PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE INQUIRY PADA SISWA KELAS IV SULAIMAN SD MUHAMMADIYAH METRO PUSAT

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE INQUIRY PADA SISWA KELAS IV SULAIMAN

SD MUHAMMADIYAH METRO PUSAT

Oleh:

SIDIK AJI PRAYOGO

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa kelas IV Sulaiman SD Muhammadiyah Metro Pusat. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui metode inquiry.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dilaksanakan dalam tiga siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu, perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data adalah non tes dan tes. Alat pengumpul data adalah lembar observasi dan tes tertulis. Data dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Persentase ketuntasan klasikal sikap percaya diri pada siklus I “55,88%” kategori “Sedang”, siklus II “73,52%” kategori

“Tinggi”, dan siklus III “85,29%” kategori “Sangat Tinggi”. Persentase ketuntasan klasikal nilai pengetahuan pada siklus I “61,76%” kategori “Tinggi”, siklus II “70,59%” kategori “Tinggi”, dan siklus III “88,24%” kategori “Sangat

Tinggi”. Persentase ketuntasan klasikal keterampilan berdiskusi pada siklus I

“58,82%” kategori “Sedang”, siklus II “73,53%” kategori “Tinggi”, dan siklus III

“91,18%” kategori “Sangat Tinggi”.


(2)

(3)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE INQUIRY PADA SISWA KELAS IV SULAIMAN

SD MUHAMMADIYAH METRO PUSAT

(Skripsi)

Oleh

SIDIK AJI PRAYOGO

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

xvii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Siklus PTK ... 32 4.1 Grafik peningkatan nilai kinerja guru ... 95 4.2 Grafik peningkatan persentase ketuntasan sikap percaya diri

klasikal ... 96 4.3 Grafik peningkatan persentase ketuntasan nilai pengetahuan

klasikal ... 98 4.4 Grafik peningkatan persentase ketuntasan keterampilan berdiskusi


(5)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL LUAR ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN JUDUL DALAM ... iii

PERSETUJUAN ... iv

PENGESAHAN ... v

PERNYATAAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

MOTO ... viii

PERSEMBAHAN ... ix

SANWACANA ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 4

C.Pembatasan Masalah ... 5

D.Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian... 5

F. Manfaat Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Belajar dan Teori Belajar ... 7

1. Pengertian Belajar ... 7

2. Teori Belajar ... 8

B. Hasil Belajar dan Faktor yang Mempengaruhi ... 9

1.Pengertian Hasil Belajar ... 9

2. Sikap Percaya Diri ... 11

a. Pengertian Sikap Percaya Diri ... 11

b. Cara Membangun Sikap Percaya Diri ... 12

c. Indikator Sikap Percaya Diri ... 13

3.Keterampilan Berdiskusi ... 14


(6)

xiv

3. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik ... 20

4. Pendekatan Scientific ... 21

D.Metode Pembelajaran ... 22

E. Metode Inquiry ... 23

1. Pengertian Metode Inquiry ... 23

2. Ciri-ciri Metode Inquiry ... 25

3. Prinsip-prinsip Metode Inquiry ... 25

4. Tujuan Metode Inquiry ... 26

5. Langkah-langkah Metode Inquiry ... 27

6. Kelebihan dan Kelemahan Metode Inquiry ... 29

F. Hipotesis Tindakan ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 31

B.Setting Penelitian ... 32

1. Tempat Penelitian ... 32

2. Waktu Penelitian ... 32

3. Subjek Penelitian ... 32

C.Teknik Pengumpulan Data ... 33

1. Teknik Non Tes ... 33

2. Teknik Tes ... 33

D.Alat Pengumpul Data ... 33

1. Tes Tertulis ... 33

2. Lembar Observasi ... 34

a. Kinerja Guru ... 34

b. Sikap Percaya Diri ... 38

c. Keterampilan Berdiskusi ... 39

E.Teknik Analisis Data ... 40

1. Analisis Kualitatif ... 40

2. Analisis Kuantitatif ... 43

F.Prosedur Penelitian... 45

1. Siklus I ... 45

2. Siklus II ... 50

3. Siklus III ... 54

G.Indikator Keberhasilan ... 59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.Profil SDMuhammadiyah Metro Pusat ... 61

B.Prosedur Penelitian ... 62

1. Deskripsi Awal ... 62

2. Refleksi Awal ... 62

C.Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Penelitian ... 63

1. Siklus I ... 63

a. Perencanaan ... 63


(7)

xv

c) Nilai Pengetahuan ... 70

d) Keterampilan Berdiskusi ... 71

d. Refleksi ... 72

e. Saran Perbaikan untuk Siklus II ... 73

2. Siklus II ... 74

a. Perencanaan ... 74

b. Pelaksanaan ... 75

c. Observasi ... 78

a) Kinerja Guru ... 78

b) Sikap Percaya Diri ... 79

c) Nilai Pengetahuan ... 80

d) Keterampilan Berdiskusi ... 81

d. Refleksi ... 83

e. Saran Perbaikan untuk Siklus III ... 84

3. Siklus III ... 85

a. Perencanaan ... 85

b. Pelaksanaan ... 85

c. Observasi ... 89

a) Kinerja Guru ... 89

b) Sikap Percaya Diri ... 90

c) Nilai Pengetahuan ... 91

d) Keterampilan Berdiskusi ... 92

d. Refleksi ... 93

D.Rekapitulasi Hasil Penelitian Siklus I-III ... 95

1. Kinerja Guru ... 95

2. Sikap Percaya Diri ... 96

3. Nilai Pengetahuan ... 97

4. Keterampilan Berdiskusi ... 98

E. Pembahasan ... 100

1. Kinerja Guru ... 100

2. Sikap Percaya Diri ... 101

3. Nilai Pengetahuan ... 101

4. Keterampilan Berdiskusi ... 102

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan... 104

B.Saran ... 105


(8)

xviii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat izin penelitian pendahuluan dari dekan ... 112

2. Surat keterangan penelitian dari dekan ... 113

3. Surat izin penelitian dari dekan ... 114

4. Surat izin penelitian dari sekolah ... 115

5. Surat pernyataan teman sejawat ... 116

6. Surat keterangan penelitian dari sekolah ... 117

7. RPP siklus I ... 118

8. RPP siklus II ... 130

9. RPP siklus III ... 142

10. Kinerja guru siklus I ... 156

11. Kinerja guru siklus II ... 157

12. Kinerja guru siklus III ... 158

13. Sikap percaya diri siswa siklus I ... 160

14. Sikap percaya diri siswa siklus II ... 161

15. Sikap percaya diri siswa siklus III ... 162

16. Nilai pengetahuan siswa siklus I ... 165

17. Hasil perolehan nilai pengetahuan tertinggi siklus I ... 166

18. Hasil perolehan nilai pengetahuan terendah siklus I ... 168

19. Nilai pengetahuan siswa siklus II ... 170

20. Hasil perolehan nilai pengetahuan tertinggi siklus II ... 171

21. Hasil perolehan nilai pengetahuan terendah siklus II ... 174

22. Nilai pengetahuan siswa siklus III ... 177

23. Hasil perolehan nilai pengetahuan tertinggi siklus III ... 178

24. Hasil perolehan nilai pengetahuan terendah siklus III ... 181

25. Keterampilan berdiskusi siswa siklus I ... 185

26. Keterampilan berdiskusi siswa siklus II ... 186

27. Keterampilan berdiskusi siswa siklus III ... 187

28. Dokumentasi penelitian siklus I ... 190

29. Dokumentasi penelitian siklus II ... 192


(9)

xvi DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Indikator instrumen penilaian kinerja guru ... 34

3.2 Instrumen penilaian kinerja guru ... 36

3.3 Rubrik penilaian kinerja guru ... 37

3.4 Instrumen penilaian sikap percaya diri siswa ... 38

3.5 Rubrik penilaian sikap percaya diri siswa ... 39

3.6 Instrumen penilaian keterampilan berdiskusi siswa ... 39

3.7 Indikator penilaian keterampilan berdiskusi siswa ... 40

3.8 Kategori kinerja guru ... 41

3.9 Kategori sikap percaya diri siswa ... 42

3.10 Kategori keterampilan berdiskusi siswa ... 43

3.11 Kategori persentase ketuntasan hasil belajar klasikal ... 44

4.1 Kinerja guru siklus I... 68

4.2 Nilai sikap percaya diri siswa siklus I... 69

4.3 Nilai pengetahuan siswa siklus I ... 70

4.4 Nilai keterampilan berdiskusi siswa siklus I ... 71

4.5 Kinerja guru siklus II ... 78

4.6 Nilai sikap percaya diri siswa siklus II ... 80

4.7 Nilai pengetahuan siswa siklus II ... 81

4.8 Nilai keterampilan berdiskusi siswa siklus II ... 82

4.9 Kinerja guru siklus III ... 89

4.10 Nilai sikap percaya diri siswa siklus III ... 90

4.11 Nilai pengetahuan siswa siklus III ... 91

4.12 Nilai keterampilan berdiskusi siswa siklus III ... 92

4.13 Rekapitulasi nilai kinerja guru siklus I-III ... 95

4.14 Rekapitulasi persentase ketuntasan sikap percaya diri klasikal siklus I-III... 96

4.15 Rekapitulasi persentase ketuntasan nilai pengetahuan klasikal siklus I-III... 97

4.16 Rekapitulasi persentase ketuntasan keterampilan berdiskusi klasikal siklus I-III... 99


(10)

(11)

(12)

viii MOTO

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan karena tidak pernah

gagal tetapi bangkit kembali ketika jatuh


(13)

(14)

(15)

ix PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya terbaikku ini sebagai rasa syukur kepada Allah SWT dan bentuk terima kasih kepada:

1. Bapak dan Ibuku Tercinta,

Bapak Sugiarno dan Ibu Sutarti, yang telah membesarkan, membimbing, mendidik, dan mencurahkan kasih sayangnya serta memotivasiku agar menjadi anak yang lebih baik dan senantiasa mendoakan untuk keberhasilanku.

2. Adik-adikku Tercinta

Hafiz Prayogo dan Hanif Prayogo, yang telah memberikan doa dan dukungan untuk keberhasilanku.

3. Keluarga dan orang-orang terdekat yang memberiku semangat untuk dapat berbuat lebih baik hingga dapat menyelesaikan studi.


(16)

x SANWACANA

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah serta nikmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Menggunakan Metode Inquiry pada Siswa Kelas IV Sulaiman SD Muhammadiyah Metro Pusat”, sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak, oleh kerena itu peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hi. Sugeng P. Harianto, M.Sc., selaku Rektor Universitas

Lampung yang telah memberikan legalitas pada pendidikan peneliti.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., Dekan FKIP Universitas Lampung yang telah mengesahkan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung yang telah menyetujui skripsi ini.

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., Ketua Program Studi PGSD Universitas Lampung yang telah memberikan dukungan berupa waktu dan tenaga demi kelancaran skripsi ini.


(17)

xi kelancaran skripsi ini.

6. Ibu Dr. Hj. Sowiyah, M.Pd., Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, memberikan ilmu yang dimiliki dengan ikhlas, memberikan saran serta masukan yang luar biasa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Bapak Drs. Hi. A. Sudirman, S.Pd., M.H., Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, memberikan ilmu yang dimiliki dengan ikhlas, memberikan saran serta masukan yang luar biasa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dan telah memberikan saran dan pertimbangan yang bijak selama peneliti menjadi mahasiswa bimbingan akademik di PGSD UPP Metro.

8. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., Dosen Pembahas yang telah memberikan dukungan, saran, masukan, dan kritik yang membangun sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

9. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Karyawan PGSD UPP Metro yang telah banyak memberikan saran, masukan dan membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.

10. Bapak Zaenal Abidin, S.Ag., Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Metro Pusat yang telah memberikan izin pelaksanaan penelitian.

11. Bapak Rusman Ahmadi, S.Pd., Guru Kelas IV Sulaiman yang telah bersedia menjadi teman sejawat dan membantu dalam melaksanakan penelitian.

12. Siswa-siswi Kelas IV Sulaiman SD Muhammadiyah Metro Pusat yang telah berpartisipasi aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.


(18)

xii 14. Seluruh rekan-rekan PGSD angkatan 2010 khususnya PGSD semester B terimakasih atas kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan selama ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua orang yang membacanya.

Metro, 3 Agustus 2014 Peneliti,


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan yang dilakukan pemerintah. Melalui pembangunan, pemerintah mengharapkan adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas diharapkan akan menjadi tumpuan bangsa agar dapat berkompetisi di era globalisasi seperti sekarang. Hal ini tampak jelas pada tujuan nasional yang terkandung dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Sagala (2010: 4) menyatakan bahwa pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya dan yang akan menimbulkan perubahan pada dirinya yang memungkinkan, sehingga berfungsi sesuai kompetensinya dalam kehidupan masyarakat. Jadi, pendidikan dapat dimaknai sebagai suatu usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan yang berlangsung di sekolah dan luar sekolah. Usaha sadar tersebut dilakukan dalam bentuk pembelajaran dimana ada guru yang melayani para siswanya melakukan kegiatan belajar, dan guru menilai atau mengukur


(20)

tingkat keberhasilan belajar siswa tersebut dengan prosedur yang ditentukan di dalam kurikulum.

Kurikulum merupakan instrumen pendidikan yang berguna untuk membentuk manusia Indonesia memiliki kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sehingga dapat menjadi pribadi dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan karakter dalam kurikulum 2013 yaitu untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan. Dalam pelaksanaannya kurikulum 2013 menerapkan pembelajaran tematik yang mengacu pada penggunaan pendekatan scientific dan penilaian autentik, tidak hanya itu pendidikan karakter juga diintegrasikan ke dalam seluruh mata pelajaran yang diajarkan.

Melalui pembelajaran tematik penyampaian mata pelajaran yang ada dikaitkan dengan menggunakan tema-tema yang dekat dengan lingkungan siswa sehingga diharapkan bisa memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau Kemendikbud (2013: 233) proses pembelajaran menggunakan pendekatan scientific

dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi, menyadari bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, dan tidak bergantung pada informasi yang diberikan oleh guru. Selain itu, perlu diingat bahwa penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa dalam pembelajaran tematik dilakukan dengan mengkonversi nilai yang diperoleh siswa. Pengkoversian nilai dilakukan dengan menggunakan panduan yang telah ditetapkan oleh Kemendikbud.


(21)

Penerapan kurikulum 2013 baru dimulai pada tahun ajaran 2013/2014 pada bulan Juni 2013. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti pada tanggal 3 Februari 2014 di kelas IV SD Muhammadiyah Metro Pusat, ditemukan bahwa SD Muhammadiyah Metro Pusat memiliki empat ruang untuk kelas IV yaitu kelas IV Harun, IV Zulkifli, IV Daud, dan kelas IV Sulaiman. Berdasarkan data yang diperoleh, peneliti tertarik untuk meneliti kelas IV Sulaiman, hal ini dikarenakan masih banyak kekurangan dalam proses pembelajaran di kelas IV Sulaiman.

Kekurangan dalam proses pembelajaran mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa. Kekurangan-kekurangan tersebut adalah dalam menyampaikan pembelajaran guru masih terpaku pada buku (text book), guru belum maksimal dalam mengolah pembelajaran tematik dengan menggunakan strategi, model, dan metode pembelajaran, belum terciptanya proses pembelajaran yang inovatif sehingga pembelajaran masih bersifat satu arah atau berpusat pada guru (teacher centered). Kekurangan dalam proses pembelajaran mengakibatkan siswa kurang aktif untuk bertanya dan kurang percaya diri untuk mengemukakan pendapat sehingga suasana belajar khususnya kegiatan diskusi menjadi kurang kondusif. Selain itu, guru kurang melakukan pengawasan serta pendampingan terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Hal ini terlihat dari rendahnya hasil belajar siswa, nilai rata-rata sikap percaya diri siswa adalah 62, nilai rata-rata pengetahuan siswa adalah 63, dan nilai rata-rata keterampilan berdiskusi siswa adalah 65. Siswa yang baru mencapai nilai ketuntasan yaitu 66 adalah 15 siswa (44,11%) dari 34 siswa.


(22)

Berdasarkan permasalahan di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran tematik pada siswa kelas IV Sulaiman SD Muhammadiyah Metro Pusat belum berlangsung seperti yang diharapkan. Sehingga, perlu diadakan perbaikan dalam proses pembelajaran agar siswa menjadi aktif dan percaya diri dalam kegiatan diskusi sehingga hasil belajar siswa bisa meningkat. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan di atas diperlukan suatu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa berupa sikap percaya diri, nilai pengetahuan, dan keterampilan berdiskusi. Metode pembelajaran yang dapat memperbaiki masalah-masalah tersebut salah satunya adalah metode inquiry. Menurut Gulo (Putra, 2013: 86) metode

inquiry merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara

maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, sehingga dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan perbaikan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan judul

“Peningkatan Hasil Belajar menggunakan Metode Inquiry pada Siswa Kelas IV Sulaiman SD Muhammadiyah Metro Pusat”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut.

1. Hasil belajar siswa masih rendah.


(23)

3. Guru belum maksimal dalam menggunakan strategi, model, dan metode pembelajaran.

4. Pembelajaran masih bersifat satu arah atau berpusat pada guru (teacher centered).

5. Siswa kurang aktif untuk bertanya.

6. Siswa kurang percaya diri untuk mengemukakan pendapat sehingga suasana belajar khususnya kegiatan diskusi menjadi kurang kondusif. 7. Guru kurang melakukan pengawasan serta pendampingan terhadap siswa

yang mengalami kesulitan dalam belajar. C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas perlu adanya pembatasan masalah. Penelitian ini difokuskan pada peningkatan hasil belajar berupa sikap percaya diri, nilai pengetahuan, dan keterampilan berdiskusi melalui metode inquiry pada siswa kelas IV Sulaiman SD Muhammadiyah Metro Pusat.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah secara rinci yaitu, bagaimanakah meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV Sulaiman SD Muhammadiyah Metro Pusat menggunakan metode inquiry? E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini yaitu, untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV Sulaiman SD Muhammadiyah Metro Pusat menggunakan metode inquiry.


(24)

F. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Apabila penelitian ini dapat diterima kebenarannya oleh guru, kepala sekolah, dan para tenaga kependidikan maka diharapkan penelitian ini dapat menambah pustaka kependidikan dan memberikan sumbangan informasi khususnya bagi ilmu ke SD-an.

2. Manfaat Praktis a. Siswa

Dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna sehingga meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV Sulaiman SD Muhammadiyah Metro Pusat menggunakan metode inquiry.

b. Guru

Dapat memperluas wawasan dan pengetahuan guru mengenai penggunaan metode inquiry sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kinerja guru dan kualitas pembelajaran tematik di kelasnya sehingga dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan profesional guru.

c. Sekolah

Dapat memberikan masukan yang berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui penggunaan motode inquiry sebagai inovasi metode pembelajaran di SD Muhammadiyah Metro Pusat.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar dan Teori Belajar 1. Pengertian Belajar

Belajar adalah sebuah proses yang akan terus dialami oleh manusia sepanjang hidupnya. Perubahan seseorang yang asalnya tidak tahu menjadi tahu merupakan hasil dari proses belajar. Bell-Gredler (Winataputra, dkk., 2007: 1.5) mengungkapkan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan (competencies), keterampilan (skils), dan sikap (attitudes).

Thursam hakim (Fathurohman dan Sutikno, 2007: 6) mengartikan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya fikir, dan lain-lain kemampuannya. Robbins (Trianto, 2010: 15) mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara suatu pengetahuan yang sudah dipahami dengan suatu pengetahuan yang baru. Sedangkan menurut R. Gagne (Susanto, 2013: 1) belajar dapat didefinisikan sebagai


(26)

suatu proses di mana suatu organisme mengalami perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman individu yang didapatkan karena adanya interaksi dengan segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitar individu. Perubahan yang dialami dapat berupa perubahan sikap, pengetahuan maupun keterampilan.

2. Teori Belajar

Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa. Trianto (2010: 28) menyatakan bahwa teori-teori belajar dalam psikologi pendidikan diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Teori konstruktivisme

Menurut teori ini, suatu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberi pengetahuan kepada siswa, namun siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya.

b. Teori penemuan Jerome Bruner

Teori ini menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.

c. Teori pembelajaran Sosial Vygotsky

Teori ini menganggap bahwa proses pembelajaran akan terjadi jika siswa bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka. Sedangkan menurut Hanafiah dan Suhana (2010: 7-8) teori belajar terbagi menjadi tiga yaitu sebagai berikut.

a. Teori psikologi daya

Teori psikologi daya berpandangan bahwa jiwa manusia terdiri atas berbagai daya, sebagai daya ingat, pikir mencipta, rasa, serta


(27)

kemauan, daya ini akan berfungsi jika telah terbentuk dan berkembang, dan psikologi daya bersifat formal.

b. Teori psikologi asosiasi

Teori psikologi asosiasi berpandangan bahwa hubungan stimulus-respons akan kuat jika disertai dengan latihan dan faktor materi ajar mendapat perhatian yang utama.

c. Teori psikologi organismic

Teori psikologi organismic berpandangan bahwa perilaku individu timbul karena interaksi antara individu dengan lingkungan, belajar merupakan reorganisasi dari pengalaman, dan hasil belajar mencakup semua aspek perilaku anak.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa teori belajar yang sesuai digunakan dalam penelitian ini adalah teori belajar kontruktivisme

karena teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka, bukan kepatuhan siswa dalam merefleksi apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru.

B. Hasil Belajar dan Faktor yang Mempengaruhi 1. Pengertian Hasil Belajar

Setiap orang yang mengalami proses belajar akan berubah sikap dan tingkah lakunya. Bundu (2006: 15) menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 20) hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hamalik (2011: 30) menyatakan bahwa hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Gagne (Wahyudin, 2006: 2.19) menyebutkan hasil belajar tersebut adalah (1)


(28)

keterampilan intelektual; (2) strategi kognitif; (3) informasi verbal; (4) sikap; (5) keterampilan.

Dalam kurikulum 2013 penilaian hasil belajar dilakukan dengan menggunakan penilaian autentik. Menurut Komalasari (2010: 148) penilaian autentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks dunia nyata, yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan. Kemendikbud (2013: 90) menyatakan bahwa untuk melaksanakan penilaian autentik guru harus memperhatikan (1) sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang akan dinilai, (2) fokus penilaian yang akan dilakukan, misalnya, berkaitan dengan sikap, keterampilan, pengetahuan, dan (3) tingkat pengetahuan apa yang akan dinilai, seperti penalaran, memori atau proses. Teknik penilaian autentik adalah sebagai berikut.

a. Penilaian sikap dapat dilakukan dengan menggunakan alat atau instrumen penilaian, yaitu (a) format observasi perilaku, (b) pertanyaan langsung, (c) penilaian diri, (d) penilaian antarteman, dan (e) jurnal catatan guru.

b. Penilaian pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan alat atau instrumen penilaian, yaitu (a) tes tertulis, (b) tes lisan, dan (c) penugasan.

c. Penilaian keterampilan dapat dilakukan dengan menggunakan alat atau instrumen penilaian, yaitu (a) penilaian unjuk kerja, (b) penilaian proyek, (c) penilaian produk, dan (d) penilaian portofolio.


(29)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwahasil belajar adalah perubahan perilaku siswa setelah melalui kegiatan belajar. Perubahan tersebut dinilai melalui penilaian autentik yaitu, penilaian kemampuan yang dimiliki seseorang setelah menerima pengalaman belajar yang mengutamakan penilaian proses dan hasil belajar sekaligus yang mencakup pengetahuan, sikap, tingkah laku, informasi verbal, dan keterampilan.

2. Sikap Percaya Diri

a. Pengertian Sikap Percaya Diri

Sikap merupakan perilaku yang dimiliki oleh seseorang dan tertanam sejak dini, di mana perilaku tersebut berbeda-beda ada yang bersifat positif maupun negatif. Menurut Kunandar (2011: 99) sikap adalah ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup seseorang yang bermula dari perasaan suka atau tidak suka dan berkaitan dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu atau objek. Ahmadi (2007: 148) menyatakan bahwa sikap adalah hal yang menentukan sifat, hakikat, baik perbuatan sekarang maupun yang akan datang.

Percaya diri pada dasarnya merupakan suatu sikap yang memungkinkan seseorang memiliki persepsi positif dan realistis terhadap dirinya dan kemampuan yang dimiliki. Menurut Mulyadi (2007: 49) percaya diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Lestari (2009: 14) menyatakan bahwa percaya diri


(30)

merupakan suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya. Sejalan dengan pengertian tersebut, Fathurrohman, dkk. (2013: 79) menyatakan bahwa percaya diri adalah sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa sikap percaya diri adalah perasaan seseorang yang disertai kecenderungan untuk merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa ia mampu, karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap dirinya.

b. Cara Membangun Sikap Percaya Diri

Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk membangun dan menumbuhkan sikap percaya diri seseorang. Djamarah (2008: 48) menyatakan bahwa untuk membangun kepercayaan diri seseorang bermula dari: pertama, terbangunnya sikap positif dalam memandang diri sendiri dengan mengatakan bahwa tidak ada kesuksesan tanpa perjuangan dan pengorbanan. Kedua, jangan takut salah karena tidak ada seorang pun di dunia ini yang terlepas dari kekhilafan dan kesalahan. Hakim (2012, http://library.binus.ac.id) menyatakan bahwa percaya diri siswa dapat dibangun melalui berbagai macam bentuk kegiatan yaitu memupuk keberanian untuk bertanya, peran guru atau pendidik yang aktif bertanya kepada siswa, melatih berdiskusi dan


(31)

berdebat, mengerjakan soal di depan kelas, dan bersaing dalam mencapai prestasi belajar.

Salah satu metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk membangun sikap percaya diri siswa adalah metode inquiry. Santosa, dkk. (2003: 1.17) menyatakan bahwa tujuan metode inquiry antara lain, sebagai berikut.

a. Membentuk dan mengembangkan rasa percaya diri.

b. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.

c. Mengembangkan bakat dan kecakapan individu. d. Memberi siswa kesempatan untuk belajar sendiri. e. Mendorong siswa memperoleh informasi.

Melalui metode inquiry guru dapat aktif bertanya kepada siswa sehingga melalui kegiatan ini sikap percaya diri siswa bisa terbangun. Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa untuk membangun sikap percaya diri siswa guru dapat aktif bertanya kepada siswa sehingga metode inquiry dianggap sesuai untuk membangun sikap percaya diri siswa.

c. Indikator Sikap Percaya Diri

Indikator sikap percaya diri merupakan suatu acuan yang digunakan untuk menilai sikap percaya diri yang dimiliki seseorang. Mulyasa (2013: 147) menyebutkan bahwa indikator sikap percaya diri adalah pantang menyerah, berani menyatakan pendapat, berani bertanya, mengutamakan usaha sendiri daripada bantuan, dan berpenampilan tenang. Sedangkan Kemendikbud (2013: 81) menyebutkan bahwa indikator sikap percaya diri adalah berani


(32)

presentasi di depan kelas, berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan, berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu, mampu membuat keputusan dengan cepat, dan tidak mudah putus asa/pantang menyerah.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa indikator sikap percaya diri yang sesuai digunakan dalam penelitian tindakan kelas menggunakan metode inquiry adalah berani presentasi di depan kelas, berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan, berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu, mampu membuat keputusan dengan cepat, dan tidak mudah putus asa/pantang menyerah.

3. Keterampilan Berdiskusi

Berdiskusi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan guru untuk membuat siswa lebih mudah dalam memahami materi pelajaran, karena kegiatan ini melibatkan siswa dalam pelaksanaannya. Hendrikus (2000: 96) menyatakan bahwa diskusi berasal dari kata latin discutete yang berarti membeberkan masalah. Dalam arti luas, diskusi berarti memberikan jawaban atas pertanyaan atau pembicaraan serius tentang suatu masalah objektif. Dalam diskusi, siswa mengemukakan pendapatnya, menjelaskan alasan atau hubungan antarmasalah. Dalam arti sempit, diskusi berarti tukar-menukar pikiran yang terjadi di dalam kelompok kecil atau kelompok besar.

Tarigan (2008: 40) mengemukakan bahwa diskusi merupakan suatu kegiatan kerja sama atau aktivitas koordinatif yang mengandung


(33)

langkah-langkah dasar tertentu yang harus dipatuhi oleh seluruh kelompok. Sedangkan, Arsjad (2000: 37) menyatakan bahwa diskusi pada dasarnya merupakan suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil atau besar, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah.

Oleh karenanya agar diskusi dapat berjalan dengan baik dan lancar maka diperlukan adanya keterampilan berdiskusi. Menurut Anonim (2013: http://guruketerampilan.blogspot.com) keterampilan merupakan kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut. Keterampilan atau kemampuan tersebut pada dasarnya akan lebih baik bila terus diasah dan dilatih. Dengan demikian dapat dipahami bahwa keterampilan berdiskusi adalah kemampuan yang dimiliki siswa untuk mengemukakan pendapat, menjelaskan alasan atau hubungan antarmasalah dalam kegiatan tukar-menukar pikiran yang terjadi di dalam kelompok kecil atau kelompok besar.

Salah satu metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk membangun keterampilan berdiskusi siswa adalah metode inquiry.

Menurut Hernawan, dkk. (2007: 08) metode pembelajaran inquiry

merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir dilakukan melalui kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa, dalam hal


(34)

ini kemampuan guru untuk memberikan stimulus (rangsangan) terhadap pemecahan suatu masalah sangat dibutuhkan. Melalui metode inquiry guru dapat aktif bertanya kepada siswa, melatih berdiskusi dan berdebat sehingga melalui kegiatan ini keterampilan berdiskusi siswa bisa terbangun.

Untuk memudahkan dalam menilai keterampilan berdiskusi siswa menggunakan metode inquiry guru harus mengetahui aspek apa yang perlu diperhatikan. Kemendikbud (2013: 282) menyebutkan bahwa aspek yang perlu diperhatikan dalam menilai keterampilan berdiskusi siswa yaitu, kemampuan berkomunikasi, sistematika penyampaian, penguasaan pengetahuan atau materi, keberanian, dan antusias. Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa aspek yang perlu diperhatikan dalam menilai keterampilan berkomunikasi menggunakan metode inquiry adalah kemampuan berkomunikasi, sistematika penyampaian, penguasaan pengetahuan atau materi, keberanian, dan antusias.

4. Kinerja Guru

Kinerja guru merupakan salah satu aspek yang dapat mendukung kulitas pembelajaran. Susanto (2013: 27) berpendapat bahwa kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja yang diemban, dan melaksanakan tugas sesuai dengan bidang dan hasil yang diperoleh dengan baik. Menurut Rusman (2012: 50) kinerja guru adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran, yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.


(35)

Sedangkan Natawijaya (Susanto, 2013: 29) menyatakan bahwa kinerja guru dapat dilihat saat guru melakukan interaksi belajar mengajar di kelas dan termasuk bagaimana guru mempersiapkan dan mengevaluasinya. Dengan demikian, kinerja guru tidak hanya terbatas pada saat terjadi proses belajar mengajar di ruang kelas akan tetapi termasuk juga kegiatan guru dalam mempersiapkan proses pembelajaran. Sani (2013: 5) menyatakan bahwa tingkat keberhasilan guru dapat dilihat dari keberhasilan peserta didik.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru (Rusman, 2012: 54-58) standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh ke dalam empat kompetensi sebagai berikut.

(1)Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki peserta didik. (2)Kompetensi Kepribadian

Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan, memengaruhi perilaku siswa sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat. Penerapan disiplin yang baik dalam proses pendidikan akan menghasilkan sikap mental, watak, dan kepribadian siswa yang kuat. Guru dituntut harus mampu membelajarkan siswanya tentang kedisiplinan diri, belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu, belajar bagaimana cara belajar, mematuhi aturan/tata tertib dan belajar bagaimana harus berbuat. Semua itu akan berhasil apabila guru juga disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.

(3)Kompetensi Sosial

Guru di mata masyarakat dan siswa merupakan panutan yang perlu dicontoh. Guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Karena dengan dimilikinya kemampuan tersebut, otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar. Kemampuan sosial tersebut meliputi kemampuan guru dalam


(36)

berkomunikasi, bekerja sama, bergaul, simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan.

(4)Kompetensi Profesional

Kemampuan profesional adalah kemampuan yang harus dimiliki guru dalam proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Kemampuan profesional tersebut adalah (1) dalam hal penyampaian pembalajaran, yaitu guru harus mempunyai peranan dan tugas sebagai sumber materi yang tidak pernah kering dalam mengelola proses pembelajaran, (2)-dalam melaksanakan pembelajaran, yaitu guru harus selalu mengaktifkan siswa dengan menggunakan metode dan strategi mengajar yang tepat, menciptakan suasana yang dapat mendorong siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep yang benar dengan menggunakan multimedia, (3)-dalam proses pembalajaran, yaitu guru harus memerhatikan prinsip-prinsip didaktik metodik sebagai ilmu keguruan, seperti cara menerapkan apersepsi, perhatian, kerja kelompok, korelasi, dan prinsip-prinsip lainnya, dan (4) dalam hal evaluasi, yaitu secara teori dan praktik guru harus dapat melaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin diukurnya, maka alat ukur tersebut harus benar dan tepat.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kinerja guru dapat diartikan sebagai prestasi, hasil, atau kemampuan yang dicapai atau diperlihatkan oleh guru dalam melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran. Kinerja tersebut di antaranya adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan, dan menilai hasil belajar yang berkenaan dengan kompetensi profesional guru.

C. Pembelajaran Tematik

1. Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik merupakan pengintegrasian berbagai mata pelajaran ke dalam suatu tema. Suryosubroto (2009: 133) menyatakan bahwa pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam suatu


(37)

tema atau topik pembahasan. Menurut Saud, dkk. (2006: 5) pembelajaran terpadu merupakan pendekatan yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran yang terkait secara harmonis untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa. Sedangkan Trianto (2009: 82) berpendapat bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain baik dalam satu bidang studi atau lebih dan dengan pengalaman belajar siswa, maka pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang memadukan beberapa materi pelajaran ke dalam satu tema yang bertujuan untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

2. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik yang diterapkan dalam kurikulum 2013 memiliki beberapa karakteristik yang menjadi ciri khas dari sebuah pembelajaran. Depdiknas (Trianto, 2009: 91) menyatakan bahwa pembelajaran tematik memiliki karakteristik, yaitu sebagai berikut.

a. Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar.

b. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.

c. Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama.

d. Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa.

e. Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya. f. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerja sama,


(38)

Menurut Trianto (2010: 91) pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik antara lain sebagai berikut.

a. Berpusat pada siswa.

b. Memberikan pengalaman langsung.

c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas. d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran. e. Bersifat fleksibel.

f. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. Sejalan dengan pendapat di atas Kemendikbud (2013: 26) menyebutkan bahwa pembelajaran tematik memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut.

a. Berpusat pada anak.

b. Memberikan pengalaman langsung pada anak.

c. Pemisahan antar muatan pelajaran tidak begitu jelas (menyatu dalam satu pemahaman dalam kegiatan).

d. Menyajikan konsep dari berbagai pelajaran dalam satu proses pembelajaran (saling terkait antar muatan pelajaran yang satu dengan lainnya).

e. Bersifat luwes (keterpaduan berbagai muatan pelajaran).

f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak (melalui penilaian proses dan hasil belajarnya) Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran tematik adalah berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung, pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, bersifat fleksibel, dan kegiatan belajar yang dilakukan siswa sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhannya.

3. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik dalam kenyataannya memiliki beberapa kelebihan seperti pembelajaran terpadu. Menurut Depdikbud (Trianto, 2010: 88) pembelajaran terpadu memiliki kelebihan sebagai berikut.


(39)

a. Pengalaman dan kegiatan belajar anak relevan dengan tingkat perkembangannya.

b. Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. c. Kegiatan belajar bermakna bagi anak, sehingga hasilnya dapat

bertahan lama.

d. Keterampilan berpikir anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu.

e. Kegaitan pembelajaran bersifat pragmatis sesuai lingkungan anak. f. Keterampilan sosial anak berkembang dalam proses pembelajaran

terpadu. Keterampilan sosial ini antara lain: kerja sama, komunikasi dan mau mendengarkan pendapat orang lain.

Menurut Suryosubroto (2009: 136) pelaksanaan pembelajaran tematik memiliki beberapa keuntungan dan juga kelemahan, yaitu sebagai berikut.

a. Keuntungan yang dimaksud antara lain: (1) menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa, (2) pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, (3) hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna, (4) menumbuhkan keterampilan sosial, seperti bekerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

b. Kelemahan yang dimaksud antara lain: (1) guru dituntut memiliki keterampilan yang tinggi, (2) tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran secara tepat.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik memiliki banyak kelebihan. Kelebihan itu bisa dirasakan apabila guru, siswa dan seluruh aspek yang terlibat dalam pembelajaran tematik turut mendukung keberhasilan pembelajaran.

4. Pendekatan Scientific

Pendekatan dalam melakukan kegiatan pembelajaran pada hakikatnya harus menggunakan sebuah pendekatan yang efektif guna keberhasilan sebuah pelaksanaan pembelajaran. Menurut Anonim (2013, http://penelitiantindakankelas.blogspot.com) pendekatan scientific lebih


(40)

mementingkan penggunaan penalaran induktif dari pada penggunaan penalaran deduktif. Penalaran deduktif adalah bentuk penalaran yang mencoba melihat fenomena umum untuk kemudian membuat sebuah simpulan yang khusus, sedangkan penalaran induktif adalah kebalikannya. Metode ilmiah adalah metode yang merujuk pada teknik penyelidikan terhadap fenomena untuk memperoleh pengetahuan baru/mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya.

Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Sedangkan menurut Anonim (2013, http://penelitiantindakan kelas.blogspot.com) langkah-langkah pembelajaran pada pendekatan

scientific adalah mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan membentuk

jejaring/mengkomunikasikan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pendekatan

scientific merupakan pendekatan ilmiah yang menggunakan penalaran

induktif, yaitu penalaran yang meletakkan fenomena-fenomena unik dengan kajian khusus/spesifik dan detail kemudian merumuskannya ke dalam sebuah simpulan yang bersifat umum. Langkah langkah pendekatan

scientific adalah mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan membentuk

jejaring atau mengomunikasikan. D. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan cara yang dipakai untuk mencapai sebuah tujuan pembelajaran. Wahab (2007: 83) mengemukakan bahwa


(41)

metode dapat diartikan sebagai proses atau prosedur yang hasilnya adalah belajar atau dapat pula merupakan alat untuk belajar menjadi aktif. Sedangkan Hernawan, dkk. (2007: 90) menyatakan bahwa metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Surakhmad (Suryosubroto, 2009: 140) menegaskan bahwa metode pengajaran adalah cara-cara pelaksanaan dari proses pengajaran, atau soal bagaimana teknisnya sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada siswa.

Metode pembelajaran memiliki beberapa bentuk, diantaranya berupa metode pembelajaran cooperative learning dan metode pembelajaran berbasis masalah. Beberapa macam metode pembelajaran berbasis masalah yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran yaitu metode diskusi, Problem Based

Instruction (PBI), Problem Based Learning (PBL), Problem Solving, Problem

Posing, dan Inquiry.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa metode merupakan cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode inquiry

yang merupakan bentuk dari metode pembelajaran berbasis masalah. E. Metode Inquiry

1. Pengertian Metode Inquiry

Metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa menemukan sendiri informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional.


(42)

Gilstrap (Supriatna, dkk. 2007: 138) mengungkapkan bahwa metode inquiry merupakan komponen dari suatu bagian praktek pendidikan yang sering kali diterjemahkan sebagai mengajar heuristik, yakni suatu jenis mengajar yang meliputi metode-metode yang dirancang untuk meningkatkan rentangan keaktifan yang lebih besar, berorientasi pada proses, mengarahkan diri sendiri, mencari sendiri, dan refleksi yang sering muncul sebagai kegiatan belajar.

Menurut Hernawan, dkk. (2007: 08) metode pembelajaran inquiry

merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa, dalam hal ini kemampuan guru untuk memberikan stimulus (rangsangan) terhadap pemecahan suatu masalah sangat dibutuhkan.

Gulo (Putra, 2013: 86) menyatakan bahwa metode inquiry merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, sehingga dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sedangkan menurut Roestiyah (2001: 75) metode inquiry merupakan suatu teknik atau cara yang dipergunakan guru untuk mengajar di depan kelas, dimana guru membagi tugas untuk meneliti suatu masalah ke kelas.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa metode

inquiry merupakan rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh

kemampuan siswa secara maksimal untuk mencari serta menyelidiki masalah secara sistematis, kritis, logis, dan analitis sehingga siswa dapat memecahkan sendiri masalah yang dihadapi dengan penuh percaya diri.


(43)

2. Ciri-ciri Metode Inquiry

Kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode inquiry memiliki ciri-ciri dalam proses pelaksanaannya. Menurut Hernawan, dkk. (2007: 108) ciri-ciri pelaksanaan metode inquiry yaitu, sebagai berikut.

a. Inquiry menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk

mencari dan menemukan, artinya pembelajaran inquiry

menempatkan siswa sebagai subjek belajar.

b. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self believe).

c. Tujuan dari penggunaan metode inquiry adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan sebagai bagian dari proses mental. Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa metode

inquiry menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar melainkan

sebagai fasilitator dan motivator sehingga mampu mengembangkan kemampuan berpikir siswa secara sistematis, logis, dan kritis.

3. Prinsip-prinsip Metode Inquiry

Prinsip dalam penggunaan metode pembelajaran merupakan hal dasar yang perlu diperhatikan. Hernawan, dkk. (2007: 108-109) menyatakan bahwa ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode inquiry yaitu, sebagai berikut.

a. Berorientasi pada pengembangan intelektual

Tujuan utama dari pembelajaran inquiry adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.

b. Prinsip interaksi

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar,


(44)

tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengaturan interaksi itu sendiri.

c. Prinsip bertanya

Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan pembelajaran ini adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Pada pembelajaran ini perlu dikembangkan sikap kritis siswa dengan selalu bertanya dan mempertanyakan berbagai fenomena yang sedang dipelajarinya. d. Prinsip belajar untuk berpikir

Belajar bukan hanya untuk mengingat fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak.

e. Prinsip keterbukaan

Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa prinsip-prinsip metode inquiry adalah berorientasi pada pengembangan intelektual, prinsip interaksi, prinsip bertanya, prinsip belajar untuk berpikir, dan prinsip keterbukaan.

4. Tujuan Metode Inquiry

Pembelajaran yang menggunakan sebuah metode dalam pelaksanaannya tentu memiliki tujuan yang hendak dicapai. Santosa, dkk. (2003: 1.17) menyatakan bahwa tujuan metode inquiry yaitu, sebagai berikut.

a. Membentuk dan mengembangkan rasa percaya diri.

b. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.

c. Mengembangkan bakat dan kecakapan individu. d. Memberi siswa kesempatan untuk belajar sendiri. e. Mendorong murid memperoleh informasi.


(45)

Supriatna, dkk. (2007: 139) menjelaskan tujuan dari metode inquiry

adalah sebagai berikut.

a. Meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.

b. Mengarahkan siswa sebagai pelajar seumur hidup.

c. Mengurangi ketergantungan siswa kepada guru dalam proses pembelajaran.

d. Melatih siswa memanfaatkan sumber informasi dalam lingkungan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan metode inquiry adalah meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, mengarahkan siswa sebagai pelajar seumur hidup, mengurangi ketergantungan siswa kepada guru dalam proses pembelajaran, dan melatih siswa memanfaatkan sumber informasi dalam lingkungan.

5. Langkah-langkah Metode Inquiry

Penerapan sebuah metode pembelajaran memerlukan langkah-langkah yang sistematis sebagai acuan dalam pelaksanaannya. Hernawan, dkk. (2007: 108) menyebutkan bahwa langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry adalah sebagai berikut.

a. Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan metode ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya untuk memecahkan masalah.

b. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Proses mencari jawaban itulah yang


(46)

sangat penting dalam pembelajaran inquiry, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

c. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis peru diuji kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarangan perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. d. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses ini membutuhkan motivasi yang kuat dalam belajar serta membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh sebab itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

e. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

f. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

Roestiyah (2001: 79) menjelaskan agar metode inquiry dapat dilaksanakan dengan baik memerlukan kondisi-kondisi, yaitu (1) kondisi yang fleksibel, bebas untuk berinteraksi, (2) kondisi lingkungan yang responsif, (3) kondisi yang memudahkan untuk memusatkan perhatian, dan (4) kondisi yang bebas dari tekanan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa langkah-langkah pelaksanaan metode inquiry adalah orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis,


(47)

merumuskan kesimpulan. Agar metode inquiry dapat dilaksanakan dengan baik diperlukan kondisi fleksibel, bebas untuk berinteraksi, responsif, memudahkan untuk memusatkan perhatian, dan bebas dari tekanan.

6. Kelebihan dan Kelemahan Metode Inquiry

Setiap metode pembelajaran yang dilaksanakan tidak selalu berjalan dengan lancar. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sapriya, dkk. (2006: 175) menjelaskan bahwa kelebihan dari metode inquiry yaitu, sebagai berikut.

a. Mengembangkan sikap keterampilan siswa untuk mampu memecahkan permasalahan serta mengambil keputusan secara objektif dan mandiri.

b. Mengembangkan kemampuan berpikir siswa.

c. Kemampuan siswa diproses dalam situasi dan keadaan yang benar dihayati dan diamati sendiri.

d. Membina dan mengembangkan sikap rasa ingin tahu dan cara berpikir objektif, kritis analitis baik secara individual maupun secara kelompok.

e. Belajar melalui inquiry dapat memperpanjang proses ingatan atau konsep yang telah dipahami.

f. Dalam belajar tidak hanya ditujukan untuk belajar konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga tentang pengarahan diri sendiri, tanggung jawab, komunikasi sosial, dll.

Supriatna, dkk. (2007: 139) menjelaskan kelemahan dari metode

inquiry antara lain, yaitu (1) memerlukan persiapan dan kemampuan

berpikir yang tinggi, (2) keberhasilan sulit dicapai bila diikuti oleh siswa dengan jumlah besar, dan (3) membutuhkan peralatan dan fasilitas yang memadai.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kelebihan metode inquiry bisa dirasakan apabila guru bersama siswa melaksanakan metode inquiry sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan.


(48)

Sedangkan kelemahannya bisa diantisipasi jika guru bisa memanajemen waktu dengan baik mulai dari perencanaan hingga evaluasi serta menjadi fasilitator dan motivator yang baik.

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian

sebagai berikut, “Apabila dalam pembelajaran menerapkan metode inquiry

dengan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan hasil belajar


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas, atau yang dikenal dengan classroom action

research. Menurut Arikunto (2011: 3) PTK adalah suatu pencermatan

terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Sedangkan menurut Wardhani (2007: 1.4) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui kegiatan refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat, begitupun dengan kualitas pembelajaran yang dilakukan.

Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus, dimana siklus ini tidak hanya berlangsung satu kali, tetapi tiga kali hingga tujuan pembelajaran di kelas tercapai. Menurut Arikunto (2011: 16) secara garis besar dalam penelitian tindakan kelas terdapat empat tahapan yang dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Siklus tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.


(50)

Gambar 3.1 Siklus PTK Sumber: Hasil Penelitian B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV Sulaiman SD Muhammadiyah Metro Pusat, Jl. KH. Ahmad Dahlan No. 1 Kota Metro.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih lima bulan, dimulai dari bulan Februari-Juni 2014.

3. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif dan partisipatif antara peneliti dan guru SD Muhammadiyah Metro Pusat. Dalam penelitian ini

Perancanaan Siklus I Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

Perancanaan Siklus II Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan Refleksi

Perancanaan

Siklus III Pelaksanaan


(51)

yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa dan guru kelas IV Sulaiman SD Muhammadiyah Metro Pusat. Jumlah siswa sebanyak 34 siswa, dengan rincian 12 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non tes dan tes.

1. Teknik nontes, merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan untuk menjaring data kualitatif yang berupa kualitas yaitu kinerja guru, sikap percaya diri, dan keterampilan berdiskusi. Menurut Poerwanti (2008: 1-34) teknik nontes digunakan untuk mengobservasi atau mengamati kegiatan siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Teknik tes, merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan untuk menjaring data kuantitatif yang berupa angka yaitu nilai pengetahuan siswa. Menurut Sudjana (2013: 35) pada umumnya tes digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif/pengetahuan berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai tujuan pendidikan dan pengajaran.

D. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data atau instrumen penilaian yang digunakan oleh peneliti untuk menilai hasil belajar siswa adalah sebagai berikut.

1. Tes Tertulis

Instrumen ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan guru kelas. Instrumen penilaian berupa tes tertulis digunakan untuk mengetahui ada


(52)

tidaknya peningkatan nilai pengetahuan yang diperoleh siswa selama penelitian tindakan kelas berlangsung.

2. Lembar Observasi

Instrumen ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan guru kelas. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kinerja guru, sikap percaya diri, dan keterampilan berdiskusi siswa selama penelitian tindakan kelas berlangsung.

a. Kinerja Guru

Tabel 3.1 Indikator instrumen penilaian kinerja guru Kompetensi

yang dinilai

Aspek yang

dinilai Indikator

Pedagogik

Penguasaan karakteristik peserta didik

Apersepsi dan Motivasi

1.Mengaitkan pembelajaran sekarang dengan pengalaman peserta didik/pembelajaran sebelumnya. 2.Mengajukan pertanyaan menantang.

3.Menyampaikan manfaat materi pembelajaran. 4.Mendemonstrasikan sesuatu yang terkait tema.

Penguasaan teori dan prinsip pembelajaran

Penguasaan Materi Pembelajaran

1.Kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuan pembelajaran.

2.Kemampuan mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan, perkembangan IPTEK dan kehidupan nyata.

3.Menyajikan pembahasan materi pembelajaran dengan tepat.

4.Menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit, konkret ke abstrak)

Penerapan kegiatan pembelajaran yang mendidik

Penerapan Strategi Pembelajaran yang Mendidik 1.Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi

yang akan dicapai.

2.Memfasilitasi kegiatan yang memuat komponen eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.

3.Melaksanakan pembelajaran secara runtut. 4.Menguasai kelas.

5.Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual. 6.Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan

tumbuhnya kebiasaan positif (nurturant effect). 7.Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi

waktu yang direncanakan.

Pengemba-ngan potensi peserta didik

Pelibatan Peserta Didik dalam Pembelajaran

1.Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik melalui interaksi guru, peserta didik, sumber belajar.

2.Merespon positif partisipasi peserta didik.

3.Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons peserta didik.

4.Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif. 5.Menumbuhkan keceriaan atau antusiasme peserta didik


(53)

Pribadi Teladan

Penggunaan Bahasa yang Benar dan Tepat dalam Pembelajaran

1.Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar. 2.Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar.

Sosial Komunikasi

Penyampaian Kompetensi dan Rencana Kegiatan 1.Menyampaikan kemampuan yang akan dicapai peserta

didik.

2.Menyampaikan rencana kegiatan misalnya, individual, kerja kelompok, dan melakukan observasi.

Pemanfaatan Sumber Belajar/Media Pembelajaran 1.Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber

belajar pembelajaran.

2.Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media pembelajaran.

3.Menghasilkan pesan yang menarik.

4.Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber belajar pembelajaran.

5.Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media pembelajaran.

Profesional

Proses Pembelajaran

Penerapan Pendekatan Scientific

1.Memberikan pertanyaan mengapa dan bagaimana. 2.Memancing peserta didik untuk bertanya. 3.Memfasilitasi peserta didik untuk mencoba. 4.Memfasilitasi peserta didik untuk mengamati. 5.Memfasilitasi peserta didik untuk menganalisis. 6.Memberikan pertanyaan peserta didik untuk menalar

(proses berpikir yang logis dan sistematis).

7.Menyajikan kegiatan peserta didik untuk berkomunikasi.

Penerapan Pembelajaran Tematik Terpadu 1.Menyajikan pembelajaran sesuai tema.

2.Menyajikan pembelajaran dengan memadukan berbagai mata pelajaran dalam satu PBM.

3.Menyajikan pembelajaran yang memuat komponen karakteristik terpadu.

4.Menyajikan pembelajaran yang bernuansa aktif dan menyenangkan.

Evaluasi pembelajaran

Penutup Pembelajaran

1.Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan peserta didik.

2.Memberikan tes lisan atau tulisan .

3.Mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan portofolio. 4.Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan

arahan kegiatan berikutnya dan tugas pengayaan.

Jumlah Aspek yang Diamati 44

Sumber: Kemendikbud (2013: 310-312)

Instrumen penilaian kinerja guru yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan indikator yang telah disebutkan oleh kemendikbud, namun karena penelitian ini menggunakan metode inquiry maka peneliti menambahkan langkah-langkah metode inquiry. Instrumen penilaian kinerja guru yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


(54)

Tabel 3.2 Instrumen penilaian kinerja guru

Aspek yang Diamati Nilai

Kegiatan Pendahuluan Apersepsi dan Motivasi

1 Mengaitkan pembelajaran sekarang dengan pengalaman peserta didik/pembelajaran sebelumnya. 2 Mengajukan pertanyaan menantang.

3 Menyampaikan manfaat materi pembelajaran. 4 Mendemonstrasikan sesuatu yang terkait dengan tema.

Penyampaian Kompetensi dan Rencana Kegiatan

1 Menyampaikan kemampuan yang akan dicapai peserta didik.

2 Menyampaikan rencana kegiatan misalnya, individual, kerja kelompok, dan melakukan observasi.

Kegiatan Inti

Penguasaan Materi Pelajaran

1 Kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuan pembelajaran.

2 Kemampuan mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan, perkembangan IPTEK, dan kehidupan nyata.

3 Menyajikan pembahasan materi pembelajaran dengan tepat.

4 Menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit, konkret ke abstrak).

Penerapan Strategi Pembelajaran yang Mendidik

1 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. 2 Menfasilitasi kegiatan yang memuat komponen eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. 3 Melaksanakan pembelajaran secara runtut.

4 Menguasai kelas.

5 Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual.

6 Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif (nurturant effect).

7 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan.

Penerapan Pendekatan Scientific

1 Memberi pertanyaan mengapa dan bagaimana. 2 Memancing peserta didik untuk bertanya. 3 Memfasilitasi peserta didik untuk mencoba. 4 Memfasilitasi peserta didik untuk mengamati. 5 Memfasilitasi peserta didik untuk menganalisis.

6 Memberikan pertanyaan peserta didik untuk menalar (proses berfikir yang logis dan sistematis). 7 Menyajikan kegiatan peserta didik untuk berkomunikasi.

Penerapan Pembelajaran Tematik Terpadu

1 Menyajikan pembelajaran sesuai tema.

2 Menyajikan pembelajaran dengan memadukan berbagai mata pelajaran dalam satu PBM. 3 Menyajikan pembelajaran yang memuat komponen karakteristik terpadu.

4 Menyajikan pembelajaran yang bernuansa aktif dan menyenangkan.

Penerapan Metode Inquiry

1 Melibatkan siswa dalam melakukan orientasi pembelajaran. 2 Membimbing siswa dalam merumuskan masalah. 3 Memfasilitasi siswa dalam merumuskan hipotesis. 4 Memfasilitasi siswa dalam mengumpulkan data. 5 Membimbing siswa dalam menguji hipotesis. 6 Membimbing siswa dalam merumuskan kesimpulan.

Pemanfaatan Sumber Belajar/Media Pembelajaran

1 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar pembelajaran. 2 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media pembelajaran. 3 Menghasilkan pesan yang menarik.

4 Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber belajar pembelajaran. 5 Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media pembelajaran.

Pelibatan Peserta Didik dalam Pembelajaran

1 Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik melalui interaksi guru, peserta didik, sumber belajar.

2 Merespon positif partisipasi peserta didik.

3 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons peserta didik. 4 Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif.

5 Menumbuhkan keceriaan atau antusiasme peserta didik dalam belajar.

Penggunaan Bahasa yang Benar dan Tepat dalam Pembelajaran

1 Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar. 2 Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar.

Kegiatan Penutup Penutup Pembelajaran

1 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan peserta didik. 2 Memberikan tes lisan atau tulisan.

3 Mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan portofolio.

4 Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan kegiatan berikutnya dan tugas pengayaan.

Skor perolehan Skor maksimal Nilai kinerja guru Peringkat


(55)

Untuk memudahkan peneliti dalam menilai kinerja guru diperlukan kriteria penilaian.

Tabel 3.3 Rubrik penilaian kinerja guru

Skor Kategori Kriteria

4 Sangat baik Apabila guru melakukannya dengan sempurna dan terlihat berpengalaman.

3 Baik Apabila guru melakukannya dengan sempurna, terlihat berpengalaman namun sedikit gugup. 2 Cukup Apabila guru melakukannya dengan cukup

sempurna namun terlihat gugup.

1 Kurang Apabila guru melakukannya dengan kurang sempurna.

Sumber: Andayani, dkk. (2009: 73)

Guru melakukan aspek kinerja dengan sempurna dan berpengalaman apabila guru melakukannya dengan sangat baik, lengkap, tanpa kesalahan sedikitpun dan terlihat sudah mahir dalam melaksanakan aspek kinerja. Misalnya, dalam menyajikan pembahasan materi guru melakukannya dengan sistematis (berurutan), efektif (memberi kesan atau pengaruh untuk siswa), dan efisien (tepat waktu). Guru melakukan aspek kinerja dengan sempurna terlihat berpengalaman namun sedikit gugup apabila guru melakukannya dengan baik, lengkap, tanpa kesalahan dan terlihat sudah mahir dalam melakukan aspek kinerja namun ragu dalam berucap. Misalnya, dalam menyampaikan manfaat materi pelajaran guru menyampaikannya sesuai dengan yang ada pada rencana pelaksanaan pembelajaran namun karena guru ragu dalam berucap manfaat materi pelajaran menjadi kurang dipahami siswa.

Guru melakukan aspek kinerja dengan cukup sempurna namun terlihat gugup apabila guru melakukannya dengan cukup baik, cukup


(56)

lengkap namun kurang konsentrasi dan ragu dalam berucap. Misalnya, dalam menyajikan pembahasan materi guru melakukannya dengan cukup sistematis (cukup berurutan), cukup efektif (cukup memberi kesan atau pengaruh untuk siswa), cukup efisien (cukup tepat waktu) namun guru kurang memusatkan peran sebagai fasilitator dan pembimbing ketika menyajikan pembahasan materi dan guru ragu dalam berucap sehingga penyampaian pembahasan materi menjadi kurang dipahami siswa. Guru melakukan aspek kinerja dengan kurang sempurna apabila guru melakukannya dengan kurang baik, kurang lengkap, dan banyak melakukan kesalahan. Misalnya, dalam menunjukkan keterampilan penggunaan media pembelajaran guru kurang memanfaatkan media dengan baik sehingga pesan yang hendak disampaikan kepada siswa tidak dapat tersampaikan dengan baik. b. Sikap Percaya Diri

Instrumen penilaian sikap percaya diri siswa adalah sebagai berikut.

Tabel 3.4 Instrumen penilaian sikap percaya diri siswa Tema/Subtema :

Siklus :

Nama Siswa Aspek yang Diamati Skor

A B C D E

Jumlah

Keterangan:


(57)

Aspek yang diamati:

A : Berani menyatakan pendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan B : Mampu membuat keputusan dengan cepat

C : Mengutamakan usaha sendiri daripada bantuan D : Berpenampilan tenang

E : Pantang menyerah

Sumber: Mulyasa (2013: 147) dan Kemendikbud (2013: 81)

Untuk memudahkan peneliti dalam menilai sikap percaya diri siswa diperlukan rubrik penilaian sebagai berikut.

Tabel 3.5 Rubrik penilaian sikap percaya diri siswa

Skor Kriteria

4 Apabila siswa melakukan ≥ 4 aspek yang diamati 3 Apabila siswa melakukan 3 aspek yang diamati 2 Apabila siswa melakukan 2 aspek yang diamati 1 Apabila siswa melakukan 1 aspek yang diamati Sumber: Kunandar (2011 : 234)

c. Keterampilan Berdiskusi

Instrumen penilaian keterampilan berdiskusi siswa adalah sebagai berikut.

Tabel 3.6 Instrumen penilaian keterampilan berdiskusi siswa

Nama Siswa :

Tema/Subtema :

Siklus :

No. Aspek yang Diamati Skor

1 2 3 4

1 Komunikasi

2 Sistematika penyampaian

3 Penguasaan pengetahuan atau materi 4 Keberanian

5 Antusias

Jumlah Skor


(1)

c. Hasil belajar siswa domain keterampilan, yaitu keterampilan berdiskusi, pada siklus I persentase ketuntasan keterampilan berdiskusi klasikal adalah 58,82% termasuk dalam kategori “Sedang”, siklus II meningkat sebesar 14,7% menjadi 73,52% termasuk dalam kategori “Tinggi”, selanjutnya pada siklus III meningkat sebesar 17,65% menjadi 91,17% termasuk dalam kategori “Sangat Tinggi”.

Kesimpulan di atas dapat menjawab hipotesis penelitian, yaitu pembelajaran yang menerapkan metode inquiry dengan langkah-langkah yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV Sulaiman SD Muhammadiyah Metro Pusat.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan temuan data di atas, peneliti memberikan saran sebagai berikut.

1. Siswa

Berdasarkan hasil penelitian terbukti bahwa hasil belajar siswa dapat meningkat. Diharapkan siswa dapat mempertahankan serta meningkatkan hasil belajarnya. Selain itu siswa hendaknya lebih percaya diri dan terampil berdiskusi dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

2. Guru

Berdasarkan hasil penelitian, terbukti bahwa variasi dalam pembelajaran berupa penerapan metode inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, hendaknya guru diharapkan dapat menerapkan metode inquiry, sehingga siswa bisa saling bekerja sama, lebih aktif, berfikir secara kritis dalam memahami materi yang di ajarkan


(2)

dan dapat membuat siswa lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu guru harus memperhitungkan waktu yang tersedia agar semua rencana pembelajaran dapat terlaksana secara maksimal. 3. Sekolah

Sekolah perlu melakukan pengembangan pada proses pembelajaran dengan menerapkan variasi pembelajaran yang kreatif, menarik dan menyenangkan untuk menambah wawasan dan keterampilan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Selain itu pengadaan fasilitas penunjang yang mampu mendukung kualitas pembelajaran juga diperlukan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rieneka Cipta.

Andayani, dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka.

Anonim. 2013. http://penelitiantindakankelas.blogspot.com /2013/07/pendekatan scientific-dalam-implementasi-kurikulum-2013.html. Diakses pada Selasa 15 Juli 2013 @17.00 WIB.

Anonim. 2013. http://penelitiantindakankelas.blogspot.com /2013/07/karakteristik pendekatan-ilmiah-scientific-dalam-ikurikulum-2013.html. Diakses pada Selasa 15 Juli 2013 @17.00 WIB.

. 2013. http://guruketerampilan.blogspot.com/2013/05/pengertian keterampilan.html. Diakses pada Selasa 15 Juli 2013 @17.00 WIB.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB, & TK. Bandung: Yrama Widya.

Arikunto, Suharsimi. 2011. Penelitian Tindakan Untuk Guru, Kepala Sekolah & Pengawas. Yogyakarta: Aditya Media.

Arsjad, Maidar dan Mukti. 2000. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Bundu, Patta. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah. Jakarta: Depdiknas.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Fathurohman dan Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Refika


(4)

Fathurrohman, Pupuh, dkk. 2013. Pengembangan Pendidikan Karakter. Bandung: PT Refika Aditama.

Hakim. 2012. Cara Membangun Percaya Diri. (http://library.binus.ac.id/eCollse Thesisdoc/Bab2/2012-1-00568-ps%20bab%202.pdf). Diakses pada Selasa 15 Juli 2013 @17.00 WIB.

Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama.

Hendrikus, Dori Wuwur. 2000. Retorika Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi, bernegosiasi. Yogyakarta: Kanisius.

Hernawan, Asep Herry, dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. Bandung: UPI PRESS.

Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud RI.

Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013

Semester II. Jakarta: Kemendikbud RI.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.

Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Lestari, Fuji Arthi. 2009. Usaha Pembina dalam Menumbuhkan Rasa Percaya Diri pada Remaja Anak Asuh di Panti Asuhan Yati Putri ‘Aisyiyah Serangan Yogyakarta (Skripsi). Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Yogyakarta. (http://digilib.uin-suka.ac.id/2320/). Diakses pada Selasa 15 Juli 2013 @17.00 WIB.

Mulyadi. 2007. Budi Pekerti 6. Jakarta: CV Sinar Cemerlang Abadi.

Mulyasa, E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Assesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(5)

Putra, Rizema Sitiatava. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta: Diva Press.

Roestiyah, N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sani, Ridwan Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Santosa, Puji, dkk. 2003. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD.

Jakarta: Universitas Terbuka.

Sapriya, dkk. 2006. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. Bandung: UPI PRESS.

Saud, Udin Syefuddin, dkk. 2006. Pembelajaran Terpadu. Bandung: Upi Press. Sudjana, Nana. 2013. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Supriatna, Nana, dkk. 2007. Pendidikan IPS di SD. Bandung: UPI PRESS.

Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Trianto. 2009. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

. . 2010. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wahab, Abdul Azis. 2007. Metode dan Model-model Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Wahyudin, Dinn, dkk. 2006. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka. Wardani, Igak, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas


(6)

Winataputra, Udin S, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.