6. Penyusunan Laporan
Pada tahap ini dilakukan penyusunan dokumentasi dari hasil analisis dan implementasi dari aplikasi yang telah dibuat.
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bagian utama, yaitu:
Bab 1: Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab 2: Landasan Teori
Bab ini membahas teori-teori yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini.
Bab 3: Analisis dan Perancangan
Bab ini berisi analisis dan penerapan wavelet transform based filter untuk mereduksi gangguan sinyal noise pada rekaman suara pernapasan. Bab ini juga berisi
perancangan sistem dan perancangan antarmuka dari aplikasi yang akan dibuat.
Bab 4: Implementasi dan Pengujian
Pada bab ini dibahas implementasi dari aplikasi yang akan dibuat. Setelah itu dilakukan pengujian untuk memastikan apakah hasil yang didapat sesuai dengan
sasaran yang diharapkan atau tidak.
Bab 5: Kesimpulan dan saran
Bab ini berisikan kesimpulan dan penelitian yang telah dilakukan beserta saran-saran yang berguna untuk penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1.Suara Pernapasan
Menurut Sovijärvi et al. 2000, suara pernapasan adalah semua suara yang berhubungan dengan pernapasan termasuk suara napas, suara adventif, suara batuk,
suara dengkur, suara bersin, dan suara dari otot pernapasan. Sebagai catatan bahwa suara yang timbul saat bernafas tidak termasuk dalam suara pernapasan.
Menurut Baydar 2003, suara pernapasan dapat diklasifikasi menjadi dua kelompok seperti suara napas dan suara adventif abnormal. Suara napas yang
terdengar dari dada subyek yang sehat disebut suara napas normal. Suara napas normal keduanya yaitu inspirasi dan ekspirasi. Keduanya terjadi ketika udara bergerak
masuk dan keluar selama siklus pernapasan reguler. Suara adventif merupakan suara pernapasan tambahan dalam suara napas. Suara ini terjadi tanpa terduga selama siklus
pernapasan reguler. Variabilitas yang cukup besar dalam karakteristik struktur suara pernapasan di antara individu, terkadang membuat sulit untuk memastikan
keabnormalan suatu suara. Gavriely Cugell 1995 membagi suara adventif menjadi dua jenis utama.
Yang pertama yaitu suara adventif kontinu, yang dinamakan, wheeze, rhonchi, dan stridor. Yang kedua yaitu suara adventif diskontinu, yang dinamakan, crackle dan
squawk. Kehadiran suara adventif diskontinu biasanya mengindikasi penyakit paru. Menurut Matondang et al. 2003 suara napas dasar terdiri dari beberapa
bagian yaitu: a.
Suara napas vesikular Adalah suara napas normal yang terjadi karena udara masuk dan keluar
melalui jalan napas suara inspirasi lebih keras dan lebih panjang daripada
Universitas Sumatera Utara
suara ekspirasi dan terdengar seperti membunyikan „fff‟ dan „www‟. Suara napas abnormal akan melemah karena terjadi penyempitan bronkus
bronkostenois dan setiap keadaan yang menyebabkan ventilasi berkurang atau bertambahnya hambatan konduksi suara, atau keduanya. Keadaan tersebut
terdapat pada pasien yang menderita pneunomia, edema paru, pneumotoraks atau emfisema.
b. Suara napas bronkial
Pada suara ini terdengar inspirasi keras yang disusul oleh ekspirasi yang lebih keras, dapat disamaka
n seperti bunyi „khkhkh‟. Dalam keadaan normal, suara napas bronkial hanya terdengar pada bronkus bear kanan dan kiri, di daerah
parasternal atas di dada depan dan di daerah interskapular di belakang. Bila suara napas bronkial terdengar di tempat lain, berarti terdapat konsolidasi yang
luas misalnya pada pneumonia lobaris.
c. Suara napas amforik
Suara napas ini menyerupai bunyi tiupan di atas mulut botol kosong, dapat didengar pada kaverne.
d. Cog-wheel breath sound
Menyatakan terdapatnya suara napas terputus-putus, tidak kontinu, baik pada fase inspirasi maupun fase ekspirasi.
e. Metamorphosing breath sound
Suara napas ini dimulai dengan suara yang halus kemudian mengeras, atau dimulai dengan vesikular kemudian berubah menjadi bronkial.
Sedangkan suara napas tambahan pada auskultasi terdiri dari: a.
Ronki basah dan ronki kering Ronki basah adalah suara napas tambahan berupa vibrasi terputus-putus tidak
kontinu akibat getaran yang terjadi karena cairan dalam jalan napas dilalui oleh udara. Ronki kering adalah suara kontinu yang terjadi karena udara
melalui jalan napas yang menyempit akibat faktor intraluminar maupun faktor
Universitas Sumatera Utara
ekstraluminar. Ronki kering lebih jelas terdengar pada fase ekspirasi daripada fase inspirasi.
b. Krepitasi
Adalah suara alveoli. Krepitasi normal dapat terdengar di belakang bawah dan samping pada waktu inspirasi sesudah istirahat dalam keadaan telentang dalam
beberapa waktu.
c. Bunyi gesekan pleura pleural fiction rub
Terdapat pada pleuritis fibrinosa suara yang terdengar adalah suara gesekan kasar seolah-olah dekat dengan telinga, baik pada fase inspirasi maupun
ekspirasi.
d. Sukusio Hippocrates
Terdapat pada seropneumotoraks, yakni kalau dada digerak-gerakkan akan terdengar suara kocokan, suara ini jarang terdengar pada anak-anak. Pada
keadaan ini biasanya dinding perut bagian atas tampak amat cekung.
2.2.Suara Napas Abnormal
Menurut Schriber 2011, ada beberapa jenis suara napas abnormal. Empat jenis yang paling umum adalah:
1. Rales Crackles
Merupakan suara yang mengklik kecil, menggelegak, atau gemeretak suara di paru-paru. Diyakini terjadi ketika udara membuka ruang udara tertutup. Rales
dapat dibagi lagi lebih lanjut sebagai moist, dry, fine, dan coarse. 2.
Ronki Merupakan suara yang menyerupai mendengkur. Terjadi ketika udara diblokir
atau menjadi kasar melalui saluran udara besar. 3.
Wheezing Merupakan suara bernada tinggi yang dihasilkan oleh penyempitan saluran
udara. Dapat didengar ketika seseorang bernafas keluar menghembuskan.
Universitas Sumatera Utara
Wheezing dan suara abnormal lainnya terkadang dapat terdengar tanpa stetoskop.
4. Stridor
Merupakan suara seperti Wheezing yang didengar ketika seseorang bernafas. Biasanya terjadi adalah karena penyumbatan aliran udara dalam pipa udara
trakea atau di bagian belakang tenggorokan.
2.3.Karakteristik Suara Paru-paru dan Noise
Menurut Sukresno et al. 2009, puncak suara paru-paru normal biasanya terdapat pada frekuensi di bawah 100 Hz. Energi suara paru-paru menurun dengan tajam antara
100 - 200 Hz, tetapi masih dapat dideteksi pada atau di atas 800 Hz dengan alat sensitif.
Menurut Earis Cheetham 2000, noise atau gangguan sinyal seperti suara otot pernapasan, suara gerak dada, suara jantung, dan suara frekuensi rendah lain,
terdapat diantara frekuensi 50 sampai dengan 150 Hz.
2.4.WAVE
Format berkas WAVE merupakan bagian kecil dari spesifikasi RIFF Microsoft untuk penyimpanan berkas multimedia. Sebuah berkas RIFF dimulai dengan header berkas
diikuti dengan urutan data chunk Wilson, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Format file WAVE
Penjelasan mengenai gambar 2.1 dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Deskripsi format berkas WAVE
Offset Ukuran
Nama Deskripsi
4 ChunkID
“RIFF” dalam bentuk ASCII 0x52494646 big endian form
4 4
ChunkSize 36 + Subchunk2Size atau 4 + 8 +
Subchunk1Size + 8 + Subchunk2Size 8
4 Format
“WAVE” 0x57415645 big endian form 12
4 Subchunk1ID
“fmt” 0x666d7420 big endian form 16
4 Subchunk1Size
16 untuk PCM
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Deskripsi format berkas WAVE lanjutan
Offset Ukuran
Nama Deskripsi
20 2
AudioFormat PCM = 1
Nilai lebih dari 1 mengindikasi beberapa bentuk kompresi
22 2
NumChannels Mono = 1, Stereo = 2, dll
24 4
SampleRate 8000, 44100, dll
28 4
ByteRate SampleRate NumChannels
BitsPerSample8 32
2 BlockAlign
NumChannels BitsPerSample8 34
2 BitsPerSample
8 bits = 8, 16 bits = 16, dll 36
4 Subchunk2ID
“data” 0x64617461 big-endian form 40
4 Subchunk2Size
NumSamples NumChannels BitsPerSample8
44 Data
Data aktual suara
2.5. Wavelet Transform