E. Bentuk Penyelesaian Sengketa Antara Pihak RSU Pirngadi Medan dan Pasien
Beberapa tahun belakangan ini profesi dokter banyak menghadapi tuntutan hukum. Tercatat 405 laporan masalah medis dari berbagai belahan Indonesia yang
diterima oleh Lembaga Bantuan Hukum LBH Kesehatan. Sebanyak 73 kasus diantaranya dilaporkan ke kepolisian. Dapat dikatakan Indonesia memasuki krisis
kepercayaan sebagaimana yang terjadi di Amerika pada tahun 1970-1980.
64
Sengketa medik adalah hal yang marak kita lihat akhir-akhir ini terutama setelah wacana kesehatan gratis digulirkan bahkan ke depan pasti lebih banyak
lagi setelah era BPJS Januari 2014 diberlakukan. Sengketa medis jelas akan merugikan dokter, Rumah Sakit dan pemberi layanan kesehatan karena akan
menguras energi, waktu, biaya dan yang paling beresiko adalah menurunkan citra diri dokter dan Rumah Sakit terutama kalau berperkara di pengadilan.
Dalam proses penyelesaian sengketa dapat digunakan dua jalur yaitu litigas pengadilan dan non litigasikonsensualnon-ajudikasi. Kita semua dapat
memahami bahwa proses beracara di pengadilan adalah proses yang membutuhkan biaya dan memakan waktu. Karena system pengadilan
konvensional secara alamiah berlawanan, seringkali menghasilkan satu pihak sebagai pemenang dan pihak lainnya sebagai pihak yang kalah. Sementara itu
kritik tajam terhadap lembaga peradilan dalam menjalankan fungsinya yang
64
www.google.com “Majalah Kedokteran Indonesia”, Volume : 59 Nomor 5, diakses tanggal 23 Mei 2009
Universitas Sumatera Utara
dianggap terlampau padat, lamban dan buang waktu, mahal dan kurang tanggap terhadap kepentingan umum serta dianggap terlampau formalistik dan terlampau
teknis. Itu sebabnya masalah peninjauan kembali perbaikan sistem peradilan ke arah yang efektif dan efisien terjadi dimana-mana. Bahkan muncul kritik yang
mengatakan bahwa proses perdata dianggap tidak efisien dan tidak adil
.
Oleh karena itu pihak Rumah Sakit Pirngadi Medan dalam menyelesaikan sengketa medik yang terjadi menyelesaikannya dengan cara mediasi. Proses
beracara di pengadilan adalah proses yang memerlukan biaya dan memakan waktu. Salah satu alternatif adalah mengembangkan mediasi sebagai alternatif
penyelesaian sengketa di pengadilan court connected mediation. Program ini diharapkan tidak hanya cara untuk mencapai proses resolusi perselisihan lebih
efisien dan lebih sedikit mengeluarkan biaya, tetapi juga untuk menciptakan sistem peradilan yang lebih bersih karena dengan court-connected mediation
pihak-pihak yang berselisih memiliki wewenang untuk mengontrol proses dan hasil keluaran dari resolusi perselisihan.
65
Mediasi adalah proses negosiasi pemecahan masalah, di mana para pihak yang tidak memihak bekerja sama dengan pihak yang bersengketa untuk mencari
kesepakatan bersama. Pihak luar tersebut disebut dengan mediator, yang tidak berwenang untuk memutus sengketa, tetapi hanya membantu para pihak untuk
menyelesaiakan persoalan-persoalan yang dikuasakan kepadanya.
66
65
.
Kata mediasi
www.google.com “keunggulan mediasi”, diakses tanggal 24 agustus 2013
66
Khotibul Umam, Penyelesaian sengketa di luar pengadilan, Yogyakarta : Pustaka Yustisia,2010, hlm.10
Universitas Sumatera Utara
juga berasal dari bahasa Inggris “mediation” yang artinya penyelesaian sengketa yang melibatkan pihak ketiga sebagai penengah atau penyelesaian sengketa secara
menengahi, dimana yang menengahinya dinamakan mediator atau orang yang menjadi penengah.
Para ahli mengemukakan makna mediasi secara etimologi dan terminologi. Secara etimologi, istilah mediasi berasal dari bahasa latin “ mediare “ yang berarti
berada di tengah. Makna ini menunjuk pada peran yang ditampilkan pihak ketiga sebagai mediator dalam menjalankan tugasnya menengahi dan menyelesaikan
sengketa antara para pihak. “Berada di tengah” juga bermakna mediator harus berada pada posisi netral dan tidak memihak dalam menyelesaikan sengketa. Ia
harus mampu menjaga kepentingan para pihak yang bersengketa secara adil dan sama, sehingga menumbuhkan kepercayaan trust dari para pihak yang
bersengketa.
67
Penjelasan mediasi secara etimologi ini lebih menekankan keberadaan pihak ketiga atau pihak yang bertugas sebagai penengah antara kedua belah pihak
yang bersengketa dan hanya menjelaskan sifat bagaimana mediasi itu, tanpa ada menjelaskan mediasi secara mendalam. Pihak ketiga ini menjembatani para pihak
untuk menyelesaikan sengketanya. Hal ini juga memberikan perbedaan antara mediasi dengan penyelesaian sengketa alternatif lainnya. Pihak ketiga ini
mempunyai sifat yang netral di antara kedua belah pihak yang bersengketa dan
67
Syahrizal Abbas, mediasi dalam perspektif hukum syariah, hukum adat, hukum nasional, Jakarta : kencana prenada media group,2009, hlm.2
Universitas Sumatera Utara
memberikan atau menemukan kesepakatan yang dapat memuaskan para pihak. Agar kedua belak pihak tidak merasa dirugikan atas keputusan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN