30
oleh kedua belah pihak dan berisi koreksi pokok pajak terutang baik yang disetujui maupun yang tidak disetujui dan perhitungan sanksi administrasi.
16. Tim quality assurance pemeriksaan adalah tim yang dibentuk oleh Direktur
Jenderal Pajak dalam rangka membahas hasil pemeriksaan yang belum disepakati antara pemeriksa pajak dan wajib pajak dalam pembahasan akhir
hasil pemeriksaan guna menghasilkan pemeriksaan yang berkualitas.
17. Laporan Hasil Pemeriksaan yang selanjutnya disingkat LHP adalah laporan
yang berisi tentang pelaksanaan dan hasil pemeriksaan yang disusun oleh pemeriksa pajak secara ringkas dan jelas serta sesuai dengan ruang lingkup
dan tujuan pemeriksaan.
18. Laporan Hasil Pemeriksaan Sumir yang selanjutnya disebut LHP Sumir
adalah laporan tentang penghentian pemeriksaan tanpa adanya usulan penerbitan surat ketetapan pajak.
19. Pemeriksaan bukti permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.
20. Pemeriksaan ulang adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak
yang telah diterbitkan surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan sebelumnya untuk jenis pajak dan masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun
pajak yang sama.
21. Kuesioner pemeriksaan adalah formulir yang berisikan sejumlah pertanyaan
dan penilaian oleh wajib pajak yang terkait dengan pelaksanaan pemeriksaan.
3.3. Tujuan Pemeriksaan
Direktorat Jenderal Pajak dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan berwenang melakukan pemeriksaan dengan tujuan:
3.3.1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak.
3.3.2. Tujuan Lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan
3.4. Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak
3.4.1. Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak Dengan Tujuan Menguji Kepetuhan
Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Ruang lingkup Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat meliputi satu, beberapa, atau seluruh jenis pajak, baik untuk satu
31
atau beberapa masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak dalam tahun-tahun lalu maupun tahun berjalan.
Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus dilakukan terhadap wajib pajak yang mengajukan permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B Undang- Undang KUP. Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dilakukan terhadap wajib pajak yang mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan dengan jenis pemeriksaan
lapangan atau pemeriksaan kantor. Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
dilakukan terhadap wajib pajak yang mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan dengan pemeriksaan kantor apabila dalam hal
permohonan kelebihan pembayaran tersebut diajukan oleh wajib pajak yang memenuhi persyaratan PMK Nomor :17PMK.032013, Pasal 5, Ayat 2 :
1. Laporan keuangan wajib pajak untuk tahun pajak yang diperiksa diaudit oleh
akuntan publik atau laporan keuangan salah satu tahun pajak dari 2 dua tahun pajak sebelum tahun pajak yang diperiksa telah diaudit oleh akuntan
publik, dengan pendapat wajar tanpa pengecualian; dan 2.
Wajib pajak tidak sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan, penyidikan, atau penuntutan tindak pidana perpajakan, danatau wajib pajak
dalam 5 lima tahun terakhir tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.
32
Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat dilakukan dalam hal memenuhi kriteria sebagai berikut PMK Nomor :
17PMK.032013, Pasal 4 ayat 2 : 1.
Wajib pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar, selain yang mengajukan permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak; 2.
Wajib pajak yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak;
3. Wajib pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan rugi;
4. Wajib pajak melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi,
pembubaran, atau akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya; 5.
Wajib pajak melakukan perubahan tahun buku atau metode pembukuan atau karena dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap;
6. Wajib pajak tidak menyampaikan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan
tetapi melampaui jangka waktu yang telah ditetapkan dalam surat teguran yang terpilih untuk dilakukan pemeriksaan berdasarkan analisis risiko;
7. Wajib pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang terpilih untuk
dilakukan pemeriksaan berdasarkan analisis risiko.
3.4.2. Ruang lingkup Pemeriksaan Pajak Dengan Tujuan Lain
Ruang lingkup pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dapat meliputi penentuan,
pencocokan, atau pengumpulan materi yang berkaitan dengan tujuan pemeriksaan PMK Nomor: 17PMK.032013, pasal 69.
Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dilakukan dengan kriteria antara lain
sebagai berikut: 1.
Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan selain yang dilakukan berdasarkan verifikasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan yang mengatur mengenai tata cara verifikasi;
33
2. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak selain yang dilakukan
berdasarkan verifikasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai tata cara verifikasi;
3. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak selain
yang dilakukan berdasarkan verifikasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai tata cara verifikasi;
4. Wajib pajak mengajukan keberatan;
5. Pengumpulan bahan guna penyusunan norma penghitungan penghasilan
neto; 6.
Pencocokan data danatau alat keterangan; 7.
Penentuan wajib pajak berlokasi di daerah terpencil; 8.
Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai; 9.
Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak; 10.
Penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu kompensasi kerugian sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan;
danatau 11.
Memenuhi permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda P3B.
3.5. Jenis Pemeriksaan
Jenis pemeriksaan pajak dipengaruhi oleh ketidak patuhan dari wajib pajak yang diperiksa serta ruang lingkup pemeriksaan. Pemeriksaan untuk kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan danatau untuk tujuan lain dapat dilaksanakan melalui 2 jenis pemeriksaan, yaitu pemeriksaan lapangan dan pemeriksaan kantor.
3.5.1. Pemeriksaan Lapangan
Pemeriksaan lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan di tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
wajib pajak, danatau tempat lain yang dianggap perlu oleh pemeriksa pajak.
3.5.2. Pemeriksaan Kantor
Pemeriksaan kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak. Dalam hal pemeriksaan kantor ditemukan indikasi transaksi yang
34
terkait dengan transfer pricing danatau transaksi khusus lain yang berindikasi adanya rekayasa transaksi keuangan, pelaksanaan pemeriksaan kantor diubah menjadi
pemeriksaan lapangan.
3.6. Standar Pemeriksaan
3.6.1. Standar Pemeriksaan Pajak Dengan Tujuan Menguji Kepetuhan
Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus dilaksanakan sesuai dengan standar pemeriksaan. Standar pemeriksaan
digunakan sebagai ukuran mutu pemeriksaan yang merupakan capaian minimun yang harus dicapai dalam melaksanakan pemeriksaan. Standar pemeriksaan meliputi :
3.6.1.1. Standar Umum Pemeriksaan
Standar umum pemeriksaan merupakan standar yang bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan pemeriksa pajak PMK Republik Indonesia Nomor:
17PMK.032013, pasal 7, ayat 1. Pelaksanaan dilaksanakan oleh pemeriksa pajak yang memenuhi syarat
PMK Republik Indonesia Nomor: 17PMK.032013, pasal 7, ayat 2: 1.
Telah mendapat pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup serta memiliki keterampilan sebagai pemeriksa pajak;
2. Menggunakan keterampilannya secara cermat dan seksama;
3. Jujur dan bersih dari tindakan-tindakan tercela serta senantiasa
mengutamakan kepentingan negara; dan
35
4. Taat terhadap berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan. 3.6.1.2.
Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Pelaksanaan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan harus dilakukan sesuai standar pelaksanaan pemeriksaan, yaitu PMK Republik Indonesia Nomor: 17PMK.032013, pasal 8:
1. Pelaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik sesuai
dengan tujuan pemeriksaan, yang paling sedikit meliputi kegiatan mengumpulkan dan mempelajari data wajib pajak, menyusun rencana
pemeriksaan audit plan, dan menyusun program pemeriksaan audit program, serta mendapat pengawasan yang seksama;
2. Pemeriksaan dilaksanakan dengan melakukan pengujian berdasarkan metode
dan teknik pemeriksaan sesuai dengan program pemeriksaan audit program yang telah disusun;
3. Temuan hasil pemeriksaan harus didasarkan pada bukti kompeten yang
cukup dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang - undangan perpajakan;
4. Pemeriksaan dilakukan oleh suatu tim pemeriksa pajak yang terdiri dari
seorang supervisor, seorang ketua tim, dan seorang atau lebih anggota tim, dan dalam keadaan tertentu ketua tim dapat merangkap sebagai anggota tim;
5. Tim pemeriksa pajak sebagaimana dimaksud pada angka 4 dapat dibantu
oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian tertentu, baik yang berasal dari Direktorat Jenderal Pajak, maupun yang berasal dari instansi di luar
Direktorat Jenderal Pajak yang telah ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak, sebagai tenaga ahli seperti penerjemah bahasa, ahli di bidang teknologi
informasi, dan pengacara;
6. Apabila diperlukan, pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dapat dilakukan secara bersama-sama dengan tim pemeriksa dari instansi lain;
7. Pemeriksaan dapat dilaksanakan di kantor Direktorat Jenderal Pajak, tempat
tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas wajib pajak, danatau atau tempat lain yang dianggap perlu
oleh pemeriksa pajak;
8. Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan apabila diperlukan dapat
dilanjutkan di luar jam kerja; dan 9.
Pelaksanaan pemeriksaan didokumentasikan dalam bentuk Kertas Kerja Pemeriksaan KKP.
36
Kegiatan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus didokumentasikan dalam bentuk KKP dengan memperhatikan hal-
hal sebagai berikut PMK Republik Indonesia Nomor: 17PMK.032013, pasal 9: 1.
KKP wajib disusun oleh pemeriksa pajak dan berfungsi sebagai: a.
Bukti bahwa pemeriksaan telah dilaksanakan sesuai standar pelaksanaan pemeriksaan;
b. Bahan dalam melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan
denganwajib pajak mengenai temuan hasil pemeriksaan; c.
Dasar pembuatan Laporan Hasil Pemeriksaan LHP; d.
Sumber data atau informasi bagi penyelesaian keberatan atau banding yang diajukan oleh wajib pajak; dan
e. Referensi untuk pemeriksaan berikutnya.
2. KKP harus memberikan gambaran mengenai:
a. Prosedur pemeriksaan yang dilaksanakan;
b. Data, keterangan, danatau bukti yang diperoleh;
c. Pengujian yang telah dilakukan; dan
d. Simpulan dan hal-hal lain yang dianggap perlu yang berkaitan dengan
pemeriksaan. 3.6.1.3.
Standar Pelaporan Hasil Pemeriksaan Kegiatan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan harus dilaporkan dalam bentuk LHP yang disusun sesuai standar pelaporan hasil pemeriksaan, yaitu PMK Republik Indonesia Nomor:
17PMK.032013, pasal 10: 1.
LHP disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang lingkup atau pos-pos yang diperiksa sesuai dengan tujuan pemeriksaan, memuat simpulan
pemeriksa pajak yang didukung temuan yang kuat tentang ada atau tidak adanya penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan,
dan memuat pula pengungkapan informasi lain yang terkait dengan pemeriksaan.
37
2. LHP untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan sekurang-
kurangnya memuat: a.
Penugasan pemeriksaan; b.
Identitas wajib pajak; c.
Pembukuan atau pencatatan wajib pajak; d.
Pemenuhan kewajiban perpajakan; e.
Datainformasi yang tersedia; f.
Buku dan dokumen yang dipinjam; g.
Materi yang diperiksa; h.
Uraian hasil pemeriksaan; i.
Ikhtisar hasil pemeriksaan; j.
Penghitungan pajak terutang; dan k.
Simpulan dan usul pemeriksa pajak.
3.6.2. Standar Pemeriksaan Pajak Dengan Tujuan Lain
3.6.2.1. Standar Umum Pemeriksaan
Standar umum pemeriksaan merupakan standar yang bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan pemeriksa pajak PMK Republik Indonesia Nomor:
17PMK.032013, pasal 73. Pelaksanaan dilaksanakan oleh pemeriksa pajak yang memenuhi syarat PMK Republik Indonesia Nomor: 17PMK.032013, pasal 73:
1. Telah mendapat pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup serta memiliki
keterampilan sebagai pemeriksa pajak; 2.
Menggunakan keterampilannya secara cermat dan seksama;
38
3. Jujur dan bersih dari tindakan-tindakan tercela serta senantiasa
mengutamakan kepentingan negara; dan 4.
Taat terhadap berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
3.6.2.2. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan
Pelaksanaan pemeriksaan untuk tujuan lain harus dilakukan sesuai dengan standar pelaksanaan pemeriksaan
PMK Republik Indonesia Nomor: 17PMK.032013, pasal 74, yaitu:
1. Pelaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik,
sesuai dengan tujuan pemeriksaan, dan mendapat pengawasan yang seksama;
2. Luas pemeriksaan disesuaikan dengan kriteria dilakukannya pemeriksaan
untuk tujuan lain; 3.
Pemeriksaan dilakukan oleh tim pemeriksa pajak yang terdiri dari 1 satu orang supervisor, 1 satu orang ketua tim, dan 1 satu orang atau lebih
anggota tim, dan dalam keadaan tertentu ketua tim dapat merangkap sebagai anggota tim;
4. Pemeriksaan dapat dilaksanakan di kantor Direktorat Jenderal Pajak, tempat
tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas wajib pajak, danatau di tempat lain yang dianggap perlu
oleh pemeriksa pajak;
5. Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan apabila diperlukan dapat
dilanjutkan di luar jam kerja; dan 6.
Pelaksanaan pemeriksaan didokumentasikan dalam bentuk KKP. Kegiatan pemeriksaan untuk tujuan lain harus didokumentasikan dalam
bentuk KKP dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut PMK Republik Indonesia Nomor: 17PMK.032013, pasal 75:
1. KKP wajib disusun oleh pemeriksa pajak dan berfungsi sebagai:
a. Bukti bahwa pemeriksa pajak telah melaksanakan pemeriksaan
berdasarkan standar pemeriksaan; dan
39
b. Dasar pembuatan LHP;
2. KKP harus memberikan gambaran mengenai:
a. Data, keterangan, danatau bukti yang diperoleh;
b. Prosedur pemeriksaan yang dilaksanakan; dan
c. Simpulan danhal-hal lain yang dianggap perlu yang berkaitan dengan
pemeriksaan. 3.6.2.3.
Standar Pelaporan Hasil Pemeriksaan Kegiatan pemeriksaan untuk tujuan lain harus dilaporkan dalam bentuk LHP
yang disusun sesuai standar pelaporan hasil pemeriksaan PMK Republik Indonesia Nomor: 17PMK.032013, pasal 76, yaitu:
a. LHP disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang lingkup atau pos- pos yang diperiksa sesuai dengan tujuan pemeriksaan, memuat simpulan
pemeriksa pajak dan memuat pula pengungkapan informasi lain yang terkait;
b. LHP untuk tujuan lain sekurang-kurangnya memuat:
Identitas wajib pajak;
Penugasan pemeriksaan;
Dasar tujuan pemeriksaan;
Buku dan dokumen yang dipinjam;
Materi yang diperiksa;
Uraian hasil pemeriksaan; dan
Simpulan dan usul pemeriksa.
40
3.7. Kewajiban dan Wewenang Pemeriksa Pajak
3.7.1. Kewajiban Pemeriksa Pajak
Dalam melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, pemeriksa pajak berkewajiban untuk PMK Republik
Indonesia Nomor: 17PMK.032013, pasal 11: 3.7.1.1.
Menyampaikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan kepada wajib pajak dalam hal pemeriksaan dilakukan dengan jenis pemeriksaan lapangan
atau Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor dalam hal pemeriksaan dilakukan dengan jenis pemeriksaan kantor;
3.7.1.2. Memperlihatkan tanda pengenal pemeriksa pajak dan SP2 kepada wajib
pajak pada waktu melakukan pemeriksaan; 3.7.1.3.
Memperlihatkan surat yang berisi perubahan tim pemeriksa pajak kepada wajib pajak apabila susunan keanggotaan tim pemeriksa pajak mengalami
perubahan; 3.7.1.4.
Melakukan pertemuan dengan wajib pajak dalam rangka memberikan penjelasan mengenai:
1. Alasan dan tujuan pemeriksaan;
2. Hak dan kewajiban wajib pajak selama dan setelah pelaksanaan
pemeriksaan; 3.
Hak wajib pajak mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan dengan tim quality assurance pemeriksaan dalam hal terdapat hasil
pemeriksaan yang belum disepakati antara pemeriksa pajak dengan wajib pajak pada saat pembahasan akhir hasil pemeriksaan; dan
4. Kewajiban dari wajib pajak untuk memenuhi permintaan buku, catatan,
danatau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lainnya, yang dipinjam dari wajib pajak.
3.7.1.5. Menuangkan hasil pertemuan sebagaimana dimaksud pada angka 3.7.1.4.
dalam berita acara pertemuan dengan wajib pajak; 3.7.1.6.
Menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan SPHP kepada wajib pajak;
3.7.1.7. Memberikan hak untuk hadir kepada wajib pajak dalam rangka pembahasan
akhir hasil pemeriksaan pada waktu yang telah ditentukan; 3.7.1.8.
Menyampaikan kuesioner pemeriksaan kepada wajib pajak; 3.7.1.9.
Melakukan pembinaan kepada wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan dengan menyampaikan saran secara tertulis;
41
3.7.1.10. Mengembalikan buku, catatan, danatau dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lainnya yang dipinjam dari wajib pajak; dan
3.7.1.11. Merahasiakan kepada pihak lain yang tidak berhak atas segala sesuatu yang
diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh wajib pajak dalam rangka pemeriksaan.
3.7.2. Wewenang Pemeriksa Pajak
3.7.2.1. Wewenang Pemeriksa Pajak Dalam Pemeriksaan Lapangan
Dalam melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dengan jenis pemeriksaan lapangan, pemeriksa pajak
berwenang untuk PMK Nomor: 17PMK.032013, pasal 12 ayat 1: 1.
Melihat danatau meminjam buku, catatan, danatau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang berhubungan
dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang terutang pajak;
2. Mengakses danatau mengunduh data yang dikelola secara elektronik;
3. Memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang bergerak danatau tidak
bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan,
dokumen lain, uang danatau barang yang dapat memberi petunjuk tentang penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak,
atau objek yang terutang pajak;
4. Meminta kepada wajib pajak untuk memberi bantuan guna kelancaran
pemeriksaan, antara lain berupa: a.
Menyediakan tenaga danatau peralatan atas biaya wajib pajak apabila dalam mengakses data yang dikelola secara elektronik memerlukan
peralatan danatau keahlian khusus; b.
Memberikan bantuan kepada pemeriksa pajak untuk membuka barang bergerak danatau tidak bergerak; danatau
c. Menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya pemeriksaan lapangan
dalam hal pemeriksaan dilakukan di tempat wajib pajak; 5.
Melakukan penyegelan tempat atau ruang tertentu serta barang bergerak danatau tidak bergerak;
6. Meminta keterangan lisan danatau tertulis dari wajib pajak; dan
7. Meminta keterangan danatau bukti yang diperlukan dari pihak ketiga yang
mempunyai hubungan dengan wajib pajak yang diperiksa melalui kepala unit pelaksana pemeriksaan.
42
3.7.2.2. Wewenang Pemeriksa Pajak Dalam Pemeriksaan Kantor
Dalam melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dengan jenis pemeriksaan kantor, pemeriksa pajak berwenang untuk PMK Nomor: 17PMK.032013, pasal 12 ayat 2:
1. Memanggil wajib pajak untuk datang ke kantor Direktorat Jenderal Pajak
dengan menggunakan surat panggilan dalam rangka pemeriksaan kantor; 2.
Melihat danatau meminjam buku, catatan, danatau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain termasuk data yang
dikelola secara elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang
terutang pajak;
3. Meminta kepada wajib pajak untuk memberi bantuan guna kelancaran
pemeriksaan; 4.
Meminta keterangan lisan danatau tertulis dari wajib pajak; 5.
Meminjam laporan keuangan yang dibuat oleh akuntan publik melalui wajib pajak; dan
6. Meminta keterangan danatau bukti yang diperlukan dari pihak ketiga yang
mempunyai hubungan dengan wajib pajak yang diperiksa melalui kepala unit pelaksana pemeriksaan.
Pemeriksaan dengan tujuan lain, kewajiban dan kewenangan pemeriksa pajak sama dengan pemeriksaan pajak dengan tujuan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan, bedanya pemeriksaan dengan tujuan lain pemeriksa pajak tidak boleh melakukan penyegelan tempat atau ruang tertentu serta
barang bergerak dan atau tidak bergerak.
3.8. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak
3.8.1. Hak Wajib Pajak
Dalam pelaksanaan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, wajib pajak berhak untuk PMK Nomor: 17PMK.032013,
pasal 13:
43
3.8.1.1. Meminta kepada pemeriksapajak untuk memperlihatkan tanda pengenal
pemeriksa pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan SP2; 3.8.1.2.
Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memberikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan dalam hal pemeriksaan dilakukan dengan jenis
pemeriksaan lapangan; 3.8.1.3.
Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memperlihatkan surat yang berisi perubahan tim pemeriksa pajak apabila susunan keanggotaan tim pemeriksa
pajak mengalami perubahan; 3.8.1.4.
Meminta kepada pemeriksa pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan tujuan pemeriksaan;
3.8.1.5. Menerima SPHP;
3.8.1.6. Menghadiri pembahasan akhir hasil pemeriksaan pada waktu yang telah
ditentukan; 3.8.1.7.
Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan dengan tim quality assurance pemeriksaan, dalam hal masih terdapat hasil pemeriksaan yang
belum disepakati antarapemeriksa pajak dengan wajib pajak pada saat pembahasan akhir hasil pemeriksaan; dan
3.8.1.8. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan pemeriksaan oleh
pemeriksa pajak melalui pengisian kuesioner pemeriksaan.
3.8.2. Kewajiban Wajib Pajak
3.8.2.1. Kewajiban Wajib Pajak Dalam Pemeriksaan Lapangan
Dalam pelaksanaan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dengan jenis pemeriksaan lapangan, wajib pajak wajib PMK
Nomor: 17PMK.032013, pasal 14 ayat 1: 1.
Memperlihatkan danatau meminjamkan buku, catatan, danatau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang
berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang terutang pajak;
2. Memberikan kesempatan untuk mengakses danatau mengunduh data yang
dikelola secara elektronik; 3.
Memberikan kesempatan untuk memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang bergerak danatau tidak bergerak yang diduga atau patut
diduga digunakan untuk menyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen lain, uang, danatau
barang yang dapat memberi petunjuk tentang penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang terutang pajak
serta meminjamkannya kepada pemeriksa pajak;
44
4. Memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan, yang dapat berupa:
a. Menyediakan tenaga danatau peralatan atas biaya wajib pajak apabila
dalam mengakses data yang dikelola secara elektronik memerlukan peralatan danatau keahlian khusus;
b. Memberikan bantuan kepada pemeriksa pajak untuk membuka barang
bergerak danatau tidak bergerak; danatau c.
Menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya pemeriksaan lapangan dalam hal pemeriksaan dilakukan di tempat wajib pajak;
5. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas SPHP; dan
6. Memberikan keterangan lisan danatau tertulis yang diperlukan.
3.8.2.2. Kewajiban Wajib Pajak Dalam Pemeriksaan Kantor
Dalam pelaksanaan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dengan jenis pemeriksaan kantor, wajib pajak wajib PMK Nomor: 17PMK.032013, pasal 14 ayat 2:
1. Memenuhi panggilan untuk datang menghadiri pemeriksaan sesuai dengan
waktu yang ditentukan; 2.
Memperlihatkan danatau meminjamkan buku, catatan, danatau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain termasuk
data yang dikelola secara elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek
yang terutang pajak.
3. Memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan;
4. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas SPHP;
5. Meminjamkan laporan keuangan yang dibuat oleh akuntan publik; dan
6. Memberikan keterangan lisan danatau tertulis yang diperlukan.
Pemeriksaan dengan tujuan lain, hak dan kewajiban wajib pajak sama
dengan pemeriksaan pajak dengan tujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan. Bedanya pemeriksaan dengan tujuan lain wajib pajak tidak
berhak mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan dengan tim quality assurance pemeriksaan.
45
3.9. Jangka Waktu Pemeriksaan
3.9.1. Jangka Waktu Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan
Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan dalam jangka waktu pemeriksaan yang meliputi PMK Nomor: 17 PMK.
032013,pasal 11 ayat 1: 3.9.1.1.
Jangka Waktu Pengujian 1.
Jangka Waktu Pengujian Pemeriksaan Lapangan Jangka waktu pengujian pemeriksaan lapangan paling lama 6
enam bulan, yang dihitung sejak Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan disampaikan kepada wajib pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau
anggota keluarga yang telah dewasa dari wajib pajak, sampai dengan tanggal Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan SPHP disampaikan kepada wajib
pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari wajib pajak. Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang untuk jangka waktu
paling lama 2 dua bulan. Perpanjangan waktu tersebut dilakukan dalam hal:
a. Pemeriksaan lapangan diperluas ke masa pajak, bagian tahun pajak, atau
tahun pajak lainnya; b.
Terdapat konfirmasi atau permintaan data danatau keterangan kepada pihak ketiga;
46
c. Ruang lingkup pemeriksaan lapangan meliputi seluruh jenis pajak;
danatau d.
Berdasarkan pertimbangan kepala unit pelaksana pemeriksaan. Jangka waktu pengujian pemeriksaan lapangan dapat diperpanjang
untuk jangka waktu paling lama 6 enam bulan dan dapat dilakukan paling banyak 3 tiga kali sesuai dengan kebutuhan waktu untuk melakukan
pengujian, apabila terkait dengan: a.
Wajib pajak kontraktor kontrak kerja sama minyak dan gas bumi; b.
Wajib pajak dalam satu grup; atau c.
Wajib pajak yang terindikasi melakukan transaksi transfer pricing danatau transaksi khusus lain yang berindikasi adanya rekayasa transaksi
keuangan. Dalam hal dilakukannya perpanjangan waktu pengujian
pemeriksaan lapangan, kepala unit pelaksana pemeriksaan harus menyampaikan pemberitahuan perpanjangan jangka waktu pengujian secara
tertulis kepada wajib pajak. Apabila jangka waktu perpanjangan pengujian pemeriksaan lapangan telah berakhir, SPHP harus disampaikan kepada wajib
pajak. Dalam hal pemeriksaan dilakukan karena wajib pajak mengajukan
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, jangka waktu perpanjangannya harus memperhatikan jangka waktu penyelesaian
47
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 17B Undang-Undang KUP.
2. Jangka Waktu Pengujian Pemeriksaan Kantor
Jangka waktu pengujian pemeriksaan kantor paling lama 4 empat bulan, yang dihitung sejak tanggal wajib pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau
anggota keluarga yang telah dewasa dari wajib pajak datang memenuhi Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal Surat
Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan SPHP disampaikan kepada wajib pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari wajib
pajak. Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 2 dua bulan. Perpanjangan waktu tersebut dilakukan dalam hal :
a. Pemeriksaan kantor diperluas ke masa pajak, bagian tahun pajak, atau
tahun pajak lainnya; b.
Terdapat konfirmasi atau permintaan data danatau keterangan kepada pihak ketiga;
c. Ruang lingkup pemeriksaan kantor meliputi seluruh jenis pajak; danatau
d. Berdasarkan pertimbangan kepala unit pelaksana pemeriksaan.
Dalam hal dilakukannya perpanjangan waktu pengujian pemeriksaan kantor, kepala unit pelaksana pemeriksaan harus
menyampaikan pemberitahuan perpanjangan jangka waktu pengujian secara tertulis kepada wajib pajak. Apabila jangka waktu perpanjangan pengujian
48
pemeriksaan kantor telah berakhir, SPHP harus disampaikan kepada wajib pajak.
Dalam hal pemeriksaan dilakukan karena wajib pajak mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, jangka waktu
perpanjangannya harus memperhatikan jangka waktu penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana
dimaksud dalam pasal 17B Undang-Undang KUP. 3.9.1.2.
Jangka Waktu Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan Jangka waktu pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan pelaporan paling
lama 2 dua bulan, yang dihitung sejak tanggal SPHP disampaikan kepada wajib pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota yang telah dewasa dari wajib pajak sampai
dengan tanggal LHP.
3.9.2. Jangka Waktu Pemeriksaan Untuk Tujuan Lain
Dalam hal pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak jangka waktu pemeriksaan harus
memperhatikan jangka waktu penyelesaian permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 7 Undang-Undang KUP.
Dalam hal pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak jangka waktu pemeriksaan harus memperhatikan
jangka waktu penyelesaian permohonan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat 9 Undang-Undang KUP.
49
3.9.2.1. Jangka Waktu Pemeriksaan Lapangan
Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis pemeriksaan lapangan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4 empat bulan yang dihitung sejak tanggal Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan disampaikan kepada wajib pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari wajib pajak,sampai
dengan tanggal LHP. 3.9.2.2.
Jangka Waktu Pemeriksaan Kantor Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis pemeriksaan kantor dilakukan
dalam jangka waktu paling lama 14 empat belas hari yang dihitung sejak tanggal wajib pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari
wajib pajak, datang memenuhi Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal dalam LHP.
Dalam hal jangka waktu pemeriksaan lapangan dan atau kantor berakhir, pemeriksaan harus diselesaikan.
3.10. Metode Pemeriksaaan dan Teknik Pemeriksaan
3.10.1. Metode Pemeriksaan
Metode Pemeriksaan adalah teknik dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan terhadap buku, catatan dan dokumen serta data, informasi, dan keterangan
lain, yang terdiri atas metode langsung dan metode tidak langsung Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : Per - 04PJ2012, Pasal 1 ayat 1.
50
3.10.1.1. Metode Langsung
Metode langsung adalah teknik dan prosedur pemeriksaan dengan melakukan pengujian atas kebenaran pos-pos Surat Pemberitahuan SPT termasuk
lampirannya, yang dilakukan secara langsung terhadap buku, catatan, dan dokumen terkait. Metode langsung digunakan untuk mendapatkan temuan pemeriksaan yang
harus didasarkan pada bukti kompeten yang cukup dan berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
3.10.1.2. Metode Tidak Langsung
Metode tidak langsung adalah teknik dan prosedur pemeriksaan dengan melakukan pengujian atas kebenaran pos-pos Surat Pemberitahuan SPT termasuk
lampirannya, yang dilakukan secara tidak langsung melalui suatu pendekatan penghitungan tertentu.
Prosedur pemeriksaan adalah serangkaian langkah dalam suatu teknik pemeriksaan, berupa petunjuk rinci yang biasanya tertulis dalam bentuk perintah,
untuk dilakukan oleh pemeriksa pajak. Metode tidak langsung digunakan untuk mendapatkan temuan pemeriksaan
yang harus didasarkan pada bukti kompeten yang cukup dan berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Metode tidak langsung digunakan dalam hal metode langsung tidak dapat diterapkan. Metode tidak langsung dapat digunakan untuk mendukung penggunaan
metode langsung atau untuk melakukan identifikasi masalah. Metode tidak langsung yang digunakan oleh pemeriksa pajak terdiri atas pendekatan:
51
1. Transaksi tunai dan bank;
2. Sumber dan penggunaan dana;
3. Penghitungan rasio;
4. Satuan danatau volume;
5. Pertambahan kekayaan bersih net worth;
6. Penghitungan biaya hidup.
3.10.2. Teknik Pemeriksaan
Teknik pemeriksaan adalah cara-cara pengumpulan bukti, pengujian, danatau pembuktian yang dikembangkan oleh pemeriksa pajak untuk menyakini
kebenaran pos-pos yang diperiksa. Teknik-teknik pemeriksaan yang dapat digunakan pemeriksa pajak Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : Per - 04PJ2012, pasal
4, meliputi: 3.10.2.1.
Pemanfaatan informasi internal danatau eksternal Direktorat Jenderal Pajak DJP;
3.10.2.2. Pengujian keabsahan dokumen;
3.10.2.3. Evaluasi;
3.10.2.4. Analisis angka-angka;
3.10.2.5. Penelusuran angka-angka tracing;
3.10.2.6. Penelusuran bukti;
3.10.2.7. Pengujian keterkaitan;
3.10.2.8. Ekualisasi atau rekonsiliasi;
3.10.2.9. Permintaan keterangan atau bukti;
3.10.2.10. Konfirmasi;
3.10.2.11. Inspeksi;
3.10.2.12. Pengujian kebenaran fisik;
3.10.2.13. Pengujian kebenaran penghitungan matematis;
3.10.2.14. Wawancara;
3.10.2.15. Uji petik sampling;
3.10.2.16. Teknik Audit Berbantuan Komputer TABK; danatau
3.10.2.17. Teknik-teknik pemeriksaan lainnya.
52
Untuk meyakini kebenaran pos-pos SPT yang diperiksa, pemeriksa pajak dapat menggunakan satu atau lebih teknik-teknik pemeriksaan sesuai pertimbangan
profesional pemeriksa pajak, kecuali ditentukan lain oleh suatu ketentuan. Dalam melakukan pemeriksaan, pemeriksa pajak harus berpedoman pada
metode pemeriksaan, teknik pemeriksaan, dan prosedur pemeriksaan sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini. Metode pemeriksaan, teknik
pemeriksaan, dan prosedur pemeriksaan sebagaimana diatur dalam peraturan direktur jenderal pajak ini dapat diterapkan pada pemeriksaan tujuan lain, sepanjang
belum diatur pada ketentuan tersendiri. Metode pemeriksaan, teknik pemeriksaan, dan prosedur pemeriksaan dalam menentukan harga wajar atau laba wajar atas
transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa diatur tersendiri dalam petunjuk teknis pemeriksaan transfer pricing.
53
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA
4.1. Analisis Data
Indonesia menganut self assessment system dalam pemungutan pajak, dimana sistem tersebut memberikan wewenang terhadap wajib pajak untuk
menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.. Kewajiban dalam self assessment system tersebut dituangkan wajib pajak
dalam bentuk Surat Pemberitahuan SPT tahunan atau masa yang disampaikan oleh wajib pajak ke Kantor Pelayanan Pajak KPP.
Dalam self assessment system pemberdayaan masyarakat wajib pajak adalah yang paling pokok, dimana prinsip etika yang baik merupakan tuntutan moral
menyelenggarakan pembukuan untuk keperluan pajak. Dalam melaksanakan pembukuan atau pencatatan terjadi pelenggaran ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan, selain dalam bentuk tax evasion dapat juga terjadi karena kelalaian memenuhi kewajiban perpajakan, yang dapat disebabkan karena
ketidaktahuan ignorance, kesalahan error, kesalah-pahaman misunderstanding, dan kealfaan negligence.
Surat Pemberitahuan SPT digunakan sebagai dasar dilakukannya pemeriksaan pajak. Status keadaan SPT yang dilaporkan wajib pajak ke Kantor
Pelayanan Pajak KPP akan menentukan apakah wajib pajak dilakukan pemeriksaan
54
atau tidak. SPT Lebih Bayar, SPT Rugi, SPT tidak masuk atau terlambat sesuai dengan undang-undang harus dilakukan pemeriksaan.
Dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tersebut diperlukan adanya penegakan hukum untuk menjamin kepatuhan wajib pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya. Kepatuhan dalam pelaksanaan peraturan tersebut bersifat mutlak. Sehingga tidak ada alasan bagi wajib pajak untuk tidak patuh
dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Bagi wajib pajak yang tidak patuh akan diberikan sanksi administrasi dan sanksi pidana.
Kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan dapat dilihat dari pemahaman dan usaha pemahaman ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, pengisian SPT secara lengkap dan benar beserta perhitungannya, dan pembayaran pajak terutang tepat waktu.
Direktorat Jenderal Pajak DJP mempunyai sarana untuk menguji kepatuhan wajib pajak yaitu melalui pelaksanaan pemeriksaan pajak. Diharapkan
melalui pemeriksaan pajak wajib pajak semakin patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
55
4.2. Evaluasi Data