Penjatuhan pidana oleh hakim yang diterapkan dalam bentuk putusan pemidanaan tidak dapat dilepaksan dari tujuan pemidanaan, adapun teori tujuan pemidanaan
yang sering digunakan dalam mengkaji tentang tujuan permidanaan pada umumnya terdapat 3 tiga teori yaitu :
1. Tujuan pemidanaan menurut teori Absolutpembalasan, antara lain :
a. Tujuan pemidanaan hanyalah sebagai pembalasan;
b. Pembalasan adalah tujuan utama dan didalamnya tidak mengandung
sarana-sarana untuk tujuan lain seperti kesejahteraan masyarakat; c.
Kesalahan merupakan satu-satunya syarat untuk adanya pemidanaan; d.
Pidana harus sesuai dengan kesalahan si pelanggar; e.
Pidana melihat kebelakang, ia sebagai pencelaan yang murni dan bertujuan tidak untuk memperbaiki, mendidik dan meresosialisasi pelaku.
2. Tujuan pemidanaan menurut teori relativetujuan, antara lain :
a. Tujuan pemidanaan adalah pencegahan;
b. Pencegahan bukan sebagai tujuan akhir tapi hanya sebagai sarana untuk
mencapai tujuan yang lebih tinggi yaitu kesejahteraan masyarakat; c.
Hanya pelanggaran-pelanggaran hukum yang dapat dipersalahkan kepada pelaku saja, misalnya kesengajaan atau kelalaian yang memenuhi syarat
untuk adanya pidana;
d. Pemidanaan harus ditetapkan berdasarkan tujuan sebagai alat pencegahan
kejahatan; e.
Pemidanaan melihat kedepan, atau bersifat prospektif. 3.
Tujuan pemidanaan menurut teori integratifgabungan, teori ini menganggap pemidanaan sebagai unsur penjeraan dibenarkan tetapi tidak mutlak dan harus
memiliki tujuan untuk membuat si pelaku dapat berbuat baik dikemudian hari.
9
9
Nandang Sambas, Pembaharuan Sistem Pemidanaan Anak di Indonesia. Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010, hlm 15-16.
b. Teori Keadilan
Keadilan pada dasarnya sifatnya adalah abstrak, dan hanya bisa dirasakan dengan akal dan pikiran serta rasionalitas dari setiap induvindu masyarakat. Keadilan
tidak berbentuk dan tidak dapat terlihat namun pelaksanaanya dapat kita lihat dalam prespektif pencarian keadilan. Dalam memberikan putusan terhadap suatu
perkara pidana, seharusnya putusan hakim tersebut berisi alasan-alasan dan pertimbangan-pertimbangan itu dapat dibaca motivasi yang jelas dari tujuan
putusan diambil, yaitu untuk menegakan hukum kepastian hukum dan memberikan keadilan. Berlakunya KUHAP menjadi pegangan hakim dalam
menciptakan keputusan-keputusan yang tepat dan harus dapat dipertanggung jawabkan.
10
Menurut Hans Kelses, terdapat dua konsep keadilan, yaitu : 1.
Keadilan dan perdamaian Keadilan dirasionalkan melalui pengetahuan yang dapat berwujud suatu
kepentingan-kepentingan yang pada akhirnya menimbulkan suatu konflik kepentingan, penyelesaian atas konflik kepentingan tersebut dapat dicapai
melalui suatu tatanan yang memuskan salah satu kepentingan dengan mengorbankan kepentingan yang lain atau dengan berusaha mencapai suatu
kompromi menuju perdamaian bagi semua kepentingan.
2. Keadilan dan legalitas
Keadilan bermakna legalitas, suatu peraturan umum adalah adil jika ia benar- benar diterapkan, sementara itu suatu peraturan umum adalah tidak adil jika
diterapkan pada suatu kasus dan tidak diterapkan pada kasus lain yang serupa.
11
10
Nanda Agung Dewantoro, Masalah Kebebasan Hakim dalam Menangani Suatu Perkara Pidana, Aksara Persada,Jakarta, 1987 hlm 50
11
Hans Kelsen, General Theory of Law and State, diterjemahkan oleh Rasisul Muttaqien, Nusa Media, Bandung, 2011, hlm 16
2. Konseptual
Kerangka konseptual adalah merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti-arti
yang berkaitan dengan istilah yang akan diteliti atau di inginkan.
12
Kerangka konseptual yang diketengahkan akan dibatasi pada konsepsi pemakaian
istilah-istilah dalam penulisan ini yaitu Analisis Pertimbangan Hakim dalam
Menjatuhkan Pidana Bersyarat terhadap Pelaku Perbarengan Tindak Pidana. Adapun pengertian dari istilah tersebut adalah :
a. Analisis adalah penguraian terhadap suatu masalah untuk mengetahui keadaan
yang sebenar-benarnya.
13
b. Pertimbangan Hakim adalah suatu tahapan dimana majelis hakim
mempertimbangkan fakta yang terungkap selama persidangan berlangsung yang meliputi dakwaan, eksepsi atau jawaban, bukti-bukti, serta keterangan
saksi maupun terdakwa.
14
c. Pidana Bersarat adalah suatu pemidanaan yang pelaksanaannya oleh hakim
telah digantungkan pada syarat-syarat tertentu yang ditetapkan dalam putusannya.
15
12
Soerjono Soekanto, Op.Cit,hlm 132.
13
Yasin Sulchan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta,Balai Pustaka,1997,hlm 34.
14
Damang.web.id. pertimbangan hukum oleh hakim, diakses pada tanggal 13 November 2015
15
Bambang Waluyo,Pidana dan Pemidanaan,Sinar Grafika,Jakarta,2000, hlm.53
d. Perbarengan Tindak Pidana adalah terjadinya dua atau lebih tindak pidana oleh
satu orang dimana tindak pidana yang dilakukan pertama kali belum dijatuhi hukuman pidana, atau antara tindak pidana yang awal dengan tindak pidana
yang berikutnya belum dibatasi oleh keputusan hakim.
16
E. Sistematika Penulisan
Guna mempermudah pemahaman terhadap skripsi ini secara keseluruhan, maka disajikan penulisan sebagai berikut :
I. PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang penulisan skripsi, permasalahan dan ruang lingkup penulisan skripsi, tujuan dan kegunaan
penulisan, kerangka teoritis dan konseptual serta sistematika penulisan. II. TINJAUAN PUSTAKA
Merupakan bab tinjauan pustaka sebagai pengantar dalam memahami pengertian- pengertian umum tentang pokok-pokok bahasan yang merupakan tinjauan yang
besifat teoritis yang nantinya akan dipergunakan sebagai bahan studi perbandingan antara teori dan praktek
III. METODE PENELITIAN
Merupakan bab yang memberikan penjelasan tentang langkah-langkah yang digunakan dalam pendekatan masalah serta uraian tentang sumber-sumber data,
pengolahan data dan analisis data.
16
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 2 ; Penasiran Hukum Pidana, Dasar Peniadaan, Pemberatan, Peringanan, Kejahatan Aduan, Perbarengan Ajaran Kausalitas, Op.Cit, hlm 109.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Merupakan jawaban atas pembahasan dari pokok masalah yang akan dibahas yaitu Tinjauan Yuridis Penjatuhan Pidana Bersyarat Terhadap Pelaku Perbarengan
Tindak Pidana Studi Kasus Nomor 568Pid.Sus2014PN.Tjk. V. PENUTUP
Bab ini merupakan hasil dari pokok permasalahan yang diteliti yaitu merupakan kesimpulan dan saran-saran dari penulis yang berhubungan dengan permasalahan
yang ada.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana
1. Pengertian Tindak Pidana
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tidak memberikan penjelasan mengenai
apa yang dimaksud dengan strafbaarfeit itu sendiri, biasanya tindak pidana disinonimkan dengan delik, yang berasal dari bahasa latin yakni kata delictum.
Istilah stafbaarfeit atau kadang disebut sebagai delict delik diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia dengan berbagai istilah. “Delik adalah tindakan
kriminaltindakan melanggar hukum “.
17
Tindak pidana adalah perbuatan yang oleh aturan hukum dilarang dan diancam
dengan pidana, di mana pengertian perbuatan di sini selain perbuatan yang bersifat aktif yaitu melakukan sesuatu yang sebenarnya dilarang oleh undang-
undang, dan perbuatan yang bersifat pasif yaitu tidak berbuat sesuatu yang sebenarnya diharuskan oleh hukum .
18
17
Adi Gunawan, Op.Cit, Hlm 75
18
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, PT.Raja Grafindo, Jakarta, 2010, hlm 48.