Hubungan antara Body Mass Index (BMI) dengan risiko Obstructive Sleep Apnea (OSA) pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang Periode 2014-2015

(1)

KARYA TULIS AKHIR

HUBUNGAN ANTARA BODY MASS INDEX (BMI) DENGAN RISIKO

OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA (OSA) PADA MAHASISWA

KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG PERIODE 2014-2015

Oleh:

INDRAWAN TRI PURNOMO 201110330311138

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2015


(2)

ii

HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA BODY MASS INDEX (BMI) DENGAN RISIKO

OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA (OSA) PADA MAHASISWA

KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG PERIODE 2014-2015

KARYA TULIS AKHIR

Diajukan kepada

Universitas Muhammadiyah Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Fakultas Kedokteran

Oleh

Indrawan Tri Purnomo 201110330311138

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2015


(3)

iii


(4)

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulistelah berhasil menyelesaikan penelitian yang berjudul “Hubungan antara Body Mass Index (BMI) dengan risiko Obstructive Sleep Apnea (OSA) pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang Periode 2014-2015”. Penulisan penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran Jurusan Pendidikan Dokter pada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini jauh dari sempurna, walaupun demikian penulis telah berusaha semaksimal mungkin serta mendapatkan bantuan dan bimbingan dari dosen pembimbing dalam rangka penyusunan. Tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, sangatlah tidak mudah menjalani masa perkuliahan hingga pada penyusunan tugas akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga penelitian ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi semua pihak.

Malang,


(6)

vi

LEMBAR PERSEMBAHAN

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia kesehatan, kesabaran dan lindungan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

2. dr. Irma Suswati, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

3. dr. Moch. Ma’roef, Sp.OG selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

4. dr. Rahayu, Sp.S selaku Pembantu Dekan II Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

5. dr. Iwan Sis Indrawanto, Sp.KJ selaku Pembantu Dekan III Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

6. Prof. DR. dr. Djoni Djunaedi, Sp.PD., KPTI, Finasim selaku Pembimbing I atas bimbingan, ketelitian, dukungan, saran dan bantuan yang telah diberikan dalam penyusunan karya tulis akhir ini.

7. dr. Gita Sekar Prihanti, MPD.Ked selaku Pembimbing II atas bimbingan, ketelitian, dukungan, saran dan bantuan yang telah diberikan dalam penyusunan karya tulis akhir ini.

8. dr. Indra Setiawan, Sp.THT-KL selaku Penguji atas saran, kritik dan bimbingannya dalam penyusunan karya tulis akhir ini.

9. Orang tua tercinta H. dr. Edy Purnomo, Sp.S dan Umi Hani, BSc yang telah menjadi motivator terbesar untuk menjalani kuliah, memberikan dukungan dan senantiasa mendoakan penulis.


(7)

vii

10. Kakak tercinta drg. Oktadiani Ria Purnamasari dan Anggoro Dwi Purnomo yang telah menjadi panutan dalam menyelesaikan karya tulis akhir ini.

11. Para dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

12. Staff TU dan Laboran Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

13. Teman teristimewa Ade Puji Astuti yang telah membantu, mendukung, dan mendoakan dalam menyelesaikan karya tulis akhir ini.

14. Teman-teman seperjuangan Saifur Rizal, Idor, Isla, Putra, Ryan, Fahmi yang telah membantu menyelesaikan karya tulis akhir ini.

15. Semua teman-teman Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2011 dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.


(8)

viii

ABSTRAK

Purnomo, Indrawan Tri. 2015. Hubungan antara Body Mass Index (BMI) dengan risiko Obstructive Sleep Apnea (OSA) pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. Tugas akhir, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang, Pembimbing: (1) Djoni Djunaedi*) (2) Gita Sekar Prihanti**)

Latar Belakang: Obstructive Sleep Apnea (OSA) adalah gangguan bernafas yang

dialami pada saat tidur dengan penyebab yang masih belum jelas. Body Mass

Index merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang tergolong dewasa, khususnya yang berkaitan untuk menentukan orang tersebut obese. Obesitas merupakan salah satu faktor yang berperan dalam Obstructive Sleep Apnea (OSA) karena obese menyebabkan penyempitan jalan napas.

Tujuan: Untuk membuktikan hubungan antara BMI dengan risiko Obstructive Sleep Apnea (OSA) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang Periode 2014-2015.

Metode: Analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Pengambilan sampel dengan teknik cluster random sampling. Jumlah sampel 252 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammdiyah Malang. Data diambil dengan menggunakan kuesioner Berlin dan pengukuran berat badan dan tinggi badan untuk menentukan kategori BMI. Dianalisis dengan uji Chi Square.

Hasil Penelitian: Hasil uji Chi Square menunjukkan hubungan yang signifikan antara BMI dengan risiko Obstructive Sleep Apnea (OSA) diantara mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang yaitu dengan p-value

(0,000) < α (0,05). Presentasi risiko tinggi terjadinya Obstructive Sleep Apnea (OSA) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang adalah sebesar 28,6%.

Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara BMI dengan risiko Obstructive Sleep Apnea (OSA) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang Periode 2014-2015.

Kata Kunci: Body Mass Index (BMI), Obstructive Sleep Apnea (OSA), Kuesioner Berlin

*) Guru Besar bagian Ilmu Penyakit Dalam di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

**) Dosen bagian Imu Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.


(9)

ix ABSTRACT

Purnomo, Indrawan Tri. 2015. Correlation Between Body Mass Index With the Risk of Obstructive Sleep Apnea on Medical Science Students of University of Muhammadiyah Malang Period 2014-2015. Thesis. Medical Faculty of University of Muhammadiyah Malang, Advisors: (1) Djoni Djunaedi*) (2) Gita Sekar Prihanti**)

Background: Obstructive Sleep Apnea (OSA) is a breathing disorder during sleep with an unclear cause. Body Mass Index is a simple indicator to monitor nutritional status on adults, especially the one that is related to determine wether the person is obese. Obesity is one of the factors that may a role on Obstructive Sleep Apnea (OSA) because of the narrowing airway.

Purpose: To prove the correlation between BMI and the risk of Obstructive Sleep Apnea (OSA) on medical science students of University of Muhammadiyah Malang.

Methods: Observational analytics with cross sectional approach. Sample were taken using cluster random sampling. Sample were 252 medical science students of University of Muhammadiyah Malang 2014-2015. Data’s were by taken using Berlin questionnaire and measurements of weight and height to determined BMI. Data was analyzed using Chi Square Test.

Results: Chi Square Test showed a significant correlation between BMI and the risk of Obstructive Sleep Apnea (OSA) around medical science students of University of Muhammadiyah Malang, with p-value (0,000) < α (0,05). Percentage of high risk of Obstructive Sleep Apnea (OSA) on medical science students of University of Muhammadiyah Malang was 28,6%.

Conclusions: The study concluded that there was a significant correlation between BMI and the risk of Obstructive Sleep Apnea (OSA) on medical science students of University of Muhammadiyah Malang Period 2014-2015.

Kata Kunci: Body Mass Index (BMI), Obstructive Sleep Apnea (OSA), Berlin Questionnaire

*) Professor of Internist Departement of Medical Faculty University of Muhammadiyah Malang

**) Lecturer of Public of Health Departement of Medical Faculty University of Muhammadiyah Malang


(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ...iii

LEMBAR PENGUJIAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

LEMBAR PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ...viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR SINGKATAN ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 3

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1Tujuan Umum ... 3

1.3.2Tujuan Khusus ... 3

1.4Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Respirasi ... 5


(11)

xi

2.1.1 Fungsi sistem respirasi ... 5

2.1.2 Pembagian sistem respirasi ... 5

2.1.3 Anatomi saluran pernafasan ... 5

2.1.4 Fisiologi sistem respirasi ... 12

2.2 Body Mass Index ... 13

2.3 Obesitas ... 14

2.3.1 Definisi obesitas ... 14

2.3.2 Faktor yang mempengaruhi obesitas ... 15

2.4 Obstructive Sleep Apnea (OSA) ... 16

2.4.1 Definisi Obstructive Sleep Apnea (OSA) ... 16

2.4.2 Patofisiologi mendengkur dan OSA ... 17

2.4.3 Epidemiologi ... 19

2.4.4 Gambaran klinis ... 20

2.4.5 Diagnosis ... 21

2.4.6 Komplikasi ... 23

2.4.7 Terapi ... 24

2.5 Pengukuran Risiko Menderita OSA ... 27

BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konseptual ... 31

3.2 Hipotesis Penelitian ... 33

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 34

4.2 Tempat Penelitian ... 34 4.3 Populasi, Sampel dan Pengambilan Penelitian


(12)

xii

4.3.1 Populasi ... 34

4.3.2 Sampel ... 34

4.3.3 Teknik sampling ... 35

4.3.4 Pengambilan sampel ... 36

4.4 Instrumen Penelitian ... 36

4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 4.5.1 Variabel penelitian ... 36

4.5.2 Definisi operasional ... 37

4.6 Teknik Pengumpulan Data 4.6.1 Data primer ... 38

4.6.2 Metode pengumpulan data ... 38

4.7 Alur Penelitian ... 38

4.8 Analisis Data ... 39

4.9 Etika Penelitian ... 39

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 5.1 Hasil Penelitian ... 40

5.2 Analisis Data ... 44

BAB 6 PEMBAHASAN ... 46

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 50

7.2 Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kuesioner Berlin ... 28

Tabel 4.1 Definisi Operasional ... 37

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan BMI ... 41

Tabel 5.3 Hasil Uji Normalitas Data ... 42

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Risiko OSA ... 42

Tabel 5.5 Hubungan Kategori 1 dengan Risiko Obstructive Sleep Apnea ... 43

Tabel 5.6 Hubungan Kategori 2 dengan Risiko Obstructive Sleep Apnea ... 43

Tabel 5.7 Hubungan Kategori 3 dengan Risiko Obstructive Sleep Apnea ... 44


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Anatomi Saluran Nafas Atas ... 6

Gambar 2.2 Anatomi Hidung ... 7

Gambar 2.3 Anatomi Faring ... 8

Gambar 2.4 Anatomi Laring ... 10

Gambar 2.5 Anatomi Trakea dan Bronkus ... 11

Gambar 2.6 Anatomi Alveolus ... 12

Gambar 2.7 Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) Berdasarkan Kriteria WHO 2000...14

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ... 31


(15)

xv

DAFTAR SINGKATAN

AHI : Apneu-Hypopneu Index AI : Apneu Index

BMI : Body Mass Index

EDS : Excessive Daytime Sleepiness EEG : Electroencephalography EKG : Elektrokardiografi IMT : Indeks Massa Tubuh

nCPAP : nasal Continuous Positive Airway Pressure OSA : Obstructive Sleep Apnea

OSAS : Obstructive Sleep Apnea Syndrome

OSAHS : Obstructive Sleep Apnea Hypopnea Syndrome RDI : Respiratory Disturbance Index

REM : Rapid Eye Movement UPPP : Uvulopalatopharingoplasty WHO : World Health Organization


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Bersedia Menjadi Responden ... 56

Lampiran 2 Persetujuan Menjadi Responden ... 57

Lampiran 3 Kuesioner Berlin ... 58

Lampiran 4 Data Hasil Penelitian ... 61

Lampiran 5 Data Hasil Analisis ... 71


(17)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tidur merupakan proses fisiologis yang kompleks dan dinamis, hampir sepertiga masa hidup kita dihabiskan dengan kondisi ini. Akan tetapi, kondisi fisiologis ini dapat terganggu dengan adanya Obstructive Sleep Apnea (OSA).

Obstructive Sleep Apnea (OSA) pertama kali dipublikasikan pada tahun 1956 oleh

Sidney Burwell sehingga kepentingan klinisnya saat ini semakin dikenali (Saimak, 2009).

Obstructive Sleep Apnea (OSA) adalah gangguan bernafas yang dialami

pada saat tidur dengan penyebab yang masih tidak jelas. Sebagian besar pasien mengalami obstruksi di palatum molle dan meluas ke daerah pangkal lidah. Di daerah ini tidak ada bagian yang keras, seperti kartilago atau tulang, sehingga otot-ototlah yang menjaga agar saluran ini tetap terbuka. Pada saat penderita OSA tertidur, otot-otot daerah ini mengalami relaksasi ke tingkat dimana saluran nafas ini menjadi kolaps dan terjadi obstruksi (Chung et al., 2008).

Ketika saluran nafas tertutup, penderita berhenti bernafas, dan penderita akan berusaha terbangun dari tidurnya supaya saluran nafas dapat kembali terbuka. Proses terbangun dari tidur ini biasanya hanya berlangsung beberapa detik, tetapi dapat mengganggu irama tidur yang berkesinambungan dan juga dapat menghalangi seseorang masuk kedalam tingkat tidur yang dalam, seperti

rapid eye movement (REM) sleep. Tidak dapatnya seseorang masuk ke tingkat


(18)

2

mengantuk sepanjang hari, penurunan daya ingat, erectile dysfunction

(impotensi), depresi, dan perubahan kepribadian (Swierzewski, 2000).

Body Mass Index atau Indeks Massa Tubuh merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan untuk menentukan orang tersebut obesitas atau tidak. Obesitas merupakan salah satu faktor yang berperan dalam Obstructive Sleep Apnea (OSA) karena obesitas menyebabkan penyempitan jalan napas (Dahl, 2005).

Berat badan yang berlebihan pada dinding dada dan disfungsi diafragma mengganggu upaya ventilasi saat tidur dan jaringan lemak pada leher dan lidah menurunkan diameter saluran napas yang merupakan predisposisi terjadinya penutupan prematur saat jaringan otot relaksasi waktu tidur. Suara mendengkur timbul akibat turbulensi aliran udara pada saluran nafas atas akibat sumbatan (Dahl, 2005).

Sebuah penelitian di Jakarta terhadap pengemudi taksi didapati 25% dari 280 responden berisiko OSA. Dimana prevalensi risiko OSA pada pengemudi taksi tersebut memiliki kaitan erat dengan BMI ≥25, memiliki riwayat

mendengkur dalam keluarga, lingkar leher ≥40 cm, usia ≥ 36 tahun dan memiliki

jadwal kerja yang padat (Wiadnyana et al., 2010).

Dalam jurnal penelitian Yaggi dalam suatu studi longitudinal yang melibatkan 1022 subyek mendapatkan bahwa Obstructive Sleep Apnea (OSA) secara bermakna meningkatkan risiko stroke dan kematian oleh semua penyebab. Peningkatan ini bersifat independent dari faktor risiko lain, termasuk hipertensi. Selain itu, juga mendapatkan risiko stroke meningkat sampai 3,3 kali pada penderita Obstructive Sleep Apnea (OSA) (Yaggi, 2010).


(19)

3

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan antara Body Mass Index (BMI) dengan risiko Obstructive Sleep Apnea (OSA) pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang karena hal terbaik untuk mencegah terjadinya OSA adalah dengan mengetahui apakah seseorang berisiko menderita OSA atau tidak. 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut di atas, rumusan masalah ini adalah: Adakah hubungan antara BMI dengan risiko Obstructive Sleep Apnea (OSA) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang Periode 2014-2015?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara BMI dengan risiko Obstructive Sleep Apnea (OSA) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang Periode 2014-2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Membuktikan hubungan antara BMI dengan risiko Obstructive Sleep Apnea (OSA) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang Periode 2014-2015.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Akademis

Menambah wawasan ilmu pengetahuan mengenai hubungan BMI dengan risiko Obstructive Sleep Apnea (OSA) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang Periode 2014-2015.


(20)

4

1.4.2 Klinis

1. Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan penelitian ini tentang Obstructive Sleep Apnea (OSA) .

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi mengenai pengaruh BMI terhadap risiko Obstructive Sleep Apnea (OSA). 1.4.3 Masyarakat

Membantu masyarakat untuk mengetahui apakah mereka berisiko terkena Obstructive Sleep Apnea (OSA), sehingga dapat mengantisipasi secara dini dan dapat meningkatkan kualitas hidup mereka.


(1)

xv

DAFTAR SINGKATAN

AHI : Apneu-Hypopneu Index AI : Apneu Index

BMI : Body Mass Index

EDS : Excessive Daytime Sleepiness EEG : Electroencephalography EKG : Elektrokardiografi IMT : Indeks Massa Tubuh

nCPAP : nasal Continuous Positive Airway Pressure OSA : Obstructive Sleep Apnea

OSAS : Obstructive Sleep Apnea Syndrome

OSAHS : Obstructive Sleep Apnea Hypopnea Syndrome RDI : Respiratory Disturbance Index

REM : Rapid Eye Movement UPPP : Uvulopalatopharingoplasty WHO : World Health Organization


(2)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Bersedia Menjadi Responden ... 56

Lampiran 2 Persetujuan Menjadi Responden ... 57

Lampiran 3 Kuesioner Berlin ... 58

Lampiran 4 Data Hasil Penelitian ... 61

Lampiran 5 Data Hasil Analisis ... 71


(3)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tidur merupakan proses fisiologis yang kompleks dan dinamis, hampir sepertiga masa hidup kita dihabiskan dengan kondisi ini. Akan tetapi, kondisi fisiologis ini dapat terganggu dengan adanya Obstructive Sleep Apnea (OSA).

Obstructive Sleep Apnea (OSA) pertama kali dipublikasikan pada tahun 1956 oleh

Sidney Burwell sehingga kepentingan klinisnya saat ini semakin dikenali (Saimak, 2009).

Obstructive Sleep Apnea (OSA) adalah gangguan bernafas yang dialami

pada saat tidur dengan penyebab yang masih tidak jelas. Sebagian besar pasien mengalami obstruksi di palatum molle dan meluas ke daerah pangkal lidah. Di daerah ini tidak ada bagian yang keras, seperti kartilago atau tulang, sehingga otot-ototlah yang menjaga agar saluran ini tetap terbuka. Pada saat penderita OSA tertidur, otot-otot daerah ini mengalami relaksasi ke tingkat dimana saluran nafas ini menjadi kolaps dan terjadi obstruksi (Chung et al., 2008).

Ketika saluran nafas tertutup, penderita berhenti bernafas, dan penderita akan berusaha terbangun dari tidurnya supaya saluran nafas dapat kembali terbuka. Proses terbangun dari tidur ini biasanya hanya berlangsung beberapa detik, tetapi dapat mengganggu irama tidur yang berkesinambungan dan juga dapat menghalangi seseorang masuk kedalam tingkat tidur yang dalam, seperti

rapid eye movement (REM) sleep. Tidak dapatnya seseorang masuk ke tingkat


(4)

mengantuk sepanjang hari, penurunan daya ingat, erectile dysfunction (impotensi), depresi, dan perubahan kepribadian (Swierzewski, 2000).

Body Mass Index atau Indeks Massa Tubuh merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan untuk menentukan orang tersebut obesitas atau tidak. Obesitas merupakan salah satu faktor yang berperan dalam Obstructive Sleep Apnea (OSA) karena obesitas menyebabkan penyempitan jalan napas (Dahl, 2005).

Berat badan yang berlebihan pada dinding dada dan disfungsi diafragma mengganggu upaya ventilasi saat tidur dan jaringan lemak pada leher dan lidah menurunkan diameter saluran napas yang merupakan predisposisi terjadinya penutupan prematur saat jaringan otot relaksasi waktu tidur. Suara mendengkur timbul akibat turbulensi aliran udara pada saluran nafas atas akibat sumbatan (Dahl, 2005).

Sebuah penelitian di Jakarta terhadap pengemudi taksi didapati 25% dari 280 responden berisiko OSA. Dimana prevalensi risiko OSA pada pengemudi taksi tersebut memiliki kaitan erat dengan BMI ≥25, memiliki riwayat mendengkur dalam keluarga, lingkar leher ≥40 cm, usia ≥ 36 tahun dan memiliki jadwal kerja yang padat (Wiadnyana et al., 2010).

Dalam jurnal penelitian Yaggi dalam suatu studi longitudinal yang melibatkan 1022 subyek mendapatkan bahwa Obstructive Sleep Apnea (OSA) secara bermakna meningkatkan risiko stroke dan kematian oleh semua penyebab. Peningkatan ini bersifat independent dari faktor risiko lain, termasuk hipertensi. Selain itu, juga mendapatkan risiko stroke meningkat sampai 3,3 kali pada penderita Obstructive Sleep Apnea (OSA) (Yaggi, 2010).


(5)

3

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan antara Body Mass Index (BMI) dengan risiko Obstructive Sleep Apnea (OSA) pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang karena hal terbaik untuk mencegah terjadinya OSA adalah dengan mengetahui apakah seseorang berisiko menderita OSA atau tidak. 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut di atas, rumusan masalah ini adalah: Adakah hubungan antara BMI dengan risiko Obstructive Sleep Apnea (OSA) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang Periode 2014-2015?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara BMI dengan risiko Obstructive Sleep Apnea (OSA) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang Periode 2014-2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Membuktikan hubungan antara BMI dengan risiko Obstructive Sleep Apnea (OSA) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang Periode 2014-2015.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Akademis

Menambah wawasan ilmu pengetahuan mengenai hubungan BMI dengan risiko Obstructive Sleep Apnea (OSA) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang Periode 2014-2015.


(6)

1.4.2 Klinis

1. Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan penelitian ini tentang Obstructive Sleep Apnea (OSA) .

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi mengenai pengaruh BMI terhadap risiko Obstructive Sleep Apnea (OSA). 1.4.3 Masyarakat

Membantu masyarakat untuk mengetahui apakah mereka berisiko terkena Obstructive Sleep Apnea (OSA), sehingga dapat mengantisipasi secara dini dan dapat meningkatkan kualitas hidup mereka.