EVALUASI KINERJA GURU PROFESIONAL DALAM MENYUSUN PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PADA SMA KABUPATEN TANGGAMUS

(1)

EVALUASI KINERJA GURU PROFESIONAL DALAM

MENYUSUN PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN

PEMBELAJARAN PADA SMA KABUPATEN TANGGAMUS

(Tesis)

Oleh

SUPRIATNO

0923011068

PROGRAM PASCASARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG


(2)

ii

ABSTRAK

EVALUASI KINERJA GURU PROFESIONAL DALAM

MENYUSUN PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN

PEMBELAJARAN PADA SMA KABUPATEN TANGGAMUS

Oleh

SUPRIATNO

Tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi tentang kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian evaluasi dan menggunakan Model Goal Oriented Evaluation (Model Evaluasi yang Berorintasi pada Tujuan ). Populasi penelitian ini adalah guru SMA Kabupaten Tanggamus yang telah bersertifikasi berjumlah 342 orang sedangkan sampel berjumlah 40 orang yang diambil secara proporsional. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Kemampuan guru profesional SMA Kabupaten Tanggamus dalam merencanakan proses pembelajaran, secara umum cukup baik (skor 2,91), secara khusus kemampuan guru dalam merumuskan tujuan pembelajaran rata-rata cukup baik (skor 2,92), kemampuan guru dalam memilih dan mengorganisasikan materi ajar rata-rata cukup baik (skor 2,93), kemampuan guru dalam memilih sumber belajar/media pembelajaran dalam kategori cukup (skor 2,89), kemampuan guru dalam menentukan metode pembelajaran masih cukup baik (skor 2,91 dan kemampuan guru merencanakan penilaian hasil belajar masih katagori cukup baik (skor 2.86). Sedangkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran kategori cukup baik (2,97) kemampuan guru dalam melakukan prapembelajaran cukup baik (skor 2,91), membuka pembelajaran dikategorikan cukup baik (2,99), melaksanakan inti pembelajaran (skor 2,95) dan kemampuan guru dalam menutup pembelajaran cukup baik (skor 2,90).


(3)

ABSTRACT

THE EVALUATION OF PROFESSIONAL TEACHER

PERFORMANCE IN ARRANGE PLANNING AND

EXECUTING THE LEARNING PROCESS SMA TANGGAMUS

BY:

SUPRIATNO

The purpose of this study was to obtain information about the teachers’ ability to plan learning and implementing the learning. This study use a research design evaluation and goal-oriented evaluation model (model evaluasi yang berorientasi pada tujuan). The research population was a teacher of senior high school in Tanggamus who has been certified amounted to 342, while the sample of 40 people who were taken in proportion. The data analysis technique used is descriptive and qualitative analysis. The ability of the district high school profesional teacher Tanggamus in planning the learning process, is generally

good enough(score 2.91), in particular the teachers’ ability to formulate learning

objectives is good average (score of 2.92), the teachers’ ability in selecting and

organizing teaching materials is good average (score 2.93), the teacher’ ability in

selecting learning resources / learning media category is enough(score 2.89), the

teachers’ ability to determine instructional methods are still good enough (score

2.91) and teachers’ ability to plann learning outcomes categories is still good

enough(score2.86). While the teacher's ability to implement the learning category

is good enough (2.97) the teachers’ ability in pre-learning is good enough (score 2,91), the open learning category is quite good (score 2.99), the implement the

core of learning (score of 2.95) and the teachers’ ability in closing learning is

good enough(score 2.90).


(4)

Nama Mahasiswa No. Pokok Mahasiswa Program Studi

Fakultas

SMA KABUPATEN TANGGAMUS SUPRIATNO

0923011068

Pascasarjana Teknologi Pendidikan Keguruan dan llmu' Pendidikan

6:wr*

Or.

Her/ratiwi,

M.Pd.

NrP 196409L4 L987L22 00L

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

2. Ketua Program Pascasarjana Teknologi Pendidikan

Gk2-Dr. Adelina Hasyim,

M.Pd. NrP 19531018 198112 2 001

Dr. NIP

h-

Rosidin,

M.Pd. 19600301 198503

I 003


(5)

(6)

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenamya bahwa:

1.

Tesis dengan judll "Evaluasi Kinerja Guru profesional Dalam Menyusun Perencanaan 'dan Melalcsanakan pembelajaran pada sMA Kabupaten Tanggamus" adalah hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan atas karya penulis lain dengan cara tidak sesuai tata etika ilmiah yang berlaku dalam masyarakat akademik atau

yang disebut plagiatisme.

2.

Hak intelektual atas karya ilmiah

ini

diserahkan sepenuhnya kepada Universitas Lampung.

Atas pernyataan

ini,

apabila dikemudian hari ternyata ditemukan adanya ketidakbenaran, saya bersedia menanggung akibat dan sanksi yang diberikan kepada saya, saya bersedia dan sanggup dituntut sesuai hukum yang berlaku.

Ban{ar Lampung, September 2014 pernyataan,

TNO NPM 0923011068


(7)

iii

SANWACANA

Puji syukur kehadapan Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya berupa kekuatan dan ketekunan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan judul

Evaluasi Kinerja Guru Profesional Dalam Menyusun Perencanaan dan

Melaksanakan Proses Pembelajaran Pada SMA Kabupaten Tanggamus”.

Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dalam rangka memperoleh gelar Magister Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulisan Tesis ini tidak terlepas dari hambatan, baik dari luar maupun dari dalam diri penulis sendiri. Namun demikian, atas dorongan semangat, masukan, arahan serta dukungan kepada penulis sehingga penulisan Tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S. selaku Rektor Universitas Lampung. 2. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung.

3. Prof. Dr. H. Sudjarwo, M.S, selaku Direktur Pascasarjana Univesitas Lampung

4. Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(8)

5. Dr. Adelina Hasyim, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pasca Sarjana Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Dr. Herpratiwi, M.Pd., selaku Sekretaris Program Studi Pascasarjana Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sekaligus sebagai Pembimbing I.

7. Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Pembimbing II.

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Pascasarjana Magister Teknologi Pendidikan FKIP Universitas Lampung.

9. Drs. Anas Anshori, M.Si., selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tanggamus.

10.Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya penulisan Tesis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari Tesis ini jauh dari sempurna, baik dari segi kualitas isi, tata bahasa ataupun teknik penulisannya. Oleh karena itu, penulis yakin para pembaca yang kritis akan mudah melihat kekurangan dan kelemahan penelitian ini, dan itu merupakan gambaran dari keterbatasan penulis akan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan dalam menulis dan meneliti.

Semoga Tesis ini dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan penelitian sehingga hasilnya dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacanya.

Bandarlampung, Agustus 2014 Penulis,


(9)

RIWAYAT HIDUP

SUPRIATNO lahir di Kalibening Kecamatan Talangpadang Kabupaten Tanggamus pada Tanggal 4 Februari 1972, anak keenam dari sebelas saudara dari pasangan Bapak Tukiman (alm) dan Ibu Asiyah(alm).

Penulis menyelesaian Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Talangpadang tahun 1985, Sekolah Menengah Pertama (SMP) PGRI Talangpadang tahun 1988, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Talangpadang tahun 1991, Strata Satu (S1) program studi Fisika Jurusan MIPA FKIP Universitas Lampung tahun 1996. Pada tahun 2009 penulis diterima menjadi Mahasiswa Pasca Sarjana Program Studi Magister Teknologi Pendidikan FKIP Universitas Lampung.

Tahun 1998, penulis diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai guru Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 4 Pagelaran. Tahun 1999, penulis menikah dengan Lila Hartati dikarunia 2 orang putra yang bernama Farhan Abdillah Fatra dan Galih Mahfuzh Zain serta 1 orang putri yang bernama Gian Fauziyah Badzlin. Pada Tahun 2009 penulis dialitugaskan menjadi pengawas rumpun MIPA di


(10)

lingkungan Dinas Pendidikan Tanggamus dan ditahun yang sama juga dialihtugaskan menjadi Kepala Seksi Kurikulum Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan di Dinas Pendidikan Tanggamus. Sejak Tahun 2011 penulis dialihtugaskan menjadi Kepala Sub Bagian Kepegawaian Dinas Pendidikan Tanggamus sampai dengan sekarang.


(11)

viii MOTO

”Orang terkuat BUKAN mereka

Yang selalu menang…MELAINKAN

mereka yang tetap tegar ketika

mereka jatuh…” (Kahlil Gibran)

”Cintailah dirimu sebelum mencintai orang lain”

(Socrates)


(12)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur yang mendalam kehadapan ALLAH SWT, kupersembahkan karya kecil ini kepada:

 Keluargaku

 Almamater Universitas Lampung  Semua yang menyayangiku


(13)

x

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 4

1.3. Batasan Masalah ... 5

1.4. Rumusan Masalah ... 6

1.5. Tujuan Penelitian ... 7

1.6. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1. Evaluasi ... 9

2.2. Guru ... 14

2.3. Kinerja Guru dalam Pembelajaran ... 23

2.4. Teori Pembelajaran dalam Organisasi ... 36

2.5. Teori Belajar dan Pembelajaran ... 38

2.6. Penelitian yang Relevan ... 49

BAB III METODE PENELITIAN ... 52

3.1. Rancangan Penelitian ... 52

3.2. Tempat dan Waktu ... 52

3.3. Populasi dan Teknik Sampel ... 42

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 54

3.5. Defenisi Konseptual dan Operasional ... 57

3.6. Analisis data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

4.1. Hasil Penelitian ... 59

4.1.1 Komponen Kemampuan Merencanakan Pembelajaran ... 59

4.1.2 Komponen Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran ... 65

4.2. Pembahasan ... 70

4.3. Keterbatasan Penelitian ... 76

BAB V SIMPULAN DAN REKOENDASI ... 78

5.1. Simpulan ... 78

5.2. Rekomendasi ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN Halaman

1. IPKG 1 (Kemampuan Merencanakan Pembelajaran ) ... 84

2. IPKG 1 (Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran) ... 90

3. Tabulasi Skor IPKG 1 dan IPKG 2 ... 78

4. Rekapitulasi IPKG 1 ((Kemampuan Merencanakan Pembelajaran ) ... 93

5. Rekapitulasi IPKG 1 ((Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran ) ... 95

6. Laporan Kepengawasan ... 98


(15)

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

4.1. Skor Komponen Kemampuan Merencanakan Pembelajaran ... 59

4.2. Skor Rata-rata Kemampuan Merencanakan Pembelajaran ... 60

4.3 .Perumusan Tujuan Pembelajaran ... 61

4.4. Pemilihan dan Pengorganisasian Materi Ajar ... 62

4.5. Pemilihan Sumber Belajar/ Media Pembelajaran ... 63

4.6. Metode Pembelajaran ... 64

4.7. Penilaian Hasil Belajar ... 65

4.8. Skor Rata-rata Kemampuan Melaksanaan Pembelajaran ... 65

4.9. Pra Pembelajaran ... 66

4.10. Membuka Pelajaran ... 67

4.11. Kegiatan Inti Pembelajaran ... 68


(16)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

4.1. Visual Kemampuan Merencanakan Pembelajaran... 60

4.2. Visual Perumusan Tujuan Pembelajaran ... 61

4.3. Visual Pemilihan dan Pengorganisasian Materi Ajar... 62

4.4. Visual Kemampuan Pemilihan Sumber Belajar/Media Pembelajaran... 63

4.5. Visual Kemampuan Guru dalam Menentukan Metode Pembelajaran ... 64

4.6 Visual Kemampuan Guru dalam menentukan Penilaian Hasil Belajar ... 65

4.7. Visual Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran ... 66

4.8. Visual Kemampuan Guru dalam Pra pembelajaran ... 67

4.9. Visual Kemampuan Guru Membuka Pelajaran... 68

4.10 Visual Kegiatan Inti Pembelajaran... 69


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sistem Pendidikan Nasional seperti yang tertulis pada Undang-undang nomor 20 tahun 2003 pada pasal 11 ayat 1 menjelaskan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu (berkualitas) bagi setiap warga negara. Untuk mencapai mutu pendidikan yang baik pemerintah telah menetapkan standar pada komponen-komponen pendidikan, hal ini terbukti dengan adanya Peraturan Pemerintah nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang meliputi standai isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan dan standar penilaian pendidikan.

Standar Nasional itu diharapkan dapat dijadikan acuan penigkatan dan pemeratan mutu pendidikan. Namun peningkatan kualitas (mutu) pendidikan tidak terlepas dari kualitas pembelajaran (instructional quality) karena muara dari berbagai program pendidikan adalah pada terlaksananya program pembelajaran yang berkualitas. Oleh karena itu dalam kegiatan pembelajaran guru dituntut untuk dapat menciptakan suatu desain pembelajaran yang dapat menjamin kualitas pembelajaran, dalam artian bahwa penyusunan program


(18)

pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang digunakan.

Undang‐Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru Profesional harus memiliki kualifikasi akademik minimal sarjana (S‐1) atau diploma empat (D‐IV), menguasai kompetensi (paedagogik, profesional, sosial dan kepribadian), memiliki sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. Sertifikasi guru bertujuan untuk (1) menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik profesional, (2) meningkatkan proses dan hasil pembelajaran, (3) meningkatkan kesejahteraan guru, (4) meningkatkan martabat guru; dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Sehingga guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang‐undangan.

Peningkatan mutu proses pembelajaran tidak terlepas dari peningkatan kompetensi guru. Kompetensi itu merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan


(19)

3

diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan yang perlu dikembangkan secara terus menerus dan proporsional menurut jabatan fungsional guru seperti yang ditegaskan dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 16 tahun 2009 tentag jabatan fungsional guru dan angka kriditnya. Peraturan itu mengatur bahwa kemampuan guru dilakukan penilai dua kali dalam satu tahun yang lebih dikenal dengan Penilai Kemampuan Guru (PK Guru). PK Guru dilaksanakan dua kali dalam satu tahun. Pada awal dilaksanakan PK Guru formatif yang dijadikan pedoman untuk melakukan Program Keprofesionalan Berkelanjutan (PKB) sedangkan pada akhir tahun pelajaran dilaksanakan PK Guru sumatif yang dijadikan sebagai ukuran kemampuan guru dan sebagai dasar beban tugas pada tahun berikutnya.

Penilaian kemampuan adalah proses penelusuran kegiatan pribadi personel pada masa tertentu dan menilai hasil karya yang ditampilkan terhadap pencapaian sasaran sistem manajemen. Bacal (2001:113) evaluasi kemampuan merupakan proses di mana kemampuan perseorangan dinilai dan dievaluasi. Dalam proses ini bertujuan untuk mengetahui seberapa tingkat kemampuan seorang karyawan pada suatu periode tertentu.

Pelaksanaan sertifkasi guru di Kabupaten Tanggamus sejak tahun 2006 sampai tahun 2013 telah menghasilkan 4339 pendidik profesional, dengan rincian 91 guru TK, 2531 guru SD, 4 guru SDLB, 1036 guru SMP, 342 guru SMA dan 250 guru SMK. Lahirnya pendidik profesional tersebut diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran. Harapan itu semestinya dapat dibuktikan oleh guru dalam melaksanakan tugas pokoknya sesuai dengan standar proses yaitu merencanakan,


(20)

melaksanakan dan melakukan penilaian pembelajaran. Namun, laporan hasil pengawas di lingkungan Dinas Pendidikan Tanggamus, pelaksanaan standar proses khususnya kompetensi guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran masih dalam katagori cukup baik.

Hasil wawancara dengan beberapa kepala sekolah sebagian guru hanya mengadopsi secara utuh rencana pembelajaran buatan orang lain, sehingga apa yang dibuat belum tentu sesuai dengan kondisi, situasi, dan karakteristik peserta didiknya, selain itu pembelajaran yang dilakukan guru hanya mengandalkan buku paket dan cenderung hanya berorientasi pada penguasaan materi, bukan membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Guru tidak mengaitkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata di lingkungan masyarakat agar dapat mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang diperoleh dengan penerapannya dalam kehidupan mereka.

Dengan demikian nampak bahwa kemampuan guru belum sepenuhnya berjalan dengan baik dan belum terlihat seperti yang diharapkan oleh ketentuan yang diinginkan oleh BSNP. Oleh karena itu untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan tugas guru khususnya guru SMA di Kabupaten Tanggamus itu perlu dievaluasi kemampuan guru dalam melaksanakan tugas profesinya khususnya guru bersertifikat pendidik.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat diidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi


(21)

5

1.2.1. Rendahnya kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.

1.2.2. Rendahnya kemampuan guru dalam membuat perencanaan pembelajaran. 1.2.3. Kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran masih kurang.

1.2.3. Sebagian guru dalam membuat perencanaan pembelajaran (silabus dan RPP) mengadobsi dari sekolah lain. 1.2.4. Sebagian guru kurang terpacu dan termotivasi memberdayakan diri,

mengembangkan profesionalitas diri dan memutahirkan pengetahuan mereka secara terus menerus dan berkelanjutan meskipun cukup banyak guru yang sangat rajin mengikuti program pendidikan.

1.3. Batasan Masalah

Lingkup permasalahan penelitian ini akan dibatasi pada pelaksanaan tugas pokok pendidik profesional di SMA Kabupaten Tanggamus dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang mengacu pada komponen-komponen evaluasi yaitu;

1.3.1 Kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran terdiri dari; 1.3.1.1kemampuan guru dalam merumuskan tujuan pembelajaran

1.3.1.2kemampuan guru dalam memilih dan mengorganisasikan materi ajar 1.3.1.3kemampuan guru dalam memilih sumber belajar/media pembelajaran 1.3.1.4kemampuan guru dalam memilih metode pembelajaran

1.3.1.5kemampuan guru dalam merencanakan penilaian hasil belajar. 1.3.2 Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran

1.3.2.1kemampuan guru dalam melakukan prapembelajaran 1.3.2.2kemampuan guru dalam membuka pembelajaran


(22)

1.3.2.3kemampuan guru dalam melaksanakan inti pembelajaran 1.3.2.4kemampuan guru dalam menutup pembelajaran

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan pendidik profesional dalam proses pembelajaran pada SMA Kabupaten Tanggamus, yang secara rinci dirumuskan sebagai berikut:

1.4.1. Kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran yaitu:

1.4.1.1. Apakah kemampuan guru dalam merumuskan tujuan pembelajaran sesuai dengan kejelasan rumusan, kelengkapan cakupan rumusan dan kompetensi

dasar?

1.4.1.2. Apakah kemampuan guru dalam memilih dan mengorganisasikan materi ajar sesuai dengan tujuan pembelaran, karakteristik peserta didik,

keruntutan dan sistematika materi serta kesesuaian materi dengan alokasi waktu?

1.4.1.3. Apakah kemampuan guru dalam memilih sumber belajar/media pembelajaran sesuai dengan tujuan dan meteri pembelajaran serta karakteristik peserta didik?

1.4.1.4. Apakah kemampuan guru dalam menentukan metode pembelajaran sesuai dengan tujuan dan meteri pembelajaran serta karakteristik peserta didik?

1.4.1.5. Apakah kemampuan guru merencanakan penilaian hasil belajar sesuai dengan teknik penilaian, tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian? 1.4.2. Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran


(23)

7

1.4.2.1. Apakah kemampuan guru dalam melakukan prapembelajaran sesuai dengan kesiapan ruang, alat pembelajaran, dan media?

1.4.2.2. Apakah kemampuan guru dalam membuka pembelajaran sesuai dengan apersepsi dan kompetensi yang akan dicapai?

1.4.2.3. Apakah kemampuan guru dalam melaksanakan inti pembelajaran sesuai dengan penguasaan materi, pendekatan, pemanfatan sumber media, prosedur penilaian dan penggunaan bahasa yang baik dan benar? 1.4.2.4. Apakah kemampuan guru dalam menutup pembelajaran sesuai dengan

kegiatan repleksi dan tindaklanjut?

1.4 Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi tentang kemampuan guru SMA di Kabupaten Tanggamus dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, yang secara khusus bertujuan untuk mengungkapkan dan memperbaiki kemampuan guru berdasarkan variabel:

1.4.3. Kemampuan guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran yaitu: 1.4.3.1. untuk mendeskripsikan dan menilai kemampuan guru dalam

merumuskan tujuan pembelajaran

1.4.3.2. untuk mendeskripsikan dan menilai kemampuan guru dalam memilih dan mengorganisasikan materi ajar

1.4.3.3. untuk mendeskripsikan dan menilai kemampuan guru dalam memilih sumber belajar/media pembelajaran

1.4.3.4. untuk mendeskripsikan dan menilai kemampuan guru dalam menentukan metode pembelajaran


(24)

1.4.3.5. untuk mendeskripsikan dan menilai kemampuan guru merencanakan penilaian hasil belajar

1.4.4. Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran

1.4.4.1. untuk mendeskripsikan dan menilai kemampuan guru dalam melakukan prapembelajaran

1.4.4.2. untuk mendeskripsikan dan menilai kemampuan guru dalam membuka pembelajaran

1.4.4.3. untuk mendeskripsikan dan menilai kemampuan guru dalam melaksanakan inti pembelajaran

1.4.4.4. untuk mendeskripsikan dan menilai kemampuan guru dalam menutup pembelajaran.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1.Secara teori

Sebagai sebuah penelitian evaluatif temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teori maupun praktis dan untuk mengembangkan konsep, teori, prinsip, dan prosedur teknologi pembelajaran dalam kawasan penilaian khususnya kompetensi perencanaan dan proses pembelajaran.

1.5.2.Secara praktik

Secara praktik, diharapkan pada penelitian ini mendapatkan keragaman informasi tentang pelaksanaan program pembelajaran dan memberikan perubahan yang berarti dalam rangka perbaikan program pembelajaran.


(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Evaluasi

2.1.1. Konsep Evaluasi

Evaluasi memiliki pengertian sebagai bentuk penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan, dari sudut pandang istilah menurut wandt dan brown

dalam sudijono (2005: 1) :”evaluation refer to the act or process to determining

the value of something” (evaluasi merupakan suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu). Sementara menurut Cross dalam Sukardi (2009: 1): “evaluation is a process which determines the extent to which

objectives have been achieved”. Artinya evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi, dimana suatu tujuan telah dapat dicapai.

Sedangkan menurut stufflebeam dalam Daryanto (2005: 2) “evaluation is the process of delineating obtaining and providing useful information for judging

decision alternatives”. Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan. Selain itu dalam suharsimi (2008: 1) menurut suchman bahwa evaluasi dipandang sebagai suatu proses, menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan, untuk mendukung tercapainya tujuan. Worthen dan Sanders dalam Suharsimi (2008:1) mengemukakan definisi evaluasi merupakan


(26)

kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu. Dalam mencari sesuatu tersebut juga termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan sesuatu program, produksi, prosedur serta alternatif strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka evaluasi merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.

Secara umum evaluasi dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, objek, dan yang lain) berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian. Untuk menentukan nilai sesuatu dengan cara membandingkan dengan kriteria namun dapat pula melakukan pengukuran terhadap sesuatu yang dievaluasi kemudian baru membandingkannya dengan kriteria. Dengan demikian evaluasi tidak selalu melalui proses mengukur (pengukuran) baru melaksanakan proses menilai (penilaian) tetapi dapat pula evaluasi langsung melalui penilaian saja.

2.1.2. TujuanEvaluasi

Tujuan dari diadakannya evaluasi program adalah untuk mengetahui pencapaian tujuan program dengan langkah mengetahui keterlaksanaan kegiatan program, karena evaluator program ini mengetahui bagian mana dari komponen dan subkomponen program yang belum terlaksana dan apa sebabnya (Suharsimi, 2008:18).


(27)

11

Secara umum evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses setidak-tidaknya memiliki tiga macam fungsi pokok yaitu: (1) mengukur kemajuan, (2) menunjang penyusunan rencana, dan (3) memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali. (Sudijono, 2005:8). Adapun secara khusus fungsi evaluasi dalam dunia pendidikan dapat ditilik dari tiga segi, yaitu: (1) segi psikologis, (2) segi didaktik, (3) segi administratif.

Bagi peserta didik, evaluasi pendidikan secara psikologis akan memberikan pedoman atau pegangan batin kepada mereka untuk mengenal kapasitas dan status dirinya masing-masing di tengah-tengah kelompok atau kelasnya. Secara didaktif evaluasi pendidikan akan dapat memberikan dorongan (motivasi) kepada mereka untuk dapat memperbaiki, meningkatkan dan mempertahankan prestasinya.

Adapun secara administratif, evaluasi pendidikan setidak-tidaknya memiliki tiga macam fungsi yaitu: (1) memberikan laporan, (2) memberikan bahan-bahan keterangan (data), dan (3) memberikan gambaran.

2.1.3. Model Goal Oriented Evaluation by Tyler

Model evaluasi yang dikemukajan oleh Tyler, yaitu goal oriented evaluation atau evaluasi yang berorientasipada tujuan, yaitu sebuah model evaluasi yang menekankan peninjauan pada tujuan sejak awal kegiatan dan berlangsung secara berkesinambungan. Program pembelajaran yang mewakili jenis program pembrosesan ini merupakan sebuah proses pengalihan ilmu dan pembimbingan sebelum para pendidik mulai melakukan kegiatan, harus membuat persiapan mengajar yang diarahkan pada pencapaian tujuan. Para evaluator dapat mengecek


(28)

apakah rencana pembelajaran yang dibuat oleh pendidik betul-betul sudah benar, mengarahkan kegiatannya pada tujuan? Selanjutnya rencana tersebut diimplementasikan dalam pelaksanaan pembelajaran melalui langkah-langkah yang berkesinambungan. Berdasarkan penjelasan diatas maka model evaluasi yang berorientasi pada tujuan ini cocok diterapkan untuk mengavulasi program yang jenisnya pemrosesan dalam bentuk pembelajaran. Peninjauan atas keterlaksanaan tujuan, dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan.

Model Tyler ini secara konsep menekankan adanya proses evaluasi secara langsung didasarkan atastujuan pembelajaran yang telah ditetapkan bersamaan dengan persiapan mengajar, ketika seorang pendidik berinteraksi dengan para peserta didiknya menjadi sasaran pokok dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran dikatakan berhasil menurut para pendukung Tyler, apabila para peserta didik dalam proses pembelajaran dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam proses pembelajaran. Tujuan sebagai pedoman untuk dievaluasi secara konsep diajukan oleh Tyler dalam monograf, Basic Principles of Curriculum adn Instruction (1950), ia menyatakan bahwa proses evaluasi esensinya adalah suatu proses dan kegiatan yang dilakukan oleh seorang evaluator.

Usaha memahami tujuan hidup seorang peserta didik dalam prose pembelajaran tidaklah mudah. Hal ini karena pada diri seorang peserta didik pada prinsipnya akan selalu terjadi perubahan,seiring dengan umur, hasil belajar dan tingkat pengalaman hidup seorang anak manusia. Dalam proses pembelajaran, tujuan perlu direncanakan oleh seorang pendidik, dengan prinsip bahwa utnuk


(29)

13

menentukan hasil perubahan yang diinginkan dalam bentuk perilaku peserta didik, seorang pendidik dapat menentukan derajat tingkat perubahan perilaku peserta didik yang terjadi, sebagai akibat perncanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh seorang pendidik kepada para peserta didik.

Jika dibandingkan dengan beberapa macam pendekatan lain, diantaranya pendekatan peserta didik sebagai pusat pembelajaran (pupil-centered), pendekatan pengukuran secara langsung (measurement directed approach). Pendekatan tyler memiliki model yang berbeda. Pendekatan tyler pada prinsipnya menekankan perlunya suatu tujuan dalamproses pembelajaran. Pendekatan ini merupakan pendekatan sistematis, elegan, akuran dansecara internal memiliki rasional yang logis. Dibandingkan dengan model evaluasi lainnyakesederhanaan model tyler merupakan kelebihan tersendiri dan merupakan kekuatan yang elegan serta mencakup evaluasi kontingensi.

Dalam implementasinya, model tyler juga menggunakan unsur pengukuran dengan usaha secara konstan, pararel, dengan iquiri ilmiah dan melengkapi legitiminasi untuk mengangkat pemahaman tentang evaluasi. Pada model tyler sangan membedakan antara konsep pengukuran dan evaluasi. Menurut tyler, pengetahuan pengukuran dan pengetahuan evaluasi terpisah dan merupakan proses dimana pengukuran hanya satu dari beberapa kemungkinan salah satu cara dalam mendukung tercapainya evaluasi.

Dilingkungan pembelajaran, model tyler masih sangat luas penggunaannya. Karena beberapa kelebihan seperti yang telah disebutkan di atas. Disamping itu, padalingkup yang sangat luas, misalnya bidang kurikulum, secara rasional tyler


(30)

telah menggambarkan selangkah lebih maju, dimana evaluasi berfokuspada penyaringan kurikulum dan program sebagai sentral kepercayaan evaluasi. Fokus model tyler padaprinsipnya adalah lebih menekankan perhatian pada sebelumnya dan sesudah perencanaan kurikulum. Disamping itu, model tyler juga menekankan bahwa perilaku yang diperlukan diukur minimal dua kali, yaitu sebelum dan sesudah perlakuan (treatment) dicapai oleh pengembang kurikulum.

2.2.Guru

2.2.1 Hakikat Guru

Guru merupakan satu istilah yang tidak asing lagi bagi kita, melalui guru kita dapat memperoleh sejumlah pengetahuan dan keterampilan yang berguna. Menurut beberapa literatur, terdapat banyak pengertian dari kata guru. Menurut Undang-undang no. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 1 ayat 1 disebutkan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Usman (2002:1) menyatakan bahwa guru merupakan jabatan profesi yang memerlukan keahlian khusus. Menurut Permendiknas RI No. 35 tahun 2010 tentang Juknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kredit menyatakan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.


(31)

15

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas, fungsi, dan peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru yang profesional diharapkan mampu berpartisipasi dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan insan Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan YME, unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki jiwa estetis, etis, berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian.

2.2.2 Kompetensi Guru

Guru mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis dalam pembangunan bidang pendidikan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat. Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 4 menegaskan bahwa guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, guru wajib memiliki syarat tertentu, salah satu diantaranya adalah kompetensi.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2008 tentang Guru dan Dosen sebagai landasan yuridis tentang kompetensi dan sertifikasi pasal (3) kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Dijelaskan bahwa standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh dari 4


(32)

kompetensi utama, yaitu (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial, (4) kompetensi profesional.

1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik yaitu mengenai bagaimana kemampuan guru dalam mengajar, dalam Peraturan Pemerintah RI No. 74 tahun 2008 tentang Guru dan Dosen dijelaskan kemampuan ini meliputi: (1) guru memiliki kemampuan merencanakan program pembelajaran, (2) melaksanakan program pembelajaran, (3) mendiagnosis berbagai hambatan dan masalah yang dihadapi peserta didik, (4) menyempurnakan program pembelajaran berdasarkan umpan balik yang telah dikumpulkan secara sistematik.

Kompetensi pedagogik ini berkaitan pada saat guru mengadakan proses belajar mengajar di kelas. Mulai dari membuat skenario pembelajaran memilih metode, media, juga alat evaluasi bagi anak didiknya. Karena bagaimanapun dalam proses belajar mengajar sebagian besar hasil belajar peserta didik ditentukan oleh peran guru. Guru yang cerdas dan kreatif akan mampu menciptakan suasana belajar yang efektif dan efisien sehingga pembelajaran tidak berjalan sia-sia.

Suryo Subroto (1997:19) mengatakan bahwa yang dimaksud kinerja guru dalam proses belajar mengajar adalah kesangupan atau kecakapan para guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara guru dan peserta didik yang mencakup segi kognitif, efektif, dan psikomotorik sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut agar tercapai tujuan pengajaran.


(33)

17

Jadi kompetensi pedagogik ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar yakni persiapan mengajar yang mencakup merancang dan melaksanakan skenario pembelajaran, memilih metode, media, serta alat evaluasi bagi anak didik agar tercapai tujuan pendidikan baik pada ranah kognitif, efektif, maupun psikomotorik siswa.

Kemampuan yang harus dikembangkan oleh guru dalam proses pembelajaran menurut Permendiknas RI No. 41 tahun 2007 yang telah diganti dengan Permendikbud RI No. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, yang dimaksud dengan standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses ini berlaku untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah pada jalur formal, baik pada sistem paket maupun pada sistem kredit semester.

Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Pembelajaran yang efektif dan efesien harus didukung oleh oleh kompetensi pedagogik meliputi: 1) pemahaman guru terhadap siswa,2) perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, 3) evaluasi hasil belajar, dan 4) pengembangan siswa


(34)

untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci setiap sub kompetensi dijabarkan menjadi indikator sebagai berikut:

1) Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator:

Memahami siswa dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif. Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi bekal-ajar awal siswa.

2) Merancang pembelajaran, temasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran memiliki indikator:

Memahami landasan kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik siswa, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih. Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator: menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

3) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator: merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning); dan memanfaatkan hasil penelitian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.

4) Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya memiliki indikator; memfasilitasi siswa untuk mengembangkan berbagai potensi non-akademik.


(35)

19

2. Kompetensi Kepribadian

Berdasarkan Permendiknas No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru disebutkan bahwa guru harus mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan kemantapan dan integritas kepribadian seorang guru. Aspek-aspek yang diamati adalah:

a. bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.

b. menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

c. menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.

d. menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.

e. menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

3. Kompetensi Sosial

Guru di mata masyarakat dan siswa merupakan panutan yang perlu dicontoh dan merupakan suri teladan dalam kehidupannya sehari-hari. Guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Dengan dimilikinya kemampuan tersebut, otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan orang tua siswa, para guru tidak akan mendapat kesulitan. Kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerja sama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan. Berdasarkan


(36)

Permendiknas RI No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru disebutkan bahwa guru sebagai bagian dari masyarakat harus mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan kepribadian sosial. Kriteria yang harus dilakukan guru adalah:

a. bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. b. berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik,

tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.

c. beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.

d. berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

4. Kompetensi Profesional

Menurut Permendiknas RI No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dijelaskan bahwa kompetensi profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu meng-update dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan.


(37)

21

Berdasarkan Permendiknas RI No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, kompetensi atau kemampuan profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan aspek:

a. dalam menyampaikan pembelajaran, guru mempunyai peranan dan tugas sebagai sumber materi yang tidak pernah kering dalam mengelola proses pembelajaran. Kegiatan pembelajarannya harus disambut oleh siswa sebagai suatu seni pengelolaan proses pembelajaran yang diperoleh melalui latihan, pengalaman, dan kemauan belajar yang tidak pernah putus.

b. dalam melaksanakan proses pembelajaran, keaktifan siswa harus selalu diciptakan dan berjalan terus dengan menggunakan metode dan strategi mengajar yang tepat. Guru menciptakan suasana yang dapat mendorong siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep yang benar. Karena itu guru harus melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan multimedia, sehingga terjadi suasana belajar sambil bekerja, belajar sambil mendengar, dan belajar sambil bermain, sesuai konteks materinya.

c. dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru harus memperhatikan prinsip-prinsip didaktik metodik sebagai ilmu keguruan. Misalnya bagaimana menerapkan prinsip apersepsi, perhatian, kerja kelompok, korelasi, dan prinsip-prinsip lainnya.

d. dalam hal evaluasi, secara teori dan praktik, guru harus dapat melaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin diukurnya. Jenis tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar harus benar dan tepat. Diharapkan pula guru dapat


(38)

menyusun butir secara benar, agar tes yang digunakan dapat memotivasi siswa belajar.

Selanjutnya menurut Permendiknas RI No. 41 tahun 2007 yang telah diganti dengan Permendikbud RI No. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menjelaskan bahwa pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Menurut permendiknas ini proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien.

Kemampuan yang harus dimiliki guru dalam proses pembelajaran dapat diamati dari aspek-aspek:

a. menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

b. menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.

c. mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif.

d. mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

e. memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.


(39)

23

Berdasarkan penjelasan tentang kompetensi guru di atas, maka dalam penelitian ini akan dipilih kompetensi pedagogik sebagai wilayah yang akan penulis teliti berkaitan dengan kinerja guru dalam pembelajaran.

2.3 Kinerja Guru Dalam Pembelajaran

2.3.1 Pengertian Kinerja Guru

Istilah kinerja guru berasal dari kata job performance/actual permance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Jadi, menurut bahasa kinerja bisa diartikan sebagai prestasi yang nampak sebagai bentuk keberhasilan kerja pada diri seseorang. Keberhasilan kinerja juga ditentukan dengan pekerjaan serta kemampuan seseorang pada bidang tersebut. Keberhasilan kerja juga berkaitan dengan kepuasan kerja seseorang (A. A. Anwar Prabu Mangkunegara, 2000:67).

Prestasi bukan berarti banyaknya kejuaraan yang diperoleh guru tetapi suatu keberhasilan yang salah satunya nampak dari suatu proses belajar mengajar. Untuk mencapai kinerja maksimal, guru harus berusaha mengembangkan seluruh kompetensi yang dimilikinya dan juga manfaatkan serta ciptakan situasi yang ada di lingkungan sekolah sesuai dengan aturan yang berlaku.

Kemudian Anwar Prabu Mangkunegara (2000:67) mendefinisikan kinerja (prestasi kerja) sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan.

Dalam kamus bahasa Indonesia. Kinerja berarti sesuatu yang dicapai, prestasi diperlihatkan, kemampuan kerja. Henry Simamora (1995: 433) menjelaskan


(40)

seseorang untuk melaksanakan tugasnya yang baik untuk menghasilkan hasil yang memuaskan, guna tercapainya tujuan sebuah organisasi atau kelompok dalam suatu unit kerja. Jadi, Kinerja karyawan merupakan hasil kerja di mana para guru mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan.

Orang professional mempunyai empat fungsi umum yang merupakan ciri pekerja seorang guru, adalah sebagai berikut:

a. Merencanakan

Yaitu pekerjaan seorang guru menyusun tujuan belajar. b. Mengorgasisasikan

Yaitu pekerjaan seorang guru untuk mengatur dan menghubungkan sumber-sumber belajar sehingga dapat mewujudkan tujuan belajar dengan cara yang paling efektif, efesien, dan ekonomis.

c. Memimpin

Yaitu pekerjaan seorang guru untuk memotivasikan, mendorong, dan menstimulasikan murid-muridnya, sehingga mereka siap mewujudkan tujuan belajar.

d. Mengawasi

Yaitu pekerjaan seorang guru untuk menentukan apakah fungsinya dalam mengorganisasikan dan memimpin di atas telah berhasil dalam mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan. Jika tujuan belum dapat diwujudkan, maka guru harus menilai dan mengatur kembali situasinya dan bukunya, mengubah tujuan.


(41)

25

Dengan demikian, dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugasnya yang menghasilkan hasil yang memuaskan, guna tercapainya tujuan organisasi kelompok dalam suatu unit kerja.

Jadi, kinerja guru dalam proses belajar mengajar adalah kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar yang memiliki keahlian mendidik anak didik dalam rangka pembinaan peserta didik untuk tercapainya institusi pendidikan.

2.3.2 Tugas Guru dalam Pembelajaran

Guru berhadapan dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Seorang guru harus memiliki kinerja yang baik terutama pada saat proses belajar berlangsung. Guru diharapkan memiliki ilmu yang cukup sesuai bidangnya, pandai berkomunikasi mengasuh dan menjadi belajar yang baik bagi siswanya untuk tumbuh dan berkembang menjadi dewasa.

Menurut Permendiknas RI No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses disebutkan tugas guru dalam pembelajaran meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Selanjutnya menurut Sukadi (2001:26) sebagai seorang profesional, guru memiliki lima tugas pokok, merencanakan pembelajaran, pelaksanaan


(42)

pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran, menindaklanjuti hasil pembelajaran, serta melakukan bimbingan dan konseling.

Adapun penjelasan dari kelima tugas pokok tersebut yaitu: a. Merencanakan Kegiatan Pembelajaran

Pembelajaran sebagai suatu proses, dalam pelaksanaannya tentunya menuntut adanya langkah-langkah yang dapat mendukung agar mencapai hasil yang diharapkan. Untuk itu perlu dilakukan suatu perencanaan pembelajaran yang dituangkan dalam rencana pembelajaran.

Fungsi perencanaan pembelajaran ialah untuk mempermudah guru dalam melaksanakan tugas selanjutnya. Sehingga proses belajar mengajar akan benar-benar terskenario dengan baik, efektif, dan efesien.

Dalam praktik pengajaran di sekolah, terdapat beberapa bentuk persiapan pembelajaran, yaitu: (1) Analisis materi pelajaran, (2) Program tahunan/ program semester, (3) Silabus/ satuan pelajaran, (4) Rencana pembelajaran, (5) Program perbaikan dan pengayaan.

Dalam membuat lima rencana tersebut biasanya guru di bantu oleh kepala sekolah juga rekannya yang biasanya dimusyawarahkan dalam kelompok kerja guru. Organisasi guru semacam ini biasanya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing sekolah. Dari lima persiapan perencanaan pembelajaran di atas, yang akan penulis kaji difokuskan pada perencanaan proses pembelajaran yaitu silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).


(43)

27

Menurut Permendiknas RI No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah dijelaskan bahwa, perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.

Menurut Usman (1994:59) perencanaan pembelajaran merupakan persiapan guru mengajar untuk satu kali pertemuan yang berisikan tentang tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan alat penilaian proses pembelajaran yang berfungsi sebagai acuan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar agar lebih terarah dan berjalan efektif dan efisien.

Dalam membuat perencanaan pembelajaran ada beberapa unsur yang harus diperhatikan yaitu: 1) menentukan sasaran, 2) menyusun pelajaran, 3) menguraikan tugas, 4) menyampaikan dan memahami informasi, 5) menetapkan kondisi belajar, 6) memanfaatkan media pembelajaran, 7) merencanakan metode pembelajaran, dan 8) menilai hasil belajar.

Berbagai kajian teori yang telah dipaparkan di atas disimpulkan, perencanaan pembelajaran merupakan langkah penting menuju terlaksananya pembelajaran dan tercapainya tujuan pembelajaran, untuk itu perlu dipersiapkan dengan baik. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun perencanaan pembelajaran adalah: 1) isi, berfokus pada teori yang akan disampaikan yang terdapat dalam kurikulum yang perlu disesuaikan dengan kebutuhan kelas


(44)

berdasarkan pada latar belakang, kemampuan, dan keragaman peserta didik, 2) proses, berfokus pada bagaimana isi kurikulum itu diajarkan, dengan memanfaatkan berbagai metode dan sumber belajar yang didasarkan pada cara belajar peserta didik agar dapat terpenuhi kebutuhan pembelajarannya, 3) lingkungan, berfokus pada penggunaan sumber belajar dalam proses pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengembangkan psiko-sosial peserta didik, 4) evaluasi, berfokus pada ketercapaian penguasaan kompetensi yang telah ditetapkan.

b. Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran

Setelah guru membuat rencana pembelajaran, maka tugas guru selanjutnya adalah melaksanakan pembelajaran yang merupakan salah satu aktivitas inti di sekolah.

Pembelajaran atau proses belajar mengajar adalah proses yang diatur dengan tahapan-tahapan tertentu, agar pelaksanaannya mencapai hasil yang diharapkan. Tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran menurut Majid (2005:104) meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Usman (1994:120) mengemukakan pelaksanaan pembelajaran mengikuti prosedur memulai pelajaran, mengelola kegiatan belajar mengajar, mengorganisasikan waktu, siswa, dan fasilitas belajar, melaksanakan penilaian proses dan hasil pelajaran, dan mengakhiri pelajaran. Sudirman, dkk. (1991:77) pelaksanaan pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu tes awal, proses, dan tes akhir.


(45)

29

Menurut Permendiknas RI No. 41 tahun 2007 yang telah diperbaharui dengan Permendiknas RI No. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah dijelaskan bahwa pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

1. Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

a. Menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;

b. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;

c. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; d. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai

silabus. 2. Kegiatan Inti

Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.


(46)

a. Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

1) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam, Guru dan belajar dari aneka sumber;

2) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;

3) memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;

4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan

5) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.

b. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

1) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;

2) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;

3) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;

4) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; 5) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk


(47)

31

6) rnemfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;

7) memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan kerja individual maupun kelompok,

8) memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan,

9) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

c. Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

1) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,

2) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,

3) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,

4) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:

a) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar,

b) membantu menyelesaikan masalah,

c) memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi,


(48)

d) memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh,

e) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.

3. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

a. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran;

b. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;

c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; d. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi,

program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; e. menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Berdasarkan uraian di atas, pelaksanaan pembelajaran dapat deskripsikan dari tiga kegiatan utama, yaitu membuka pembelajaran, menyampaikan materi pelajaran, dan menutup pembelajaran.

c. Mengevaluasi Hasil Pembelajaran

Langkah guru berikutnya adalah mengevaluasi hasil pembelajaran. Segala sesuatu yang terencana harus dievaluasi agar dapat di ketahui apakah yang sudah direncanakan telah sesuai dengan realisasinya serta tujuan yang ingin dicapai dan apakah siswa telah dapat mencapai standar kompetensi yang


(49)

33

ditetapkan. Selain itu, guru juga dapat mengetahui apakah metode pembelajarannya telah tepat sasaran.

Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 21 dijelaskan bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.

Menurut Permendiknas RI No. 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian pendidikan dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar dapat dilaksanakan oleh guru dilakukan pada saat penyusunan silabus yang penjabarannya merupakan bagian dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Berdasarkan penjelasan di atas artinya evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam kegiatan pembelajaran. Dengan melakukan evaluasi, guru akan mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan keperibadian siswa. Hasil yang diperoleh siswa dikatakan tuntas jika telah melampaui batas KKM, jika belum mencapai KKM guru mengadakan remedial atau pembelajaran ulang pada materi yang belum tuntas, lalu diujikan. Sedangkan siswa yang telah melampaui KKM diberikan pengayaan materi dengan cara memberikan tugas yang kedalaman materinya lebih tinggi tingkatannya, dengan maksud menambah wawasan berpikir siswa.


(50)

Evaluasi dalam proses pembelajaran dilaksanakan dalam rangka untuk menilai pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Adapun kegiatan yang dapat dilakukan antara lain adalah: 1) guru dapat mengajukan pertanyaan lisan maupun tulisan dari materi yang telah disampaikan sebelumnya, 2) memberikan tugas kepada siswa yang berhubungan dengan materi yang telah disampaikan untuk menilai keluasan pemahaman terhadap materi (Fathurrohman, 2007:75).

Selanjutnya Purwanto (1994:108) menyatakan, tujuan dari dilaksanakannya evaluasi adalah: 1) memberikan umpan balik kepada pendidik sebagai dasar untuk memperbaiki program rencana dan proses pembelajaran, 2) menentukan hasil kemajuan belajar peserta didik untuk keperluan laporan kepada orang tua, menentukan kenaikan kelas, serta menentukan kelulusan, 3) menempatkan peserta didik dalam situasi pembelajaran yang tepat sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki peserta didik, 4) mengenal latar belakang psikologik, fisik, dan lingkungan peserta didik sebagai dasar perbaikan dan pembimbingan.

Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi mata pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan proses.


(51)

35

2.3.3 Penilaian Kinerja Guru

Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 tahun 2009, penilaian kinerja guru adalah penilaian yang dilakukan terhadap setiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan, dan jabatannya.

Sistem penilaian kinerja guru adalah sebuah sistem pengelolaan kinerja berbasis guru yang didesain untuk mengevaluasi tingkatan kinerja guru secara individu dalam rangka mencapai kinerja sekolah secara maksimal yang berdampak pada peningkatan prestasi peserta didik. Ini merupakan bentuk penilaian yang sangat penting untuk mengukur kinerja guru dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai bentuk akuntabilitas sekolah.

Dalam buku 2 pedoman pelaksanaan penilaian kinerja guru dijelaskan bahwa pada dasarnya sistem penilaian kinerja guru bertujuan: (1) Menentukan tingkat kompetensi seorang guru, (2) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja guru dan sekolah, (3) Menyajikan suatu landasan untuk pengambilan keputusan dalam mekanisme penetapan efektif atau kurang efektifnya kinerja guru, (4) Menyediakan landasan untuk program pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi guru, (5) Menjamin bahwa guru melaksanakan tugas dan tanggung-jawabnya serta mempertahankan sikap-sikap yang positif dalam mendukung pembelajaran peserta didik untuk mencapai prestasinya, (6) Menyediakan dasar dalam sistem peningkatan promosi dan karir guru serta bentuk penghargaan lainnya. (Kemdikbud, 2012:5).


(52)

pembelajaran, pembimbingan, atau tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Bagi guru kelas/mata pelajaran dan guru bimbingan dan konseling/konselor, kompetensi yang dijadikan dasar untuk penilaian kinerja guru adalah kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007.

2.4 Teori Pembelajaran dalam Organisasi

Konsep pembelajaran dalam organisasi muncul dalam konteks perubahan lingkungan dan daya saing, di mana suatu organisasi membutuhkan kompetensi dan kepemimpinan dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Organisasi manapun tidak akan pernah mencapai kesempurnaan. Kondisi ini terjadi dikarenakan adanya perubahan lingkungan yang mempengaruhi organisasi sehingga menyebabkan organisasi tersebut tidak pernah selesai untuk belajar. Organisasi yang belajar berfokus terhadap keberlangsungan sebagai bagian realitas normal serta aktivitas proaktif (Herpratiwi, 2009:68).

Peter Senge yang dikutip oleh Herpratiwi (2009:68) mengemukakan, organisasi belajar merupakan pedoman disiplin untuk mengembangkan potensi individu agar berkembang secara terus menerus untuk mewujudkan masa depan. Komponen disiplin menurut Peter Senge tersebut yang dikenal dengan The Fifth Dicipline

sebagai berikut:

1. Berfikir Sistem (Systems Thinking)

Setiap prilaku manusia merupakan sistem. Ini merupakan jembatan untuk melihat bagaimana memandang sebuah organisasi secara utuh dalam rangka mencapai tujuan organisasi.


(53)

37

2. Penguasaan Pribadi (Personal Mastery)

Penguasaan pribadi merupakan suatu disiplin yang menunjukkan kemampuan untuk senantiasa mengklarifikasi dan mendalami visi pribadi, memfokuskan energi, mengembangkan kesabaran serta memandang realita secara objektif. 3. Pola Mental (Mental Models)

Pola mental akan mempengaruhi pikiran dan tindakan, ini sering tidak disadari oleh individu. Untuk itu perlu dikembangkan setiap orang perlu berpikir secara reaktif dan senantiasa memperbaiki gambaran internalnya mengenai dunia sekitar. Ini perlu diperhatikan mengingat pola mental memiliki fungsi bagaimana individu memandang dunia sekitar dan akan bertindak atas dasar asumsi yang terlihat. 4. Visi Bersama (Shared Vision)

Merupakan wahana untuk membangun komitmen bersama dalam rangka mengembangkan image diri tentang masa depan yang diciptakan.

5. Belajar Beregu (Team Learning)

Merupakan unsur penting karena dalam organisasi bukan perorangan melainkan unit belajar utama untuk saling memahami pola interaksi antar masing-masing anggota organisasi.

Marquardt dalam Prawiradilaga dan Siregar (2007:139) mendefinisikan organisasi belajar sebagai suatu organisasi yang belajar terus menerus secara kolektif dan bersemangat serta terus mentransformasikan diri pada pengumpulan, pengelolaan, dan penggunaan pengetahuan yang lebih baik keberhasilan organisasi.


(54)

Herpratiwi (2009:71) mengatakan ciri orgaisasi yang belajar adalah organisasi tersebut tidak akan melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya, memiliki kemampuan bersaing, dan beradaptasi terhadap kecepatan perubahan d Lingkungan eksternalnya.

2.5 Teori Belajar dan Pembelajaran

Beberapa teori belajar dan pembelajaran yang berkembang saat ini, seperti teori belajar behavioristik, kognitif, konstruktivistik, humanistik, sibernetik, revolusi-sosio-kultural dan kecerdasan ganda, memiliki kelemahan dan kelebihan sendiri-sendiri.

2.5.1 Teori belajar konstruktivisme

Menurut pandangan teori Konstruktivistik, belajar merupakan usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya yang memungkinkan mengarah kepada tujuan tersebut. Oleh karena itu, pembelajaran diusahakan agar dapat menciptakan kondisi terjadinya proses pembentukkan tersebut secara optimal pada diri siswa.

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir yang menganggap bahwa

pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, prestasinya diperluas melalui konteks terbatas dan tidak serta merta. Pengetahuan itu bukan seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat (Baharuddin dan Nurwahyuni, 2007: 116). Dalam konteks ini siswa harus mampu merekonstruksi pengetahuan dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Dengan demikian,


(55)

39

pembelajaran hendaknya benar-benar melibatkan siswa dan berpusat pada siswa. Siswa hendaknya dilatih agar dapat membangun sendiri pengetahuannya.

Salah satu konsep dasar pendekatan konstruktivisme dalam belajar adalah adanya interaksi sosial individu dengan lingkungannya. Menurut Elliott (2000: 20) mengatakan bahwa

Learning is the outcome of an interaction between a teacher and a student, two or more students, a student and computer a student and a parent, and so on-and is often a social and active enterprise given the learning as an interactive enterprice and often take place in classrooms it is desirable to create environments where routines are smooth and efficient, instruction facilitates personal connections betwen what is though and a person 's prior knowladge,

students attentions is maintained and they are frequently asked to act and use information, and material is periodically reviewed and rethought because students learn at different rates and in defferent ways.

Pendapat Elliott di atas mengemukakan bahwa belajar adalah hasil dari interaksi-interaksi antara; guru dengan siswa, dua orang atau lebih siswa, siswa dengan aplikasi komputer, siswa dengan orang tua, dan siswa dengan lingkungan masyarakat.

Karakteristik pembelajaran yang dilakukan dalam belajar konstruktivistik adalah: (1) membebaskan siswa dari belenggu kurikulum yang berisi fakta-fakta lepas yang sudah ditetapkan, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ide-idenya tersebut, serta membuat kesimpulan-kesimpulan, (2) menempatkan siswa sebagai kekuatan timbulnya interes, untuk membuat hubungan di antara ide-ide atau gagasannya, kemudian memformulasikan kembali ide-ide tersebut, serta membuat kesimpulan-kesimpulan, (3) guru bersama-sama siswa menkaji pesan-pesan penting bahwa dunia adalah kompleks, dimana terdapat bermacam-macam pandangan tentang kebenaran yang datangnya dari


(56)

berbagai interprestasi, dan (4) guru mengakui bahwa proses belajar dan penilaiannya merupakan suatu usaha yang kompleks, sukar dipahami, tidak teratur, dan tidak mudah dikelola.

Teori belajar konstruktivistik yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran akan memberikan sumbangan besar dalam membentuk siswa menjadi kreatif, produktif, dan mandiri. Konstruktivisme berpendapat belajar merupakan suatu proses mengkonstruksi pengetahuan melalui keterlibatan fisik dan mental siswa secara aktif. Dalam kontek ini siswa harus mampu merekonstruksi pengetahuan dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Belajar merupakan proses mengkonstruksi sendiri dari bahan-bahan pelajaran yang bisa berupa teks, dialog, membuktikan rumus dan sebagainya. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivis adalah ide, bahwa siswa harus menemukan dan mentranformasikan suatu informasi itu menjadi milik mereka sendiri.

Pembelajaran konstruktivisme mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut:

1) Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. 2) Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru. 3) Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang suatu persoalan. 4) Pengetahuan tidak dapat di pisah-pisahkan menjadi


(57)

41

fakta-fakta atau proporsi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang diterapkan. 5) Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru. 6) Belajar berarti membentuk makna, makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar dan rasakan serta bersifat alami. Untuk mengkonstruksi hal tersebut akan dipengaruhi oleh pengertian yang telah dimiliki. 7) Konstruksi adalah suatu proses yang terus menerus setiap kali berhadapan dengan persoalan baru. 8) Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan seseorang. 9) Belajar berarti memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.

Menurut Saffat (2009: 9) bahwa proses belajar mengandung karakteristik sebagai berikut:

 Hakekat belajar adalah behavioural change.

 Belajar tidak hanya menghafal, tetapi juga mengkonstruksi pengetahuan di dalam benak.

 Seseorang belajar dari pengalaman.

 Pengetahuan yang telah dimiliki oleh seseorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman tentang suatu persoalan tersebut.

 Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah-pisah, melainkan satu kesatuan yang utuh.

 Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.

 Peserta didik perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.


(58)

 Proses belajar dapat mengubah struktur otak.

 Peserta didik belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.

 Keterampilan dan pengetahuan peserta didik diperoleh dari konteks yang terbatas, kemudian sedikit demi sedikit bertambah pada konteks yang luas.

Penting bagi peserta didik tahu untuk apa ia belajar, dan bagaimana ia

menggunakan pengetahuan dan keterampilan dalam kehidupan nyata.

Implikasi pandangan konstruktivisme di sekolah adalah guru tidak lagi mentransfer pengertahuan secara utuh dan lengkap pada siswa, namun pengetahuan itu secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pembelajaran yang berkualitas.

Hakikat Pembelajaran menurut teori belajar kontruktivisme bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa, siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimiliki. Dengan kata lain siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru. Menurut teori konstruktivis, satu prinsip yang paling penting dalam pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar (Herpratiwi, 2009: 72).


(59)

43

Walaupun menurut pandangan teori belajar konstruktivisme upaya membangun pengetahuan dilakukan oleh siswa melalui belajar yang dilakukan, namun peran guru tetap mempunyai arti yang sangat penting. Dalam kegiatan pembelajaran fungsi guru sebagai mediator dan fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa wujud tugas sebagai berikut; menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan murid bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses dan penelitian, memberikan kegiatan yang merangsang keingin-tahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan-gagasan serta ide-ide ilmiahnya, dan memonitor, mengevaluasi dan menunjukan apakah pemikiran-pemikiran siswa dapat didorong secara aktif.

Menurut Sanjaya (2008: 135-136) ada beberapa asumsi perlunya pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa: Pertama, Asumsi filosofis tentang pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar mengembangkan manusia menuju kedewasaan baik kedewasaan intelektual, sosial, maupun kedewasaan moral.

Kedua, Asumsi tentang siswa sebagai subjek pendidikan, yaitu; a) Siswa bukanlah manusia dalam ukuran mini, tetapi manusia yang sedang dalam tahap perkembangan, b) Setiap manusia mempunyai kemampuan yang berbeda, c) Anak didik pada dasarnya adalah insan yang aktif, kreatif dan dinamis dalam menghadapi lingkungannya, d) Anak didik memiliki motivasi untuk memenuhi kebutuhannya. Ketiga, Asumsi tentang guru adalah: a) Guru bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar peserta didik, b) Guru memliki kemampuan professional dalam mengajar, c) Guru mempunyai kode etik keguruan; d) Guru memiliki peran sebagai sumber belajar. Keempat, Asumsi yang berkaitan dengan proses pembelajaran adalah bahwa; a) bahwa proses pengajaran direncanakan dan


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran;

a) kemampuan guru dalam merumuskan tujuan pembelajaran cenderung cukup (skor 2,92). Artinya bahwa guru profesional SMAN di Kabupaten Tanggamus berkinerja cenderung cukup dalam merumuskan tujuan pembelajaran.

b) kemampuan guru dalam memilih dan mengorganisasikan materi ajar cenderung cukup (skor 2,93). Artinya bahwa guru profesional SMA di Kabupaten Tanggamus cara memilih dan mengorganisasi materi ajar dapat diartikan cukup baik.

c) kemampuan guru dalam memilih sumber belajar/media pembelajaran cenderung cukup (skor 2,89). Hal ini menunjukan bahwasanya para guru tersebut kurang memanfaatkan sumber/media sebagai penunjang keberhasilan proses pembelajaran.

d) kemampuan guru dalam menentukan metode pembelajaran cenderung cukup (skor 2,91). Hal demikian dapat terjadi karena para guru lebih suka melakukan proses pembelajaran dengan metode konvensional yang lebih simple dalam bentuk ceramah


(2)

e) kemampuan guru merencanakan penilaian hasil belajar cenderung cukup (skor 2.86).

2. Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran;

a) kemampuan guru dalam melakukan prapembelajaran cenderung cukup (skor 2,91) menunjukan persiapan awal untuk melaksanakan pembelajaran cenderung cukup, terutama persiapan ruang dan media pembelajaran yang akan dipergunakan

b) kemampuan guru dalam membuka pembelajaran cenderung cukup (2,99) dan secara umum sudah melaksanakan apersepsi.

c) kemampuan guru dalam melaksanakan inti pembelajaran cenderung cukup (skor 2,95) kegiatan inti dikatakan cukup.

d) kemampuan guru dalam menutup pembelajaran cenderung cukup (skor 2,90) berarti menunjukan kegiatan pelaksanaan akhir/penutup

pembelajaran yang dilaksanakan guru profesional SMAN di Kabupaten Tanggamus cenderung cukup.

5.2 Rekomendasi

Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan terhadap kinerja guru yang berkaitan dengan kemampuan dalam melakukan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, dapat beberapa saran sebagai berikut:

a. Guru agar meningkatkan kompetensi dalam merencanakan pembelajaran khusunya kemampuan guru dalam memilih sumber belajar/media pembelajaran, kemampuan guru dalam menentukan metode pembelajaran


(3)

80

dan kemampuan guru merencanakan penilaian hasil belajar baik melalui studi literatur, pelatihan maupun kegiatan kolektif guru.

b. Guru agar meningkatkan kompetensi dalam melaksanakan pembelajaran khususnya tentang kemampuan guru dalam membuka pembelajaran, kemampuan guru dalam melaksanakan inti pembelajaran dan kemampuan guru dalam menutup pembelajaran baik melalui studi literatur, pelatihan maupun kegiatan kolektif guru.

c. Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendidikan agar memberikan dukungan berupa kegiatan Workshop, IHT mamupun Bimtek peningkatan kompetensi khususnya kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.


(4)

A.A. Anwar Mangkunegara, 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Rosda Karya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Bacal, Robert. 2001. Performance management. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Baharudin dan Nurwahyuni, 2007. TeoriBelajar dan Pembelajaran. Ar-Ruzz Media. Jogjakarta.

Daryanto S.S, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, Surabaya. Apollo

Dick, W and Cerey, L. 2005. The Sistematic Design of Instructional. Allyn and Bacon, Boston

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. 2008.Penilaian Kinerja Guru. Depdiknas.

Edua. Usman, Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Edisi Kedua. PT. Remaja Rosdakarya.Bandung.

Elliott, Stephen N., Thomas R. Kratochwill, Joan Littlefield Cook, John F. Travers. 2000. Educational Psychology; Effective Teaching, Effective Learning. Third Edition. The Mc Graw Hill Companies, Inc. United States.

Fathurrohman, P dan Sutikno, MS. 2007. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam. Cetakan Kedua. PT.Tefika Aditama. Bandung.

Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta. Herpratiwi. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Lampung Pres.

Bandar Lampung.

Herpratiwi. 2009.Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar. Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(5)

82

Madaus, G. F.Scriven, M.S. dan Stuffebeam, D.L 1993. Evaluation Models Viewpoint on Educational and Human Services Evaluation. Boston. KluwerNijhoff Publishing.

Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Prawiradilaga, Salma dewi. 2007. Prinsip Desain Pembelajaran. Cetakan Pertama. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Peraturan Pemerintah RI No 19 Tahun 2005. Tentang Standar Nasional Pendidikan,Jakarta. CV Ekojaya, 2005.

Peraturan Pemerintah RI No. 74 Tahun 2008. Tentang Guru dan Dosen.

Permen Pan No. 16 Tahun 2009. Tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007. Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 19 Tahun 2007. Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Dasar dan Menengah.

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Repormasi Birokrasi No. 16 Tahun 2009. Tentang Penilaian Kinerja Guru. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 35 tahun 2010.Tentang Petunjuk

Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 65 Tahun 2013. Tentang

Standar Proses.

Purwanto, Ngalim. 1994. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Pranada Media. Jakarta.

Saffat, Idri. 2009. Optimized Learning Strategy: Pendekatan Teoritis dan Praktis Meraih Keberhasilan Belajar. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Simamora, Henry. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. STIE YKPN. Yogyakarta


(6)

Sudijono, A.2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarata.

Suharsimi Arikunto. 2008. Evaluasi Program Pendidikan, Jakarta : PT Bumi Aksara

Sukadi, 2001.Guru Powerfull Guru Masa Depan. Bandung. Kholbu.

Sukardi. 2009. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Bumi Aksara. Yokyakarta.

Stufflebeam, D.L.2003. The CIPP Model For Evaluation: the Article Persented at The 2003 Annual Conferencen Of the Oregon Program Evaluaturs

Network (OPEN) 3 Oktober 2003 (online). (http://www. Wmich.edu, diakses 23 Oktober 2009).

Universitas Lampung. 2009. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Sinar Grafika. Jakarta.

Undang-undang No. 14 Tahun 2005. Tentang Guru dan Dosen.Sinar Grafika. 2006.

Uno, Hamzah B. 2008. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.

Usman, Uzer.2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung. PT.Rosdakarya. Widoyoko, Eko Putro, S. 2010. Evaluasi Program Pembelajaran. Pustaka


Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI SUPERVISI KLINIS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 1 RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN.

1 17 52

Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kompetensi Profesional Guru Terhadap Kinerja Guru SMK Al Qolam Kota Agung Kabupaten Tanggamus

1 6 130

Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam dalam Peningkatan Kualitas Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran di SMP Negeri 1 Semaka Kabupaten Tanggamus

0 4 138

BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Profesional - Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam dalam Peningkatan Kualitas Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran di SMP Negeri 1 Semaka Kabupaten Tanggamus - Raden Intan Repository

0 0 73

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALIS DATA A. Profil SMP Negeri 1 Semaka Kabupaten Tanggamus - Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam dalam Peningkatan Kualitas Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran di SMP Negeri 1 Semaka Kabupaten Tanggamus - Raden Intan R

0 2 41

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian - KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PENINGKATAN KUALITAS PELAKSANAAN EVALUASI PEMBELAJARAN DI SMPMIJHAMMADIYAH 1 GTSTING KABUPATEN TANGGAMUS - Raden Intan Repository

0 0 9

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALIS DATA A. Profil SMP Muhammadiyah 1 Gisting Kabupaten Tanggamus - KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PENINGKATAN KUALITAS PELAKSANAAN EVALUASI PEMBELAJARAN DI SMPMIJHAMMADIYAH 1 GTSTING KABUPATEN TANGGAMUS -

0 1 42

BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Profesional - Kopetensi profesional guru pendidikan agama islam dalam peningkatan kualitas pelaksanaan evaluasi pembelajaran di smp Muhammadiyah 1 Gisting Kabupaten Tanggamus. - Raden Intan Repository

0 0 73

KEMAMPUAN GURU SMA DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI KURIKULUM 2013 DI KABUPATEN CILACAP

0 0 13

KEMAMPUAN GURU SMA DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI KURIKULUM 2013 DI KABUPATEN CILACAP - repository perpustakaan

0 1 35