cahaya matahari. Semakin rendah intensitas sinar matahari yang diterima, tanaman memerlukan waktu lebih lama untuk melakukan proses fisiologis sehingga perubahan karbohidrat dalam buah menjadi gula semakin sulit dilakukan. Intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan durian adalah 45-50%. Sewaktu masih kecil (baru ditanam di kebun), tanaman durian tidak tahan terik matahari di musim kemarau, sehingga bibit harus dilindungi.

(c) Curah hujan

Perbandingan antara jumlah hari hujan dan hari kering serta intensitas curah hujan setiap tahun sangan menentukan

pertumbuhan suatu tanaman. Curah hujan untuk tanaman durian maksimum 3000-3500/tahun dan minimal 1500-3000 mm/tahun (AKK, 1997).

(2) Media Tanam

Tanaman durian mengkehendaki tanah yang subur. Jenis tanah yang cocok untuk tanaman durian adalah jenis tanah latosol, posolik, dan ondosol. Tanah yang memiliki ciri-ciri warna hitam keabu-abuan kelam, struktur tanah lapisan atas berbutir-butir, sedangkan tanah bagian bawah bergumpal, dan kemampuan mengikat air tinggi. Keasaman tanah yang dikehendaki tanaman durian dengan pH tanah 5,5-6,5.


(22)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lahan untuk tanaman durian adalah tipe tanah yang paling ideal. Lahan yang paling cocok bertanam durian harus mmenuhi syarat sebagai berikut: (a) suplai air yang cukup, (b) terhindar dari banjir dan air menggenang, (c) aerasi dan drainasenya baik, (d) pH tanah antara 5,5-6,5, (e) tanah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, (f) lapisan solum cukup dalam atau lebih dari 150 Cm (Tim Bina Karya Tani, 2008)

d. Manfaat Tanaman Durian

Tanaman durian merupakan tanaman yang bermanfaat untuk beberapa bahan olahan makanan. Namun selain sebagai makanan buahan segar dan olahan lainnya, durian memiliki manfaat lain yaitu pada bagian tanaman. Adapun manfaat dari bagian tanaman durian yaitu : (1). Tanamannya sebagai pencegah erosi di lahan-lahan yang miring, (2). Batang pohon durian berguna sebagai bahan bangunan atau perkakas rumah tangga. Kayu durian setara dengan kayu sengon sebab kayunya cenderung lurus, (3). Memiliki kandungan pati yang cukup tinggi, berpotensi sebagai altenatif pengganti makanan, (4). Kulitnya dipakai sebagai bahan abu gosok yang bagus dengan cara dijemur sampai kering dan dibakar sampai hancur (Sunarjono, 2002).

e. Teknik Perbanyakan Bibit Durian

Pada prinsipnya, perbanyakan tanaman durian dapat dilakukan dengan dua cara, yakni secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan generatif dengan


(23)

menggunakan bagian tanaman (akar, batang, daun), sedangkan perbanyakan vegetatif dapat berupa stek, anakan, okulasi, sambungan, merunduk,

penyusunan, dan kultur jaringan (Sudarma, 2010).

Menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (2008) cara perbanyakan durian dilakukan dengan cara okulasi

1. Seleksi biji untuk batang bawah.

a. Pilih buah durian yang matang/tua.

b. Kupas dan ambil bijinya. Pengupasan ini dilakukan untuk memisahkan sisa-sisa daging buah yang masih melekat pada biji. c. Kemudian di cuci sampai bersih

d. Diangin-anginkan di tempat yang lembab, agar biji durian cepat berkembang.

2. Membuat persemaian pertama pada perbanyakan durian. a. Pengolahan tanah dua kali pembajakan

b. Dibuat bedengan dengan campuran pupuk kandang dan pasir. Dengan satu kaleng pasir dan pupuk kandang per 1 m2 kemudian diaduk dengan tanah sampai rata.

c. Lebar bedengan dengan campuran 80 cm x panjang sesuai kebutuhan biji yang akan disemai.

d. Tinggi bedengan 20 cm dan jarak bedengan kurang lebih 40 cm. e. Kemudian biji durian ditanam pada bedengan yang sudah

dipersiapkan.


(24)

g. Kemudian ditutup dengan tanah setebal 1 cm.

h. Jika perlu ditaburi furadan dan fungisida untuk menghindari semut dan cendawan.

i. Kemudian dilakukan penyiraman secukupnya

j. Lalu bedengan ditutup dengan kai kasa/pelepah kelapa.

k. Kemudian setelah persemaian berumur kurang lebih 15 hari tutup di buka.

l. Lalu diberi naungan setinggi kurang lebih 70 cm.

m.Setelah itu dilakukan pemeliharaan meliputi pembersihan gulma dan pemberantasan hama.

n. Kemudian persemian pertaman berumur kurang lebih satu bulan berdaun kuncup 2, lalu di pindahkan.

3. Cara membuat persemaian kedua pada tanaman durian a. Pengolahan tanah dilakukan dua kali.

b. Kemudian dibuat guludan dengan diberi pupuk kandang secukupnya. Dengan ukuran 30 cm dan tinggi 15 cm, jarak guludan 40 cm.

c. Kemudian sedling dari persemaian pertama. Di tanam dengan jarak 20 X 15 atau 20 X 20 cm.

d. Setelah itu diberi naungan kurang lebih 2 m tingginya.

e. Seedling ditanam setelah pengolahan tanah dengan jarak yang sama. Lalu setelah satu bulan diberi pupuk NPK + pupuk kandang terus dilakukan pembubunan.


(25)

f. Kemudian dilakukan pemeliharaan meliputi pembersihan gulma. Pemberantasan hama dan pengaturan drainase (pada musim hujan). g. Setelah sedling berumur 4 bulan dilakukan okulasi

h. Kemudian umur kurang lebih 21 hari tali okulasi dibuka. i. Kemudian dibiarkan selama 2-4 hari untuk mengetahui berhasil

tidaknya hasil okulasi. Kalau mata entres berwarna hijau kemungkinan hasil okulasi berhasil.

j. Lalu dilakukan pelengkuran/perundukan tujuannya untuk mempercepat pertumbuhan mata tunas okulasi.

k. Kemudian dilakukan pemeliharaan/pewiwilan tunas yang bukan dari okulasi di buang.

l. Setelah tunas hasil okulasi setinggi 15 cm dan berdaun tua, kemudian dipotong 2 cm di atas mata tempel.

m.Lalu dilakukan pemupukan dengan menggunakan NPK dan pupuk kandang sebagai penutup lalu dibumbun.

n. Kemudian dilakukan pemeliharaan meliputi pembersihan gulma dan pembratasan hama.

o. Setelah tanaman hasil okulasi dengan ketinggian 30 – 50 cm,

kemudian dilakukan penggalian/ pengranjangan (dimasukkan dalam polibag).

p. Kemudian bibit dikarantinakan setelah kurang lebih 1 bulan dengan diberi naungan.


(26)

2. Usahatani durian

Usaha tani memiliki 4 unsur pokok, yaitu lahan, tenaga kerja, modal, dan pengelolaan. Lahan merupakan unsur alam yang berfungsi sebagai tempat penyelengggara kegiatan untu berlangsungnya usahatani. Tenaga kerja adalah unsur yang berperan untuk melakukan pekerjaan atau pengelolahan terhadap usahatani tersebut. Modal merupakan unsur yang diturunkan dari kedua unsur yang pertama yang mendukung terlaksananya proses usahatani. Pengelolahan merupakan unsur produksi yang berperan dalam

menggerakkan usahatani untuk menghasilkan suatu produk. (Tjakrawiralaksana, 1987)

Menurut Untung (2002), usahatani durian di Indonesia sebagian besar masih mengandalkan pohon yang sejak dulu sudah ditanam,yakni pohon

peninggalan jaman dahulu kala. Walaupun demikian, sekarang sudah ada orang yang mencoba mengebunkan durian dalam skala cukup luas. Orientasi mereka tidak lagi sekedar hobi, tapi sudah mengarah ke bisnis perkebunan durian dengan manajemen yang rapi. Perkebunan yang dikelola secara intensif masih terpusat di Jawa, belum sampai ke lain pulau. Selain di Jawa, tempat tumbuh durian tersebar di Sumatera, Bali, Nusa Tengggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya.

Usahatani durian menjanjikan keuntungan yang tidak sedikit. Pengetahuan akan durian masih terhambat karena dana yang diperlukan untuk investasi cukup tinggi. Bahkan selain dana, terdapat kendala dalam pemasaran, pengelolahan bibit durian yang unggul, serta kurangnya informasi pasar.


(27)

Kurangnya informasi pasar membuat mutu durian kurang baik untuk pasar dalam negeri maupun untuk pasar luar negeri. Dilihat dari cara atau teknik budidaya, cara budidaya durian masih belum dikuasai baik scara teknik budidaya secara menyeluruh (Redaksi Trubus, 2002).

3. Analisis Proyek

Proyek adalah suatu keseluruhan kegiatan yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan manfaat (benefit) dimana uang dikeluarkan dengan harapan untuk mendapatkan hasil (returns) yang sesuai harapan (Kadariah, 2001). Studi kelayakan adalah studi yang menentukan apakah suatu proyek dilaksanakan dengan berhasil atau tidak. Analisis proyek bertujuan untuk memperbaiki penilaian investasi. Oleh karena itu, sebelum proyek dilaksanakan perlu diadakan perhitungan percobaan untuk

menetukan hasil dan memillih diantara berbagai alternatif dengan jalan menghitung biaya manfaat yang dapat diharapkan dari proyek tersebut.

4. Analisis finansial

Menurut Kadariah (2001), ada enam aspek dalam analisis proyek yaitu aspek teknis, manajerial dan administrasi, organisasi, komersil, finansial dan aspek ekonomi. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui kelayakan usaha pembibitan durian di Desa Tulusrejo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur akan dilakukan analisis dari aspek finansial. Terdapat dua pendekatan yang umum digunakan dalam analisis usaha, yaitu analisis finansial dan ekonomi. Hal ini disebabkan oleh analisis finansial


(28)

mempunyai korelasi yang tinggi dengan kelayakan ekonomi. Analisis finansial membandingkan antara biaya-biaya dan manfaat, sedangkan analisis ekonomi melihat kontribusi proyek terhadap pembangunan ekonomi secara global.

Analisis kelayakan adalah suatu metode untuk menunjukkan gejala ekonomi apakah suatu kegiatan layak untuk diusahakan. Salah satu cara yang dapat digunakan dalam penilaian investasi di bidang pertanian adalah metode diskonto (Gittinger,1986). Dalam penelitian ini analisis finansial dan ekonomi akan dibahas secara lengkap, sedangkan aspek lain seperti aspek teknis, manajerial dan administrasi, organisasi dan komersil tidak akan dibahas.

Untuk melihat apakah suatu usaha proyek layak atau tidak, maka digunakan analisis finansial. Dalam analisis finansial proyek yang diperhatikan adala hasil untuk modal saham (equity capital) yang ditanam dalam proyek dan waktu didapatlannya hasil. Hasil finansial sering disebut “private

returns”.Dalam analisis finansial hal yang menjadi perhatian adalah tingkat keuntungan dari suatu kegiatan usaha serta waktu pengembalian modal dari usaha tersebut (Kadariah, 2001).

Dalam perhitungan analisis kelayakan finansial Kriteria-kriteria yang digunakan untuk kelayakan finansial yaitu : (a) Net Present Value (NPV), (b) Internal Rate of Return (IRR), (c) Net Benefit/Cost Ratio (Net B/C rasio), dan (d) Gross Benefit/Cost Ratio (Gross B/C rasio).


(29)

(a) Net Present Value (NPV) dihitung dengan mencari selisih antara

penerimaan dengan biaya yang telah diperhitungkan nilainya saat ini. Net Present Value. Net Present Value (NPV) atau nilai tunai bersih, merupakan kelayakan metode yang menghitung selisih antara manfaat atau penerimaan dengan biaya atau pengeluaran. Perhitungan ini diukur dengan nilai uang sekarang dengan kriteria sebagai berikut:

(a.1) Bila NPV > 0, maka investasi dinyatakan layak (feasible)

(a.2) Bila NPV < 0, maka investasi dinyatakan tidak layak (no feasible) (a.3)Bila NPV = 0, maka investasi berada pada posisi break event point. (b) Internal Rate of Return (IRR) adalah menghitung tingkat suku bunga yang

menyamakan antara penerimaan (benefit) dan biaya (cost) yang

diperhitungkan saat ini. Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat bunga yang menunjukkan nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh investasi proyek atau dengan kata lain tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol.

Kriteria penilaiannya sebagai berikut:

(b.1) Bila IRR > 1, maka investasi dinyatakan layak (feasible)

(b.2) Bila IRR < 1, maka investasi dinyatakan tidak layak (no feasible). (b.3) Bila IRR = 1, maka investasi berada pada keadaan break event point. (c) Gross Benefit Cost ratio (Gross B/C) merupakan perbandingan antara

penerimaan/manfaat dari suatu investasi dengan biaya yang telah dikeluarkan.


(30)

Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah:

(c.1) Jika Gross B/C > 1, maka usahatani tersebut layak untuk diusahakan (c.2) Jika Gross B/C < 1, maka usahatani tersebut tidak layak untuk

diusahakan.

(c.3) Jika Gross B/C = 1, maka usahatani tersebut dalam keadaan break event point.

(d) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah nilai perbandingan antara

penerimaan bersih dengan biaya bersih yang diperhitungkan nilainya pada saat ini. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara net benefit yang telah didscount positif net benefit yang telah di discount negatif.

Kriteria pengukuran pada analisis Net B/C adalah:

(d.1) Jika Net B/C > 1, maka usahatani tersebut layak untuk diusahakan (d.2) Jika Net B/C < 1, maka usahatani tersebut tidak layak untuk

diusahakan

(d.3) Jika Net B/C = 1, maka usahatani tersebut dalam keadaan break event point (Kadariah, 2001).


(31)

5. Analisis Sensitivitas

Analisis kepekaan (Sensitivity Analysis) dilakukan untuk meneliti kembali suatu analisis kelayakan proyek, agar dapat melihat pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah atau ada sesuatu kesalahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya manfaat. Analisis proyek biasanya

didasarkan kepada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi di masa mendatang. Pada sektor pertanian, proyek dapat berubah-ubah sebagai akibat empat permasalahan utama, yaitu:

a)Perubahan harga jual produk b)Keterlambatan pelaksanaan proyek c)Kenaikan biaya produksi

d)Perubahan volume produksi

Variabel harga jual produk dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap setiap tahunnya. Analisis finansial menggunakan harga produk dan biaya pada tahun pertama analisis sebagai nilai tetap. Walaupun dalam keadaan nyata kedua variabel tersebut dapat berubah-ubah sejalan dengan pertambahan waktu. Jadi analisis kepekaan dilakukan untuk melihat sampai berapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi, yaitu dari layak menjadi tidak layak untuk dilaksanakan (Gittinger, 1986).


(32)

B. Peneliti Terdahulu

Menurut Gibran (2011) dalam penelitiannya yang berjudul rantai tata niaga pemasaran buah durian (Duri zibethinus) di Kecamatan Kota Agung

Kabupaten Tanggamus menunjukkan bahwa: (1) terdapat empat saluran pemasaran durian di Kecamatan Kota Agung Kabupaten Tanggamus. Saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran pemasaran yang pertama, yaitu saluran pemasaran dari petani ke konsumen (2) berdasarkan analisis margin pemasaran, koefisien korelasi harga, elastisitas transmisi harga, dan struktur pasar, maka pemasaran durian di daerah penelitian belum efisien.

Prestiana (2004) dalam penelitiannya mengemukakan mengenai biaya-biaya dalam usahatani durian. Adapun biaya-biaya yang digunakan dalam

usahatani durian yaitu biaya untuk bibit, pupuk, tenaga kerja, peralatan, sewa lahan. Biaya yang dikeluarkan petani untuk bibit tersebut termasuk kedalam biaya yang diperhitungkan karena petani memperoleh bibit tersebut sendiri, tidak membelinya. Dalam penelitian ini digunakan pupuk kandang, sedangkan untuk pemakaian pupuk buatan tidak ada karena petani beralasan bahwa lahan mereka sudah subur walaupun tidak dipupuk dengan pupuk kimia. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani adalah tenaga kerja dari dalam dan luar keluarga. Tenaga kerja kebanyakan berasal dari dalam keluarga. Dalam mengelola usahatani durian jenis peralatan yang

digunakan adalah cangkul, golok, arit. Nilai imbangan penerimaan dengan biaya return and cost ratio total usaha tani durian yaitu sebesar 1,3 yang


(33)

berarti untuk setiap biaya yang dikeluarkan petani sebesar Rp 1 maka petani durian tersebut memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,3, sedangkan R/C tunai usaha tani durian adalah sebesar 7,51 yang artinya untuk setiap biaya yang dikeluarkan petani sebesar Rp 1 maka petani durian tersebut akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 7,51. Berdasarkan analisis tersebut maka dapat dikatakan bahwa usahatani durian efisien karena nilai R/C nya lebih dari 1.

Penelitian Kusbiantoro (2011) dalam judul kajian perubahan flavor buah durian terolah minimal berpelapis edible selama penyimpanan mennjukkan mengenai laju uap air yang rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Kegiatan penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu : (a) pengembangan pelapis edibel yang sesuai untuk durian, dan (b) pengkajian perubahan flavor durian berpelapis edibel yang terjadi selama penyimpanan pada suhu ruang dan 50 C.

Hasil penelitian penentuan bahan dasar pelapis edibel menunjukkan bahwa berdasarkan laju transmisi uap air yang lebih rendah dan warna film yang lebih jernih, maka pelapis/film edibel yang dibuat dari bahan dasar LMP - kasein lebih sesuai untuk diaplikasikan pada buah durian terolah minimal dibanding yang berbahan dasar LMP–isolat protein kedelai. Berdasarkan hasil di atas, yang menunjukkan penurunan mutu yang lambat pada buah durian terolah minimal berpelapis edibel sampai 13 hari penyimpanan, dapat disimpulkan bahwa pelapis edibel berbahan dasar low methoxy pectin-kasein


(34)

yang ditambah 0,25% asam stearat sesuai untuk durian terolah minimal yang disimpan pada suhu 50C.

Dolly (2006) dalam penelitiannya tentang analisis kelayakan investasi pengusahaan pembibitan durian (Durio zibethinus) CV Milad Perkasa Rancamaya Bogor menyimpulkan bahwa pengusahaan pembibitan durian dilihat dari kriteria aspek teknis layak dilakukan, dilihat dari aspek pasar bahwa permintaan bibit durian masih sangat tinggi terutama sebagai tanaman untuk rehabilitasi lahan dan hutan. Kriteria penilaian kelayakan aspek teknis dilihat dari kondisi tanah dan iklim serat ketersediaan batang bawah dan mata entres. Analisis finansial pada pengusahaan pembibitan durian CV Milad Perkasa menunjukkan bahwa pengusahaan pembibitan dengan tiga scenario tersebut menguntungkan. Pada skenario I

menghasilkan nilai NPV sebesar Rp. 138.105.419,00, Net B/C senilai 1,37, IRR 13,30% dan payback period (PP) 8 tahun 12 bulan. Pada skenario II menghasilkan nilai NPV sebesar Rp.283.628.894,00, Net B/C senilai 1,86, IRR 24,20% dan payback period (PP) 5 tahun 6 bulan. Pada skenario III menghasilkan nilai NPV sebesar Rp.43.652.844,00, Net B/C senilai 11,65, IRR 20,50% dan payback period (PP) 6 tahun 3 bulan. Analisis finansial pada pengusahaan pembibitan durian CV Milad Perkasa menunjukkan bahwa pengusahaan pembibitan yang dilakukan menguntungkan. Haryono (2003) dalam penelitiannya yang berjudul studi potensi dan pemasaran durian (Durio zibethinus) di Desa Sukajaya Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor menyimpulkan bahwa struktur pasar yang


(35)

dihadapi oleh petani dan pemborong mengarahkepada pasar oligopsoni kecuali struktur pasar yang dari petani langsung ke konsumen cenderung mengarah ke bentuk pasar oligopoli. Pada tingkat pengecer, struktur pasar yang di hadapi adalah oligopoli ketika berhadapan langsung kepada konsumen, tetapi jika berada di pasar maka stuktur pasarnya adalah pasar persaingan sempurna karena banyaknya pengecer seimbang konsumen.

Matondang (2000) dalam penelitiannya tentang analisis pemasaran dan kelayakan usaha pembibitan dan perkebunan durian di Kabupaten Jepara Jawa Tengah dan Warso Farm Desa Cihideung Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor Jawa Barat. Penelitian menggunakan alat analisis

pemasaran, seperti saluran pemasaran, struktur pasar dan margin pasar serta analisis kelayakan. Hasil penelitian disimpulkan bahwa petani durian dan lembaga pemasaran di tiap tingkat adalah oligopsoni dengan dua pola saluran pemasaran. Pada pola I lembaga pemasaran memperoleh keuntungan tersbesar adalah pedagang pengumpul sebesar 25 persen sedangkan pola II adalah petani dengan keuntungan sebesar 50 persen. Hasil perhitungan finansial untuk penangkar tradisional nilai NPV sebesar Rp 82,99 juta, Net B/C sebesar 3,38 dan IRR sebesar 152,53 persen dan untuk penangkat modern sebesar Rp 397,81 juta, Net B/C 18,24 dan IRR diatas 200 persen. Secara finansial dan ekonomi usaha pembibitan layak diusahakan.

Andarini (2010) dalam penelitiannya yang berjudul prospek pengembangan usahatani buah naga di Desa Marga Jasa Kecamatan Sragi Kabupaten


(36)

Lampung Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) manajemen produksi yang diterapkan petani dalam usaha tani buah naga di Desa Marga Jasa Kacamatan Sragi Kaupaten Lampung Selatan sudah dilakukan dengan baik. Pola kerjasama yang dilakukan petani adalah dalam aspek pemasaran, di mana petani bekerja sama dengan Chandra Departemen Store untuk menjual hasil produksinya. (2) Perhitungan analisis finansial prospek untuk dikembangkann dan menguntungkan pada tingkat suku bunga yan berlaku, yaitu 14 %. Didapat nilai NPV Rp. 101.632.788; Gross B/C 1,72; Net B/C 3,02; IRR 29.67 %; dan payback periode 4,7 tahun, yang berarti usaha tani buah naga prospek untuk Net B/C › 1, IRR lebih besar dari tingkat suku bungan yang berlaku, dan pengembalian modal dengan batas waktu kurang dari 15 tahun. Berdasarkan analisis sensitivitas, sensitif/ kepekaan terjadi pada penurunan produksi sebesar 15 %. Dimana usahatani buah naga tidak layak bila terjadi kondisi tersebut.

Monsaputra (2007) dalam penelitiannya yang berjudul dayasaing durian di Sumatera Barat (kasus Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten Tanah Datar) menyimpulkan bahwa usahatani durian menguntungkan secara finansial dan ekonomi hal ini diketahui dengan melihat nilai dari sampel yang bernilai positif. Usahatani durian memiliki dayasaing baik pada harga aktual maupun pada harga ekonomi, hal ini diketahui dari nilai PCR dan DRC dari sampel kurang dari satu. Di Kecamatan Sungayang nilai PCR 0,59 dan DRC 0,37, di Kecamatan Lintau Buo Utara nilai PCR 0,60 dan DRC 0,53, di Kecamatan 2X11 Kayu tanam nilai PCR 0,40 dan DRC 0,27, serta di Kecamatan 2X11 Enam Lingkung nilai PCR 0,45 dan DRC 0,30.


(37)

Hasil penelitian menunjukkan usahatani durian di Sumatera Barat

menguntungkan secara finansial dan ekonomi, hal ini dapat diketahui dari nilai keuntungan finansial dan ekonomi di keempat kecamatan sampel yang bernilai positif. Keuntungan finansial yang diperoleh petani di Kecamatan Sungayang durian sebesar Rp 290.902,81 per pohon dan keuntungan sosial sebesar Rp 707.921,75 per pohon, di Kecamatan Lintau Buo keuntungan finansial Rp 379.040,03 per pohon dan keuntungan sosial Rp 509.226,57 per pohon, di Kecamatan 2X11 Kayu Tanam keuntungan finansial Rp 472.587,17 per pohon dan keuntungan ekonomi Rp 829.796,45 per pohon, di Kecamatan 2X11 Enam Lingkung keuntungan finansial Rp 432.105,02 per pohon dan keuntungan ekonomi Rp 820.133,44 per pohon. Berdasarkan hasil penelitian, analisis sensitivitas mengalami perubahan harga output sebesar 25%, kenaikan harga tenaga kerja sebesar 25%. Analisis dampak kebijakan mengindentifikasikan belum adanya insentif ekonomi terhadap usaha tani durian, diketahui dari adanya surplus produsen yang hilang saat perekonomian berada pada keadaan terdistorsi, baik akibat kebijakan pemerintah maupun kegagalan pasar.

Tania (2011) dalam penelitiannya yang berjudul analisis kelayakan finansial usaha pembibitan tanaman sengon (Albizia falcataria (L.) Fosberg) di Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran. Dalam penelitian menunjukkan bahwa analisis finansial pada usaha pembibitan tanaman sengon layak untuk dikembangkan usahanya dan menguntungkan. Pada penelitian diperoleh nilai NPV sebesar Rp 16.472.909; IRR 45,86%; Net


(38)

B/C 2,02; Gross B/C 1,14; dan paybak period (PP) 1,85 tahun. Usaha pembibitan sengon di Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran layak unutk diusahakan terhadap kenaikan biaya produksi sebesar 10%,

penurunan harga jual bibit sebesar 10% dan penurunan produksi bibit tanaman sengon sebesar 10%.

Djanatiya (2010) dalam penelitiannya yang berjudul analisis kelayakan finansial dan pemasaran agroindustri gula kelapa di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Analisis dalam penelitian yang dilakukan meliputi kelayakan finansial agroindustri dari perhitungan NPV, IRR, Gross B/C, Net B/C, Payback period (PP), dan sensitivitas, juga analisis titik impas untuk mengetahui posisi break event point agroindustri gula kelapa serta analisis pemasaran meliputi saluran pemasaran, marjin pemasaran, dan elastisitas transmisi harga (Et). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) agroindustri gula kelapa layak dan menguntungkan secara finansial pada tingkat suku bunga 16% (NPV Rp. 65.254.620; Gross B/C 1,31; Net B/C 2,36; IRR 45%; dan Payback periode (PP)2,3 tahun), (2) agroindutri gula kelapa tidak layak apabila terjadi penurunan harga jual 18% dan penurunan produksi 15%, (3) system pemasaran gula kelapa belum efisien hal ini dapat dilihat dari struktur pasar yang terbentuk oligopsoni (Et=0,94; Et ‹ 1).


(39)

C. Kerangka Pemikiran

Durian merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Pada umumnya para pembudidaya buah durian tidak ingin repot dengan melakukan pembibitan. Para petani ingin langsung menanam bibit yang siap tanam. Proses pembibitan yang memakan waktu membuat petani lebih memilih langsung membeli bibit tanaman buah. Jika para petani

pembudidaya buah memilih melakukan pembibitan maka petani akan menjalani dua tahap yaitu pembibitan dan pembudidayaan. Para petani pembudidaya cenderung melakukan penanaman bibit yang dibeli langsung dari penangkar tanaman buah.

Peningkatan permintaan dan harga durian yang tinggi berdampak pada meningkatnya minat untuk mengembangkan dan memanfaatkan lahan untuk menanam durian. Pemanfaatan lahan tersebut berdampak pada peningkatan kebutuhan bahan baku, dalam hal ini meningkatnya permintaan bibit durian yang merupakan bahan baku utama, namun, masih sedikitnya penangkar bibit durian menjadi permasalahan tersendiri dalam memenuhi permintaan akan bibit durian. Di Desa Tulusrejo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur merupakan suatu daerah dimana petaninya memanfaatkan peluang usaha pembibitan durian. Mengingat potensi tanaman durian yang tinggi, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan bagi petani/penangkar bibit durian.

Tingginya permintaan akan bibit durian semakin membuka peluang usaha bagi petani untuk melakukan kegiatan dan pengembangan pada usaha


(40)

pembibitan durian. Usaha pembibitan durian memberikan nilai pendapatan yang cukup berarti bagi para petani/penangkar bibit durian. Besarnya pendapatan yang diperoleh petani/penangkar bibit durian dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan, harga jual produk, jumlah sarana produksi yang digunakan, dan sarana produksi. Dalam menjalankan proses produksi, setiap usaha memerlukan faktor-faktor produksi (input). Input-input produksi tersebut akan mempengaruhi besar kecilnya keuntungan. Tujuan dari usaha pembibitan durian ini adalah untuk mendapatkan keuntungan sehingga diperlukan perhitungan terhadap besarnya biaya yang dikorbankan serta pendapatan yang diperoleh.

Pendapatan adalah penerimaan yang diperoleh oleh pengusaha dari

penjualan bibit durian setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang digunakan selama proses produksi. Perubahan antara nilai jual dengan biaya produksi akan mempengaruhi tingkat keuntungan pengusaha. Pendapatan atau keuntungan akan menjadi lebih besar apabila pengusaha dapat menekan biaya produksi dan diimbangi dengan produksi yang tinggi serta harga jual produk yang tinggi.

Tujuan setiap usaha ialah memperoleh keuntungan yang maksimal atas biaya yang telah dikeluarkan. Demikian pula dengan usaha pembibitan durian bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Oleh sebab itu, perlu diperhatikan besarnya biaya yang telah dikeluarkan dan besarnya

pendapatan yang diperoleh. Kelayakan finansial pembibitan durian dapat diketahui dengan menggunakan beberapa kriteria analisis. Kriteria investasi


(41)

kelayakan finansial yang digunakan meliputi Net Present Value (NPV), Internal Rate Of Return (IRR), Net Benefit/Cost Ratio (Net B/C), Gross Benefit/Cost Ratio (Gross B/C), dan analisis sensitivitas.

Aspek sensitivitas digunakan untuk mengetahui pengaruh perubahan volume produksi, biaya produksi, dan harga jual produk terhadap kelayakan usaha yang diukur dengan analisis sensitivitas. Bagan alir analisis


(42)

Gambar 1. Bagan alir analisis kelayakan finansial usaha pembibitan durian di Kabupaten Lampung Timur.

Usaha Pembibitan Durian

Input ( Faktor Produksi ) atau masukan:

- Lahan - Bibit Induk

- Alat-alat pertanian - pupuk dan pestisida -benih dan polibag

Benefit ( Penerimaan )

1. Analisis Finansial a. net B/C

b. Gross B/C c. NPV d. IRR

2. Analisis Sensitivitas

Tidak Layak Layak

Proses Pembibitan Durian

Keluaran Bibit Durian

Biaya Produksi


(43)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A.Konsep Dasar dan Defenisi Operasional

Konsep dasar dan defenisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan penelitian.

Pengembangan usaha adalah upaya-upaya untuk mengembangkan usaha pembibitan durian ditinjau dari aspek finansial, teknis, sosial, pasar, organisasi, dan manajemen. Dengan melihat permintaan yang datang ke perusahaan dan faktor-faktor pendukungnya.

Proyek adalah investasi yang menggunakan modal atau sumber-sumber alam/faktor produksi, diharapkan mendapat manfaat setelah jangka waktu tertentu.

Analisis finansial adalah analisis yang didasarkan pada perbandingan atas rasio manfaat (benefit) dan biaya (cost) yang dikeluarkan selama umur ekonomis investasi alat, atau diperhitungkan untuk melihat layak atau tidak layak usaha tersebut dilaksanakan.


(44)

Analisis finansial menilai proyek dari sudut bahan-bahan atau orang-orang yang menanam modalnya dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dengan proyek. Analisis finansial memperhatikan hasil untuk modal saham yang ditanam dalam proyek. Harga yang dipergunakan dalam analisis finansial adalah harga pasar.

Kriteria analisis discounted adalah suatu krteria yang digunakan untuk mengetahui berapakah manfaat (benefit) serta biaya (cost) selama umur ekonomis proyek yang nilainya saat ini diukur dengan nilai uang sekarang. Kriteria analisis discounted terdiri dari perhitungan nilai tunai bersih atau Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Value (IRR).

Produksi bibit durian adalah proses perubahan input atau faktor-faktor produksi dan menggunakan sumberdaya lainnya untuk menghasilkan output atau keluaran.

Proses produksi merupakan suatu proses berinteraksinya berbagai faktor produksi untuk menghasilkan output dalam jumlah tertentu.

Hasil produksi adalah jumlah bibit yang dihasilkan oleh penangkar pembibitan durian di Desa Tulusrejo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur selama satu periode produksi. Pengukuran hasil produksi pembibitan durian dalam pohon/periode produksi.

Harga produk (output) adalah harga bibit durian yang diterima oleh pengusaha bibit tanaman durian dan diukur dalam satuan rupiah (Rp).


(45)

Harga pasar adalah harga bibit durian yang diterima oleh petani/penangkar bibit tanaman durian diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya adalah jumlah seluruh nilai yang di korbankan untuk usaha pembibitan tanaman durian selama satu tahun diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya total adalah seluruh biaya meliputi biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan karena dipakainya faktor-faktor produksi dalam proses produksi. Biaya tetap adalah sejumlah uang yang dikeluarkan dalam usaha pembibitan durian yang tetap jumlahnya dan tidak tergantung pada skala produksi, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya variabel adalah sejumlah uang yang dikeluarkan dalam usaha pembibitan tanaman durian yang besar kecilnya tergantung dari skala produksi dan diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima dari penjualan bibit durian, dihitung dengan mengalikan jumlah seluruh hasil produksi bibit durian dengan harga jual per polibag, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Pendapatan adalah penerimaan yang diperoleh oleh pengusaha dari penjualan bibit durian setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang digunakan selama proses produksi.


(46)

Pemasaran adalah proses pertukaran yang mencakup serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk memindahkan barang atau jasa dari produsen ke

konsumen dengan tujuan memperoleh keuntungan di satu pihak, dan kepuasan di pihak lain.

Harga pasar adalah tingkat harga yang diterima pengusaha dalam penjualan hasil produksi bibit durian atau tingkat harga yang dibayar dalam pembelian faktor produksi, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Harga sarana produksi adalah harga yang dibutuhkan untuk melakukan proses produksi dengan tujuan menghasilkan output berupa bibit durian.

Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja, baik dari dalam maupun luar keluarga, yang digunakan untuk proses produksi bibit durian yang diukur dalam satuan hari orang kerja (HOK).

Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan investasi usaha bibit durian, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Umur ekonomis alat adalah jumlah tahun alat selama digunakan. Terhitung sejak tahun pembelian sampai alat tersebut tidak dapat digunakan lagi, diukur dalam satuan tahun.

Tingkat suku bunga adalah suatu bilangan yang lebih kecil dari satu yang dapat digunakan untuk mengetahui nilai uang dimasa lalu agar didapatkan nilainya pada saat ini.


(47)

Net Present Value (NPV) atau nilai tunai bersih, merupakan metode yang menghitung selisih anatara manfaat atau penerimaan dengan biaya atau pengeluaran.

Net benefit cost ratio (Net BC) merupakan perbandingan antara penerimaan manfaat dari suatu investasi dengan biaya yang telah dikeluarkan.

Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat bunga yang menunjukkan nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh investasi proyek atau dengan kata lain tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol.

Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) merupakan perbandingan antara

penerimaan manfaat dari suatu investasi dengan biaya yang telah dikeluarkan. Discount factor adalah digunakan untuk menurunkan manfaat yang diperoleh pada masa yang akan datang dan arus biaya menjadi nilai pada saat sekarang. Analisis finansial adalah analisis yang didasarkan kepada perbandingan atau rasio manfaat (benefit) dan biaya (cost) yang akan dikeluarkan selama umur ekonomis investasi alat atau diperhitungkan untuk melihat layak atau tidak usaha tersebut dilaksanakan.

Analisis sensitivitas adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui apa yang terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar perhitungan biaya dan manfaat.


(48)

B.Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Lampung Timur, Kecamatan Pekalongan, Desa Tulusrejo. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive), alasan dipilihnya lokasi penelitian ini karena usaha pembibitan durian di lokasi tersebut merupakan sentra pembibitan Balai Benih Induk (BBI) Hortikultura di Provinsi Lampung.

Penelitian ini dilakukan pada petani/penangkar pembibitan durian di Desa Tulusrejo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur yang berjumlah 18 orang. Menurut Arikunto (2002), apabila subyek penelitian kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitianya merupakan penelitian populasi atau sensus. Pengambilan sampel dengan cara sensus yaitu semua populasi dijadikan responden dalam penelitian. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 18 orang. Pengambilan data dilakukan pada Bulan Juli-Agustus 2013.

C. Metode Pengumpulan Data.

Penelitian akan dilakukan dengan metode survei dan pengamatan langsung di lapangan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data Primer. Data sekunder diperoleh dari lembaga/instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung dan beberapa instansi yang terkait, serta studi literatur. Data Primer diperoleh dengan mengadakan wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner (daftar pertanyaan) yang telah disiapkan terlebih dahulu kepada petani atau penangkar pembibitan durian.


(49)

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif (deskriptif) dan analisis kuantitatif (statistik). Analisis Kuantitatif digunakan untuk menjawab tujuan 1 yaitu untuk menganalisis tingkat keuntungan dan kelayakan secara finansial usaha pembibitan durian, maka digunakan analisis keuntungan dan analisis finansial secara kuantitatif dengan criteria kelayakan investasi yaitu NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Gross B/C rasio (Gross Benefit/Cost ratio), Net B/C rasio (Net Benefit/Cost ratio), serta analisis sensitivitas.

1. Analisis deskriptif kualitatif

Analisis deskriptif kualitatif data digunakan untuk menjelaskam aspek pemasaran. Analisis ini menjelaskan mengenai pemasaran produk termasuk didalamnya mengenai karakteristik konsumen, volume pembelian yang dilakukan konsumen serta pembentukan harga. Gambaran mengenai pemasaran dalam penelitian ini dibahas secara deskriptif dengan mengkaji data-data kualitatif yang diperoleh dalam penelitian. Analisis ini dimaksudkan untuk mendukung hasil yang diperoleh dari analisis kuantitatif yaitu analisis finansial sehingga hasil dapat dijelaskan dari sisi usaha mengenai pemasaran produknya.


(50)

2. Analisis Finansial

Untuk menjawab tujuan penelitian pertama maka digunakan alat analisis finansial yaitu:

a. Net Present Value (NPV)

Perhitungan Net Present Value merupakan net benefit yang telah didiskon dengan Social Opportunity Cost of Capital (SOCC) sebagai diskon faktor. Rumus dari Net Present Value adalah:

…....……….….. (1)

NPV = Net Present Value t = Waktu

Bt = benefit (manfaat) Ct = cost (biaya)

i = tingkat bunga bank yang berlaku Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah :

i) NPV > 0, maka investasi dikatakan layak (feasible)

ii) NPV < 0, maka investasi dikatakan tidak layak (no feasible) iii) NPV = 0, maka investasi berada pada posisis Break Event

Point.

b. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat bunga yang menunjukkan nilai bersiih sekarang (NPV) sama dengan jumlah


(51)

seluruh investasi proyek atau dengan kata lain tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol.

IRR dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

i1 P P 1

1 - P -( i -i1 ) …....……….….. (2) Keterangan:

NPV = Net Present Value

i1 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1 i2 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1 Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah:

i) Apabila IRR >i, maka investasi dinyatakan layak (feasible). ii) Apabila IRR < i, maka investasi dinyatakan tidak layak (no

feasible).

iii) Apabila IRR = i, maka investasi berada dalam keadaan impas (Break Event Point).

c. Net Benefit Cost Rate (Net B/C )

Net Benefit Cost Rate (Net B/C) merupakan perbandingan antara net benefit yang telah didiskon positif net benefit yang telah didiskon negatif.

Net B/C dapat dirumuskan sebagai berikut:

e

∑ - 1 i n 1

∑ -b 1 i n 1


(52)

Keterangan:

Net B/C = Net Benefit Cost Ratio

Bt = Benefit (penerimaan bersih tahun t) Ct = Cost (biaya pada tahun t)

i = tingkat suku bunga t = tahun (waktu ekonomis) Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah:

i) Jika Net B/C > 1, maka investasi tersebut layak untuk diusahaka. ii) Jika Net B/C < 1, maka investasi tersebut tidak layak untuk

diusahakan.

iii) Jika Net B/C = 1, maka investasi tersebut dalam keadaan Break Event Point

d. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)

Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) merupakan perbandingan antara penerimaan/manfaat dari suatu investasi dengan biaya yang telah dikeluarkan. Gross B/C dapat dirumuskan sebagai berikut:

ross ∑

b 1 i n 1

∑n 1 i

1

…....……….….. (4)

Keterangan:

Gross B/C = Gross Benefit Cost Ratio

Bt = Benefit (penerimaan bersih tahun t) Ct = Cost (biaya pada tahun t)

i = tingkat suku bunga t = tahun (waktu ekonomis)

Kriteria pengukuran pada analisis Gross B/C adalah:

i) Jika Gross B/C > 1, maka investasi tersebut layak untuk diusahakan.

ii) Jika Gross B/C < 1, maka invstasi tersebut tidak layak untuk diusahakan.

iii) Jika Gross B/C = 1, maka investasi tersebut dalam keadaan Break Event Point.


(53)

b. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan analisis proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam perhitungan biaya atau benefit (Djamin, 1992). Dalam analisis kepekaan, setiap

kemungkinan harus dicoba untuk dilakukan analisa kembali. Hal ini perlu, karena analisis proyek biasanya didasarkan kepada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi masa mendatang.

Dalam pelaksanaan suatu proyek, besarnya NPV, Gross B/C, Net B/C, dan IRR dipengaruhi oleh besarnya penerimaan dan biaya. Perubahan NPV, Gross B/C, Net B/C, dan IRR dapat terjadi karena adanya perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan manfaat. Dalam penelitian ini, analisis sensitivitas dilakukan pada arus penerimaan dan pengeluaran. Adapun perubahan-perubahan yang akan dikaji pada analisis sensitifitas adalah sebagai berikut:

(1) Penurunan harga jual yang telah terjadi dan batas kelayakan usaha (2) Kenaikan biaya produksi yang telah terjadi dan batas kelayakan

produksi

Perubahan harga jual didasarkan pada harga bibit durian yang terendah di tingkat petani, sedangkan perubahan biaya total berdasarkan kepada kenaikan bahan bakar minyak, pupuk, pestisida dan tarif dasar listrik.


(54)

Analisis sensitifitas dilakukan dengan memperhitungkan salah satu kemungkinan diatas terjadi. Tingkat kenaikan biaya suatu produksi yang akan menyebabkan nilai NPV, IRR, Gross B/C, dan Net B/C tidak lagi menguntungkan, maka pada titik itulah proyek tersebut tidak layak. Selain itu perlu juga dihitung setiap penurunan harga jual suatu produk jadi terhadap keuntungan yang diperoleh. Tingkat penurunan harga jual suatu produk jadi akan menyebabkan nilai NPV, IRR, Gross B/C, dan Net B/C tidak meyakinkan, maka itulah batas kelayakan proyek. Jika perbedaan itu sangat kecil atau tidak berarti mengubah keputusan, maka perkiraan

pendapa an bersi dianggap “kua ” dan idak peka er adap peruba an

dalam asumsi inflasi, karena baik rencana alternatif dan skenario

didasarkan pada perkiraan. Kebanyakan ahli strategi menggunakan analisis kepekaan untuk menilai keduanya paling tidak mereka mengadakan analisis kepekaan sederhana mengenai asumsi yang meragukan maupun yang mendasari perkiraan dan mengembangkan peringkat asumsi terpenting. Sebaliknya daftar itu dapat dipantau selama penerapan setiap strategi berdasarkan pemikiran.

Menurut Gittinger (1993), menyatakan bahwa dalam bidang pertanian, proyek sensitif untuk berubah, yang diakibatkan oleh empat masalah utama, yaitu:

a. Harga, terutama perubahan dalam harga hasil produksi yang disebabkan oleh turunnya harga di pasaran.

b. Keterlambatan pelaksanaan proyek. Dalam proyek pertanian dapat terjadi keterlambatan pelaksanaanya karena ada kesulitan-kesulitan


(55)

secara teknis atau inovasi baru yang diterapkan, atau keterlambatan dalam pemesanan dan penerimaan peralatan.

c. Kenaikan biaya, baik dalam biaya konstruksi maupun biaya operasional yang diakibatkan oleh perhitungan-perhitungan yang terlalu rendah. d. Kenaikan hasil, dalam hal ini kesalahan perhitungan hasil.

Menghitung laju kepekaan dengan rumus sebagai berikut : Laju Kepekaan =

1- o

1 1- o

1 ………. 8

Keterangan :

X1 = NPV/IRR/Net B/C/GrossB/C setelah perubahan Xo = NPV/IRR/Net B/C/GrossB/C sebelum perubahan

= rata-rata perubahan NPV/IRR/Net B/C/GrossB/C

Y1 = biaya produksi/harga jual/suku bunga setelah perubahan Yo = biaya produksi/harga jual/suku bunga sebelum perubahan

= rata-rata perubahan biaya produksi/harga jual/ suku bunga Kriteria laju kepekaan :

1. Jika laju kepekaan › 1, maka asil kegia an usa a peka sensi ive er adap

perubahan.

2. Jika laju kepekaan ‹ 1, maka hasil kegiatan usaha tidak peka/sensitive


(56)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Letak Geografis Kecamatan Pekalongan

Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Timur (2012),

Kecamatan Pekalongan mempunyai luas wilayah 10.012,81 Ha atau 100,13 km2, dengan ketinggian wilayah 29 m di atas permukaan laut. Mayoritas penduduk di Kecamatan Pekalongan beragama Islam. Batas-batas wilayah Kecamatan Pekalongan, adalah sebagai berikut:

1. sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah

2. sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Metro Timur, Kota Metro 3. sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Batanghari Nuban 4. sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Batanghari.

Desa Tulusrejo merupakan desa yang memiliki letak yang strategis. Letak yang strategi ini sangat baik untuk melakukan pengembangan daerah pembibitan, sehingga daerah ini dapat dijangkau dengan mudah. Desa Tulusrejo merupakan desa yang cukup ramai karena sangat dekat dengan pusat pemerintahan dan pertumbuhan ekonomi Kecamatan Pekalongan. Adapun Jarak Desa Tulusrejo ke Pusat Pemerintahan seperti pada Tabel 5.


(57)

Tabel 6. Jarak Desa Tulusrejo ke pusat pemerintahan

No Indikator Sub Indikator

1. Ke Pemerintahan Kecamatan 1 KM

2. Ke Pemerintahan Kabupaten 20 KM

3. Ke Pemerintahan Propinsi 58 KM

Sumber : Kantor Kepala Desa Tulusrejo, 2012.

Desa Tulusrejo yang merupakan desa yang berada di Kecamatan Pekalongan. Letak yang strategis ini sangat memudahkan para petani atau penangkar untuk mengemmbangkan usaha pembibitan yang dilakukan. Selain itu daerah ini cukup dikenal di luar daerah. Kecamatan Pekalongan merupakan sebuah daerah yang cukup dikenal di Provinsi Lampung maupun dari luar daerah Provinsi Lampung, karena di Kecamatan Pekalongan tepatnya di Desa Tulusrejo ini telah menjadi pusat pembibitan dan penjualan berbagai macam tanaman hortikultura sejak dulu. Desa Tulus rejo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur menjadi daerah sentra tanaman Pangan dan Hortikultura, dimana di daerah ini memiliki Balai Benih Induk (BBI) Tanaman Pangan dan Hortikultura. BBI Tanaman Pangan dan Hortikultura merupakan sentra penghasil tanaman pembibitan di Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung.

B. Demografi Daerah Penelitian

Berdasarkan Monografi Desa Tulusrejo (2012) jumlah penduduk di Desa Tulusrejo adalah 3.377 jiwa dengan 971 kepala keluarga. Jumlah penduduk menurut usia di Desa Tulusrejo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur dapat di lihat pada Tabel 7.


(58)

Tabel 7. Jumlah Penduduk menurut umur di Desa Tulusrejo, Tahun 2012 Kelompok umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase

0 – 12 bulan 51 1,51

> 1- 5 tahun 225 6,66

≥ 5 – 7 tahun 107 3,17

≥ 7 – 15 tahun 468 13,86

≥ 15 – 56 tahun 2.177 64,47

> 56 tahun 349 10,33

jumlah 3.377 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Tulusrejo, 2012

Pada Tabel 7 terlihat bahwa mayoritas penduduk di Desa Tulusrejo 74,8 % merupakan penduduk pada usia produktif. Hal ini berdasarkan Mantra (2004), yang menyatakan bahwa penduduk usia 15-64 tahun termasuk dalam kelompok penduduk produktif. Usia yang produktif ini merupakan usia yang sangat baik untuk bekerja. Umur produktif secara ekonomi dapat diartikan bahwa pada usia atau umur produktif umumnya memiliki tingkat kemauan yang cukup tinggi, semangat yang tinggi dan kemampuan mengembangkan usaha pembibitan durian cenderung lebih tinggi. Pada usia produktif

cenderung memiliki tanggungjawab yang besar terhadap usaha yang

dilakukan. Pada usia ini mereka memiliki kesadaran akan kenyataan bahwa nasib mereka yang akan ditentukan oleh mereka sendiri.

Wilayah Desa Tulsrejo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur memiliki banyak potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang menjadikan warga maju dan sejahtera. Penduduk di Desa Tulusrejo

Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur terdiri dari 10 Desa meliputi 70 dusun dan 265 RT. Adapun sebaran penduduk Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur dapat dilihat pada Tabel 8.


(59)

Tabel 8. Sebaran penduduk Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur berdasarkan desa-desanya, 2012

No Nama Desa Luas (Ha)

Penduduk Jumlah

JIWA KK DUSUN RT RW

1 Pekalongan 547 4.045 804 4 27 9

2 Adirejo 1.006 4.335 1.416 10 31 10

3 Sidodadi 1.130 5.152 1.128 7 19 9

4 Gondang

Rejo 1.323 7.391 1.416

5 15

-

5 Siraman 829 3.589 801 5 16 8

6 Tulusrejo 925 3.321 675 4 20 7

7 Jojog 1.165 4.519 1.029 4 25 9

8 Ganti Warno 1.323 5.319 1.145 4 6 -

9 Kali Bening 758 2.202 464 10 30 12

10 Wonosari 1.020 3.284 747 6 16 6

11 Adijaya - 2.136 611 5 - 16

12 Ganti Mulyo - 2.140 611 5 - 14

Jumlah 10.026 47.433 10.847 69 205 100

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Timur, 2012

Wilayah Desa Tulusrejo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur memiliki banyak potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia. Sebagian besar penduduk di Desa Tulusrejo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur bermata pencaharian sebagai petani. Desa Tulusrejo merupakan sebuah desa yang berada di dusun 4 yang berdekatan juga dengan Desa Pekalongan, Desa Jogjo, dan Desa Gantiwarno. Desa Tulusrejo merupakan desa ke empat terkecil yang memiliki luas wilayah Di Kecamatan Pekalongan, serta merupakan Desa terluas ke tujuh setelah Desa Adirejo. Penduduk di wilayah ini memiliki jumlah penduduk yang berbeda pada setiap desa, hal ini juga dilihat adanya perbedaan gender di Desa Tulusrejo. Desa Tulusrejo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur memiliki penduduk yang terdiri dari perbedaan gender. Sebaran penduduk berdasarkan gender dapat dilihat pada Tabel 9.


(60)

Tabel 9. Jumlah penduduk berdasarkan gender

No. Indikator Tahun 2012

1. Jumlah laki-laki 1.713

2. Jumlah perempuan 1.664

3. Jumlah kepala keluarga 971

Jumlah penduduk 3.377

Sumber : Kantor Kepala Desa, 2012

Pada Tabel 9 dapat dilihat dimana jumlah laki-laki di Desa Tulusrejo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur adalah 1.713 jiwa dengan persentase 50,73% dari jumlah penduduk, sedangkan jumlah perempuan adalah 1.664 jiwa dengan persentase 49,27% dari jumlah penduduk di Desa Tulusrejo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur. Jumlah kepala keluarga ada sebanyak 971 kepala keluarga yang berada di Desa Tulusrejo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur. Di Desa Tulusrejo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur yang memiliki penduduk yang beraneka ragam dan berbeda masing-masing pada individu penduduk termasuk tingkat pendidikan penduduk . Tingkat pendidikan pada suatu masyarakat akan mempengaruhi kondisi lingkungan masyarakat tersebut. Tingkat pendidikan seseorang akan

mempengaruhi kreatifitas atau kemampan seseorang dalam menerima suatu inovasi yang baru. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi perilaku

seseorang dalam peningkatan usaha yang dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian di Desa Tulusrejo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur dapat dilihat pada Tabel 10.


(61)

Tabel 10. Data Perkembangan tingkat pendidikan di Desa Tulusrejo Tahun 2012

No Indikator Sub Indikator Jumlah

(orang) 1. Pendidikan penduduk 1. Jumlah penduduk buta huruf 2

Usia 15 tahu ke atas 2. Tidak tamat SD/ Sederajat 43

3. SD/ Sederajat 560

4. SLTP/Sederajat 435

5. SLTA/Sederajat 851

6. Jumlah penduduk tamat D-1 13 7. Jumlah penduduk tamat D-2 11 8. Jumlah penduduk tamat D-3 26 9. Jumlah penduduk tamat S-1 65 10.Jumlah penduduk tamat S-2 5 11.Jumlah penduduk tamat S-3

2. Wajib Belajar 9 1. Jumlah penduduk usia 7 - 15 tahun

468 Tahun dan 2. Jumlah penduduk usia 7 - 15

tahun masih sekolah

459 Putus sekolah 3. Jumlah penduduk usia 7 - 15

tahun putus sekolah

9 Sumber : Kantor Kepala Desa, 2012

Tingkat pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam

menentukan potensi demografi suatu wilayah. Jika ditinjau dari segi tingkat pendidikan, penduduk di Desa Tulusrejo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur sudah cukup baik karena cukup banyak penduduk yang telah menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi. Akan tetapi, di Desa

Tulusrejo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur masih ada 2 orang penduduk yang masih buta huruf. Perkembangan tingkat pendidikan di Desa Tulusrejo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur sudah didominasi oleh penduduk yang telah mencapai tingkat pendidikan hingga ke Sekolah Lanjutan Tingkat Atas dapat dilihat pada Tabel 10 diatas.


(62)

Tabel 11. Sebaran sarana pendidikan di Desa Tulusrejo, Kecamatan Pekalongan Tahun 2012

No Nama Sekolah ( Unit)

1. Taman Kanak-kanak

a. TK Aba Tulusrejo 1

b. TK Ra Muslimat 1

c. Paud Cahaya Ananda 1

2. Sekolah Dasar

a. SDN 1 Tulusrejo 1

b. SDN 2 Tulusrejo 1

c. MI Tulusrejo 1

3. SLTP/Sederajat 0

4. SLTA/Sederajat 0

Jumlah 6

Sumber : Kantor Kepala Desa, 2012

Tabel 11 menunjukkan sebaran jumlah bangunan atau gedung pendidikan yang berada di Desa Tulusrejo Kecamatan pekalongan Kabupaten Lampung Timur. Di desa ini masih hanya tersedia sarana atau tempat pendidikan paud atau Tk dan SD. Walaupun demikian warga atau masyarakat menempuh pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Daerah atau tempat sarana pendidikan seperti SMP atau SLTA ditemukan tidak jauh dari Desa Tulusrejo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur. Desa ini merupakan desa yang strategis tempatnya.

c. Visi dan Misi Kecamatan Pekalongan

1. Visi Kecamatan Pekalongan

Memperhatikan tugas pokok dan fungsi yang dimiliki serta kondisi dan karakteristik masyarakat Pekalongan yang sebagian besar

bermatapencaharian sebagai petani, maka visi Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur adalah : “Terwujudnya Perekonomian Rakyat Yang Mantap Berbasis Agrobisnis”


(63)

Visi di atas mengandung makna, yaitu:

a. Kecamatan Pekalongan merupakan penggerak masyarakat dalam rangka memacu peningkatan perekonomian menuju masyarakat yang sejahtera.

b. Wilayah Pekalongan berpotensi besar dan harus dikembangkan dalam rangka mendukung perekonomian Kabupaten Lampung Timur. c. Wilayah Pekalongan berpotensi besar dan harus dikembangkan dalam

rangka mendukung perekonomian Kabupaten Lampung Timur. d. Pengembangan agrobisnis menjadi prioritas arah laju pembangunan

perekonomian yang memberdayakan sumber daya lokal.

2. Misi Kecamatan Pekalongan

Misi yang harus diemban oleh pemerintah Kecamatan Pekalongan untuk mencapai visinya adalah :

a. Melaksanakan tata pemerintahan yang baik, di mana kondisi ini dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah selaku pelayan masyarakat.

b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mendorong laju pertumbuhan ekonomi melalui pusat-pusat pertumbuhan usaha ekonomi masyarakat.

c. Meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat, baik formal maupun informal, guna meningkatkan daya saing sumber daya manusia dalam menghadapi perkembangan pembangunan di masa yang akan datang.


(64)

d. Mengkoordinasikan keamanan, kenyamanan, dan iklim yang kondusif bagi perkembangan agrobisnis.

D. Gambaran Pembibitan Durian di Desa Tulusrejo

Desa Tulusrejo yang terletak di Kecamatan Pekalongan merupakan desa yang menjadi sentra daerah pembibitan. Pembibitan menjadi pekerjaan utama hampir semua warga di Desa Tulusrejo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur. Penduduk di Desa Tulusrejo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur yang menjadikan bertani pembibitan menjadi sumber penghasilan utama mereka. Di Desa

Tulusrejo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur pembibitan durian tumbuh di kebun atau lahan yang bersamaan dengan tanaman lainnya seperti pembibitan klengkeng, jambu, manggis, jeruk, mangga, alpukat, rambutan, pembibitan pohon garu, pembibitan nangka,

pembibitan sawo, dan pembibitan kayu mahoni. Para petani atau penangkar pembibitan durian memanfaatkan pekarangan rumah sebagai tempat melakukan pembudidayaan pembibitan durian, dan lahan yang dijadikan tempat penanaman bibit durian.

Di Desa Tulusrejo merupakan daerah sentra produksi bibit buah-buahan di Kabupaten Lampung Timur. Sebagian pelaku usaha pembibitan dalam hal ini durian di Desa Tulusrejo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur saat ini meneruskan usaha keluarga yang sudah sejak lama dirintis oleh orangtua dan sebagian lagi merupakan petani atau penangkar yang memulai usaha pembibitan durian karena melihat tingginya permintaan


(65)

akan bibit durian, adanya faktor penunjang baik segi agronomis, produksi, dan pemasaran serta meningkatnya permintaan masyarakat akan bibit durian dapat dijadikan faktor pendukung terhadap peningkatan usaha pembibitan durian.

Di Kecamatan Pekalongan, tepatnya di Desa Tulusrejo beberapa petani melakukan penanaman pembibitan durian langsung di lahan, walaupun kebanyakan petani menggunakan polibag sebagai tempat penanaman pembibitan durian. Bagi petani yang langsung melakukan penanaman pembibitan pada lahan memiliki jarak tanam. Jarak tanam pada pembibitan durian 20 cm x 25 cm. Para petani/penangkar pembibitan durian juga memiliki pohon induk. Pohon induk ini sangat berguna untuk melakukan perbanyakan melalui stek. Di Desa Tulusrejo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur para petani setidaknya memiliki sedikitnya 5 pohon indukan pohon durian.

Selain pohon indukan, pemasaran merupakan sesuatu yang tidak kalah penting dalam usahatani pembibitan durian. Para petani/penangkar

pembibitan durian melakukan pemasaran pembibitan durian tidak hanya di Kabupaten Lampung Timur, namun juga pemasaran sampai ke kabupaten lain yang berada di Provinsi Lampung. Pemasaran pembibitan ini tidak hanya di pasarkan di Provinsi Lampung bahkan sampai ke luar daerah seperti Palembang, Bengkulu, Jambi, dan beberapa daerah di Jawa. Kecamatan Pekalongan merupakan daerah yang cukup terkenal sebagai sentra tanaman hortikultura. Menurut informasi dari para petani atau


(66)

penangkar pembibitan durian yang melakukan pemasaran memiliki saluran pemasaran. Saluran Pemasaran biasanya dilakukan langsung ke konsumen oleh para petani atau penangkar walaupun masih ada beberapa pedagang pengumpul yang mengumpulkan pembibitan durian untuk dipasarkan ke konsumen. Adapun Saluran pemasarannya dapat di perjelas sebagai berikut :

1. Petani/penangkar pembibitan durian konsumen

Dalam hal ini saluran pemasaran dilakukan oleh petani/penangkar langsung di pasarkan kepada konsumen. Konsumen ini merupakan orang yang langsung melakukan budidaya durian pada lahannya. Bibit yang telah siap untuk dipasarkan akan langsung dibeli oleh konsumen dari petani atau penangkar pembibitan durian.

2. Petani/penangkar pembibitan durian pedagang pengumpul konsumen

Dalam hal ini saluran pemasaran dilakukan oleh petani/penangkar di pasarkan kepada pedagang pengumpul dan kemudian di salurkan kepada konsumen. Pedagang pengumpul dalam hal ini adalah orang yang berperan mengumpulkan bibit buah-buahan dari para

petani/penangkar, yang kemudian di pasarkan ke konsumen.

Konsumen ini merupakan orang yang langsung melakukan budidaya durian pada lahannya. Bibit yang telah siap untuk di pasarkan akan langsung dibeli oleh konsumen dari pedagang pengumpul yang memperoleh bibit yang telah dikumpulkan dari para petani/penangkar pembibitan buah.


(67)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Usaha pembibitan durian di Desa Tulusrejo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur ditinjau dari aspek finansial pada tingkat suku bunga 22% layak diusahakan dan dikembangkan.

2. Usaha pembibitan durian di Desa Tulusrejo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur masih tetap layak terhadap kenaikan biaya produksi sebesar 10%, penurunan harga jual bibit sebesar 10%, dan penurunan produksi pembibitan durian sebesar 10%. Perhitungan berdasarkan tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 22%.

B. Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka saran yang dapat diberikan melalui penelitian ini adalah :

1. Petani atau penangkar diharapkan perlu meningkatkan pengembangan usaha dari segi produksi yang perlu ditingkatkan serta cakupan pemasaran sehingga usaha pembibitan durian dapat lebih baik.


(68)

2. Diperlukan adanya penelitian-penelitian lain yang dapat mengkaji mengenai aspek permintaan dan penawaran pembibitan durian, serta strategi pengembangan usaha pembibitan durian.

3. Pemerintah daerah Kabupaten LampungTimur dan Provinsi Lampung melalui dinas terkait yakni Balai Benih Induk Hortikultura perlu mengembangkan potensi usaha pembibitan di Provinsi Lampung yang merupakan sentra pembibitan daerah. Pengembangan ini perlu dilakukan untuk menjadikan Provinsi Lampung menjadi sentra daerah pembibitan hortikultura di Sumatera.


(69)

DAFTAR PUSTAKA

AKK. 1997. Budidaya Durian. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta

Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung. 2010. Lampung dalam Angka. Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung. Bandar Lampung.

Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung. 2012. Lampung dalam Angka. Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung. Bandar Lampung.

Dinas Pertanian Tanaman Hortikultura. 2008. Laporan Pembibitan Buah-buahan. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura kabupaten Lampung Timur. Lampung Timur.

Djanatiya. 2010. Analisis kelayakan finansial dan pemasaran agroindustri gula kelapa di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Skripsi

Universitas Lampung. Lampung.

Djamin, S. 1992. Perencanaan dan Analisa Proyek (Edisi ke-3). LPFE UI. Jakarta.

Dolly. 2006. Analisis Kelayakan Investasi Pengusahaan Pembibitan Durian (Durio zibethinus) Cv Milad Perkasa Rancamaya Bogor. Skripsi Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gibran, P. 2011. Rantai tata niaga pemasaran buah durian (Duri zibethinus) di Kecamatan Kota Agung Kabupaten Tanggamus. Skripsi Universitas Lampung. Lampung .

Gittinger, J.P. 1986. Analisis Ekonomi Proyek Pertanian. Uviversitas Indonesia Press. Jakarta.

Haryono. 2003. Studi Potensi dan Pemasaran Durian (Durio zibethinus) di Desa Sukajaya Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Skripsi Institut


(1)

Tabel 39. Analisis sensitivitas dengan tingkat suku bunga 22% pada usaha pembibitan durian (monokultur) per 10.000 bibit siap jual di Desa Tulusrejo Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur per tahun

1. Kenaikan biaya produksi 10%

NPV IRR Net B/C Gross B/C

y0 22% x0 59962442.93 63% 2.67 1.13

y1 10.00% x1 56427766.30 59% 1.43 1.04

Selisih 12.00% Selisih 3534676.63 4% 1.24 0.09

rata2 16% rata2 58195104.61 61% 2.05 1.08

75.000 6.07 6.14 60.62 8.72

LK 0.08 0.08 0.81 0.12

keterangan TS TS TS TS

2. Harga jual turun 10%

NPV IRR Net B/C Gross B/C

y0 22% x0 59962442.93 63% 2.67 1.13

y1 10.00% x1 10875216.45 23% 1.30 1.03

Selisih 12.00% Selisih 49087226.48 39% 1.37 0.10

rata2 16% rata2 35418829.69 43% 1.98 1.08

75.000 138.5907635 91.66127 68.76974 9.721637

LK 1.85 1.22 0.92 0.13

keterangan S S TS TS

3. Produksi turun 10%

NPV IRR Net B/C Gross B/C

y0 22% x0 59962442.93 63% 2.67 1.13

y1 10.00% x1 10875216.45 23% 1.30 1.03

Selisih 12.00% Selisih 49087226.48 39% 1.37 0.10

rata2 16% rata2 35418829.69 43% 1.98 1.08

75.000 138.5907635 91.66127 68.76974 9.721637

LK 1.85 1.22 0.92 0.13


(2)

Gambar 2. Di lahan petani/penangkar pembibitan

Gambar 4. Wawancara dengan petani/penangkar pembibitan

Gambar 3. Pembibitan di pekarangan petani/penangkar


(3)

Gambar 6. Proses penyambungan batang bawah dengan batang atas oleh petani/

penangkar pembibitan

Gambar 8. Petani/penangkar pembibitan di lahan melakukan proses penyambungan tanaman

Gambar 7. Tanaman pembibitan di lahan petani/penangkar pembibitan

Gambar 9. Wawancara dengan petani/penangkar pembibitan


(4)

Gambar 10. Bibit durian di lahan petani/penangkar pembibitan

Gambar 12. Para petani/penangkar sedang bekerja

Gambar 11. Petani/penangkar di lahan pembibitan


(5)

Gambar 14. Petani/penangkar sedang melakukan proses penyambungan tanaman

Gambar 16. Tower milik petani/penangkar pembibitan

Gambar 15. Pohon induk pembibitan durian

Gambar 17. Sumur di lahan petani/penangkar pembibitan


(6)

Gambar 18. Sumur bor petani/penangkar pembibitan

Sumur Bor milik petani/penangkar pembibitan

Gambar 19. Tower milik petani/penangkar pembibitan durian