dipengaruhi oleh kondisi pasang surut juga disebabkan karena pengaruh mekanisme alat, akibat goncangan selama transportasi, yang disebut sebagai
drift atau apungan. Koreksi drift ini ditentukan dengan anggapan bahwa perubahan drift ini
linier terhadap waktu, sehingga koreksi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Drift
station
= 26
Dimana D
station
adalah besarnya drift pada titik pengamatan, T
station
adalah waktu pebacaan pada titik pengamatan, G
AI
dan G
A2
adalah pembacaan gayaberat ke-1 dan ke-2 di base station, T
A1
dan T
A2
adalah waktu pembacaan ke-1 dan ke-2 di Base Station
3. Koreksi lintang latitude correction
Telah diketahui bahwa bentuk bumi tidaklah bulat sempurna akan tetapi berbentuk steroid dengan pepat pada kedua kutubnya, sehingga besarnya
harga gayaberat di kutub dan di khatulistiwa tidak sama. Dengan adanya perbedaan ini maka koreksi lintang sangat mempengaruhi besar gayaberat
di suatu daerah. Dalam penelitian ini digunakan koreksi lintang dari International Assosiation of Geodesy Sistem IAG.1967 dengan rumusan
Moritz 1980 yaitu: gφ = 978032.700 1+0.0053024sin
2
φ + 0.0000058sin
2
2φ 27
dimana, φ adalah lintang Radian pada titik pengukuran Koreksi ini dilakukan karena bentuk bumi yang tidak bulat sempurna,
terdapat perbedaan antara jari-jari bumi di kutub dengan di katulistiwa. Nilai
gayaberat dikutub akan lebih besar dibandingkan nilai gayaberat di katulistiwa, seperti ditunjukkan pada Gambar 8.
Gambar 8. Perbendaan nilai gayaberat di kutub dan katulistiwa
4. Koreksi udara bebas free air correction
Koreksi udara bebas merupakan koreksi yang disebabkan karena pengaruh variasi ketinggian terhadap medan gravitasi bumi. Koreksi ini dilakukan
untuk menarik bidang pengukuran P ke bidang datum yaitu bidang geoid P
o
.
Gambar 9 . Koreksi udara bebas terhadap data gayaberat Zhou, dkk., 1990
Koreksi udara bebas free air correction tidak memperhitungkan massa batuan yang terdapat di antara stasiun pengukuran dengan bidang geoid.
Koreksi akan dijumlah jika titik pengukuran berada di atas geoid. Karena