Aspek Demokrasi Partisipatif dalam Pembentukan Peraturan

kedaulatan ada di tangan rakyat dan oleh karenanya pemerintahan diselenggarakan dari, oleh, dan untuk rakyat. Pendekatan empirik adalah pendekatan yang menekankan pada perwujudan demokrasi dalam kehidupan politik sebagai rangkaian rosedur mengatur rakyat untuk memilih, mendudukkan dan meminta pertanggungjawaban wakilnya di lembaga perwakilan. Berdasarkan 2 dua pendekatan terhadap demokrasi, maka terdapat aspek demokrasi secara partisipatif dan partisipasi masyarakat dalam pembentukan peraturan perundang- undangan sebagai berikut:

2.6.1 Aspek Demokrasi Partisipatif dalam Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan Mahfud MD. berpendapat “prinsip dasar demokrasi selalu menuntut dan mengharuskan adanya pemencaran kekuasaan, agar kekuasaan tidak terpusat di satu tangan. Kekuasaan yang berpusat di satu tangan bertentangan dengan prinsip demokrasi karena membuka peluang terjadinya kesewenang-wenangan dan korupsi ”. Mahfud, 2006: 221 Demokrasi Partisipatif Participatory Democracy adalah pengambilan keputusan dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam berbagai bidang, baik politik, ekonomi dan sosial. Peran serta masyarakat dalam demokrasi partisipatif termasuk pada tahapan perencanaan pembangunan di berbagai tingkatan. Dengan demikian, diharapkan akan timbul suatu rasa memiliki dan rasa tanggung jawab bersama seluruh masyarakat terhadap pembangunan di daerahnya. Demokrasi partisipatif merupakan demokrasi yang dilaksanakan berdasarkan aspirasi masyarakat aspiratif dengan mengutamakan nilai- nilai masyarakat dalam pengambilan suatu keputusan yang dilandasi oleh semangat kebersamaan dalam menjalankan suatu keputusan politik. Makalah “Kajian Literatur Demokrasi Partisipatif”, oleh Imam Indratno, Herman Subagja, Rikeu Rugarmika, dkk, Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Islam Bandung, Tahun 2011, mengemukakan beberapa prinsip-prinsip dasar dalam demokrasi partisipatif, yaitu: 1. Ajakan berpartisipasi disosialisasikan; 2. Tujuan dari demokrasi partisipasi senantiasa diuraikan sejelas mungkin pada tahap awal; 3. Akses seluruh dokumen dan berbagai informasi terkait yang menjadi agenda pembahasan dan pengelolaan pembangunan harus terbuka secara transparan; 4. Semua pihak mempunyai fungsi sebagai pengambil keputusan; 5. Setiap pihak yang berkepentingan terhadap pengelolaan pembangunan harus memiliki hak yang seimbang untuk menyalurkan aspirasinya pada proses pengambilan keputusan; 6. Setiap aspirasi harus diperhatikan tanpa adanya diskriminasi terhadap sumber aspirasi tersebut; 7. Pendanaan yang memadai untuk sebuah proses partisipasi harus disepakati bersama, disediakan dan dipublikasikan; 8. Diperlukan fasilitator yang professional dalam proses pengambilan keputusan; 9. Kesepakatan akhir dari kebijakan yang dihasilkan harus dapat dipahami berikut alasannya; dan 10. Proses partisipasi masyarakat dalam penentuan kebijakan harus dievaluasi secara berkala. Imam, Herman dan Rikeu, 2011: 14-15 Lebih lanjut, Imam Indratno, Herman Subagja, Rikeu Rugarmika, dkk menggambarkan proses demokrasi partisipatif dalam bagan sebagai berikut: Bagan 2.2. Proses Demokrasi Partisipatif Sumber: Makalah Kajian Literatur Demokrasi Partisipatif Demokrasi partisipatif harus dilaksanakan berdasarkan aspek sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat agar tidak menimbulkan konflik dalam masyarakat. Pelibatan organisasi, pemuka masyarakat serta pihak-pihak swasta untuk memberikan masukan maupun saran terhadap kebijakan-kebijakan dan keputusan yang diambil oleh Pemerintah merupakan wujud nyata dari demokrasi partisipasi. Pembentukan Naskah Akademik undang-undang dalam pembentukan Rancangan Undang-Undang di Indonesia merupakan gambaran aspek demokrasi partisipatif yang dilakukan oleh masyarakat untuk menuangkan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat sehingga dapat menjadi landasan dalam pengambilan keputusan untuk selanjutnya disahkan menjadi Undang-Undang.

2.6.2 Partisipasi Masyarakat dalam Pembentukan Peraturan Perundang-