Sumber Konflik Teori Konflik

anggota kelompok lawan sebagai ancaman terhadap persatuan dan identitas dari kelompoknya

3. Sumber Konflik

Sumber konflik terkadang terjadi karena suatu kelompok memang sengaja mencari musuh dengan kelompok lain. Kelompok seperti ini benar- benar dapat memahami ancaman dari luar kelompok mereka. Walaupun ancaman yang dirasakan berasal dari luar kelompok, terkadang hanyalah ancaman yang tidak nyata. Ancaman yang tidak nyata dapat mempersatukan kelompok, sama seperti ancaman yang nyata. Maksud ancaman yang tidak nyata dalam konteks ini adalah ancaman yang dibentuk seolah akan menjadi nyata. Ancaman dari luar kelompok yang dibesar- besarkan, daya Tarik musuh yang memicu terjadinya konflik, dan ditemukannya anggota-anggota yang mengancam keberadaan suatu kelompok adalah beberapa cara agar tercipta konflik sehingga menyebabkan kohesi dalam suatu kelompok semakin kuat. Rivai berpendapat bahwa sumber konflik dibagi menjadi 5 bagian, yaitu: a Biososial, para pakar manajemen menempatkan frustasi-agresi sebagai sumber konflik. Berdasarkan pendekatan ini frustasi sering menghasilkan agresi yang mengarah pada terjadinya konflik. Frustasi juga dihasilkan dari kecenderungan ekspektasi pencapaian yang lebih cepat dari apa yang seharusnya; b Kepribadian dan Interaksi, termasuk di dalamnya kepribadian yang abrasif suka menghasut, gangguan psikologi, kemiskinan, keterampilan interpersonal, kejengkelan, persaingan rivalitas, perbedaan gaya interaksi, ketidaksederajatan hubungan; c Struktural, banyak konflik yang melekat pada struktur organisasi dan masyarakat. Kekuasaan, status, dan kelas merupakan hal-hal yang berpotensi menjadi konflik, seperti tentang hak asasi manusia, gender dan sebagainya; d Budaya dan Ideologi, intensitas konflik dari sumber ini sering dihasilkan dari perbedaan politik, sosial, agama dan budaya; e Konvergensi Gabungan, dalam situasi tertentu sumber-sumber konflik itu menjadi satu, sehingga menimbulkan kompleksitas konflik itu sendiri Rivai 2006:165. Semakin sering sebuah kelompok terlibat konflik dengan kelompok lain, maka batas toleransi setiap anggota dalam sebuah kelompok semakin berkurang. Kohesi sosial setiap anggota bergantung pada kehidupan kelompok. Kelompok yang sering terlibat konflik akan dengan hati-hati memilih orang-orang yang akan menjadi anggotanya, sehingga keanggotaan kelompok tersebut bersifat eksklusif. Berbeda dengan kelompok yang jarang atau bahkan tidak pernah terlibat konflik dengan kelompok lainnya, yang perekrutan anggotanya tidak memiliki banyak syarat, maka jumlah anggotanya banyak dan toleransi antar anggota kelompok tersebut tinggi.

4. Jenis Kelompok Konflik