PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS IVA SDN 11 METRO PUSAT

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS IVA SDN 11 METRO PUSAT

Oleh:

SHERLI APRILIA

Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar pada kompetensi sikap, pengetahuan, dam keterampilan siswa kelas IVA SDN 11 Metro Pusat melalui metode inkuiri.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan melalui lembar observasi dan tes tertulis. Lembar observasi digunakan untuk mengamati kinerja guru dan hasil belajar siswa pada kompetensi sikap dan keterampilan. Tes tertulis digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa kompetensi pengetahuan. Data yang telah dikumpulkan dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVA. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada kompetensi sikap dan pengetahuan pada siklus I dan II yang tergolong tinggi kemudian meningkat menjadi sangat tinggi pada siklus III. Persentase hasil belajar siswa secara klasikal pada kompetensi keterampilan pada siklus I tergolong sedang, kemudian meningkat menjadi tinggi pada siklus II, dan meningkat menjadi kategori sangat tinggi pada siklus III.

Kata Kunci : metode inkuiri, hasil belajar siswa (sikap, pengetahuan, dan keterampilan)


(2)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS IVA SDN 11 METRO PUSAT

Oleh

SHERLI APRILIA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(3)

(4)

(5)

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Mahasiswa : Sherli Aprilia Nomor Pokok Mahasiswa : 1013053086

Program Studi : S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Lokasi Penelitian : SDN 11 Metro Pusat

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Melalui Metode Inkuiri pada Siswa Kelas IVA SDN 11 Metro Pusat” adalah asli hasil penelitian saya dan tidak bersifat plagiat, kecuali bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari sumber dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.

Demikian pernyataan ini saya buat agar dapat digunakan sebagaimana mestinya. Apabila di kemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya sanggup dituntut berdasarkan Undang-undang dan Peraturan yang berlaku.

Metro, Juli 2014 Yang membuat pernyataan,


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi, Kecamatan Abung Selatan, Kabupaten Lampung Utara pada tanggal 18 April 1993, sebagai anak ketiga pasangan Bapak Amirrudin Siregar dan Ibu Nurmatina Limbong. Pendidikan formal penulis dimulai dari SD Negeri 01 Candimas dan selesai pada tahun 2004. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 7 Kotabumi dan selesai pada tahun 2007. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Kotabumi dan selesai pada tahun 2010. Kemudian, pada tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswi Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).


(7)

MOTO

“Janganlah

berputus asa, karena jalan kita berbeda. Hidup ini sudah

diatur”


(8)

ix

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrohim

Kupersembahkan karya ini khusus untuk yang teristimewa dalam hidupku:

Bapak Amirrudin Siregar dan Ibu Nurmatina Limbong

Wujud cinta dan kasih sayangmu sepanjang masa, takkan terbayar oleh apapun. Karya kecil ini sebagai tanda baktiku kepadamu ayah dan ibu, yang

telah mendidikku dan mengajarkanku segala hal. Aku bukanlah apa-apa tanpa ridho ayah dan ibu karena ridho orangtua ialah ridho-Nya. Seribu kata

terimakasih dan kasihsayang yang terucap pun takkan mampu melukiskan betapa sangat berharganya kalian dihidupku.

Terimkasih Ayah dan Ibu

Abang Rendra Siregar dan Kak Maya Siregar

Kuucapakan sangat terimkasih karena selalu memberikanku motivasi dan semangat yang luar biasa dalam hidupku. Selalu ada disaat aku

membutuhkan tempat untuk berbagi.

Sahabat-sahabatku

Sangat bersyukur karena Allah telah mempertemukanku dengan kalian yang setia mendampingiku, mengajarkan pengalaman yang luar biasa, dan selalu

memberikan suasana yang hangat.


(9)

x

SANWACANA

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah serta nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Melalui Metode Inkuiri pada Siswa Kelas IVA SDN 11 Metro Pusat”, sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak, oleh kerena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas

Lampung, yang memberikan gelar sarjana kepada peneliti.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung yang mengesahkan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung yang selalu mendukung pelaksanaan program di PGSD UPP Metro.

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD Universitas Lampung yang telah memberikan dukungan, saran, serta masukan demi kebaikan seluruh mahasiswa PGSD UPP Metro.


(10)

xi mahasiswa PGSD UPP Metro.

6. Bapak Drs. Supriyadi, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, memberikan ilmu yang dimiliki dengan ikhlas, memberikan saran serta masukan yang luar biasa selama proses pembuatan skripsi.

7. Bapak Drs. Hi. A Sudirman, M.H., selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktu, memberikan ilmu yang dimiliki dengan ikhlas, memberikan saran serta masukan yang luar biasa selama proses pembuatan skripsi dan telah memberikan saran dan pertimbangan yang bijak selama penulis menjadi mahasiswa bimbingan akademik di PGSD UPP Metro.

8. Ibu Dr. Hj. Sowiyah, M. Pd., selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan dukungan, saran, masukan, dan kritik yang luar biasa dalam proses pembuatan skripsi.

9. Bapak Basiran, S.Pd.Sd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri 11 Metro Pusat yang telah memberikan izin dan selalu memberikan semangat dalam pelaksanaan penelitian.

10. Ibu Dra. Sri Sunarniati., selaku Guru Kelas IV A SDN 11 Metro Pusat serta siswa-siswi kelas IV A SDN 11 Metro Pusat yang telah membantu dan berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian.

11. Seluruh Staf pengajar PGSD FKIP Universitas Lampung yang telah memberi ilmu pengetahuan kepada penulis selama kuliah.


(11)

xii Christy, Sulihawati, Sisworo Sanjaya, dan seluruh rekan-rekan PGSD angkatan 2010 khususnya PGSD’10 Gester “B” yang selalu berjuang bersama dari awal hingga penyelesaian studi.

14. Sahabatku Sinta Mahardiyanti, yang selalu berjuang bersama-sama dalam proses penggarapan skripsi ini. Terimakasih karena saling mendukung.

15. Sahabat-sahabat seperantauanku, Novita Tri Rahayu, Debie Ayu Primasari, Aisy Beladina, Dwi Novita Sari, Prima Mahda, Tria Isma, Wayan Era, dan Kadek Yuni.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua orang yang membacanya.

Metro, Juli 2014 Penulis


(12)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN JUDUL DALAM ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

MOTTO ... viii

PERSEMBAHAN ... ix

SANWACANA ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 5

C.Rumusan Masalah ... 6

D.Tujuan Penelitian... 6

E. Manfaat Penelitian... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A.Belajar dan Pembelajaran ... 8

1. Belajar... 8

2. Pembelajaran ... 9

3. Kinerja Guru ... 10

B.Metode Inkuiri ... 14

1. Metode Inkuiri ... 15

2. Tujuan Metode Inkuiri ... 17

3. Langkah-langkah Metode Inkuiri ... 17

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Inkuiri ... 20

C.Hasil Belajar ... 24

1. Hasil Belajar ... 23

2. Kriteria Ketuntasan MInimal ... 30

D.Pembelajaran pada Kurikulum 2013 ... 31


(13)

xiv

C.Teknik Pengumpulan Data ... 36

D.Alat Pengumpulan Data ... 37

E. Teknik Analisis Data ... 44

F. Prosedur Penelitian ... 48

G.Indikator Keberhasilan ... 58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 59

A.Gambaran Umum SDN 11 Metro Pusat ... 59

B.Keadaan Siswa, Guru, dan Prasarana Objek Penelitian ... 60

C.Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ... 61

D.Prosedur Penelitian ... 61

1. Deskripsi Awal ... 61

2. Refleksi Awal ... 62

3. Persiapan pembelajaran ... 63

E. Hasil Penelitian ... 63

1. Siklus I ... 63

a. Perencanaan ... 63

b. Pelaksanaan ... 64

c. Hasil Siklus II ... 70

d. Hasil Refleksi Siklus I ... 80

e. Saran dan Perbaikan Siklus II ... 83

2. Siklus II ... 85

a. Perencanaan ... 85

b. Pelaksanaan ... 86

c. Hasil Siklus II ... 92

d. Hasil Refleksi Siklus II ... 101

e. Saran dan Perbaikan Siklus III ... 103

3. Siklus III ... 103

a. Perencanaan ... 103

b. Pelaksanaan ... 104

c. Hasil Siklus III ... 108

d. Refleksi Siklus III ... 117

4. Rekapitulasi Kinerja Guru dan Hasil Belajar Siswa ... 118

a. Rekapitulasi Kinerja Guru ... 118

b. Hasil Belajar Siswa Kompetensi Sikap ... 119

c. Hasil Belajar Siswa Kompetensi Pengetahuan ... 120

d. Hasil Belajar Siswa Kompetensi Keterampilan ... 121

F. Pembahasan ... 122

1. Kinerja Guru ... 122

2. Hasil Belajar Siswa... 123

a. Hasil Belajar Siswa Kompetensi Sikap ... 123

b. Hasil Belajar Siswa Kompetensi Pengetahuan ... 124


(14)

xv DAFTAR PUSTAKA ... 131 LAMPIRAN ... 134


(15)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Langkah-langkah Metode Inkuiri Serta Perilaku Guru ... 20

2.1 Indikator Kinerja Guru Berdasarkan 4 Kompetensi Guru ... 38

3.1 Lembar Observasi Kinerja Guru ... 39

3.2 Pedoman Penilaian Kinerja Guru ... 41

3.3 Indikator Hasil Belajar Siswa Kompetensi Sikap ... 42

3.4 Pedoman Pengamatan Hasil Belajar Siswa Kompetensi Sikap ... 42

3.5 Indikator Hasil Belajar Siswa Kompetensi Keterampilan ... 43

3.6 Pedoman Pengamatan Hasil Belajar Siswa Kompetensi Keterampilan .. 43

3.7 Kategori Kinerja Guru ... 44

3.8 Kategori Penilaian Hasil Belajar Siswa Kompetensi Sikap ... 45

3.9 Kategori Penilaian Hasil Belajar Siswa Kompetensi Keterampilan ... 46

3.10 Kategori Persentase Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siswa... 48

4.1 Jadwal Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas Tiap Siklus ... 61

4.2 Kinerja Guru Siklus I ... 71

4.3 Hasil Belajar Siswa Kompetensi Sikap Siklus I ... 74

4.4 Distribusi Hasil Belajar Siswa Kompetensi Pengetahuan Siklus I ... 76

4.5 Hasil Belajar Siswa Kompetensi Keterampilan Siklus I ... 78

4.6 Kinerja Guru Siklus II ... 92

4.7 Hasil Belajar Siswa Kompetensi Sikap Siklus II ... 96

4.8 Distribusi Hasil Belajar Siswa Kompetensi Pengetahuan Siklus II... 98

4.9 Hasil Belajar Siswa Kompetensi Keterampilan Siklus II ... 99

4.10 Kinerja Guru Siklus III ... 108

4.11 Hasil Belajar Siswa Kompetensi Sikap Siklus III ... 111

4.12 Distribusi Hasil Belajar Siswa Kompetensi Pengetahuan Siklus III ... 113

4.13 Hasil Belajar Siswa Kompetensi Keterampilan Siklus III ... 114

4.14 Rekapitulasi Kinerja Guru ... 118

4.15 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Kompetensi Sikap ... 119

4.16 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Kompetensi Pengetahuan ... 120


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan cerminan kualitas suatu bangsa. Peran pendidikan menciptakan insan yang cerdas, demokratis, mahir, beriman dan taqwa. Hal tersebut sejalan dengan amanah Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 31 ayat 3 yang menyebutkan bahwa pemerintah mengusahakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dalam undang-undang. Menurut Musfah (2012: 3) pendidikan dimanapun sejatinya berorientasi pada pembentukan manusia seutuhnya yang mencakup penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap; maka manusia akan cerdas dan terampil, serta menjalankan keluhuran budi pekerti dalam menjalankan hidup ini. Tegasnya, pendidikan selalu berorientasi pada pembentukan manusia yang beradab terampil serta cerdas.

Berdasarkan uraian di atas, diharapkan dengan pendidikan dapat menghantarkan siswa untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya, tidak hanya sekedar pintar dalam koseptual dan faktual namun memiliki keterampilan produktif dan kreatif serta beriman dan bertaqwa kepada Tuhan


(18)

Yang Maha Esa sehingga dapat berguna dan bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat, dan lingkungan sekitar.

Melalui pendidikan, manusia dituntut cakap dalam segala hal sehingga mampu mengarungi tuntutan jaman dan arus globalisasi. Oleh sebab itu mutu pendidikan haruslah ditingkatkan guna mencapai tujuan yang diharapkan. Pendidikan formal diawali oleh satuan sekolah dasar (SD). Pembelajaran di SD menerapkan pembelajaran tematik. Prastowo (2013: 126) mengatakan bahwa pembelajaran tematik menekankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Melalui pembelajaran tematik siswa akan aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan pemberdayaan dalam memecahkan masalah sehingga akan menumbuhkan kreativitas sesuai dengan potensi dan kecenderungan mereka yang berbeda dengan yang lainnya. Selanjutnya, Hernawan (2007: 129) mengatakan pembelajaran tematik memberi peluang kepada anak untuk mengembangkan tiga ranah sasaran pendidikan yang meliputi sikap, wawasan kognitif, dan keterampilan. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional secara mikro yaitu membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beretika (beradab dan berwawasan budaya bangsa indonesia), memiliki nalar (maju, cakap, cerdas, kreatif, inovatif, dan bertanggung jawab), berkemampuan komunikasi sosial, dan berbadan sehat sehingga menjadi manusia mandiri (Mulyasa, 2013: 20). Dilihat dari karakteristik pembelajaran tematik dan tujuan pendidikan nasional, siswa diharapkan mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya baik kompetensi dan keterampilan, memiliki akhlak


(19)

mulia, serta membudayakan sikap santun dan berjiwa sosial tinggi, sehingga berguna bagi dirinya, masyarakat, dan negara.

Berdasarkan penelitian awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 8-10 Januari 2014 diperoleh informasi bahwa ketika mengawali pembelajaran guru belum maksmimal melakukan apersepsi; selama proses pembelajaran, guru belum maksimal mengaitkan materi satu dengan yang lainnya sehingga pemisahan antar mata pelajaran masih terlihat; guru belum maksimal memanfaatkan media sebagai alat bantu pembelajaran; ketika bekerja kelompok siswa kurang aktif. Selanjutnya, guru belum optimal menerapkan metode inkuiri. Siswa masih kesulitan mencari sendiri jawaban dari sebuah pertanyaan. Siswa kurang memliki inisiatif untuk bertanya. Siswa kurang aktif dalam berdiskusi dan terkadang tidak percaya diri dalam mengemukakan pendapat.

Berdasarkan penelusuran dokumen siswa pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 bahwa hasil belajar kurang maksimal. Hal tersebut terlihat dari nilai siswa yang telah tuntas mencapai KKM (Kriteria Ketuntasa Minimal ) yaitu 66 untuk kompetensi sikap dan pengetahuan adalah 56%, serta kompetensi keterampilan adalah 52%. Persentase capaian ini masih di bawah ketuntasan belajar secara klasikal yaitu ≥75%. Mulyasa (2013: 131 ) mengatakan dari segi hasil pembentukan kompetensi dan karakter pembelajaran dikatakan berhasil jika terjadi perubahan perilaku yang positif pada siswa seluruhnya atau sekurang-kurangnya 75%. Agar kesulitan belajar siswa dapat diminimalisir, guru hendaknya menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Salah satunya dengan mengubah metode


(20)

yang digunakan dalam mengajar. Hernawan (2013: 3) menjelaskan bahwa pembelajaran penekanannya pada kegiatan belajar melalui prosedur dan metode tertentu agar terjadi perubahan perilaku. Selain itu, dengan menggunakan metode pembelajaran siswa akan aktif dan semangat dalam belajar serta mampu mengembangkan kemampuan berfikir kritisnya.

Salah satu metode yang dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran tematik di SD adalah dengan menggunakan metode inkuiri. Putra (2013: 104) menyatakan bahwa alasan rasional menggunakan metode inkuiri dalam pembelajaran ialah siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai materi yang diajarkan, dan akan lebih tertarik jika dilibatkan secara aktif dalam penyelidikan. Selanjutnya, Freinet (Sani, 2013: 2) mengatakan bahwa perolehan pengetahuan akan diperoleh melalui pengalaman dengan inkuiri dan tidak cukup hanya mengamati, mendengarkan penjelasan, atau melihat demonstrasi. Sejalan dengan Freinet, (Hernawan 2007: 108) menjelaskan pembelajaran inkuiri menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Dalam metode inkuiri siswa dilibatkan dalam proses pencariannya. Selanjutnya Putra (2013: 105) mengatakan bahwa belajar melalui inkuiri bisa memperpanjang proses ingatan karena pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikiran sendiri lebih mudah diingat.

Pada pelaksanaan metode inkuiri, guru merangsang dan mengajak siswa untuk berfikir memecahkan masalah. Putra (2013: 105) menyebutkan beberapa kelebihan metode inkuiri diantaranya mengembangkan bakat,


(21)

seperti bakat akademik, kreatif, dan sosial, pengajaran menjadi terpusat pada siswa, dan metode inkuiri dapat menghindari siswa dari belajar dengan hafalan. Sehingga dengan penerapan metode inkuiri pada penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hal tersebut didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Wati (2012) yang menyimpulkan bahwa penerapan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dari beberapa masalah di atas, perlu diadakan perbaikan pembelajaran untuk meningkakan hasil belajar siswa kelas IVA SDN 11 Metro Pusat. Salah satunya dengan menerapkan metode inkuiri dengan baik dan benar melalui langkah-langkah pembelajaran inkuiri yang telah ditetapkan. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa perlu melakukan penelitian tindakan

kelas dengan judul “Peningkatkan Hasil Belajar Melalui Metode Inkuiri pada Siswa Kelas IVA SDN 11 Metro Pusat.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentidikasi masalah penelitian sebagai berikut.

1. Guru belum maksimal melakukan apersepsi dalam pembelajaran. 2. Guru belum maksimal mengaitkan materi satu dengan yang lainnya. 3. Pemisahan antar mata pelajaran masih terlihat jelas.

4. Guru belum maksimal memanfaatkan media pembelajaran. 5. Siswa kurang aktif dalam berkerja kelompok

6. Guru belum maksimal menerapkan metode pembelajaran terutama metode inkuiri.


(22)

7. Siswa kesulitan mencari dan menemukan jawaban dari sebuah permasalahan.

8. Siswa kurang memiliki inisiatif untuk bertanya.

9. Siswa kurang percaya diri dalam mengemukakan pendapat.

10. Rendahnya hasil belajar yang diketahui dari persentase siswa yang telah tuntas mencapai KKM untuk kompetensi sikap dan pengetahuan adalah 56%, serta kompetensi keterampilan adalah 52%, hal tersebut di bawah

ketuntasan minimal secara klasikal yaitu ≥75%.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka perumusan masalah yang

diteliti yaitu “Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar melalui metode inkuiri pada siswa kelas IVA SDN 11 Metro Pusat?”

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar melalui metode inkuiri pada siswa kelas IVA SDN 11 Metro Pusat.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Menambah khasanah pustaka kependidikan dan diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam rangka memperbaiki pendidikan.


(23)

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas IVA SDN 11 Metro Pusat dapat bermanfaat bagi:

a. Siswa

Melalui metode inkuiri siswa memperoleh pembelajaran bermakna karena siswa mencari dan menemukan langsung jawabannya.

b. Guru

Metode inkuiri dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam melakukan inovasi pembelajaran.

c. Sekolah

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang baik untuk sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran SDN 11 Metro Pusat.

d. Peneliti

Peneliti memperoleh pengetahuan mengenai metode inkuiri sebagai inovasi kegiatan pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar siswa.


(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar

Manusia diciptakan memiliki akal dan pikiran. Dengan demikian, maka manusia harus memanfaatkan akal dan pikirannya agar dapat terus menjalani hidup, salah satunya yaitu dengan belajar. Belajar dapat dilakukan dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Belajar merupakan karakteristik pembeda antara mahluk satu dengan yang lain dan merupakan sesuatu yang dilakukan sepanjang hayat bahkan tiada hari tanpa belajar.

Teori kuntruktivisme menjelaskan bahwa belajar diartikan sebagai proses mendapatkan pengetahuan dengan membaca dan menggunakan pengalaman sebagai pengetahuan yang memandu perilaku pada masa yang akan datang (Winataputra, dkk, 2007: 1.4). Menurut Hernawan dkk (2007:2) belajar adalah proses perubahan perilaku, dimana perubahan perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam hal, afektif, kognitif, dan psikomotor.

Susanto ( 2013; 4) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk


(25)

memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadi perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berfikir, merasa, maupun dalam bertindak. Selanjutnya Bell-Gredler (Winataputra, dkk, 2007: 1.5) mengungkapkan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam sikap (attitudes), kemampuan (competencies), dan keterampilan (skills).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas, proses, dan kegiatan, perubahan tingkah laku untuk mendapatkan suatu hal yang baru. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Belajar tidak hanya sekedar mengingat namun mengalami sehingga pembelajaran tersebut bermakna. Dalam belajar yang terpenting adalah proses, bukan hasil yang diperolehnya melalui usaha sendiri, adapun orang lain sebagai penunjang keberhasilan belajar tersebut.

2. Pembelajaran

Pembelajaran identik dengan “mengajar” yang berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang agar

diketahui (diturut), kemudian ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”

menjadi pembelajaran yang berarti proses, cara, atau perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (KBBI). Pembelajaran merupakan bagian terpenting dalam belajar, keduanya seperti tak dapat dipisahkan.


(26)

Sudjana (Amri, 2013: 28) mengatakan pembelajaran merupakan segala upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Selanjutnya Susanto (2013: 19) menjelaskan pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan tabiat, serta pembentukan sikap dan keyakinan pada peserta didik

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian proses kegiatan belajar agar terjadi komunikasi timbal balik antara guru dan siswa baik secara langsung maupun tidak langsung agar mencapai tujuan pembelajaran. Dengan pembelajaran guru memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajarnya sehingga siswa aktif dan memperoleh ilmu.

3. Kinerja Guru

Salah satu keberhasilan dari proses belajar ialah ditentukan oleh kinerja guru. Diharapkan guru terus menerus meningkatkan kinerjanya sehingga belajar dan pembelajaran peserta didik berkualitas dan memberikan konstribusi yang maksimal terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.

Menurut Rusman (2012: 50) kinerja guru merupakan wujud perilaku guru dalam proses pembelajaran yang dimulai dari merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar. Selanjutnya, menurut Effendi (2012: http://muhammad-taswin.blogspot.com/2011/11/pengertian-kinerja-guru-dalam.html/2012)


(27)

bahwa kinerja dalam proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai prestasi yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugasnya selama periode tertentu yang diukur berdasarkan tiga indikator yaitu: penguasaan bahan ajar, kemampuan mengelola pembelajaran, dan komitmen menjalankan tugas. Selanjutnya, Susanto (2013: 29) menjelaskan bahwa kinerja guru ialah prestasi, hasil, atau kemampuan yang dicapai atau diperlihatkan oleh guru dalam melaksanakan tugas pendidikan dalam pembelajaran. Sani (2013: v) menyatakan bahwa tingkat keberhasilan guru dapat dilihat dari keberhasilan peserta didik.

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan nasional (Nadi,2013:

http://materipenjasorkes.blogspot.com/2013/10/kompetensi-guru-menurut-peraturan.html).

Kompetensi guru menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Sanjaya 2006: 18-20) menjelaskan tentang empat kompetensi guru.

a. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi Pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang meliputi: (1) pemahaman wawasan terhadap atau landasan kependidikan; (2) pemahaman terhadap peserta didik; (3) pengembangan kurikulum/ silabus; (4) perancangan pembelajaran; (4) perancangan pembelajaran; pelaksanaan pembelajaran; (5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (6) pemanfaatan


(28)

teknologi pembelajaran; (7) evaluasi hasil belajar; dan (8) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

b. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang: (1) mantap; (2) stabil; (3) dewasa; (4) arif dan bijaksana; (5) beribawa; (6) berakhlak mulia; (7) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (8) secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan (9) mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

c. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi komponen untuk: (1) berkomunikasi lisan, tulisan, dan/atau isyarat; (2) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (3) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik; dan (4) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

d. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan tentang penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Beberapa kemampuan yang berhubungan dengan kompetensi ini diantaranya: (1) kemampuan untuk menguasai landasan


(29)

kependidikan; (2) pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan; (3) kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkannya; (4) kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pembelajaran; (5) kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar; (6) kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran; (7) kemampuan dalam menyusun program pembelajaran; (8) kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang; (9) kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berfikir ilmiah untuk meningkatkan kinerja.

Kemendikbud (2013, 195-197) menyebutkan apsek yang diaamati dalam praktik guru menggunakan pembelajaran tematik dengan pendekatan saintifik selama proses pembelajaran yaitu:

a. Pada kegiatan pendahuluan, guru memberikan apersepsi, motivasi dan penyampaian kompetensi dan rencana kegiatan.

b. Pada kegitan inti, guru mampu menguasai materi pelajaran, menerapkan strategi pembelajaran yang mendidik, penerapan pendekatan saintifik, menerapkan pembelajaran tematik, memanfaatkan sumber belajar/media dalam pembelajaran, melibatkan peserta didik dalam pembelajaran, dan menggunakan bahasa yang tepat dan benar dalam pembelajaran.

c. Pada kegiatan penutup guru menutup pembelajaran dengan melakukan refleksi, tes lisan atau tulisan, mengumpulkan hasil kerja, dan melaksanakan tindak lanjut.


(30)

Berdasarkan uraian di atas, penulis simpulkan bahwa kinerja guru adalah wujud unjuk kerja atau perilaku guru dalam melaksanakan perencanaan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan penilaian hasil belajar, sehingga guru dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pembelajaran. Adapun dalam penelitian ini, peneliti mengembangkan indikator kinerja guru menurut Kemendikbud.

B. Metode Inkuiri

Salah satu keberhasilan pembelajaran ialah dengan menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Dengan menggunakan metode yang relevan dengan bahan ajar maka siswa akan tertarik untuk belajar.

KBBI (2001:740) mengartikan bahwa metode merupakan cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai yang dikehendaki. Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan dalam proses pembelajaran sehingga diperoleh hasil yang optimal (Amri 2013: 24).

Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik, akan ditentukan oleh kerelevansian penggunaaan suatu metode yang sesuai dengan tujuan. Itu berarti tujuan pembelajaran akan dapat dicapai dengan penggunaan metode yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang terpatri di dalam suatu tujuan. Bukan guru yang memaksakan anak didik untuk mencapai tujuan, tetapi anak didiklah dengan sadar untuk mencapai tujuan (Djamarah : 2006: 3).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran yaitu suatu kegiatan yang terarah yang keberhasilannya adalah di dalam proses belajar dan menjadikan pembelajaran efektif


(31)

sehingga tujuan-tujuan pembelajaran dapat tercapai. Metode digunakan dalam pembelajaran untuk memudahkan pelaksanaan pembelajaran.

1. Metode Inkuiri

Pada dasarnya seorang anak memiliki rasa ingin tahu yang besar. Dengan metode inkuiri siswa terfasilitasi untuk mencari tahu serta menemukan jawabannya. Inkuiri berasal dari Bahasa Inggris yaitu

inquiry” yang secara harfiah berarti penyelidikan. Secara umum inkuiri menekankan kepada proses pencarian, dimana materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Seperti yang dijelaskan Hernawan (2007: 108), pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Dalam metode inkuiri siswa dengan proses mentalnya sendiri dapat menemukan suatu konsep atau prinsip, sehingga dalam menyusun rancangan percobaan dilakukan atas kemampuannya

sendiri (Asy’ari, 2006: 52).

Metode inkuiri ditandai dengan keaktifan siswa dalam belajar. Pada dasarnya siswa memiliki potensinya masing-masing. Melalui pembelajaran inkuiri, dalam mengembangkan potensinya siswa tidak hanya menguasai materi pelajaran saja namun melakukan keterampilan-keterampilan ilmiah. Melalui inkuiri, pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang diperoleh siswa bukan hanya mengingat fakta-fakta saja namun dari hasil menemukan sendiri tentang konsep yang dipelajari sehingga siswa akan lebih memahami ilmu, dan ilmu tersebut akan bertahan lama.


(32)

Inkuiri pertama kalinya dikembangkan oleh Richard Suchman pada tahun 1962, yang memandang hakikat belajar sebagai latihan berfikir melalui pertanyaan-pertanyaan. Suchman (Putra, 2013: 84) menjelaskan pokok dari metode inkuiri yaitu siswa akan bertanya bila dihadapkan dengan masalah yang membingungkan, kurang jelas, atau kejadian aneh. Dimulai dari bertanya inilah siswa menggunakan metode inkuiri. Inkuiri akan lebih efektif bila dilakukan dalam kelompok.

Metode inkuiri menekankan pada proses penyelidikan berbasis pada upaya menjawab pertanyaan. Inkuiri adalah investivigasi tentang ide, pertanyaan atau permasalahan (Sani, 2013: 54). Menurut Gulo (Trianto, 2011: 168) inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan. Sasaran utama kegiataan pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan (3) mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri (Trianto 2011: 166).

Dari beberapa pengertian metode inkuiri di atas, dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri merupakan serangkaian kegiatan yang lebih menekankan pada proses pencarian jawaban. Dengan mencari dan mengalami langsung diharapkan ilmu dapat bermakna dan melekat di dalam diri siswa. Siswa diajak untuk melakukan penyelidikan, membuat dugaan sementara, bereksperimen, dan kegiatan-kegiatan lain untuk mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaannya. Dengan berinkuiri


(33)

siswa dapat menumbuhkan sikap jujur, objektif, rasa ingin tahu, dan percaya diri.

2. Tujuan Metode Inkuiri

Roestiyah (2001: 76) mengatakan tujuan metode inkuiri ialah agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu, mencari sumber sendiri, belajar bersama dalam kelompok, dan diharapkan siswa mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya. Melalui inkuiri siswa dapat berdebat, menyanggah dan mempertahankan pendapatnya, serta menumbuhkan sikap objektif , jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya.

Supriatna (2007: 139) mengemukakan bahwa tujuan metode inkuiri adalah:

(a) meningkatkan ketertiban siswa secara aktif dalam proses pembelajaran;

(b) mengarahkan siswa sebagai pelajar seumur hidup;

(c) mengurangi ketergantungan siswa kepada guru dalam proses pembelajaran; dan

(d) melatih siswa memanfaatkan sumber informasi lingkungan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran menggunakan metode inkuiri adalah agar pembelajaran berpusat pada siswa sehingga siswa secara aktif mengalami langsung. Dengan melakukan langkah-langkah kegiatannya, maka akan tumbuh sikap jujur, objektif, dan percaya diri.

3. Langkah-Langkah Kegiatan Metode Inkuiri

Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang menuntut peran aktif siswa dalam pembelajaran dan memiliki langkah-langkah


(34)

dalam pelaksanaannya. Hernawan (2007: 109-110) menjelaskan langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode inkuiri sebagai berikut. a. Orientasi

Langkah orientasi merupakan langkah yang penting. Pada tahap ini guru membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berfikir memecahkan masalah.

b. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berfikir memecahkan teka-teki. Siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Melalui proses mencari jawabannya itulah siswa akan memperoleh pengalaman yang berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berfikir.

c. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, maka perlu diuji kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis harus memiliki landasan berfikir yang kokoh. Guru mengajukan berbagai pertanyaan yang bisa mendorong siswa supaya dapat merumuskan jawaban sementara atau perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.


(35)

d. Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pembelajaran intelektual. Proses pengumpulan data membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berfikirnya. Tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berfikir mencari informasi yang dibutuhkan.

e. Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.

f. Merumuskan Kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendiskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat, sebaiknya guru mampu menunjukkan kepada siswa tentang data-data yang relevan.

Hamalik (2008: 219) mengungkapkan bahwa dalam inkuiri, seorang bertindak sebagai seorang ilmuwan (scientist), melakukan ekperimen, dan mampu melakukan proses mental ber-inkuiri. Eggen dan Kauchak (Trianto, 2013: 172), memaparkan tahapan pembelajaran inkuiri.


(36)

Tabel 2.1: Langkah-langkah Metode Inkuiri Serta Perilaku Guru.

Fase Perilaku Guru

1. Menyajikan pertanyaan atau masalah

Guru membimbing siswa mengidentifikaksikan masalah dan masalah ditulis di papan tulis. Guru membagi siswa dalam kelompok.

2. Membuat hipotesis.

Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi priorotas penyelidikan. 3. Merancang

percobaan

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan. 4. Melakukan

percobaan untuk memperoleh informasi

Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan.

5. Mengumpulkan dan menganalisis data

Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengelolaan data yang terkumpul. 6. Membuat

kesimpulan. Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengembangkan langkah-langkah pembelajaran inkuiri menurut Hernawan (2013: 109-110). Langkah-langkah yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut: a) orientasi b) membentuk kelompok; c) merumuskan masalah d) merumuskan hipotesis; e) mengumpulkan data; f) menguji hipotesis; dan g) menarik kesimpulan.

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Inkuiri

Setiap metode memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Metode inkuiri memilliki beberapa kelebihan dan kekurangan diantaranya:


(37)

1) Dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

2) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.

3) Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur, dan terbuka.

4) Mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri.

5) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik. 6) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang. 7) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 8) Memberi kebebasan untuk siswa belajar sendiri.

9) Siswa dapat menghindari siswa dari cara-cara belajar yang tradisional

10) Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. (Roestiyah, 2001: 76-77).

Selanjutnya, Putra (2013: 105-106) menyebutkan beberapa kelebihan metode inkuiri:

1) Mampu meningkatkan potensi intelektual siswa, hal ini dikarenakan siswa berkesempatan mencari dan menemukan sendiri jawaban dari masalah yang diberikan dengan pengamatan dan pengalaman sendiri.

2) Siswa puas secara intrinsik, karena siswa berhasil menemukan sendiri dalam memecahkan masalah.

3) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat penyelidikan karena terlibat langsung dalam proses penemuan.

4) Pengetauan yang diperoleh dari hasil pemikiran sendiri akan mudah diingat.

5) Pembelajaran berpusat pada siswa

6) Memperluas wawasan dan mengembangkan konsep diri secara baik.


(38)

7) Setelah berhasil menemukan sendiri jawabannya, siswa memiliki keyakinan menyelesaikan tugasnya secara mandiri berdasarkan pengalamannya.

8) Mengembangkan bakat, seperti kreatif, sosial, dsb. 9) Menghindari siswa dari belajar dengan hafalan.

10) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencerna dan mengatur informasi yang didapatkan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengharapkan setelah menerapkan metode inkuiri, siswa mendapatkan kelebihan-kelebihan metode inkuiri sesuai dengan kelebihan-kelebihan metode inkuiri menurut Putra.

b. Kekurangan Metode Inkuiri

Disamping memiliki keunggulan metode ini juga mempunyai kelemahan, diantaranya:

1. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

2. Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

3. Terkadang dalam pengimplementasiannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang ditentukan.

4. Jika keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa dalam menguasai materi, maka metode ini sulit diimplementasikan oleh setiap guru (Hernawan, 2007: 111).


(39)

Putra (2013: 107-106) menyebutkan kekurangan metode inkuiri, yaitu:

1) Inkuiri mengandalkan kesiapan berfikir siswa. Siswa yang kemampuan berfikirnya lambat akan bingung dalam berfikir secara luas. Sedangkan siswa yang kemampuan berfikirnya tinggi mampu mendominasi pembelajaran, sehingga menyebabkan siswa lainnya frustasi.

2) Tidak efisien jika digunakan dalam jumlah siswa yang banyak. 3) Sulit diterapkan jika guru terbiasa dengan pengajaran

konvensional.

4) Kebebasan yang diberikan kepada siswa tidak selamanya bisa dimanfaatkan secara optimal dan sering terjadi siswa kebingungan.

Setiap metode pastilah memiliki kekurangan dan kelebihan masing masing dalam setiap pelaksanaannya. Disinilah dituntut peran guru sebagai pengelola pendidikan agar mampu meminimalisir berbagai macam kendala yang muncul. Dengan demikian, metode inkuiri dalam pembelajaran tematik yang menekankan pada aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan dapat dilaksanakan dengan baik.

C. Hasil Belajar

1. Hasil Belajar

Hasil belajar sangat ditentukan oleh mutu pembelajaran. Bloom (Sudjana, 2012: 22), membagi hasil belajar atas tiga ranah yaitu ranah


(40)

kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Sudjana (2012: 22-23) menjelaskan tiga ranah tersebut.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

Ranah afektif berkenaaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisai, dan ternalisasi.

Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretative.

Pandangan orang tua dewasa ini adalah ketika anak memperoleh hasil belajar berupa nilai pengetahuan yang dominan maka anak tersebut dikatakan pintar. Namun sebenarnya hasil belajar yang baik ialah ketika meningkatnya pengetahuan dan keterampilan siswa didampingi dengan sikap dan moral yang baik pula.

Susanto (2013: 5) menjelaskan bahwa hasil belajar yaitu menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Selanjutnya, Rusmono (2012: 19) mengatakan hasil belajar adalah perubahan perilaku individu yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sejalan dengan Rusmono, Hamalik (2008:30) mengatakan bahwa hasil belajar ialah jika seseorang telah belajar dan mengalami perubahan perilaku, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.


(41)

Kemendikbud (2013: 33) tentang Kompetensi Inti (KI) di sekolah dasar menjelaskan bahwa:

a. Kompetensi pengetahuan adalah memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain. b. Kompetensi sikap yaitu memiliki perilaku jujur, percaya diri,

disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan gotong royong atau kerja sama dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya. Adapan dalam penelitian ini, peneliti meneniliti sikap gotong royong dan percaya diri.

1) Gotong Royong

Manusia diciptakan sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan orang lain untuk saling tolong menolong dalam menjalani kehidupannya, salah satunya dengan hidup berkelompok dan saling bekerja sama. Kemendikbud (2013:70) menjelaskan bahwa gotong royong adalah bekerja bersama-sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong menolong secara ikhlas. KBBI menjelaskan bahwa gotong royong ialah bekerja bersama-sama atau tolong menolong.

Kemendikbud (2013:70) menyebutkan indikator gotong royong sebagai berikut.


(42)

a) Terlibat aktif dalam bekerja bakti membersihkan kelas atau sekolah

b) Kesedian melakukan tugas sesuai kesepakatan

c) Bersedia membantu orang lain tanpa mengharap imbalan, dan

d) Aktif dalam kerja kelompok.

e) Memusatkan perhatian pada tujuan kelompok f) Tidak mendahulukan kepentingan pribadi

g) Mencari jalan untuk mengatasi perbedaan pendapat/pikiran antara diri sendiri dengan orang lain h) Mendorong orang lain untuk bekerja sama demi

mencapai tujuan bersama

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa gotong royong merupakan sikap bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama.

2) Gotong Royong

Kemendikbud (2014) menjelaskan bahwa percaya diri adalah kondisi mental seseorang yang memberikan keyakinan kuat untuk berbuat atau bertindak. Faturrohman, dkk (2013: 79) menjelaskan bahwa percaya diri adalah sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiapa keinginan dan harapannya. Kemudian, Putra (2013: 86) menyatakan bahwa metode inkuiri dapat mengembangkan sikap percaya diri sendiri pada diri siswa tentang sesuatu yang ditemukan dalam proses inkuiri. Kemendikbud (2014: 71) menyebutkan bahwa indikator sikap percaya diri yaitu:

a) berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu; b) tidak mudah putus asa ;

c) tidak canggung dalam bertindak ; d) berani presentasi di depan kelas ; dan


(43)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa percaya diri adalah sikap keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri untuk berbuat dan bertindak sebagai modal dasar agar dapat meraih kesuksesan dalam belajar. c. Kompetensi keterampilan. Pada kompetensi keterampilan siswa

menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, karya yang estetis, menunjukkan gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. Menurut Dyers (Kemendikbud, 2014: 31) mengenai pencapaian ketarampilan, peserta didik perlu dibina dalam mencapai kompetensi yang berguna bagi dirinya dalam mencapai keterampilan dengan langkah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan mengomunikasikan. Adapun dalam penelitian ini, peneliti menilai keterampilan menanya dan mengomunikasikan. 1) Menanya

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya. Siswa dalam mengajukan pertanyaan didorong rasa ingin tahu. Suchman (Putra, 2013: 84) menyatakan bahwa inti gagasan metode inkuiri adalah siswa akan bertanya bila dihadapkan dengan masalah yang membingungkan, kurang jelas, menarik, atau kejadian aneh. Menurut KBBI, bertanya merupakan sebuah kegiatan yang meminta keterangan dan meminta agar diberi tahu tentang sesuatu. Kemendikbud (2014:


(44)

61) menyatakan kegiatan belajar dari menanya ialah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan hipotetik). Kriteria pertanyaan yang baik yaitu: 1) Pertanyaan tersebut hendaknya jelas, singkat dan mudah dimengerti; 2) Pertanyaan tersebut terfokus pada suatu masalah tertentu; 3) Pertanyaan tersebut memberikan informasi yang cukup tentang apa yang ditanyakan. (Pemerhati Guru, 2013: http://panduanguru.com/keterampilan-bertanya-questioning-skills/). Seorang siswa yang dibiasakan untuk bertanya maka siswa tersebut akan memiliki keterampilan menanya yang baik.

2) Mengomunikasikan

Keterampilan mengomunikasikan dengan baik sangat diperlukan agar responden dapat mengerti apa yang dimaksud. Mengomunikasikan tidak selalu dalam bentuk lisan, karena tujuan dari mengomunikasikan adalah untuk menyampaikan informasi sehingga secara tertulis pun dapat disebut mengomunikasikan.

KBBI menyatakan bahwa komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yg dimaksud dapat dipahami. Menurut Abruscato (Nasution, 2007: 1.44) mengomunuikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan yang berhasil dikumpulkan atau


(45)

menyampaikan hasil penyelidikan. Kemendikbud (2014: 65-66) menyatakan kegiatan belajar dari mengomunikasikan ialah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan, bedasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Putra (2013:89) juga menyatakan bahwa melalui kegiatan berinkuiri siswa selalu ingin berbicara dan mengomunikasikan idenya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mengomunikasikan adalah wujud kegiatan yang bertujuan untuk menyampaikan informasi.

Berdasarkan kajian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar berupa nilai soal, pengetahuan, dan keterampilan sehingga tujuan-tujuan intruksional pembelajaran telah tercapai. Adapun nilai hasil belajar pada ranah kognitif dalam penelitian ini diperoleh dari hasil belajar siswa dalam menjawab soal yang diberikan guru dalam bentuk tes tertulis. Indikator sikap pada aspek percaya diri adalah 1) berani menjawab pertanyaan, 2) berani mengemukakan pendapat, 3) melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu. Indikator sikap pada aspek gotong royong adalah 1) berperan aktif dalam bekerja kelompok, 2) bermusyawarah untuk memecahkan masalah, dan 3) melakukan kegiatan sesuai kesepakatan. Indikator keterampilan pada aspek bertanya ialah 1), mengajukan pertanyaan kepada responden untuk memperoleh informasi, 2) pertanyaan berisi informasi yang relevan (terfokus pada masalah), dan 3) pertanyaan singkat, jelas, dan mudah dimengerti. Indikator keterampilan


(46)

pada aspek mengomunikasikan ialah 1) berani mengomunkasikan kesimpulan, 2) menyajikan informasi sesuai sumber data atau pengalamannya, dan 3) menyajikan informasi dengan bahasa yang jelas dan singkat.

2. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

KKM dijadikan patokan nilai terendah dalam penilaian peserta didik. Kunandar (2013: 83) menjelaskan kriteria ketuntasan minimal adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan melalui prosedur tertentu. Kunandar (2013:83) menyebutkan kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh satuan pendidikan pada awal tahun pelajaran dengan memperhatikan: (1) intake (kemampuan rata-rata peserta didik), (2) kompleksitas materi (mengidentifikasi indikator sebagai penanda tercapainya kompetensi dasar), dan (3) kemampuan daya pendukung (berorientasi pada sarana dan prasarana pembelajaran dan sumber belajar) yang dimiliki satuan pendidikan. Septa (2013: http://www.sekolahdasar.net/2013/06/cara-menentukan-kkm.html)

menjelaskan tiga kriteria penentuan KKM tersebut. a) Aspek Intake

Intake adalah kemampuan awal peserta didik, bisa dilihat dari hasil awal sebelumnya atau pre test. Semakin tinggi rata-rata kemampuan awal peserta didik makan semakin tinggi nilainya, begitupun sebaliknya.


(47)

b) Aspek Kompleksitas

Semakin komplek (sulit) kompetensi dasar (KD) maka nilainya semakin rendah tetapi semakin mudah KD maka nilainya semakin tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari indikator atau tujuan pembelajaran dari kompetensi tersebut.

c) Aspek Sumber Pendukung

Semakin tunggi sumber daya pendukung maka nilainya semakin tinggi, begitupun sebaliknya jika sumber daya pendukung seperti sarana dan prasarana tidak mendukung maka nilainya akan semakin rendah.

D. Pembelajaran Pada Kurikulum 2013

Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang akan dipelajarinya bukan sekedar mengetahui saja, sehingga ilmu yang didapat akan lebih mudah diingat dan lebih mudah dipahami. Kurikulum 2013 mengemas pembelajaran agar anak lebih aktif dalam proses pembelajarnnya. Selain itu kurikulum 2013 memberikan peserta didik untuk belajar dari budaya setempat dan nasional tentang berbagai nilai hidup yang penting. Sehingga siswa dapat berpartispasi aktif dalam mengembangkan budaya setempat dan nasional menjadi budaya yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi nilai yang dikembangkan lebih lanjut untuk kehidupan di masa depan.

Pembelajran Kurikulum 2013 memilliki tiga ciri utama dalam pembelajarannya, yaitu sebagai berikut:


(48)

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menuntut siswa terlibat secara aktif dengan memadukan beberapa materi pembelajaran yang didalamnya mengintegrasikan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam sebuah tema. Beberapa materi pelajaran dipadukan sehingga memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik. Karakteristik pembelajaran tematik yaitu: 1) berpusat pada siswa; 2) memberikan pengalaman langsung; 3) pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas; 4) menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran; 5) bersifat fleksibel; 6) hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa; 7) menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan (Hernawan, 2007: 131).

2. Pendekatan Saintifik

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajarannya yaitu menggunakan pendekatan ilmiah atau saintifik.Kemendikbud (Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013: 60-66) menjelaskan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang mendorong anak melakukan keterampilan-keterampilan ilmiah, yaitu sebagai berikut: 1) mengamati; 2) menanya; 3) mengumpulkan informasi; 4) mengolah informasi; 5) mengomunikasikan.

3. Penilaian Autentik

Pembelajaran Kurikulum 2013 menekankan kepada keaktifan siswa dalam proses belajar, sehingga penilaian tidak hanya dilihat dari hasil belajar saja namun juga dari proses belajar yang dialami siswa baik pada aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. Kemendikbud (Materi


(49)

Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013: 35) menyebutkan teknik penilain autentik di SD sebagai berikut:

1) Penilaian Sikap. Penilaian aspek sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, dan jurnal.

2) Penilaian Pengetahuan. Aspek pengetahuan dapat dinilai dengan tes tulis, tes lisan, dan penugasan.

3) Penilaian Keterampilan. Aspek keterampilan dapat dinilai dari penilaian kinerja atau performance, projek, dan fortofolio. Adapun penilaian kinerja dapat dilakukan dengan cara daftar cek (checlist), catatan anekdot, skala penilaian, dan memori atau ingatan (Memory Approach)

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian

tindakan kelas, “Apabila dalam pembelajaran tematik guru memperhatikan langkah-langkah metode inkuiri secara tepat, maka akan meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV A SDN 11 Metro Pusat.”


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) atau yang sering disebut PTK. Arikunto (2006: 58) mengemukakan penelitian dilaksanakan di dalam kelas yang tujuannya untuk memperbaiki pembelajaran atau meningkatkan mutu pembelajaran. Selanjutnya, Wiriatmadja (2006: 13) mengatakan penelitian tindakan kelas merupakan tindakan guru agar dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka yang merupakan gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran dan melihat pengaruh nyata dari upaya tersebut. Wardhani (2008: 2.4 ) menyebutkan tahap-tahap PTK setiap siklusnya terdiri dari kegiatan pokok yaitu perencanaan (planning), penerapan (acting), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil pelaksanaan (observing dan evaluating ), serta melakukan refleksi (reflecting) dan dilanjutkan siklus berikutnya hingga indikator keberhasilan tercapai.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa peneltian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan di dalam kelas guna memperbaiki dan meningkatan mutu pembelajaran yang dilakukan oleh guru.


(51)

Pada pelaksanaannya, PTK bersifat tentatif (menyesuaikan) yaitu penelitian ini berhenti ketika perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai. Adapun tahapan hasil PTK yang dilaksanakan peneliti sebagai berikut.

Gambar 1. Hasil Penelitian Tindakan Kelas

Perencanaan I

SIKLUS I

Pengamatan I

Pelaksanaan I Refleksi I

Perencanaan II

SIKLUS II

Pengamatan II

Pelaksanaan II Refleksi II

Perncanaan III

Pengamatan III

Refleksi III SIKLUS III Pelaksanaan III

Penelitian selesai karena indikator keberhasilan telah tercapai


(52)

B. Setting Penelitian

1. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksananakn secara kolaborasi partisipan antara peneliti dengan guru kelas IVA SDN 11 Metro Pusat. Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas IVA SDN 11 Metro Pusat dengan jumlah siswa 25 orang.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SDN 11 Metro Pusat yang beralamat di jalan Veteran No.50 Hadimulyo, Kecamatan Metro Pusat, Kota Metro.

3. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 selama 6 bulan. Kegiatan penelitian ini dimulai dari perencanaan sampai laporan hasil penelitian (Januari - Juli 2014)

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik non tes (mengamati) dan tes.

1. Teknik Non Tes

Pada penelitian ini digunakan teknik non tes melalui lembar observasi untuk mengamati kinerja guru, sikap, dan keterampilan siswa selama penelitian tindakan kelas menggunakan metode inkuiri.


(53)

2. Teknik Tes

Pada penelitian tindakan kelas ini, tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dalam kompetensi pengetahuan melalui tes formatif, khususnya mengenai penguasaan terhadap materi yang diajarkan menggunakan metode inkuiri.

D. Alat Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (2007:101), instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data secara sistematis sehingga kegiatanya dipermudah. Alat yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data ialah lembar observasi dan tes tertulis. Lembar observasi dirancang peneliti berkolaborasi dengan guru kelas yang digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan kinerja guru, sikap, dan keterampilan siswa selama pembelajaran berlangsung. Setiap indikator yang diamai dicatat dalam lembar observasi yang telah disediakan. Tes tertulis digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa kompetensi pengetahuan yang bersifat kuantitatif. Tes tertulis dilaksanakan ketika siklus berakhir dengan menggunakan soal yang berupa pilihan ganda, isian, dan uraian. Melalui tes tertulis ini dapat diketahui peningkatan hasil belajar siswa kompetensi pengetahuan dalam pembelajaran melalui metode inkuiri.

a) Kinerja Guru

Berikut indikator kinerja guru berdasarkan 4 kompetensi kinerja guru yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.


(54)

Tabel 3.1 Indikator Kinerja Guru Berdasarkan 4 Kompetensi Guru

Kompetensi Indikator

Pedagogik

1. Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan pengalaman peserta d atau pembelajaran sebelumnya.

2. Mengajukan pertanyaan menantang.

3. Menyampaikan manfaat materi pembelajaran. 4. Mendemonstrasikan sesuatu yang terkait dengan tema.

5. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicap 6. Menfasilitasi kegiatan yang memuat komponen eksplorasi, elaborasi da

konfirmasi.

7. Melaksanakan pembelajaran secara runtut. 8. Menguasai kelas.

9. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual.

10. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaa positif (nurturant effect).

11. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan.

12. Memberikan pertanyaan mengapa dan bagaimana. 13. Memancing peserta didik untuk bertanya. 14. Memfasilitasi peserta didik untuk mencoba. 15. Memfasilitasi peserta didik untuk mengamati. 16. Memfasilitasi peserta didik untuk menganalisis.

17. Memberikan pertanyaan peserta didik untuk menalar (proses berpikir y logis dan sistematis).

18. Menyajikan kegiatan peserta didik untuk berkomunikasi. 19. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar

pembelajaran.

20. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media pembelajaran. 21. Menghasilkan pesan yang menarik.

22. Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber belajar pembelaja 23. Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media pembelajaran. 24. Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik melalui interaksi guru, pese

didik, sumber belajar.

25. Merespon positif partisipasi peserta didik.

26. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons peserta didik. 27. Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif.

28. Menumbuhkan keceriaan atau antusiasme peserta didik dalam belajar. 29. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan peserta

didik.

30. Memberikan tes lisan atau tulisan .

31. Mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan portofolio.

32. Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan kegiatan beriku dan tugas pengayaan.

Kompetensi Kepribadian

33. Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar. 34. Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar.

Kompetensi Sosial

35. Menyampaikan kemampuan yang akan dicapai peserta didik.

36. Menyampaikan rencana kegiatan misalnya, individual, kerja kelompok, melakukan observasi.

Kemampuan

Profesional 37.38. Kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuan pembelajaran. Kemampuan mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan


(55)

39. Menyajikan pembahasan materi pembelajaran dengan tepat. 40. Menyajikan materi secara sistematis (mudah kesulit, dari konkrit ke

abstrak)

41. Menyajikan pembelajaran sesuai tema.

42. Menyajikan pembelajaran dengan memadukan berbagai mata pelajaran dalam satu PBM meliputi Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni Budaya dan Prakarya, serta Penjasorkes.

43. Menyajikan pembelajaran yang memuat komponen karakteristik terpad 44. Menyajikan pembelajaran yang bernuansa aktif dan menyenangkan.

Sumber: PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (dalam Sanjaya 2006: 18-20)

Tabel 3.2. Lembar Observasi Kinerja Guru

Aspek yang Diamati Skor

Kegiatan Pendahuluan Apersepsi dan Motivasi

1. Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan pengalaman peserta

didik atau pembelajaran sebelumnya. 1 2 3 4

2. Mengajukan pertanyaan menantang. 1 2 3 4

3. Menyampaikan tujuan materi pembelajaran. 1 2 3 4

4. Mendemonstrasikan sesuatu yang terkait dengan tema. 1 2 3 4 Nilai Kinerja Guru

Kategori

Penyampain Kompetensi dan Rencana Kegiatan

1. Menyampaikan kemampuan yang akan dicapai peserta didik. 1 2 3 4 2. Menyampaikan rencana kegiatan misalnya, individual, kerja

kelompok, dan melakukan observasi. 1 2 3 4

Nilai Kinerja Guru Kategori

Kegiatan Inti

Penguasaan Materi Pelajaran

1. Kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuan pembelajaran. 1 2 3 4 2. Kemampuan mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain yang

relevan, perkembangan Iptek , dan kehidupan nyata. 1 2 3 4 3. Menyajikan pembahasan materi pembelajaran dengan tepat. 1 2 3 4 4. Menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit, dari konkrit ke

abstrak) 1 2 3 4

Nilai Kinerja Guru Kategori

Penerapan Strategi Pembelajaran yang Mendidik

1. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan

dicapai. 1 2 3 4

2. Menfasilitasi kegiatan yang memuat komponen eksplorasi, elaborasi

dan konfirmasi. 1 2 3 4

3. Melaksanakan pembelajaran secara runtut. 1 2 3 4

4. Menguasai kelas. 1 2 3 4


(56)

Aspek yang Diamati Skor

6. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya

kebiasaan positif (nurturant effect). 1 2 3 4

7. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang

direncanakan. 1 2 3 4

Nilai Kinerja Guru Kategori

Penerapan Pendekatan scientific

1. Memberikan pertanyaan mengapa dan bagaimana. 1 2 3 4

2. Memancing peserta didik untuk bertanya. 1 2 3 4

3. Memfasilitasi peserta didik untuk mencoba. 1 2 3 4

4. Memfasilitasi peserta didik untuk mengamati. 1 2 3 4 5. Memfasilitasi peserta didik untuk menganalisis. 1 2 3 4 6. Memberikan pertanyaan peserta didik untuk menalar (proses berpikir

yang logis dan sistematis). 1 2 3 4

7. Menyajikan kegiatan peserta didik untuk berkomunikasi. 1 2 3 4 Nilai Kinerja Guru

Kategori

Penerapan Pembelajaran Tematik Terpadu

1. Menyajikan pembelajaran sesuai tema. 1 2 3 4

2. Menyajikan pembelajaran yang memuat komponen karakteristik

terpadu. 1 2 3 4

3. Menyajikan pembelajaran yang bernuansa aktif dan menyenangkan. 1 2 3 4 Nilai Kinerja Guru

Kategori

Pemanfaatan Sumber Belajar/Media dalam Pembelajaran

1. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar

pembelajaran. 1 2 3 4

2. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media pembelajaran. 1 2 3 4

3. Menghasilkan pesan yang menarik. 1 2 3 4

4. Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber belajar

pembelajaran. 1 2 3 4

5. Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media pembelajaran. 1 2 3 4 Nilai Kinerja Guru

Kategori

Pelibatan Peserta Didik dalam Pembelajaran

1. Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik melalui interaksi guru,

peserta didik, sumber belajar. 1 2 3 4

2. Merespon positif partisipasi peserta didik. 1 2 3 4

3. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons peserta didik. 1 2 3 4 4. Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif. 1 2 3 4 5. Menumbuhkan keceriaan atau antusiasme peserta didik dalam belajar. 1 2 3 4


(57)

Aspek yang Diamati Skor

Nilai Kinerja Guru Kategori

Penggunaan Bahasa yang Benar dan Tepat dalam Pembelajaran

1. Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar. 1 2 3 4

2. Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar. 1 2 3 4

Nilai Kinerja Guru Kategori

Kegiatan Penutup Penutup pembelajaran

1. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan

peserta didik. 1 2 3 4

2. Memberikan tes lisan atau tulisan . 1 2 3 4

3. Mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan portofolio. 1 2 3 4 4. Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan kegiatan

berikutnya dan tugas pengayaan. 1 2 3 4

Nilai Kinerja Guru Kategori

Jumlah Skor Total Nilai Kinerja Guru

(Sumber: Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, 2013: 195-197)

Tabel 3.3 Pedoman Penilaian Kinerja Guru

Nilai

angka Nilai mutu Indikator

4 Sangat baik

Aspek yang diamati: dilaksanakan oleh guru dengan sangat baik, guru melakukannya dengan sempurna, dan guru terlihat profesional.

3 Baik

Aspek yang diamati: dilaksanakan oleh guru dengan baik, guru melakukannya tanpa kesalahan, dan guru tampak menguasai.

2 Cukup baik

Aspek yang diamati: dilaksanakan oleh guru dengan cukup baik, guru melakukannya dengan sedikit kesalahan, dan guru tampak cukup menguasai.

1 Kurang baik

Aspek yang diamati: tidak dilaksanakan oleh guru, guru melakukannya dengan banyak kesalahan, dan guru tampak tidak menguasai.

(Sumber : Andayani, 2009: 57)

b) Hasil Belajar Siswa Kompetensi Sikap

Lembar penilaian hasil belajar siswa kompetensi sikap ini digunakan untuk mengamati sikap percaya diri dan gotong royong siswa selama proses


(58)

pembelajaran berlangsung. Peneliti mengamati sikap siswa dengan memberikan centang pada indikator yang muncul dengan melihat pedoman pengamatan hasil belajar siswa pada kompetensi sikap. Berikut merupakan indikator sikap siswa yang diamati.

Tabel 3.4 Indikator Hasil Belajar Siswa Kompetensi Sikap

Sikap yang

Diamati Indikator Perilaku

Gotong Royong

a. Tidak mendahulukan kepentingan pribadi

b. Mencari jalan untuk mengatasi perbedaan pendapat/pikiran antara diri sendiri dengan orang lain (memecahkan masalah) c. Aktif dalam kerja kelompok

Percaya Diri

d. Berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan e. Berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu f. Tidak mudah putus asa

(Sumber: Kemendikbud, 2014)

Tabel 3.5 Pedoman Pengamatan Hasil Belajar Siswa Kompetensi Sikap

Skor Perolehan Siswa/ Aspek

Sikap

Keterangan

4 Jika siswa melakukan seluruh indikator 3 Jika siswa melakukan 2 indikator 2 Jika siswa melakukan 1 indikator

1 Jika siswa tidak melakukan indikator apapun

(Sumber: Kemendikbud, 2013)

c) Hasil Belajar Siswa Kompetensi Keterampilan

Lembar penilaian hasil belajar siswa kompetensi keterampilan ini digunakan untuk mengamati keterampilan menanya dan mengomunikasikan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Peneliti mengamati


(59)

keterampilan siswa dengan memberikan centang pada indikator yang muncul dengan melihat pedoman pengamatan hasil belajar siswa pada kompetensi keterampilan. Berikut merupakan indikator keterampilan siswa yang diamati.

Tabel 3.6 Indikator Hasil Belajar Siswa Kompetensi Keterampilan

Jenis Keterampilan Indikator Perilaku

Menanya

a. Mengajukan pertanyaan kepada guru untuk memperoleh informasi;

b. Pertanyaan terfokus pada masalah; dan

c. Pertanyaan singkat, jelas, dan mudah dimengerti.

Mengomunikasikan

a. Berani mengomunikasikan kesimpulan

b. Mengomunikasikan kesimpulan dengan dengan bahasa yang jelas, logis, dan sistematis; dan

c. Mengomunikasikan hasil pengamatan dengan bahasa yang jelas, logis, dan sistematis.

(Sumber: Kemendikbud, 2014)

Tabel 3.7 Pedoman Pengamatan Hasil Belajar Siswa Kompetensi Ketarampilan

Skor Perolehan Siswa/ Aspek Keterampilan

Keterangan 4 Jika siswa melakukan seluruh Indikator 3 Jika siswa melakukan 2 indikator 2 Jika siswa melakukan 1 indikator

1 Jika siswa tidak melakukan indikator apapun

(Sumber: Kemendikbud, 2013)

g. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif. Teknik analisis kualitatif digunakan untuk penilaian kinerja guru, sikap, dan keterampilan siswa selama proses pembelajaran.


(60)

1. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata Analisis data kualitatif dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui perkembangan kinerja guru, hasil belajar siswa pada kompetensi sikap dan keterampilan sikap siswa selama proses pembelajaran.

a. Kinerja Guru

Keterangan:

N = Nilai yang dicari.

R = Skor yang diperoleh guru SM = Skor Maksimum

100 = Bilangan tetap (Sumber: Purwanto, 2008:102)

Nilai tersebut selanjutnya dikategorikan dalam kategori keberhasilan guru yaitu sebagai berikut.

Tabel 3.8 Kategori Kinerja Guru. Rentang Nilai Kategori

86 – 100

Sangat Baik 81 – 85

76 – 80

Baik 71 – 75

66 – 70 61 – 65

Cukup Baik 56 – 60

51 – 55 46 - 50

Kurang Baik 0 - 45

(Sumber: Kemendikbud 2013: 314)


(61)

b. Hasil Belajar Siswa Kompetensi Sikap

Untuk menghitung nilai hasil belajar siswa pada kompetensi sikap menggunakan rumus:

Keterangan:

NS = Nilai sikap

SP = Skor pemerolehan SM = Skor maksimum 100 = Bilangan tetap (Sumber: Kunandar, 2013: 129).

Nilai tersebut selanjutnya dikategorikan dalam kategori sikap siswa yaitu sebagai berikut.

Tabel 3.9 Kategori Penilaian Hasil Belajar Siswa Kompetensi Sikap.

Rentang Nilai Kategori

86 – 100

Sangat Baik 81 – 85

76 – 80

Baik 71 – 75

66 – 70 61 – 65

Cukup Baik 56 – 60

51 – 55 46 - 50

Kurang Baik 0 - 45

(Sumber: Kemendikbud 2013: 131)


(62)

c. Hasil Belajar Siswa Siswa Kompetensi Keterampilan Keterangan:

NK = Nilai Keterampilan SP = Skor perolehan SM = Skor maksimum 100 = Bilangan tetap

(Sumber: Kunandar, 2013: 264).

Nilai tersebut selanjutnya dikategorikan dalam kategori keterampilan siswa yaitu sebagai berikut.

Tabel 3.10 Kategori Penilaian Hasil Belajar Siswa Kompetensi Keterampilan

.

Rentang Nilai Kategori

86 – 100

Sangat Terampil 81 – 85

76 – 80

Terampil 71 – 75

66 – 70 61 – 65

Cukup Terampil 56 – 60

51 – 55 46 - 50

Kurang Terampil 0 - 45

(Sumber: Kemendikbud 2013: 131)

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang dipaparkan dalam bentuk angka-angka. Analisis data kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan nilai hasil belajar siswa dalam hal penguasaan materi. Nilai siswa dibandingkan dengan nilai awal kemudian dihitung selisihnya, selisih tersebut menjadi kemajuan atau kemunduran belajar siswa.

100 × SM

SP NK


(63)

a. Ketuntasan belajar siswa secara individual

Keterangan:

S = Nilai siswa (nilai yang dicari)

R = Jumlah skor/item yang dijawab benar N = Skor maksimum dari tes

100 = Bilangan tetap

(Sumber : Purwanto dalam Haryani, 2013:25) Ketuntasan individual jika siswa memperoleh nilai ≥66.

b. Menghitung nilai rata-rata seluruh siswa

Keterangan:

X = Nilai rata-rata siswa

∑Xi = Total nilai yang diperoleh siswa, dan ∑N = Jumlah siswa

(Sumber: Muncarno, 2009: 15) c. Ketuntasan Klasikal

(Sumber: Purwanto, 2008: 102)

Persentase ketuntasan klasikal hasil belajar siswa tersebut kemudian dikategorikan ke dalam kategori persentase ketuntasan klasikal hasil belajar siswa berikut.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas IVA SDN 11 Metro Pusat dapat disimpulkan bahwa penerapan metode inkuiri dengan langkah-langkah yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ketuntasan hasil belajar siswa kompetensi sikap secara klasikal pada siklus I mencapai 60% dengan kategori tinggi, meningkat menjadi 68% dengan kategori tinggi pada siklus II, kemudian meningkat menjadi 84% dengan kategori sangat tinggi pada siklus III. Ketuntasan hasil belajar siswa kompetensi penegtahuan secara klasikal pada siklus I mencapai 64% dengan kategori tinggi, meningkat menjadi 68% dengan kategori tinggi pada siklus II, kemudian meningkat menjadi 84% dengan kategori sangat tinggi pada siklus III. Ketuntasan hasil belajar siswa kompetensi keterampilan secara klasikal pada siklus I mencapai 56% dengan kategori tinggi, pada siklus II meningkat menjadi 64% dengan kategori tinggi, dan pada siklus III meningkat menjadi 80% dengan kategori sangat tinggi.

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat menjawab hipotesis penelitian ini, bahwa menggunakan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV A SDN 11 Metro Pusat.


(2)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas, berikut ini disampaikan saran-saran sebagai berikut, kepada:

1. Siswa

Diharapkan agar siswa dapat meningkatkan kualitas belajarnya sehingga hasil belajar berupa sikap, pengetahuan, dan keterampilannya selalu optimal dan meningkat. Diharapkan kepada siswa, agar selalu percaya diri dalam segala hal yang positif dan dapat begotong royong dimana saja dan kapan saja.

2. Guru

Diharapkan guru dapat lebih kreatif dalam menginovasi pembelajaran serta dapat memahami metode inkuiri maupun metode pembelajaran yang lain sebelum menerapkan metode tersebut dalam pembelajaran. Ketika prose pembelajaran berlangsung, diharapkan agar guru memberikan pertanyaan rangsangan agar siswa menalar secara logis dan sistematis dan memotivasi siswa agar percaya diri dalam melakukan kegiatan. Diharapkan juga, agar guru memberikan masalah-masalah yang terkait dengan materi sehingga siswa aktif untuk mencari dan menemukan jawabannya.

3. Sekolah

Diharapkan agar sekolah dapat memberikan kesempatan, fasilitas, dan mendorong guru-guru untuk senantiasa berinovasi dalam menerapkan metode-metode pembelajaran terutama metode inkuiri sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.


(3)

4. Dinas Pendidikan/ Pengawas Sekolah

Diharapkan dengan metode inkuiri dapat menjadi masukan sebagai salah satu metode pembelajaran yang dapat menggali permasalahan dalam pembelajaran sehingga siswa aktif untuk menari dan menemukan jawabannya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum. Prestasi Pustakarya. Jakarta.

Andayani. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Asy’ari, Muslichach. 2006. Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat. Depdiknas. Jakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belaja rMengajar. Rineka Cipta. Jakarta. _____. 2008. Rahasia Sukses Belajar. Rienaika Cipta. Jakarta.

Effendi. 2012. Pengertian Kinerja Guru .

http://muhammad-taswin.blogspot.com/2011/11/pengertian-kinerja-guru-dalam.html/2012. Diakses 08-02-2014, pukul 10.00 WIB.

Faturrohman, dkk. 2013. Pengemabangan Pendidikan Karakter. Refika Adiatma. Bandung.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses BelajarMengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Haryani, Titik. 2013. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Tow Stray untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran PKn Kelas VB SD Negeri 1 Metro Barat Tahun Pelajaran 2012/2013. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Hernawan, Asep Herry, dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. UPI PRESS. Bandung.

_____. 2010. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.


(5)

Kemendikbud. 2013. Panduan Teknis Pembelajaran Tematik Terpadu dengan Pendekatan Saintifik di Sekolah Dasar. Kemendikbud. Jakarta

_____. 2013. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK dan MAK. Kemendikbud. Jakarta.

_____. 2013. Panduan Teknis Penilaian di SekolahDasar. Kemendikbud. Jakarta. _____. 2013. Pedoman Penilaian. Kemendikbud. Jakarta.

Kemendikbud. 2014. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014 SD Kelas IV. Kemendikbud. Jakarta.

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik. PT Raja GrafindoPersada. Jakarta.

Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Muncarno. 2009. Bahan Ajar Statistik Pendidikan. FKIP PGSD. Bandar Lampung. Nadi, Sus. 2013. Kompetensi Guru Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun

2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

http://materipenjasorkes.blogspot.com/2013/10/kompetensi-guru-menurut-peraturan.html Diakses 01-03. 2014 pukul 16.43.

Nasution, Noehi, dkk. 2007. Pendidikan IPA di SD. Jakarta. Universitas Terbuka. Pemerhati Guru. 2013. Keterampilan Bertanya (Questioning Skills).

http://panduanguru.com/keterampilan-bertanya-questioning-skills/. Diakses 02-03 2014 pukul 17.32

Putra, Sitiatava Rizema. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Diva Press. Jogjakarta.

Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. PT Rineka Cipta. Jakarta. Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran. Rajawali Press. Jakarta.

Rusmono.2012. StrategiPembelajaran dengan Based Learning Itu Perlu. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Sani, Ridwan Abdullah. 2013. InovasiPembelajaran. BumiAksara. Jakarta. Sanjaya, Wina. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


(6)

Septa, Kurnia. 2013. Cara Menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM. http://www.sekolahdasar.net/2013/06/cara-menentukan-kkm.html. Diakses pada 03-01-2014 pukul 07.04.

Sudjana, Nana. 2012. PenilaianHasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Supriatna, Nana, dkk. 2007. Pendidikan IPS di SD. UPI PRESS. Bandung. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Trianto. 2011. Mendesain Pembelajaran Inovatif Progresif. PT Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Wardhani, IGAK. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta Wati, Mega Rina. 2012. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa melalui

Metode Inquiry pada Pembelajaran Matematika (skripsi). Universitas Lampung.

Winataputra, Udin S, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran.Universitas Terbuka. Jakarta.

Wiriatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas.PT Remaja Rosdakarya. Bandung.