Hubungan Body Mass Index(BMI) dengan Tekanan Darah Pada Mahasiswa Kedokteran dan Fisioterapi Alliance College Of Medical Sciences (ACMS) Yang Mempunyai Riwayat Keluarga Hipertensi

(1)

Hubungan Body Mass Index(BMI) dengan Tekanan Darah

Pada Mahasiswa Kedokteran dan Fisioterapi Alliance

College Of Medical Sciences (ACMS) Yang Mempunyai

Riwayat Keluarga Hipertensi

Oleh :

Mohd Ilham Bin Abdul Karim

070100422

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

Hubungan Body Mass Index(BMI) dengan Tekanan Darah

Pada Mahasiswa Kedokteran dan Fisioterapi Alliance

College Of Medical Sciences (ACMS) Yang Mempunyai

Riwayat Keluarga Hipertensi

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

Mohd Ilham Bin Abdul Karim

070100422

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN BODY MASS INDEX (BMI) DENGAN TEKANAN

DARAH PADA MAHASISWA ACMS YANG MEMPUNYAI

RIWAYAT KELUARGA HIPERTENSI

Nama

:

MOHD ILHAM BIN ABDUL KARIM

NIM

:

070100422

Pembimbing

Penguji I

(dr. Yahwardiwah Siregar, PhD)

(dr. Almaycano MKes)

Penguji II

(dr. Sri Sofiani. SpA)


(4)

ABSTRAK

Pendahuluan: Obesitas adalah ketidakseimbangan energi, dengan asupan energi melebihi pengeluaran energi, dan didefinisikan sebagai Body Mass Index (BMI) lebih besar dari 25. Ini adalah penyebab utama morbiditas, mortalitas dan biaya kesehatan yang tinggi di seluruh dunia. Obesitas juga merupakan faktor risiko hipertensi, penyakit stroke, hepatobiliary (batu empedu dan steatohepatitis alkohol), osteoarthritis dan apnea tidur. Obesitas meningkat pada anak-anak dan anak-anak obesitas cenderung menjadi orang dewasa gemuk.

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Body Mass Index dan tekanan darah pada mahasiswa yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi.

Metode: Dengan metode Cross Sectional, Body Mass Index dan tekanan darah diperoleh daripada 100 orang mahasiswa ACMS. Penelitian in diperoleh dari 20 Oktober hingga 2 November 2010

Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan 70 mahasiswa mempunyai berat badan normal (70%), 6 orang merupakan underweight (6%), 16 orang overweight (16%) dan seramai 8 orang mengalami obesitas (8%). Manakala dari 100 orang mahasiswa 84 orang mempunyai tekanan darah normal, 14 orang mengalami prehipertensi dan 2 orang mengalami hipertensi.

Kesimpulan: Ada hubungan antara Body Mass Index (BMI) pada tekanan darah pada siswa yang memiliki riwayat keluarga hipertensi


(5)

ABSTRACT

Introduction: Obesity is an energy imbalance, with energy intake exceeding energy expenditure, and is defined as body mass index (BMI) greater than 25. It is a major cause of morbidity, death and high healthcare cost in worldwide. Obesity is also a risk factor for hypertension, stroke, hepatobiliary disease (gallstones and nonalcoholic steatohepatitis), osteoarthritis and sleep apnea. Obesity is increasing in children and obese children tend to become obese adults.

Purpose: The reason for this research is to relationship between Body Mass Index and blood pressure in ACMS students with family history of hypertension.

Methode: Wit h cross sect ional m et hod, body m ass index and blood pressure obt ained from 100 st udent s ACMS. This research was obt ained from 20 Oct ober t o 2 Novem ber 2010.

Result: Results showed 70 students had normal weight (70%), 6 thin people (6%), 16 people are overweight (16%) and 8 people busy as obesity (8%). From 100 students, 84 people have normal blood pressure, 14 people have prehypertension and 2 had hypertension.

Conclusion: There is a relationship between body mass index (BMI) on blood pressure in students who have a family history of hypertension


(6)

KATA PENGANTAR

Terima kasih saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan anugerahNya saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penelitian ini adalah mengenai Hubungan Body Mass Index dengan Tekanan Darah pada Mahasiswa ACMS yang Mempunyai Riwayat Keluarga Hipertensi.

Penulisan penelitian ini dapat terlaksana dengan lancar berkat bimbingan serta arahan dan masukkan dari pelbagai pihak terutama dosen pembimbing dan Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas (IKK) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Di kesempatan ini, saya ucapkan terima kasih kepada dosen-dosen yang telah membimbing dan mengajar saya selama ini.

Ucapan ribuan terima kasih saya tujukan kepada dr. Yahwardiah Siregar, dr. PHD yang telah membimbing saya serta meluangkan banyak waktu dan pikirannya sebagai petunjuk dan saran selama pembuatan penelitian ini. Terima kasih kepada keluarga dan segenap teman-teman yang telah mendukung saya selama ini.

Saya menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Saya sangat berharap saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat menyempurnakan lagi penelitian ini. Kepada semua yang membaca penelitian ini saya mengucapkan terima kasih karena telah meluangkan waktu untuk membaca proposal penelitian ini.

Medan, 22 November 2010

Mohd Ilham Bin Abdul Karim


(7)

DAFTAR ISI

Abstrak I

Abstract II

Kata Pengantar III

Daftar Isi IV-V

Daftar Tabel VI

Daftar Gambar VII

Daftar Istilah VIII

Daftar Lampiran

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 3

1.3. Tujuan Penelitian 3

1.4. Manfaat Penelitian 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obesitas 5

2.1.1. Definisi 5

2.1.2. Penyebab dan Faktor Resiko 6

2.1.3. BMI dan Diagnosa 8

2.2. Tekanan Darah 10

2.3. Hipertensi 11

2.3.1. Definisi 11

2.3.2. Penyebab Hipertensi 12

2.3.3. Pengukuran Tekanan Darah 14

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian 16

3.2. Definisi Operasional 17


(8)

BAB 4 Metode Penelitian

4.1. Jenis Penelitian 20

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian 20

4.3. Populasi dan Sample Penelitian 20

4.4. Teknik Pengumpulan Data 21

4.4.1. Mengukur Berat Badan, Tinggi Badan dan Indeks Massa 22

Tubuh (IMT) 4.4.2. Mengukur Tekanan Darah 22

4.5. Pengolahan dan Analisis Data 23

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Table 2.1: Klassifikasi Internasional untuk underweight, overweight 9 dan obesitas pada orang dewasa berdasarkan BMI

Tabel2.2. Klasifikasi hipertensi 15

Tabel 3.1: Kategori IMT 18

Tabel 3.2: Klassifikasi Hipertensi 19

Tabel 5.1: Frekuensi Mahasiswa 25

Tabel 5.2: Klassifikasi Tekanan Darah Mengikut Fakultas 26 Tabel 5.3: Frekuensi Tekanan Darah mengikut BMI 27 Tabel 5.4 Rata-rata tekanan darah kelompok BMI dan standard deviasi 28 Tabel 5.5. Korelasi BMI dengan Tekanan Darah 28


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 5.1. Distribusi Body Mass Index Mahasiswa 25 Gambar 5.2. Frekuensi tekanan darah mengikut BMI 27 Gambar 5.3. Grafik Hubungan BMI dengan Tekanan Darah 29


(11)

DAFTAR ISTILAH ACTH : Adrenocorticotropic hormone

BMI : Body Mass Index

DEXA : Dual energy X-ray absorption DM : Diabetes Mellitus

FK : Fakultas Kedokteran IMT : Indeks Massa Tubuh JNC : Joint National Comittee LDL : Low-density lipoprotein

RAAS : Renin-angiotensin-aldosteron System SKRT : Seketeriat Kesehatan Rumah Tangga ACMS : Alliance College of Medical Sciences WHO : World Health Organization


(12)

ABSTRAK

Pendahuluan: Obesitas adalah ketidakseimbangan energi, dengan asupan energi melebihi pengeluaran energi, dan didefinisikan sebagai Body Mass Index (BMI) lebih besar dari 25. Ini adalah penyebab utama morbiditas, mortalitas dan biaya kesehatan yang tinggi di seluruh dunia. Obesitas juga merupakan faktor risiko hipertensi, penyakit stroke, hepatobiliary (batu empedu dan steatohepatitis alkohol), osteoarthritis dan apnea tidur. Obesitas meningkat pada anak-anak dan anak-anak obesitas cenderung menjadi orang dewasa gemuk.

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Body Mass Index dan tekanan darah pada mahasiswa yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi.

Metode: Dengan metode Cross Sectional, Body Mass Index dan tekanan darah diperoleh daripada 100 orang mahasiswa ACMS. Penelitian in diperoleh dari 20 Oktober hingga 2 November 2010

Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan 70 mahasiswa mempunyai berat badan normal (70%), 6 orang merupakan underweight (6%), 16 orang overweight (16%) dan seramai 8 orang mengalami obesitas (8%). Manakala dari 100 orang mahasiswa 84 orang mempunyai tekanan darah normal, 14 orang mengalami prehipertensi dan 2 orang mengalami hipertensi.

Kesimpulan: Ada hubungan antara Body Mass Index (BMI) pada tekanan darah pada siswa yang memiliki riwayat keluarga hipertensi


(13)

ABSTRACT

Introduction: Obesity is an energy imbalance, with energy intake exceeding energy expenditure, and is defined as body mass index (BMI) greater than 25. It is a major cause of morbidity, death and high healthcare cost in worldwide. Obesity is also a risk factor for hypertension, stroke, hepatobiliary disease (gallstones and nonalcoholic steatohepatitis), osteoarthritis and sleep apnea. Obesity is increasing in children and obese children tend to become obese adults.

Purpose: The reason for this research is to relationship between Body Mass Index and blood pressure in ACMS students with family history of hypertension.

Methode: Wit h cross sect ional m et hod, body m ass index and blood pressure obt ained from 100 st udent s ACMS. This research was obt ained from 20 Oct ober t o 2 Novem ber 2010.

Result: Results showed 70 students had normal weight (70%), 6 thin people (6%), 16 people are overweight (16%) and 8 people busy as obesity (8%). From 100 students, 84 people have normal blood pressure, 14 people have prehypertension and 2 had hypertension.

Conclusion: There is a relationship between body mass index (BMI) on blood pressure in students who have a family history of hypertension


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut World Health Organization(WHO), obesitas merupakan salah satu daripada 10 kondisi yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu daripada 5 kondisi yang berisiko di negara-negara berkembang. Prevalensi obesitas di seluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang berkembang telah meningkat dalam jumlah yang mengkhawatirkan (Aneja A. et al., 2004: Flier J.S and Flier E.M, 2008). Obesitas adalah suatu kelainan atau penyakit yang ditandai oleh penimbunan jaringan lemak di dalam tubuh secara berlebihan. Di seluruh dunia lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih 3 juta adalah obese. Prevalensi obesitas terus meningkat dan telah menjadi masalah kesehatan global mengingatkan komplikasi yang serius. Hal ini diakibatkan bentuk tubuh orang Asia yang rata-rata lebih kecil berbanding penduduk Barat, tetapi mempunyai komposisi lemak viseral yang lebih banyak.

Kenaikan berat badan juga dipengaruhi kebiasaan mengkomsumsi makanan yang mengandungi energi tinggi, maupun kebiasaan mengkomsumsi makanan ringan. Keluaran energi rendah dapat dapat disebabkan oleh rendahnya metabolisme tubuh, aktivitas fisik dan efek termogenesis makanan yang ditentukan oleh komposisi makanan. Lemak memberi efek termogenesis lebih rendah (3% dari total energi dihasilkan lemak) dibandingkan dengan karbohidrat (6-7% dari total energi dihasilkan dari karbohidrat) dan protein (25% dari total energi dihasilkan protein). Hal tersebut menunjukkan pentingnya pola makanan dalam terjadinya obesitas. Penelitian menunjukkan obesitas merupakan satu masalah global dimana peningkatan prevalensi obesitas turut terjadi di negara maju maupun negara membangun. Prevalensi obesitas pada anak usia 6-17 tahun di Amerika Serikat meningkat dari 7,6-10,8% menjadi 13-14%. Manakala prevalensi obesitas pada anak usia 6-18 tahun di


(15)

Russia adalah 10% dan di Cina adalah 3,4%, bergantung pada usia dan jenis kelamin. Prevalensi obesitas di singapura meningkat dari 9% menjadi 19% (Yap MA, Tan WL).

Di Indonesia perkiraan 210 juta penduduk Indonesia pada tahun 2000, dan penduduk yang menghidapi overweight diperkirakan melebihi 76.7juta (17.5%) dan pasien obesitas melebihi 9.8 juta (4.7%). Penelitian di Indonesia menunjukkan prevalensi obesitas pada anak-anak usia sekolah sebesar 5%, dimana Sjarif dkk (2005) menunjukkan prevalensi terbesar terdapat di Jakarta (25%), Semarang (24,3%) Medan (17,7%) dan Palembang (13,2%).Obesitas atau kelebihan berat badan dapat menyebabkan pelbagai efek negatif untuk kesehatan dan lebih membimbangkan adalah sikap sesetengah individu yang tidak mempedulikan hal tersebut. Penelitian di Jakarta pada tahun 2002-2004 pada anak 6-12 tahun menunjukkan adanya peningkatan tekanan darah yang disertai profil lipid yang buruk berupa tingginya kadar kolestrol total dan LDL.

Peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh obesitas merupakan hal yang sangat membimbangkan kerana akan menimbulkan pelbagai komplikasi seperti penyakit jantung koroner, gangguan fungsi ginjal, stroke dan sebagainya (Arief dkk, 2007). Penyakit hipertensi merupakan suatu penyakit degeratif yang berbahaya. Hipertensi atau lebih dikenali penyakit darah tinggi pada masyarakat merupakan suatu penyakit yang tidak menimbulkan gejala dan pasien yang menghidapinya tidak mempunyai keluhan dan merasakan sehat. Oleh demikian, hipertensi dianggap sebagai suatu penyakit membunuh secara diam-diam atau silent killer. Di Indonesia serta beberapa Negara lain penyakit ini menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15% tetapi angka-angka ekstrim rendah seperti di Ungaran, Jawa Tengah 1,8%; Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya 0,6%; dan Talang Sumatera Barat 17,8% (Armilawati dkk, 2007). Menurut survai yang telah dijalankan oleh Boedhi Darmojo, menemukan prevalensi hipertensi tanpa atau dengan tanda penyakit jantung hipertensi sebesar


(16)

33.3%. Wanita mempunyai prevalensi lebih tinggi pada lelaki. Dari kasus-kasus tadi, ternyata 68,4% termasuk hipertensi ringan, 28.1% hipertensi sedang dan hanya 3,5% dengan hipertensi berat.

Selain penyakit jantung, hipertensi juga sering dijumpai pada individu diabetes mellitus dimana prevalensinya mencapai 50-70%. Di Indonesia diperkira 15juta penduduk menghidapi hipertensi tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensinya 6-15% pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka mengalami hipertensi berat kerana tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor resikonya. 30-40% dari penyakit hipertensi dikaitkan dengan hipertensi yang digolongkan sebagai primary hypertension. Terdapat pelbagai lagi penyebab lain yang dapat mengakibatkan berlakunya hipertensi seperti aktivasi sistem simpatis, inflamasi, disfungsi endothelium dan insulin resistant yang dapat mengakibatkan peningkatan resistant perifer dan meningkatkan curah jantung (Schultz H.D. et al, 2007). Penyakit degenaratif dan kardiovaskuler merupakan salah satu masalah kesehatan mayarakat yang membimbangkan di Indonesia. Berdasarkan survai yang dijalankan oleh Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilakukan pada tahun 1972, 1986 dan 1992 menunjukkan peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskuler yang buruk sebagai penyebab kematian dan sejak tahun 1993 diduga sebagai penyebab kematian nombor satu.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijalankan oleh Siti Khatijah yang telah dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun 2009, didapati tiada hubungan diantara Body Mass Index (BMI) dengan tekanan darah. Penelitian ini dilakukan untuk melanjutkan penelitian yang dilakukan oleh Siti Khatijah untuk mengetahui adakah terdapat hubungan yang bermakna antara Body Mass Index (BMI) dengan tekanan darah sehingga dapat dilakukkan screening awal bagi mencegah terjadinya penyakit yang beresiko tinggi seperti stroke, penyakit jantung dan sebagainya.


(17)

1.2. Rumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang diatas rumusan masalah yang akan dibahaskan adalah bagaimana hubungan body mass index dengan tekanan darah pada individu yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan obesitas dengan tekanan darah pada individu yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui tekanan darah pada populasi yang diteliti (mahasiswa ACMS) yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi.

2. Untuk mengetahui tingkat obesitas pada populasi yang diteliti (mahasiswa ACMS yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi) berdasarkan Body Mass Index (BMI)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai bahan untuk melakukan penyuluhan tentang pengaruh obesitas terhadap hipertensi.

2. Sebagai masukan bagi pihak kesehatan untuk kemungkinan mencegah hipertensi pada individu yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi. 3. Sebagai informasi kepada pihak Fakultas Kedokteran USU tentang


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. OBESITAS 2.1.1 DEFINISI

Obesitas atau kegemukan adalah akibat dari makan. Karena dari bahasa latin ob artinya akibat dari, dan esum diartikan sebagai makan, sehingga obesitas merupakan keadaan adanya kelebihan lemak dalam tubuh. Kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas didefinisikan sebagai lebihnya akumulasi lemak yang dapat mempengaruhi kesehatan individu (WHO). Pengukuran yang biasa digunakan untuk menentukan obesitas adalah dengan mengira Body Mass Index (BMI) atau nama lainnya Indeks Massa Tubuh (IMT). Individu yang mempunyai BMI melebihi 30 dianggap sebagai obesitas manakala individu yang mempunyai BMI sama atau lebih 25 dianggap overweigth. Obesitas dapat juga didefenisikan sebagai ketidakseimbangan energi, dimana energi yang diambil berlebihan dibanding energi yang digunakan serta dengan dengan indeks massa tubuh (BMI) >30

Lemak tubuh diperlukan pada semua individu sebagai penyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerapan guncangan dan fungsi lainya. Tapi apabila lemak berlebihan ini akan mengakibatkan pelbagai masalah kesehatan. Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak berbanding pria. Perbandingan lemak normal antara lemak tubuh dengan berat badan sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Pada individu yang mengalami obesitas dapat dibedakan menurut distribusi lemak yaitu apple shape body (android) dan pear shape body (gynecoid). Apple shape adalah apabila lebih banyak lemak di bagian tubuh atas (dada dan pinggang) dan lebih beresiko untuk mengalami penyakit kardiovaskuler, hipertensi


(19)

dan diabetes dibanding dengan pear shape yang distribusi lemak lebih banyak di bagian bawah (pinggul dan paha). (Rosengren A et al.2008)

Keadaan yang sangat membimbangkan pada individu obesitas adalah kesehatan yang membimbangkan jika tidak ditangani dengan awal. Obesitas secara langsung akan meningkatkan resiko terjadinya sejumlah penyakit kronis seperti Diabetes Mellitus tipe 2, hipertensi, stroke, infark miokardium, gagal jantung, batu kandung kemih, arthritis gout, tidur apneu (kegagalan untuk bernafas secara normal ketika sedang tidur) dan Sindroma Pickwikian. (Kathryn L et al,2008).

2.1.2 PENYEBAB DAN FAKTOR RESIKO OBESITAS

Beberapa kajian telah dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya obesitas. Secara ilmiah obesitas terjadi akibat kelebihan asupan makanan atau energi didalam tubuh. Penyebab ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas, namun keadaan ini disertai oleh pelbagai faktor yang dapat dihindari untuk mengelakkan obesitas. Faktor genetik merupakan faktor utama terjadinya obesitas. Obesitas diduga cenderung diturunkan kerana mempunyai penyebab genetik. Tetapi pola pemakanan dan kebiasaan gaya hidup turut mendorong kepada obesitas. Faktor genetik dan faktor gaya hidup sangat sukar untuk dipisahkan. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.

Faktor psikologika juga berperanan penting didalam obesitas. Terdapat beberapa sumber mengatakan bahwa pola makan sangat dipengaruhi oleh emosi seseorang. Persepsi diri yang negatif merupakan salah satu daripada contoh bentuk gangguan emosi yang dapat meningkatkan pola makan individu. Gangguan ini merupakan


(20)

masalah yang serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas dan biasa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukkannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial. Gangguan ini dapat mengakibatkan dua pola makan abnormal yang dapat menjadi penyebab obesitas yaitu makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan dimalam hari. Pola makan ini sentiasa dikaitkan dengan stress dan kekecewaan. Binge sangat mirip dengan bulimia nervosa, yaitu seseorang yang makan sangat banyak, yang membedakannya ialah binge tidak diikuti dengan memuntahkannya kembali.

Terdapat juga beberapa faktor kesehatan yang bisa mengakibatkan obesitas. Hipotiroidisme merupakan penyakit yang ditandai dengan berkurangnya hormon tiroid di dalam tubuh. Pada orang dewasa hipotiroid dapat mengakibatkan cepat lelah, penambahan berat badan dan turunnya denyut nadi. Selain ini kebanyakkan hormon kortrikosteroid juga dapat mengakibatkan obesitas. Keadaan ini dinamakan sindroma Cushing yang disebabkan stimulasi berlebihan pada kelenjar adrenal oleh hormon ACTH. Sindrom ini juga mengakibatkan peningkatan berat badan dan berperan langsung dalam menentukan BMI individu. Pengambilan obat-obat tertentu seperti steroid dan anti-depresi juga berperanan untuk terjadinya obesitas.

Faktor perkembangan dan aktivitas fisik juga sangat berperanan dalam obesitas. Dari hasil beberapa penelitian, penderita obesitas mengalami penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh (Volek JS, Vanheest JL, Forsythe CE, 2005). Obesitas biasanya terjadi pada masa kanak-kanak lagi dan bisa memiliki sel lemak 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Obesitas yang terjadi pada anak mempunyai resiko yang besar unutk menghidapi obese pada waktu dewasa (Barnes LA, Opitz JM, 2007). Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel. Berkurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu


(21)

penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas pada masyarakat terutama pada negara berkembang. Aktivitas fisik dapat meningkatkan penggunaan kalori yang berlebihan didalam tubuh namun pada orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.

Selain daripada faktor genetik, faktor-faktor lain yang menyebabkan obesitas dapat dielakkan untuk mencegah kejadian obesitas di kalangan masyarakat. Namun tingkat kesedaran masyarakat terhadap bahayanya obesitas masih lagi dalam keadaan membimbangkan. Masyarakat tidak mengambil perhatian terhadap masalah ini dan berhubung ke dokter apabila masalah ini telah menimbulkan pelbagai penyakit yang lain. Faktor makanan yang mengandungi banyak lemak juga merupakan salah satu faktor penyebab. Anak-anak sebagian besar menyukai makanan cepat saji atau fast food. Padahal makanan seperti ini umumnya mengandung lemak dan gula yang tinggi yang menyebabkan obesitas. Orang-tua yang sibuk sering menggunakan makanan cepat saji yang praktis dihidangkan untuk diberikan pada anak mereka, walaupun kandungan gizinya buruk untuk anak. Makanan cepat saji tidak memiliki kandungan gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Itu sebabnya makanan cepat saji sering disebut dengan istilah junk food atau makanan sampah. Selain itu, kesukaan anak-anak pada makanan ringan dalam kemasan atau makanan manis menjadi hal yang patut diperhatikan.

2.1.3. BMI dan DIAGNOSA

BMI merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan (membandingkan) berat badan dengan tinggi badan. BMI digunakan untuk mengklasifikasikan individu underweight, overweight dan obesitas pada orang dewasa. BMI merupakan rumus


(22)

matematika dimana berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter) pangkat dua (www.cdc.gov/growthcharts.)

Table 2.1: Klassifikasi Internasional untuk underweight, overweight dan obesitas pada orang dewasa berdasarkan BMI

Classification BMI(kg/m)

Principal cut-off points

Additional cut-off points

Underweight <18.50 <18.50 Severe thinness <16.00 <16.00 Moderate thinness 16.00 - 16.99 16.00 - 16.99 Mild thinness 17.00 - 18.49 17.00 - 18.49 Normal range 18.50 - 24.99

18.50 - 22.99 23.00 - 24.99

Overweight ≥25.00 ≥25.00

Pre-obese 25.00 - 29.99

25.00 - 27.49 27.50 - 29.99

Obese ≥30.00 ≥30.00

Obese class I 30.00 - 34-99

30.00 - 32.49 32.50 - 34.99 Obese class II 35.00 - 39.99

35.00 - 37.49 37.50 - 39.99 Obese class III ≥40.00 ≥40.00


(23)

Nilai BMI tidak bergantung pada umur untuk pria atau wanita. Resiko kesehatan mempunyai hubungan dengan peningkatan BMI dan interprestasi BMI terhadap kesehatan mungkin berbeda untuk populasi yang berlainan.

Selain daripada BMI, obesitas dapat ditentukan dengan mengukur lemak tubuh. Mengukur lemak tubuh adalah satu metode yang sukar dilakukan. Ia memerlukan peralatan yang khusus ddan harus dilakukan oleh tenaga terlatih. Antara cara melakukan pengukuran lemak tubuh adalah underwater weight yaitu pengukuran berat badan dilakukan didalam air dan kemudian lemak tubuh dihitung berdasarkan jumlah air yang tersisa. Cara BOD POD menggunakan satu ruang berbentuk telur yang telah dikomputerisasi, apabila seorang memasuki ruangan ini lemak yubuh dapat dikira berdasarkan jumlah udara yang tersisa. Dual energy X-ray absorption (DEXA) menggunakan sinar X untuk menentukan jumlah dan lokasi dari lemak tubuh. Cara pengukuran lemak tubuh yang sederhana adalah jangka kulit, ketebalan lipatan kulit di beberapa bagian tubuh diukur dengan jangka (satu alat yang menyerupai forceps). Analisa tahanan bioelektrik juga dapat digunakan untuk mengukur lemak tubuh. Pada pemeriksaan ini penderita berdiri diatas skala khusus dan sejumlah arus listrik dialirkan ke seluruh tubuh lalu dianalisa. Walaupun terdapat pelbagai metode pengukuran lemak tubuh, kaedah ini tidak sering digunakan kerana bisa memberikan hasil yang tidak tepat jika dilakukan tanpa tenaga yang ahli.

Table berat badan-tinggi badan juga telah lama digunakan untuk menentukkan seseorang mengalami kelebihan berat badan. Table ini telah mempunyai suatu kisaran berat badan dan tinggi badan. Masalah yang selalu timbul apabila menggunakan table ini adalah pilihan table yang harus dipakai. Banyak table yang digunakan dan setiap table mempunyai kisaran yang berlainan. Beberapa table menyertakan kerangak, umur dan jenis kelamin. Tabel ini juga tidak dapat membedakan antara kelebihan lemak dan kelebihan otot.


(24)

2.2. TEKANAN DARAH

Tekanan darah adalah pengaturan tekanan pada dari arteri rata-rata untuk mengontrol curah jantung, resistensi perifer total dan volume darah. Tekanan darah arteri rata-rata (Mean Arterial Pressure) merupakan gaya utama yang digunakan untuk mendorong darah ke seluruh tubuh. Tekanan ini harus cukup tinggi untuk mendorong darah ke jaringan, tanap tekanan yang tinggi darah tidak dapat mengalir ke otak dan organ-organ vital dan mengakibatkan hipoksia. Namun, tekanan ini juga tidak boleh terlalu tinggi kerana dapat menimbulkan beban kerja jantung dan meningkat resiko rupture pembuluh darah kecil (Gerard J, Bryan D,2006).

Tekanan arteri rata-rata dikonrol oleh baroreseptor yang tedapat di sistem sirkulasi. Apabila baroreseptor mendeteksi tekanan yang abnormal, ia akan mengaktivasi sistem respon reflex untuk memulihkan tekanan arteri ke nilai normal. Sistem saraf otonom yang mensarafi jantung, vena dan arteriol akan diaktivasi unutk mengubah curah jantung dan resistensi perifer total. Sistem saraf otonom akan bertindak dalam jangka pendek unutk mengontol tekanan darah. Penyesuaian jangka pangjang melibatkan penyesuian volume darah total dengan mengawal keseimbangan garam dan air melalui pengaturan sistem renin-angiotensin-aldosteron. Besarnya volume darah total, akan menimbulkan efek nyata pada curah jantung dan tekanan arteri rata-rata (Sherwood L,1996).

2.3. HIPERTENSI 2.3.1 DEFINISI

Hipertensi merupakan menjadi suatu penyakit yang umum bagi banyak orang saat ini, apalagi bagi mereka yang tinggal di kawasan perkotaan yang mempunyai pelbagai faktor resiko bagi penyakit ini. Penyakit ini sudah jadi epidemi di zaman modern, menggantikan wabah kolera dan TBC di zaman dulu. Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistolik melebihi 140mmHg dan peningkatan tekanan diastolic


(25)

melebihi 90mmHg (Seventh Report of the Joint National Committee). Hipertensi atau lebih dikenali sebagai tekanan darah tinggi, merupakan keadaan perubahan di mana kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. Pada penderita hipertensi, gejala gangguan kesehatan tidak jelas dan tanpa keluhan berarti. Menurut Hanns Peter Wolff, dalam bukunya Speaking of High Blood Pressure, satu dari setiap lima orang menderita tekanan darah tinggi, dan sepertiganya tidak menyadarinya. Padahal, sekitar 40 % kematian di bawah usia 65 tahun bermula dari tekanan darah tinggi. Hipertensi telah dikaitkan dengan risiko lebih tinggi mengalami serangan sakit jantung atau angin ahmar. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.

Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat darah dialirkan melaluinya. Tekanan darah juga dapat didefinisikan sebagai tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh manusia. Pada pemeriksaan tekanan darah dua angka akan diperoleh yaitu angka sistolik dan diastolik. Angka sistolik diperoleh saat jantung sedang berkontraksi dan biasanya lebih tinggi nilainya berbanding angka diastolik yang diperoleh saat jantung sedang relaksasi. Tekanan darah yang diperoleh ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik. Tekanan darah yang normal adalah 120/80mmHg. Individu dikatakan mengalami tekanan darah tinggi apabila tekanan darahnya melebihi 140/90mmHg atau lebih, diukur di kedua-dua tangan tiga kali dalam seminggu. Tekanan darah meningkat akibat pembuluh darah menyempit atau meningkatnya jumlah darah yang mengalir.


(26)

2.3.2. PENYEBAB HIPERTENSI

Hipertensi telah diklassifikasikan menjadi dua yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang belum diketahui akibatnya (90% daripada seluruh hipertensi). Beberapa keadaan telah dikaitkan dengan hipertensi primer yaitu perubahan pada jantung dan pembuluh darah bersama-sama dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Faktor-faktor penyebab hipertensi primer adalah faktor genetik, hiperaktivasi sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek natriuresis serta konsumsi alkohol yang berlebihan (Dosh S.A., 2009). Manakala hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diakibatkan oleh penyakit lain. Sekitar 5-10% penderita hipertensi adalah akibat daripada penyakit ginjal dan sekitar 1-2% adalah akibat kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (pil kontrasepsi). Pada ibu hamil kelebihan berat badan, tekanan psikologis, stress dan ketegangan bisa menyebabkan hipertensi (Adcock B.B. et al., 1997). Terdapat juga beberapa faktor yang mempunyai hubungan dengan hipertensi dan faktor-faktor ini dapat dikontrol untuk mengelak terjadinya hipertensi pada masyarakat.

Faktor keturunan dan usia merupakan faktor yang paling berperanan dalam kejadian hipertensi dan faktor ini tidak dapat diubah. Statistik telah menunjukkan bahwa individu yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi cenderung menghidapi hipertensi lebih besar. Kejadian hipertensi juga lebih sering terjadi pada kembar identik daripada kembar tak identik. Sebuah penelitian juga menunjukkan 30-40% masalah hipertensi dikaitkan dengan genetik. Kejadian hipertensi juga meningkat dengan bertambahnya umur individu (Kingwell B et al,2007). Pada usia lanjut pembuluh darah cenderung menjadi kaku dan elastisitasnya berkurang. Ini menyebabkan hipertensi turut digolongkan sebagai salah satu penyakit degeneratif. Namun, tekanan darah dapat dikendalikan agar tidak melewati batas normal dengan menerapkan gaya hidup sehat pada masyarakat.


(27)

Faktor gizi juga merupakan satu faktor penyebab hipertensi dan faktor ini dapat dikendalikan. Pengambilan garam yang berlebihan dapat mengakibatkan hipertensi pada sesetengah orang khususnya penghidap diabetes, prehipertensi dan pada orang usia lanjut. Makanan yang mempunyai kolesterol yang tinggi juga dapat berhubungan dengan hipertensi. Makanan yang berlemak atau berkolesterol tinggi dapat mengakibatkan penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Ini secara langsung akan meningkatkan tekanan perifer pada sistem peredaran darah sehingga meningkatkan tekanan darah. Hal ini juga dikaitkan hubungan antara kegemukan dan obesitas. Keadaan yang membimbangkan adalah apabila seseorang mengalami sindroma metabolik yang merupakan kombinasi daripada hipertensi, obesitas, diabetes mellitus tipe 2, hiperkolesterol dan arteriosklerosis. Sindrom ini sulit ditangani keran terdapat pelbagai penyakit dan kompliksai yang menyertai sindrom ini. Konsumsi alkohol dan minuman yang mengadungi kafein juga dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi. Merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah menjadi tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan jantung dan stroke. Karena itu, kebiasaan merokok yang terus dilanjutkan ketika memiliki tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi yang sangat berbahaya yang akan memicu penyakit-penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah. Berolahraga dapat mengurangkan resiko hipertensi namun, pada pasein hipertensi tidak dianjurkan berolahraga yang berat kerana dpat meningkatkan kerja jantung yang memperberatkan hipertensi yang dialaminya.

2.3.3. PENGUKURAN TEKANAN DARAH

Tekanan darah dapat diukur di rumah sakit, praktik dokter, di sarana kesehatan lain atau dapat dilakukan sendiri. Alat yang digunakan untuk memeriksa tekanan darah disebut sphygmomanometer atau dikenali juga dengan tensimeter. Tensimeter yang biasa digunakan adalah tensimeter air raksa yang umum digunakan untuk


(28)

pemeriksaan klinis. Terdapat juga tensimeter digital yang biasa digunakan oleh masyarakat kerana cara penggunaanya yang mudah.

Posisi yang terbaik untuk melakukan pengukuran tekanan darah adalah dengan duduk atau berbaring dan pasein dalam keadaan relaksasi dan tidak merokok atu meminum kopi (Feldman R.D. et al., 1999). Setelah pengukuran diambil tekanan sistolik dan diastolik diperolehi dan perbedaan kedua tekanan tersebut dipanggil tekanan denyut. Setelah itu, penggolongan tekanan darah berdasarkan angka hasil pengukuran dengan spigmomanometer untuk tekanan sistolik dan diastolik.

Nasional Institute of Health, lembaga kesehatan nasional di Amerika telah mengklasifikassikan hipertensi seperti jadwal dibawah dan sering digunakan dalam pemeriksaan klinis di Indonesia.

Tabel2.2. Klasifikasi hipertensi.

Tekanan Darah Sistolik Diastolik

Hipotensi Bawah 90 Bawah 60

Normal 90-120 60-80

Prehipertensi 120-140 80-90

Hipertensi (Stadium 1) 140-160 90-100 Hipertensi (Stadium 2) Atas 160 Atas 100


(29)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Retensi air dan garam Insulin Resistant

Faktor Persekitaran

Inflamasi Disfungsi saraf simpatis,

sistem renin angiotensin aldosteron (RAA)

Vasokonstriksi

Meningkat resistan

perifer Meningkat volume darah

*meningkat tekanan darah

Tinggi badan

Berat badan *Body


(30)

*Petunjuk: Yang akan diteliti

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2. Definisi Operasional

Variabel pada penelitian ini adalah Body Mass Index (BMI) dan tekanan darah pada golongan dewasa muda (mahasiswa) yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi.

1. Defenisi Operasional : Body Mass Index (BMI) merupakan suatu pengukuran yang menunjukkan hubungan antara berat badan dan tinggi badan. BMI bisa memperkirakan lemak tubuh, tetapi tidak dapat diartikan sebagai persentase yang pasti dari lemak tubuh. Hubungan antara lemak dan BMI dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin. Wanita lebih mungkin memiliki persentase lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan pria dengan nilai BMI yang sama

Cara Ukur : Mengukur berat badan dan tinggi badan kemudian mengira dengan menggunakan rumus

BMI = Berat badan(kg) Tinggi badan(m)2

Alat Ukur : Timbangan dan alat ukur tinggi

Hasil : Interpretasi nilai BMI tanpa memperlihatkan umur dan jenis kelamin dapat ditentukan dengan melihat tabel kriteria WHO tahun 2000 di bawah.


(31)

Tabel 3.1: Kategori BMI

Kategori BMI Eropa kg/(m)2 BMI Asia kg/(m)2 Underweight <18.5 <18.5

Normoweight 18.5-24.9 18.5-22.9

Overweight ≥25 ≥23

Pre-obese 25.0-29.9 23.0-24.9

Obese I 30.0-34.9 25.0-29.9

Obese II 35.0-39.9 ≥30.0

Obese III ≥40.0

(WHO,2000)

Skala : Rasio

2. Definisi Operasional : Tekanan darah adalah tekanan didalam arteri yang dihasilkan oleh ventrikel kiri saat sistole dan tekanan yang terdapat dalam arteri saat ventrikel diastole

Cara Ukur : Tekanan darah biasanya diukur pada arteri brakialis kiri

Alat Ukur : Sfigmomanometer dan stetoskop

Hasil pengukuran : Interpretasi tekanan darah dapat ditentukan dengan melihat tabel kriteria JNC7

Tabel 3.2: Klassifikasi Hipertensi

Tekanan Darah Sistolik Diastolik

Hipotensi Bawah 90 Bawah 60

Normal 90-120 60-80

Prehipertensi 120-140 80-90

Hipertensi (Stadium 1) 140-160 90-100 Hipertensi (Stadium 2) Atas 160 Atas 100 (JNC7, 2003)


(32)

3. Definisi Operasional: Mahasiswa yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi adalah mahasiswa yang ibu atau bapanya mengalami penyakit hipertensi. Tidak kira sama ada penyakit hipertensi primer maupun sekunder.

Cara Pengukuran:Dilakukan anamnese terlebih dahulu kepada mahasiswa untuk mengetahui riwayat keluarga hipertensi.

Alat Ukur : Lembar anamnese

Hasil Pengukuran :Mempunyai riwayat keluarga hipertensi atau tidak mempuyai riwayat keluarga hipertensi.

3.3. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara Body Mass Index (BMI) dengan besarnya tekanan darah terhadap mahasiswa yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi.


(33)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitan yang digunakan adalah penelitian analitik dengan metode cross sectional. Dengan satu kali pengamatan pada waktu tertentu, akan menganalisa bagaimana hubungan antara Body Mass Index (BMI) dengan tekanan darah pada mahasiswa ACMS yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 4 minggu yaitu pada bulan Oktober-November 2010 terhadap mahasiswa ACMS. Kolej ini dipilih karena merupakan fakultas dengan jumlah siswa yang banyak dan berasal dari semua golongan sosial ekonomi. Selain itu, menurut hasil kuesioner yang dilakukan oleh mahasiswa yang meneliti pada tahun 2009 lalu, ditemukan banyak mahasiswa yang menyatakan pada kuesioner tersebut bahwa keluarganya mempunyai riwayat hipertensi. Tempat penelitian adalah di Hostel ACMS Putra Villa.

4.3. Populasi dan Sample Penelitian

Populasi penelitan adalah semua mahasiswa ACMS berumur 18-23 tahun yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi.

Kriteria inklusi:

1. Mahasiswa yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi. 2. Bersedia ikut sebagai subjek penelitian ini (informed consent) Kriteria eksklusi:

1. Mahasiswa yang mempunyai riwayat penyakit seperti diabetes mellitus (DM), penyakit jantung koroner, gangguan hormonal seperti hipertiroid, hyperinsulinemia dan kelainan ginjal.


(34)

2. Mahasiswa yang sedang menggunakan obat (Propanlol, Captopril, Nifedipin, Furosemid) yang mempengaruhi tekanan darah.

Perkiraan besar sampel yang minimal diambil berdasarkan rumus dibawah ini dengan tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95% dan tingkat ketepatan relative 10% (Notoatmodjo S, 2005).

N= Zα2pq dimana: p=0.5 d=0.1 D2 q=0.5 Z α=1.96

Sampel diambil dari mahasiswa ACMS yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling, artinya semua subyek yang memenuhi syarat (kriteria inklusi) akan diikutsertakan dalam penelitian ini sesuai dengan urutan kedatangan mereka. Jumlah sampel yang diambil sesuai dengan rumus sebanyak 100 orang. Pemilihan cara consecutive sampling adalah dengan pertimbangan bahwa cara tersebut secara teknis lebih mudah untuk dilakukan (Imron,2009)

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan secara analisis pengukuran yang dilakukan di Hostel ACMS Putra Villa yang mencakupi umur, berat badan, tinggi badan dan tekanan darah. Disamping itu, turut dilakukan kuesioner untuk mengetahui riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit keluarga.

4.4.1. Mengukur Berat Badan, Tinggi Badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT) Alat dan Bahan

Timbangan dan alat pengukur tinggi. Cara Kerja

Sebelum mahasiswa diminta untuk naik ke atas alat timbangan, mahasiswa terlebih dahulu melepaskan alas kaki, meletakan tas, handphone dan barang-barang


(35)

lainnya. Mahasiswa diminta berdiri tegak lurus, menghadap ke depan dan membelakangi alat pengukuran. Pemeriksa akan melihat berat badan mahasiswa dengan melihat jarum timbangan dalam unit Kilogram. Untuk pengukuran tinggi mahasiswa, pemeriksa meletakkan hujung alat pengukur tinggi tepat di puncak kepala mahasiswa dan membaca ketinggian pada alat pengukur. BMI dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

IMT= Berat Badan (kg)

Tinggi Badan(m)x Tinggi Badan(m)

4.4.2. Mengukur Tekanan Darah Alat dan Bahan

Sfigmomanometer dan stetoskop Cara Kerja

Tekanan darah biasanya diukur pada arteri brakialis kiri. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tekanan darah adalah sphygmomanometer. Ia terdiri daripada bladder cuff getah yang disambungkan dengan pompa getah yang digunakan untuk inflate bladder cuff dan meter yang digunakan untuk mengukur tekanan yang dikenakan pada bladder cuff. Langkah-langkah pengukuran tekanan darah adalah lilitkan bladder cuff diatas arteri bracialis dan sejajar dengan letak jantung dan pastikan bladder cuff tidak terlalu ketat atau terlalu longgar. Kemudian buka kunci sphygmomanometer terlebih dahulu dan mengunci katub pompa. Terlebih dahulu, letakkan bell stetoskop di atas arteri bracialis (pastikan seluruh pinggir bell stetoskop menempel pada lengan, sehingga suara korotkoff dapat didengar dengan jelas). Pompa cuff sehingga 150mmHg kemudian kempiskan secara perlahan dengan kecepatan 2-3mmHg per detik. Catat dimana terdengar suara pertama kali (sistole) dan lanjutkan sehingga suara menghilang sempurna (diastole).


(36)

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Pada penelitan ini analisis statistik akan dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS. Nilai korelasi pearson yang diperoleh r>0, maka berarti adanya hubungan antara Body Mass Index (BMI) dengan tekanan darah pada mahasiswa tersebut.


(37)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang berjudul: Hubungan Body Mass Index (BMI) dengan Tekanan Darah pada Mahasiswa Allianze College of Medical Sciences (ACMS) yang Mempunyai Riwayat Keluarga Hipertensi, diperoleh dari pengukuran tinggi badan, berat badan dan tekanan darah mahasiswa yang telah dilakukan di Hostel ACMS Putra Villa bermula dari tanggal 20 Oktober hingga 2 November 2010. Penelitian analitik dan potong lintang (cross sectional) ini mengambil sampel secara consecutive sampling. Hasil dari penelitian ini dapat disajikan seperti berikut:

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Allianze College of Medical Sciences (ACMS) adalah kolej yang ditubuhkan khusus untuk perobatan dan kesehatan. Kolej ACMS ditubuhkan pada tahun 2002 sebagai pusat pengajian perobatan di Malaysia. Kampus ACMS terletak di Bertam, Pulau Pinang dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan dapat memenuhi lebih dari 2000 mahasiswa. ACMS telah mengadakan program berkembar dengan Universitas Sumatera Utara dengan bertujuan memberi peluang belajar kepada mahasiswa untuk menimba ilmu. Kampus ACMS terletak di 55 Jalan Seri Serdang 3, Taman Seri Serdang, , 13200, Kepala Batas, Penang.

5.1.2. Karakteristik Responden

Berdasarkan karakteristik riwayat keluarga hipertensi, mahasiswa yang terlibat adalah sebanyak 100 orang yang terdiri daripada Fakultas Fisiologi dan Fakultas Kedokteran. Semua mahasiswa yang terlibat berumur 18-23 tahun sahaja. Mahasiswa yang terlibat telah bersetuju untuk memberi kerjasama setelah diberi penjelasan mengenai kriteria inklusi yaitu tidak mempunyai riwayat penyakit seperti diabetes, penyakit jantung koroner, gangguan hormon dan kelainan ginjal. Selain itu mahasiswa juga tidak menghisap rokok 30 menit sebelum pengukuran dilakukan dan tidak mengambil kafein sehari sebelumnya.


(38)

Tabel 5.1 Frekuensi Mahasiswa

Mahasiswa Frekuensi Persentase (%) Kedokteran 57 57 Fisioterapi 43 43 Total 100 100 5.1.3 Distribusi Body Mass Index pada Mahasiwa

Dari Penelitian yang telah dilakukan klasifikasi Body Mass Index mahasiswa dapat diklasifikasikan sebagai underweight, normalweight, overweight dan obese. Body Mass Index dihitung setelah pengukuran tinggi badan dan berat badan mahasiswa. Sebanyak 6 orang dari mahasiswa mengalami underweight. Responden yang paling dominan adalah noramalweight yaitu sebanyak 70 orang. Manakala overweight sebanyak 16 orang dan obese sebanyak 8 orang. Secara ringkas, distribusi Body Mass Index pada mahasiswa dapat dilihat pada gambar dibawah:


(39)

5.1.4 Tekanan Darah Pada Mahasiswa

Tekanan darah yang diambil dikategorikan sesuai dengan kriteria hipertensi mengikut JNC7 (2003). Dalam penelitian ini yang dinilai adalah klasifikasi tekanan darah mahasiswa yaitu normal, prehipertensi dan hipertensi. Tujuan klasifikasi dilakukan adalah untuk melihat adanya kecenderungan mahasiswa untuk mengalami hipertensi tanpa melihat hubungannya dengan Body Mass Index. Tekanan darah mahasiswa menunjukkan paling dominan normal yaitu sebanyak 84%. Namun sebanyak 14% daripada mahasiswa adalah prehipertensi dan sebanyak 2% dari mahasiswa mengalami hipertensi.

Tabel 5.2. Frekuensi Klassifikasi TD berbanding mahasiswa

Mahasiswa Kedokteran

Mahasiswa

Fisioterapi Total

Normal 47 37 84

Prehipertensi 9 5 14

Hipertensi 1 1 2

Total 57 43 100

5.1.5 Tekanan Darah Mengikut Body Mass Index

Berdasarkan Body Mass Index, pada BMI underweight sebanyak 5 orang mempunyai tekanan darah normal dan 1 orang mengalami prehipertensi. Pada BMI normal pula sebanyak 65 orang mempunyai tekanan darah normal dan 5 orang mengalami prehipertensi. Sebanyak 16 mahasiswa mempunyai BMI overweight, 10 orang daripadanya mempunyai tekanan darah normal, 5 mengalami prehipertensi dan 1 mahasiswa mengalami hipertensi. Pada kelompok mahasiswa yang mempunyai BMI obese, 4 mahasiswa mempunyai tekanan darah normal, 5 mengalami prehipertensi dan 1 mempunyai hipertensi


(40)

Tabel 5.3. Frekuensi Tekanan Darah mengikut BMI

Normal Prehipertensi Hipertensi Total

Underweight 5 1 0 6

Normaweight 65 5 0 70

Overweight 10 5 1 16

Obese 4 3 1 8

Total 84 14 2 100


(41)

5.1.6 Hasil Analisis Statistik

Dengan menggunakan analisis regresi-kolerasi dan koefision korelasi pearson didapatkan kekuatan hubungan antara Body Mass Index dan tekanan darah dengan standard deviasi tertentu.

Tabel 5.4 Rata-rata tekanan darah kelompok BMI dan standard deviasi

Mean Std. Deviation N

KlassifikasiBMI 2.26 0.69078 100

KlassifikasiTD 1.18 0.43531 100

Tabel 5.5. Korelasi BMI dengan Tekanan Darah

KlassifikasiBMI KlassifikasiTD KlassifikasiBMI Pearson

Correlation

1 .380**

Sig. (2-tailed)

0

N 100 100

KlassifikasiTD Pearson Correlation

.380** 1

Sig. (2-tailed)

0


(42)

Gambar 5.3. Grafik Hubungan BMI dengan Tekanan Darah

Grafik linier menunjukkan terbentuk garis lurus yang diantara Body Mass Index dan tekanan darah pada mahasiswa. Kekuatan hubungan dapat ditentukan dengan dikuantifikasi dengan koefission korelasi pearson (r). Hasil dari koefission pearson terhadap hubungan body mass index terhadap tekanan darah pada mahasiswa yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi menunjukkan nilai r ialah 0.380. Menurut Colton, ini berarti derajat hubungan antara body mass index dan tekanan darah pada mahasiswa yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi adalah sedang.


(43)

5.2 Pembahasan

5.2.1 Tekanan Darah pada Mahasiswa

Dalam penelitian ini, tekanan darah pada mahasiswa kebanyakkan adalah normal sama ada pada mahasiswa kedokteran maupun fisiologis. Namun, sebanyak 16% dari mahasiswa yang diteliti menunjukkan tekanan darah yang lebih tinggi. Hal ini sangat membimbangkan kerana mahasiswa telah menunjukkan kecenderungan untuk mengalami hipertensi pada usia lanjut. Hal ini mungkin diakibatkan terdapatnya pengaruh genetik dari keluarga.

Faktor genetik berperan sebanyak 30% hingga 40% dalam hipertensi primer. Gen polymorfin yang dipercayai terlibat adalah gen reseptor angiotensin II, angiotensinogen, dan gen renin. Selain itu, gen endothelialial nitric oxide synthetase, gen aldosteron dan gen reseptor adrenergik turut berperan dalam meningkatkan tekanan darah. Gen yang terlibat dengan sensitivitas garam juga turut berperan seperti kalsium transport dan sodium-hydrogen antiporter gene.

Adducin adalah protein membrane-skeletal yang memainkan peranan penting dalam menentukan morfologi sellular dan motiliti serta regulasi transprotasi ion di membrane sel. Adducin berinteraksi dengand Na+,K+-ATPase dan menyebabkan regulasi pompa sodium-potassium. Mutasi pada kode genen yang menyebabkan adducin meningkatkan reabsorpsi sodium pada tubular ginjal. Hal ini mengakibatkan peningkatkan sebanyak 50-70% resiko untuk hipertensi pada orang putih. Terdapatnya mutasi gen adducin ini menunjukkan individu ini lebih sensitif pada garam dan lebih efektif untuk terapi diuretik pada hipertensi. (Kingwell B, 2007)


(44)

5.2.2 Hubungan Body Mass Index dan Tekanan Darah

Pada penelitian ini nilai koefission korelasi pearson, r=0.38 menunjukkan terdapat hubungan dengan kekuatan hubungan sedang diantara BMI dengan tekanan darah pada mahasiswa dengan riwayat keluarga hipertensi. Hal ini berlaku mungkin karena terdapat faktor genetik dan pengaruh lingkungan dari masyarakat. Dalam penelitian lain didapati tiada hubungan antara BMI dan tekanan darah pada golongan remaja tanpa riwayat keluarga hipertensi (Siti Khatijah, 2009). Manakala dalam penelitian ini, penelitian dilakukan keatas remaja yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi. Dari satu penelitian lain juga menunjukkan onset hipertensi essensial biasanya muncul pada usia 25-55 tahun. Ini menunjukkan mahasiswa yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi cenderung untuk mengalami hipertensi. Selain itu, dengan meningkatnya BMI kecenderungan untuk mengidap hipertensi adalah sangat tinggi. Screening awal harus dilakukan untuk mendeteksi perubahan tekanan darah terutama pada golongan mahasiswa atau remaja.

Hipertensi dapat terjadi pada kelompok obesitas atau kegemukan akibat dari beberapa mekanisme seperti peningkatan curah jantung, kenaikan volume tubuh serta peningkatan resistensi vaskular perifer. Selain itu, faktor genetik dan lingkungan (persekitaran) juga berperan penting dalam terjadinya peningkatan tekanan darah (Rosamond W et al, 2008). Pada populasi penelitian ini terdapat hubungan sedang antara BMI dan tekanan darah. Ini membuktikan bahawa BMI dapat mengakibatkan hipertensi dan langkah-langkah pencegahan harus segera dilakukan saat remaja. Hal ini turut dipengaruhi oleh faktor lain seperti kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol, kurangnya olahraga, stress dan pengaruh obat.

Obesitas juga dapat mengakibatkan hipertensi akibat dari abnormalitas hormon. Adiposit (sel lemak) akan mensekresi leptin dan adiponektin. Fungsi


(45)

utama leptin adalah untuk berinteraksi dengan hipotalamus untuk mengkontrol berat badan dan akumulasi lemak melalui penghambatan selera makan dan peningkatan metabolic rate. Bagaimanapun, peningkatan sekresi leptin yang tinggi akibat dari obesitas dapat mengakibatkan resistensi terhadap fungsi penurunan berat badan ini. Sebaliknya, peningkatan leptin mengakibatkan inflamasi dan aktivasi sistem saraf simpatis serta menurunkan sekresi ginjal dan menstimulasi hipertrofi miosite. Adiponektin pula adalah suatu protein yang dihasilkan oleh jaringan adiposa tetapi akan berkurang pada penderita obesitas. Penurunan adiponektin dikaitkan dengan resistensi insulin, penurunan penghasilan nitric oxide (vasodilator), dan aktivasi sistem renin-angintensin-aldosteron. Kedua-dua ini akan mengakibatkan perubahan seperti vasokonstriksi, retensi garam dan air dan disfungsi ginjal sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah pada penderita obesitas (Beltowski J, 2006)


(46)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Dari penelitian ini didapati terdapat hubungan antara Body Mass Index (BMI) dengan tekanan darah pada mahasiswa yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi. Tekanan darah pada mahasiswa ACMS yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi menunjukkan 16 orang mempunyai tekanan darah yang lebih tinggi. Nilai Body Mass Index dapat menentukan status gizi seseorang seperti kelompok underweight, normaweight, overweight dan obese. Dari penelitian ini didapati 24 mahasiswa memngalami overweight atau obese. Manakala, 6 orang mengalami underweight.

6.2. Saran

Penelitian ini masih banyak kekurangan. Peneliti berharap terdapat penelitian lain yang dapat meneruskan penelitian ini agar lebih sempurna. Penelitian terhadap remaja yang mempunyai gaya hidup yang sehat harus dilakukan dengan tujuan membuktikan lagi bahwa peranan genetik sangat berperan didalam kasus hipertensi. Selain itu juga, peneliti berharap penilitian yang sederhana ini dapat digunakan oleh badan-badan tertentu supaya screening awal dapat dilakukan dari usia remaja untuk mencegah terjadinya hipertensi yang dapat mengakibatkan pelbagai penyakit kronis seperti penyakit jantung koroner, gangguan fungsi ginjal dan stroke.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Adcock B.B. and Ireland R.B., 1997. Secondary Hypertension: a practical diagnostic approach. Am Famm Physician. 55(4): 1263-1270

Aneja A., El-Atat F., McFarlane S.I., and Sowers J.R., Hypertension and obesity. Recent Progress in Hormone Research. 59:169-205.

Arief, Irfan. 2007. Hipertensi Penyebab Utama Penyakit Jantung.

Armilawati., Amalia H., Amiruddin R., Hipertensi dan Faktor Resikonya dalam Kajian Epidemiologi: 2007

Barnes LA, Opitz JM, Gilbert-Barness E: Obesity: genetic, molecular and environmental aspects, 2007

Center for Disease Control and Prevention: BMI- body mass index: BMI calculator for children and teen, 2004. Available at

Chobanian AV: The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. JNC Report,2003.

Available at

Dosh S.A., 2009. The Diagnosis of Essential and Secondary Hypertension in Adults. The Journal of Family Practice

Feldman R.D., Campbell N, Larochelle P, Bolli P, Burgess E.D., Carruthers S.G et al., 1999. 1999 Canadian recommendations for the management of hypertension. CMAJ. 161 (12)


(48)

Flier J.SS and Flier E.M., 2008. Biology of obesity. Principle of Internal Medicine 17th ed, USA. 462-473.

Gerard, JT., Bryan D., 2006. Hemodynamic: Factors Affecting Blood Flow.

In:Principle of Anatomy and Physiology 11th ed. International: Wiley, 746-748

Imron, TA., Amrul, Munif., 2009. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan: Sagung Seto.

Kingwell B, Boutouyrie P, Kohara K, Weber AB: Genetic and Hypertension,2007

National Heart, Lung, and Blood Institute, National Institutes of Health: Clinical Guidelines on the identification, evaluation, and treatment of overweight and obesity in adult, 1998. Available at

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2005. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Asdi Maha Satya.

Schultz H.D., Li Y.L.,Ding Y.: Arterial chemoreceptor and symphtahtethic nerve activity: implication for hypertension and heart failure, Hypertension:6-13: 2007

Volek JS, Vanheest JL, Forsythe CE: Diet and exercise for weight loss: a review of current issues, Sports Med 35(1):1-9,2005


(49)

World Health Organization: fact sheet No317, cardiovascular disease, Februari 2007. Available at

Accessed on 15 April 2010.

Yap .M.A., Tan W.L., Factors associated with obesity in primaryschool children in Singapore. Asia Pacific J Clin Nutr 2002;3:65-8.


(50)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama: Mohd Ilham Bin Abdul Karim

Tempat / Tanggal Lahir : 31 Desember 1988 / Kelantan, Malaysia Agama : Islam

Alamat : Kampung Chabang Empat Chetok, 17040 Pasir Mas, Kelantan, Malaysia Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Kebangsaan Chabang 3 Chetok,Pasir mas

2. Sekolah Menengah Kebangsaan Kangkong 3. Maktab Rendah Sains MARA Pengkalan Chepa 4. Alliaze College Of Medical Sciences (ACMS) 5. Universitas Sumatera Utara, Medan

Riwayat Pelatihan : 1. Peserta Penyambutan Mahasiswa Baru 2007 FK Riwayat Organisasi : 1. Ahli Persatuan Kebangsaan Pelajar-Pelajar Malaysia


(51)

KlassifikasiTD dan Fakultas Crosstabulationa

Count

Fakultas

Total kedokteran fisiologis

KlassifikasiTD Normal 47 37 84

Prehipertensi 9 5 14

Hipertensi 1 1 2

Total 57 43 100

KlassifikasiBMI

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Underweight 6 6.0 6.0 6.0

normalweight 70 70.0 70.0 76.0

Overweight 16 16.0 16.0 92.0

Obese 8 8.0 8.0 100.0


(52)

KlassifikasiBMI * KlassifikasiTD Crosstabulation

Count

KlassifikasiTD

Total Normal Prehipertensi Hipertensi

KlassifikasiBMI Underweight 5 1 0 6

normalweight 65 5 0 70

Overweight 10 5 1 16

Obese 4 3 1 8


(53)

Frekuensi tekanan darah mengikut BMI

Rata-rata tekanan darah dan BMI

Mean Std. Deviation N

KlassifikasiBMI 2.2600 .69078 100


(54)

Korelasi klassifikasi BMI dan Tekanan Darah

KlassifikasiBMI KlassifikasiTD

KlassifikasiBMI Pearson Correlation 1 .380**

Sig. (2-tailed) .000

N 100 100

KlassifikasiTD Pearson Correlation .380** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(55)

(1)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama: Mohd Ilham Bin Abdul Karim

Tempat / Tanggal Lahir : 31 Desember 1988 / Kelantan, Malaysia Agama : Islam

Alamat : Kampung Chabang Empat Chetok, 17040 Pasir Mas, Kelantan, Malaysia Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Kebangsaan Chabang 3 Chetok,Pasir mas

2. Sekolah Menengah Kebangsaan Kangkong 3. Maktab Rendah Sains MARA Pengkalan Chepa 4. Alliaze College Of Medical Sciences (ACMS) 5. Universitas Sumatera Utara, Medan

Riwayat Pelatihan : 1. Peserta Penyambutan Mahasiswa Baru 2007 FK Riwayat Organisasi : 1. Ahli Persatuan Kebangsaan Pelajar-Pelajar Malaysia


(2)

KlassifikasiTD dan Fakultas Crosstabulationa

Count

Fakultas

Total

kedokteran fisiologis

KlassifikasiTD Normal 47 37 84

Prehipertensi 9 5 14

Hipertensi 1 1 2

Total 57 43 100

KlassifikasiBMI

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Underweight 6 6.0 6.0 6.0

normalweight 70 70.0 70.0 76.0

Overweight 16 16.0 16.0 92.0

Obese 8 8.0 8.0 100.0


(3)

KlassifikasiBMI * KlassifikasiTD Crosstabulation

Count

KlassifikasiTD

Total

Normal Prehipertensi Hipertensi

KlassifikasiBMI Underweight 5 1 0 6

normalweight 65 5 0 70

Overweight 10 5 1 16

Obese 4 3 1 8


(4)

Frekuensi tekanan darah mengikut BMI

Rata-rata tekanan darah dan BMI

Mean Std. Deviation N

KlassifikasiBMI 2.2600 .69078 100


(5)

Korelasi klassifikasi BMI dan Tekanan Darah

KlassifikasiBMI KlassifikasiTD

KlassifikasiBMI Pearson Correlation 1 .380**

Sig. (2-tailed) .000

N 100 100

KlassifikasiTD Pearson Correlation .380** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(6)