HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI ANTROPOMETRIS (IMT) DENGAN TERJADINYA KATARAK JUVENIL DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka kebutaan di Indonesia (1,5 persen) tertinggi di Wilayah Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara. Hasil Survey Kesehatan Indera
Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993 – 1996 menunjukkan angka kebutaan
1,5%. Penyebab utama kebutaan adalah katarak (0.78%), glaukoma (0.20%),
kelainan refraksi (0.14%), dan penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan
lanjut usia (0.38%) (kepmenkes, 2005). Selain itu angka katarak di provinsi Jawa
Timur adalah 8,5 persen,di mana angka operasi katarak adalah 0,5 persen
(Riskesdas, 2009). Hal itu terutama disebabkan ketidakseimbangan antara
insiden (kejadian baru) katarak yang besarnya 210.000 orang per tahun dengan
jumlah operasi katarak yang hanya 80.000 orang per tahun. Akibatnya,
terjadi backlog (penumpukan penderita) katarak yang cukup tinggi (kepmenkes,
2005).
Katarak juvenil merupakan katarak yang terjadi pada masa anak-anak,
yang terjadi sesudah usia satu tahun. Kekeruhan lensa terjadi pada saat dalam
perkembangan serat lensa, sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti
bubur sehingga disebut sebagai soft cataract. Biasanya katarak juvenil

merupakan bagian dari suatu gejala penyakit herediter yang lain (American
Academy of Ophtamology,2003). Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit
penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya di antaranya katarak
defisiensi gizi. (Ilyas, 2008).

1

2

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat
kedua-duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif
ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama (Ilyas, 2008).
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut (Ilyas,2008).
Walaupun katarak adalah penyakit usia lanjut,namun 16-20% buta katarak telah
dialami oleh penduduk Indonesia pada usia 40-54 tahun,yang menurut kriteria
Biro Pusat Statistik (BPS) termasuk dalam kelompok usia produktif (Herna
Hutasoid, 2009). Masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan menderita
katarak 15 tahun lebih cepat dibandingkan di daerah subtropis. Sekitar 16-22%
penderita katarak yang dioperasi berusia di bawah 55 tahun. Hal itu diduga

berkaitan erat dengan faktor degeneratif akibat masalah gizi (Kepmenkes, 2005).
Komposisi lensa lebih dari 90 % adalah protein dan pembentukan katarak
berhubungan dengan oksidasi protein dan atau kemampuan proteolitik dalam
lensa. Akumulasi dan agregasi protein serta perubahan struktur air menyebabkan
presipitasi protein pada nukleus lensa. (Akbar,Panggabean,Utojo,Sukandar, 1993).
Asupan energi, protein, dan lemak juga berhubungan dengan gradasi katarak.
Protein sangat diperlukan untuk pembentukan lamel-lamel lensa yang merupakan
protein fungsional untuk bekerja menjaga kejernihan lensa. Kekurangan energi
dan protein akan menggangggu metabolisme tubuh secara keseluruhan yang
berakibat kerusakan pada sel-sel tubuh termasuk lensa. (Referano Agustiawan,
2006)
Beberapa penelitian sudah dilakukan untuk mencari hubungan antara IMT
dengan terjadinya katarak. Hubungan yang erat antara katarak dengan gizi dapat

3

terlihat dari penelitian Scahumberg dkk di tahun 2000 dan Calufield dkk di tahun
1999. Para peneliti tersebut tidak mengukur asupan nutrisi secara langsung, tetapi
menghubungkan katarak dengan status gizi subyek melalui IMT, penilaian
perawakan tubuh, dan distribusi lemak tubuh. Ketiga indikator ini diyakini sensitif

karena menggambarkan status gizi kronis. Hasil dari penelitian-penelitian lain
bervariasi, tapi secara umum menyimpulkan bahwa IMT merupakan faktor
prediktor independen terhadap terjadinya katarak. (Referano Agustiawan, 2006)
Angka kebutaan akibat katarak yang masih tinggi di kota Malang, pada
tahun 2009 terdapat 262 kasus katarak dan pada tahun 2010 terdapat 618 kasus
katarak yang tercatat di Dinas Kesehatan Kota Malang. RSU Syaiful Anwar di
Malang sebagai rumah sakit rujukan di Malang sendiri mencatat terdapat 1233
pasien katarak pada tahun 2010 di mana terdapat 216 pasien katarak juvenil.
Penelitian ini dibuat berdasarkan rekam medis penderita katarak yang datang ke
RSU Syaiful Anwar Malang periode Januari - Desember 2010.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara status gizi yang kurus(rendah) dengan
terjadinya katarak juvenil di RSU Syaiful Anwar Malang periode Januari Desember 2010?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara status gizi dengan timbulnya katarak juvenil.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui

status gizi


antropometris penderita

berdasarkan indeks massa tubuh (IMT).

katarak

juvenil

4

2. Mengetahui proporsi katarak juvenil di kelompok Indeks Massa Tubuh
IMT kurus, normal, dan gemuk
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Klinis
Memberi informasi kepada tenaga medis tentang status gizi antropometris
penderita juvenil dalam upaya pencegahan katarak dini.
1.4.2 Manfaaat masyarakat
Menambah pengetahuan masyarakat tentang perlunya perbaikan gizi
dalam upaya pencegahan katarak dini.

1.4.3 Manfaat akademis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan atau sumber data untuk
penelitian berikutnya, serta pendorong bagi pihak yang berkepentingan untuk
melakukan penelitian lebih lanjut.

KARYA TULIS AKHIR

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI ANTROPOMETRIS (IMT)
DENGAN TERJADINYA KATARAK JUVENIL
DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh:
Ginanjar Prawira Utama
08020111

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
2012

HASIL PENELITIAN


HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI ANTROPOMETRIS (IMT)
DENGAN TERJADINYA KATARAK JUVENIL
DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

KARYA TULIS AKHIR
Diajukan kepada
Universitas Muhammadiyah Malang
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana
Program Pendidikan Dokter

Oleh:
Ginanjar Prawira Utama
08020111

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012


ii

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN HASIL PENELITIAN

Telah disetujui sebagai hasil penelitian
untuk memenuhi persyaratan
Pendidikan Sarjana Program Pendidikan Dokter
Universitas Muhammadiyah Malang
Tanggal : 4 Januari 2012

Pembimbing I

dr. Alfa Sylvestris, Sp.M

Pembimbing II

dr. Indah Serinurani Effendi

Mengetahui,

Fakultas Kedokteran
Dekan,

dr. Irma Suswati, M.Kes
NIP : 11395010320

iii

LEMBAR PENGUJIAN

Karya Tulis Akhir oleh Ginanjar Prawira Utama
Telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji
Pada tanggal 4 Januari 2012

Tim Penguji

dr. Alfa Sylvestris, Sp.M

Ketua


dr. Indah Serinurani Effendi

Anggota

dr. Bragastio, Sp.M, M.Sc

Anggota

iv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Akhir dengan judul “Hubungan Antara Status Gizi Antropometris (IMT) Dengan
Terjadinya Katarak Juvenil Di Rsu Dr. Saiful Anwar”.
Karya

tulis ini


disusun

sebagai

salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan Program Sarjana Kedokteran S1 (Strata 1). Dalam kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih yang setulusnya kepada pihak yang telah
mendukung penyelesaian Karya Tulis Akhir ini, terutama kepada:
1. dr.Irma Suswati, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. dr.Alfa Sylvestris, SpM selaku dosen pembimbing I dalam penulisan
Karya Tulis Akhir ini.
3. dr.Indah Serinurani Effendi selaku dosen pembimbing II dalam penulisan
Karya Tulis Akhir ini.
4. dr.Bragastio S, SpM selaku dosen penguji dalam penulisan Karya Tulis
Akhir ini.
5. Seluruh Dosen yang telah memberikan ilmunya dan Staf Pengajar Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Akhir ini masih jauh
dari sempurna, sehingga penulis membuka diri untuk segala kritik dan saran yang

v

bersifat membangun. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Akhir ini
dapat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya dalam bidang kesehatan.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Malang, Januari 2012

Penulis

vi

ABSTRAK
Prawira Utama,Ginanjar. 2011. Hubungan Antara Status Gizi Antropometris
(IMT) Dengan Terjadinya Katarak Juvenil Di RSU Dr. Saiful Anwar
Malang. Karya Tulis Akhir, Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Malang. Pembimbing : (1) Alfa Sylvestris (2) Indah
Serinurani Effendi.
Latar Belakang : Katarak adalah suatu penyakit multifaktorial yang ditandai
dengan kekeruhan lensa. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
katarak antara lain usia, radiasi, sinar ultraviolet B, diabetes mellitus, obat-obat
kortikosteroid, rokok, malnutrisi, dan stress oksidatif.
Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
status gizi dengan terjadinya katarak juvenil.
Metode : Desain penelitian adalah observasional analitik dengan menggunakan
pendekatan cross sectional, dengan pengambilan data secara purposive sampling.
Besar sampel 64 responden yang terbagi atas 32 sampel inklusi dan 32 sampel
normal. Analisis data dengan menggunakan statistik uji Chi square dengan
=0.05.
Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukan bahwa para penderita katarak
juvenil yang datang ke RSU Syaiful Anwar Malang lebih banyak yang
mempunyai status gizi yang normal (65.6%) dan penderita katarak juvenil
memiliki rata-rata IMT yang lebih tinggi (24.44) dibandingkan dengan rata-rata
IMT sampel normal (22.65)
Kesimpulan : Hasil uji chi-Square menunjukan bahwa Tidak ada hubungan yang
signifikan (bermakna) antara status gizi dengan terjadinya katarak juvenil di RSU
Syaiful Anwar Malang (dengan nilai p=0.106>α 0.05).
Kata Kunci : Status Gizi Antropometris, IMT, Katarak Juvenil.

vii

ABSTRACT
Prawira Utama, Ginanjar. 2011. The Correlation between Anthropometric
Nutritional Status (BMI) and the Incidence of Juvenile Cataract in Syaiful
Anwar General Hospital Malang. Final Scientific Writing, Faculty of
Medicine Muhammadiyah University of Malang. Advisers : (1) Alfa
Sylvetris, (2) Indah Serinurani Effendi
Background : Cataract is a multifactorial disease signed by lens turbidity. Factors
influencing the development of cataract are age, radiation, ultraviolet B ray,
diabetes mellitus, corticosteroid drugs, cigarette smoking, malnutrition, and
oxidative stress.
Objectives : To understand the correlation between nutritional status and the
incidence of juvenile cataract.
Method : The research design was analytic observational using cross sectional
approach, data was collected using purposive sampling. Sample was 64
respondents, split into 32 inclusion samples and 32 normal samples. Data analysis
was using chi square statistical test with α=0, 05.
Result : The result showed that most of juvenile cataract patients who visited
Syaiful Anwar General Hospital Malang had normal nutritional status (65,6%)
and juvenile cataract sufferers had higher average of BMI (24.4) compared to the
BMI average of the normal sample (22.65).
Conclusion : There was no significant (meaningful) correlation between
nutritional status and the incidence of juvenile cataract in Syaiful Anwar general
Hospital Malang (with the values p=0,106>α 0,05)
Keyword : Anthropometric nutritional status, BMI, juvenile cataract.

viii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................

i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................... 3
1.3.2 Tujuan khusus ...................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 4
1.4.1 Manfaat Klinis...................................................................... 4
1.4.2 Manfaaat masyarakat ........................................................... 4
1.4.3 Manfaat akademis ................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Katarak ......................................................................................... 5

ix

2.1.1 Definisi Katarak ................................................................. 5
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi Lensa ............................................. 5
2.1.3 Penyebab Timbulnya Katarak ............................................ 8
2.1.4 Patofisiologi Katarak .......................................................... 9
2.1.5 Jenis-Jenis Katarak ............................................................. 10
2.1.5.1 Katarak Senillis (Katarak Terikat Usia) ................. 10
2.1.5.2 Katarak Kongenital ................................................ 14
2.1.5.3 Katarak Juvenil....................................................... 14
2.1.5.4 Katarak Traumatik ................................................. 17
2.1.5.5 Katarak Sekunder .................................................. 17
2.1.5.6 Katarak Komplikata .............................................. 18
2.1.5.7 Katarak Toksik ...................................................... 18
2.1.6 Gejala Klinis Katarak ........................................................ 18
2.1.7 Diagnosis Katarak ............................................................. 19
2.1.8 Diagnosis Banding ............................................................ 20
2.1.9 Terapi Katarak ................................................................... 21
2.1.10 Pencegahan Katarak .......................................................... 21
2.2 Status Gizi .................................................................................... 21
2.2.1 Definisi Gizi ...................................................................... 21
2.2.2 Fungsi Gizi ........................................................................ 22
2.2.3 Masalah Gizi ..................................................................... 23
2.2.3.1 Masalah Gizi Makro .............................................. 23
2.2.3.2 Masalah Gizi Mikro .............................................. 24
2.2.3.3 Akibat Gangguan Gizi ........................................... 25

x

2.2.4 Pengukuran Antropometris ............................................... 27
2.2.4.1 Definisi Status Gizi Antropometris ....................... 27
2.2.4.2 Indeks Massa Tubuh ............................................. 28
2.3 Hubungan antara Indeks Massa Tubuh Dengan Terjadinya
Katarak Juvenil............................................................................. 30
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep ......................................................................... 33
3.2 Hipotesis ....................................................................................... 35
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian ............................................................................. 36
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 36
4.3 Populasi dan Sampel .................................................................... 36
4.3.1 Populasi ............................................................................... 36
4.3.2 Sampel ................................................................................. 36
4.4 Teknik Pengambilan Sampel........................................................ 36
4.5 Kriteria Pengambilan Sampel ...................................................... 37
4.5.1 Kriteria Inklusi .................................................................... 37
4.5.2 Kriteria Eksklusi.................................................................. 37
4.6 Variabel Penelitian ....................................................................... 37
4.5.1 Variabel Bebas .................................................................... 37
4.5.2 Variabel Tergantung............................................................ 37
4.7 Definisi Operasional..................................................................... 37
4.8 Alat dan Bahan Penelitian ............................................................ 39
4.9 Alur Penelitian ............................................................................. 39

xi

4.10 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data ........................... 40
4.11 Analisis Data ................................................................................ 40
BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
5.1 Data Umum Demografi Responden ............................................... 41
5.2 Data Khusus ................................................................................... 43
5.2.1 Status Gizi ............................................................................. 43
5.2.2 Katarak Juvenil Dan Orang Normal ...................................... 46
5.2.3 Tabulasi Silang (Crosstabs) .................................................. 46
5.2.4 Hubungan Antara Status Gizi Dengan Terjadinya Katarak
Juvenil ................................................................................... 48
5.2.5 Hasil Analisis Dengan Menggunakan Uji Chi Square .......... 49
BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................ 51
BAB VII PENUTUP ........................................................................................ 58
7.1 Kesimpulan .................................................................................... 58
7.3 Saran ............................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 60

xii

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Perbedaaan Stadium Katarak Senilis .................................................... 12
Tabel 2.2 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia ................................ 30
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden .............................................. 41
Tabel 5.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........................... 42
Tabel 5.3 Tabel Frekuensi Interval Berat Badan Pasien .................................. 43
Tabel 5.4 Tabel Frekuensi Interval Tinggi Badan Pasien ................................ 44
Tabel 5.5 Status Gizi Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)...................... 45
Tabel 5.6 Tabel Frekuensi Responden ............................................................. 46
Tabel 5.7 Tabulasi Silang Antara Usia Dengan Katarak Juvenil ..................... 47
Tabel 5.8 Tabulasi Silang Antara Jenis Kelamin Dengan Katarak Juvenil ..... 48
Tabel 5.9 Tabulasi Silang Antara Status Gizi Dengan Terjadinya
Katarak Juvenil .............................................................................. 48

xiii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Anatomi Lensa ............................................................................. 7
Gambar 2.2 Katarak Juvenil............................................................................. 16
Gambar 2.3 Pekembangan Terjadinya Kondisi Kurang Gizi .................................... 27
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ......................................................................... 33
Gambar 4.1 Alur Penelitian ............................................................................. 39
Gambar 5.1 Grafik Karakteristik Responden ................................................... 42
Gambar 5.2 Status Gizi Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) .................. 45
Gambar 5.3 Distribusi Frekuensi Penderita Katarak Juvenil
Dan Orang Normal ....................................................................... 46
Gambar 5.4 Grafik Hubungan Antara Status Gizi Dengan Terjadinya
Katarak Juvenil ............................................................................ 54

xiv

DAFTAR SINGKATAN

IMT

: Indeks Massa Tubuh

WHO

: World Health Organization

PSC

: Posterior Subcapsular Cataract

PHPV

: Primary Hiperplasi Persistent Viterous

KEP

: Kurang Energi Protein

BB

: Berat Badan

TB

: Tinggi Badan

BMI

: Body Mass Index

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Hasil IMT Pasien Katarak Juvenil................................................ 62
Lampiran 2 Hasil IMT orang normal ............................................................... 63
Lampiran 3 Hasil Analisis ............................................................................... 64
Lampiran 4 Kartu Konsultasi Tugas Akhir ...................................................... 72
Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian ...................................................................... 73

xvi

DAFTAR PUSTAKA
Agustiawan, Referano. Prevalensi Katarak Senilis dan Hubungannya dengan
Indeks Massa Tubuh di Pulau Lombok. Bagian Ilmu Penyakit Mata FKUI.
Perjan Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo ; 2006
Akbar, Pandji A. Panggabean, Djonggi. Utojo, Witjajanti. Sukandar, Hadyana.
Status Gizi Antropometris Penderita Katarak Senilis. MKB Vol.25 No.2 ;
1993
Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Penerbit Gramedia Pustaka
Utama ; 2001
American Academy of Ophtalmology. Basic and Clinical Science Course. Lens
and Cataract Section 11. San Francisco : The eye M.D. Association ; 2003
Arisman Dr. MB. Buku Ajar Ilmu Gizi Gizi Dalam Daur Kehidupan. Cetakan ke3. Jakarta : EGC ; 2004
Burhanuddin.
Katarak,
Juni
2004.
Available
from
http://www.infomedika.com//, (online) diakses 4 Maret 2011

URL

:

Cheung N, Wong T. Obesity and Eye Diseases, 2009. Available from URL :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2698026/?report=abstract//
(online) diakses 26 Desember 2011
Nooran NH, Nooriah Z, Mimiwati Z. The association between body mass index
and age related cataract, 2007. Available from URL :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17682571//, (online) diakses 26
Desember 2011
Elkington, A. R. Khaw, PT Petunjuk Penting Kelainan Mata. Alih Bahasa
Waliban. Editor Kartini, Agnes. Jakarta : EGC ; 2000
Gsianturi. Angka Kebutaan di Indonesia Tertinggi di Asia Tenggara, 1 September
2004.
Available
from
URL
:
http://www.gizi.net/cgibin/berita/fullnews.cgi?newsid1094007366,31293//, (online) diakses 5
Maret 2011
Hutasoit, Herna. Prevalensi Kebutaan Akibat Katarak di Kabupaten Tapanuli
Selatan. Departemen Ilmu Kesehatan Mata : Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara ; 2009
Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ;
2008.
Ilyas, Sidarta. Mailangkay, H.H.B. Taim, Hilman. Saman, Raman R. Simarmata,
Monang. Widodo, Purbo S. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum &
Mahasiswa Kedokteran. Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia.
Cetakan ke-1. Jakarta : Penerbit Sagung Seto ; 2002

xvii

Ilyas, Sidarta. Tanzil, Muzakkir. Salamun. Azhar, Zainal. Sari Ilmu Penyakit
Mata. Cetakan ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2003
Ilyas, Sidharta. Dasar-dasar Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata.
Edisi ke-2. Cetakan ke-2. Jakarta : FKUI ; 2006
Ilyas, Sidharta. Katarak (Lensa Mata Keruh). Cetakan ke-2. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI ; 1999
James, Bruce. Chew, Chris. Bron, Anthony. Lecture Notes : Oftalmologi. Edisi 9.
Alih Bahasa Rachmawati, Asri Dwi dr. Jakarta : Penerbit Erlangga ; 2006.
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1473/Menkes/SK/X/2005. Rencana Strategi Nasional Penanggulangan
Gangguan Penglihatan Dan Kebutaan Untuk Mencapai Vision 2010.
Jakarta ; 2005
Kristiani, Sri. Kekuatan Rata-Rata Lensa Intra Okuler pada Penderita Katarak
Senilis yang Menjalani Operasi Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular di RSUP
Dr. Kariadi Semarang. Bagian Mata Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro Semarang, 2002
Poluan, Henry. Kebutaan Akibat Katarak, 2003. Available from URL :
http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/index//, (online) diakses 4
Maret 2011
Raseobala. Katarak dan Ekstraksi Katarak. Available from
http://www.ilmukedokteran.net//, (online) diakses 4 Maret 2011

URL

:

Sanders, Elizabeth MG. Gangguan Mata yang Menyertai Penyakit Sistemik.
Jakarta : Penerbit Widya Medika ; 2000
Sediaoetama, Achmad Djaeni. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jilid 1.
Cetakan ke-4. Jakarta : Penerbit Dian Rakyat ; 2000
Soekirman, Ilmu Gizi dan Aplikasinya Untuk Keluarga dan Masyarakat. Penerbit
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional ;
2000
Sulistya, Budi T. Lensa dan Keratoplasti. Malang : FKUB ; 2006
Supariasa, I Dewi Nyoman. Bakri, Bachyar. Fajar, Ibnu. Penilaian Status Gizi.
Cetakan ke-1. Jakarta : EGC ; 2001
Vaughan. Asbury. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Alih Bahasa Pendit, Brachm.
Editor Bahasa Indonesia Susanto, Diana. Jakarta : EGC ; 2009

xviii