Jumlah Kelompok Pencari Madu Lebah Hutan Pemanenan Madu Lebah Hutan

33 0.53 0.54 0.55 0.56 0.57 0.58 0.59 1987 1987 1987 1987 1987 Tahun W a kt u Te m puh Responden 19 1 1 1 1 1 Responden 20 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 Responden 21 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 Responden 22 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 Responden 23 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 Responden 24 1 1 1 1 1 Responden 25 1 1 1 1 1 Responden 26 1 1 1 1 1 Responden 27 1,5 1,5 1,5 2 2 Responden 28 3 3 3 3 3 Responden 29 2 2 2 2 2 Responden 30 1 1 1 1 1 Responden 31 1 1 1 1,5 1,5 Jumlah 17 17 17 18 18 Rata-rata 0,55 0,55 0,55 0,58 0,58 Gambar 3 Grafik Perkembangan Waktu Tempuh Jam

5.1.5 Jumlah Kelompok Pencari Madu Lebah Hutan

Berdasarkan Tabel 7, diketahui bahwa jumlah kelompok kerja pencari madu di Kabupaten Tapanuli Utara meningkat selama kurun waktu 20 tahun terakhir. Tabel 7 Perkembangan Jumlah Kelompok Pencari Madu Lebah Hutan Lokasi Responden Jumlah Kelompok Pencari Madu Kecamatan Desa 1987 1992 1997 2002 2007 Adian Koting Parsingkaman 6 6 7 8 10 Pagar Lambung III 4 4 9 9 9 Purbatua Selamat 6 8 8 9 12 Purbatua 3 3 3 3 5 Gorung 1 1 1 2 2 Bonani dolok 1 2 2 4 4 Huta Tambunan 1 1 1 2 3 Simangumban Dolok Sanggul 1 2 3 3 4 Lobusihim 2 2 2 5 6 34 Simangumban jae 1 1 2 3 3 Pahae Julu Sibaganding 1 1 3 4 6 Sigompulon 1 1 2 2 2 Pahae jae Parsaoran samosir 2 2 4 6 7 Sitolu ompu 1 1 1 1 3 Jumlah 31 35 48 61 76 Peningkatan jumlah kelompok pencari madu lebah hutan disebabkan oleh banyaknya anggota kelompok yang membentuk kelompok baru, alasannya adalah kelompok ini telah mempunyai pengalaman yang cukup baik dalam hal memanen madu lebah hutan selain mereka juga menyadari keuntungannya.

5.1.6 Pemanenan Madu Lebah Hutan

1. Peralatan Peralatan yang digunakan dalam kegiatan pemanenan madu lebah hutan adalah tangga, polang, alat pengasap, ember, pisau, tali, alat penyaring, dan senter. Peralatan-peralatan tersebut sudah harus disiapkan sebelum kegiatan pemanenan di mulai. Peralatan – peralatan itu sendiri tidak berubah dari tahun ke tahun. Tangga terbuat dari kayu yang kuat tetapi lebih sering menggunakan bambu, yang dipakai sebagai alat bantu untuk mencapai sarang. Biasanya alat ini digunakan oleh pencari madu yang mengambil madu dari tebing batu sedangkan yang mengambil madu dari pohon menggunakan polang. Polang sama fungsinya dengan tangga akan tetapi bentuknya berbeda. Polang terbuat dari ijuk yang dibuat menyerupai tali, di kedua ujungnya diikatkan masing-masing satu buah kayu. Alat ini diikatkan pada pohon dengan sedemikian rupa sehingga posisinya kokoh dan siap dipakai untuk memanen madu. 35 Gambar 4 Alat untuk memanjat pohon Polang. Alat pengasap disebut tunom, umumnya terbuat dari sabut kelapa. Alat pengasap harus terbuat dari bahan yang apabila dibakar banyak menghasilkan asap tetapi tidak menimbulkan nyala api. Terkadang pencari madu juga menggunakan akar-akar kayu maupun kain yang diikatkan pada kayu. Tunom biasanya diayun- ayunkan di sekitar sarang untuk menyingkirkan lebah dari sarangnya. Sarang yang telah bersih dari lebah kemudian dipotong. Alat pemotongnya adalah pisau. Pisau yang digunakan adalah pisau yang biasa dipakai di dapur. Selanjutnya sarang yang dipotong tersebut akan dimasukkan ke ember yang telah diikat dengan tali untuk bisa dinaikkan maupun diturunkan saat proses pemanenan. Pemrosesan madu dilakukan dengan cara memeras sisiran madu dan menyaringnya terlebih dahulu. Saringan madu yang digunakan adalah berupa saringan kain akan tetapi sering juga menggunakan saringan kelapa. Sebagai tempat penampungan madu saat proses penyaringan digunakan ember, yang kemudian akan di kemas kembali dalam botol. Gambar 5 Tempat penampungan sisiran Ember dan tali untuk menaikkan dan menurunkan ember saat proses pemanenan madu. Dalam kegiatan pemanenan madu alat yang dipakai untuk penerangan adalah senter, digunakan untuk melihat posisi sarang dan alat penerangan bagi pawang agar tidak jatuh. 2. Waktu pemungutan 36 Menurut keterangan dari responden, pengambilan madu dari sarang lebah hutan sudah dapat dilakukan 2-3 minggu setelah lebah hutan membuat sarang. Pada umumnya setelah waktu tersebut lebah sudah menghasilkan madu, dapat juga dilihat dari warna sarang yaitu sarang yang berisi madu berwarna kuning mengkilat. Umumnya pemanenan madu lebah hutan dilakukan pada musim bunga dimana pada saat itu adalah panen buah-buahan, tanaman pertanian dan perkebunan yaitu 2-3 kali dalam setahun. Kegiatan pengambilan madu dapat dilakukan pada siang hari maupun malam hari. 3. Tahap-tahap pemanenan madu lebah hutan a. Persiapan alat Alat yang diperlukan pada saat pemanenan harus dipersiapkan sebelum melakukan kegiatan eksploitasi agar kegiatan berjalan dengan lancar. Tunom harus dalam keadaan siap pakai karena alat ini dibutuhkan dalam mengusir lebah. Sebelum pengambilan madu, tangga juga sudah dipersiapkan untuk bisa mencapai sarang. b. Pengasapan, pemotongan sarang, dan penurunan sarang Setelah tangga dipasang kokoh, pemanen madu lebah hutan memanjat mencapai sarang. Biasanya yang bertugas untuk itu adalah 1 orang sedangkan anggota yang lain menunggu dibawah, bertugas untuk mempersiapkan alat penampung sisiran sarang dan mengambil sisiran sarang yang diturunkan oleh petugas yang diatas. Dalam proses pengambilan madu lebah hutan, lebah diusir dengan asap dan sarangnya dipotong, pengasapan sarang dilakukan dengan menggunakan satu buah tunom yang telah dibakar dan diayun-ayunkan di sekeliling sarang. Pengasapan ini dilakukan agar sarang bersih dari koloni lebah. Sebagian kelompok pemanen madu dari Kecamatan Pahae Jae dan Pahae Julu mempersiapkan dua buah tunom pada saat kegiatan eksploitasi yaitu tunom yang menghasilkan api dan tunom yang hanya menghasilkan asap yang banyak. Tunom yang menghasilkan api akan dijatuhkan kebawah setelah sarang mulai beterbangan dari sarang karena diganggu, menurut 37 penjelasan dari responden-responden tersebut, lebah yang diganggu akan mengikuti cahaya api tersebut dan berkumpul di sekitar api sehingga tidak menyerang orang yang mengambil madu maupun orang yang menunggu di bawah. Anggota kelompok pemanen madu akan selalu membuat asap dilokasi agar lebah tidak mengganggu kegiatan eksploitasi. Setelah sarang bersih, maka dilakukan pemotongan sarang menggunakan pisau. Sarang yang dipotong dimasukkan ke dalam ember kemudian diturunkan dengan tali, sisiran akan dipindahkan ke ember yang lain kemudian ember yang dipakai untuk menampung sisiran sarang dinaikkan lagi. Pembersihan dan pemotongan sarang tersebut dilanjutkan pada setiap koloni lebah yang ada pada tempat tersebut. c. Pemrosesan Hasil Kegiatan ini meliputi pemerasan sarang dan penyaringan untuk memperoleh madu. Hasil penyaringan akan ditampung dalam ember, lalu dikemas dalam botol. Bagian sarang yang lainnya seperti telur, anakan sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan tetapi ada juga sebagian responden yang membuang. Sedangkan ampas dari hasil penyaringan yaitu berupa gumpalan sarang diberikan atau terkadang dijual kepada penduduk yang biasa bertenun untuk dipakai melicinkankan benang tenunan. 5.2 PEMBAHASAN 5.2.1 Tempat Bersarang Lebah Hutan