40
terbangun untuk berkemih, menyebabkan sulit untuk kembali tidur Potter Perry, 2005
B.Sering merasa haus. Jika kadar gula darah sampai diatas 160 – 180mgdl,
maka glukosa akan sampai ke air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang
hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak. Akibatnya penderita
merasakan haus yang berlebihan sehingga penderita banyak minum. Dengankondisi yang seperti ini penderita sering terbangun untuk minum.
C. Sering merasa lapar. Sejumlah besar kalori hilang kedalam air kemih,
penderita diabetes melitus mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa
Sehingga banyak makan. Hal ini dapat mengganggu tidur penderita pada malam hari karena sering bangun.
D. Gatal-gatal pada kulit. Gatal-gatal pada kulit merupakan salah satu gejala klinis penyakit diabetes melitus. Hal ini membuat penderita DM tidak nyaman
untuk tidur dan dapat menyebabkan terbangun dari tidur. E. Kesemutan dan kram pada kaki. Bila gula tidak dikontrol atau tidak
diobati, gejala kronis ini akan timbul dan ini akan menyebabkan penderita merasa tidak nyaman dan susah untuk tidur.
F. Nyeri. Keluhan nyeri pada ekstremitas merupakan keluhan umum pada penderita diabetes mellitus, terutama pada penderita menahun apalagi dengan
kendali glukosa yang tidak baik. Sensasi yang dirasakan dapat bermacam-macam
Universitas Sumatera Utara
41
seperti rasa terbakar, tertusuk. Hal ini ini menyebabkan penderita susah untuk tidur.
G. Ketidaknyamanan fisik. Ketidaknyamanan fisik merupakan penyebab utama kesulitan untuk tidur atau sering terbangun pada malam hari Potter
Perry, 2005. 2.Faktor Psikososial
A.Stres, seseorang dapat mengalami stres emosional karena penyakit. Oleh karena itu emosi seseorang dapat mempengaruhi kemampuan untuk tidur. Stres
emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan seringkali mengarah frustasi apabila tidak tidur. Stres juga menyebabkan seseorang mencoba terlalu
keras untuk tertidur, sering terbangun selama siklus tidur, atau terlalu banyak tidur. Stres yang berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan tidur yang buruk Potter
Perry, 2005 B.Cemas, penderita penyakit yang memiliki resiko terhadap kecemasan
adalah mereka yang takut dan khawatir akan penyakitnya, diisolasi dari keluarga dan kerabat, dan tidak familiar dengan lingkungan.
C.Depresi, merupakan suatu penyakit yang berpengaruh kepada efek kejiwaan. Seseorang yang telah terkena depresi akan mengalami gangguan tidur
yang mana ciri khas seseorang yang terkena sindrom tersebut adalah susah untuk tidur dan selalu murung.
3.Faktor Lingkungan A.Suarakebisingan. Suara mempengaruhi tidur. Tingkat suara yang
diperlukan untuk membangunkan orang tergantung pada tahap tidur. Suara yang
Universitas Sumatera Utara
42
rendah lebih sering membangunkan seseorang dari tidur tahap 1, sementara suara yang keras membangunkan orang pada tahap tidur 3 dan 4. Level suara pada
percakapan yang normal sekitar 50 dB Potter Perry, 2005. B.Ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik adalah esensial untuk tidur yang
tenang Potter Perry, 2005. Kelembapan ruangan perlu diatur agar paru-paru tidak kering karena apabila kelembaban ruangan tidak diatur maka seseorang
tidak akan dapat tidur, walaupun dapat tidur maka seseorang akan terbangun dengan kerongkongan kering seakan-akan seseorang tersebut menderita radang
amandel.
C.Ruang dan tempat tidur yang nyaman. Ruang tidur merupakan tempat
dimana seseorang melepaskan pikiran-pikiran yang penatlelah setelah seharian melakukan aktifitas. Apabila ruang tidur kotor ataupun bau maka bisa dikatakan
itulah faktor utama dari susahnya tidur. Ukuran, kekerasan dan posisi tempat tidur mempengaruhi kualitas tidur Potter Perry, 2005.
D.Suhu ruangan. Ruangan yang terlalu panasterlalu dingin seringkali menyebabkan seseorang gelisah. Keadaan ini akan mengganggu tidur seseorang
Potter Perry, 2005.
E.Bau yang tidak nyaman. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryani
2004 melaporkan bahwa tidur responden terganggu akibat bau ruangan yang tidak nyaman. Sementara hal yang sama juga dilaporkan oleh Karota-Bukit 2003
bahwa 13 responden mengalami gangguan tidur pada tingkat sedang karena bau yang tidak nyaman.
Universitas Sumatera Utara
43
5.Kualitas Tidur Pasien Diabetes Melitus Laki-Laki dan Perempuan
Pasien DM sering mengalami nokturia atau berkemih pada malam hari, yang membuat mereka harus terbangun ditengah malam untuk pergi ke toilet
Harkreader, Hogan Thobaben, 2007 dalam Agustin, 2012. Menurut penelitian Chaput, Despres, dan Bouchard 2007 mengatakan
bahwa glukosa plasma puasa dan konsentrasi insulin, total insulin, dan indeks pengkajian model homeostatis keresistensian insulin secara signifikan lebih tinggi
pada orang yang memiliki waktu tidur yang pendek dibandingkan dengan orang yang memiliki waktu tidur yang panjang pada laki-laki dan perempuan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Listiyanto 2014 60 dari respondennya adalah berjenis kelamin perempuan. Selain itu perempuan pada usia produktif
mempunyai kecenderumgan untuk mengalami Polyctistic Ovarial Syndrom POS dengan frekuensi sebanyak 5-10. Pada POS dapat ditemukan adanya gangguan
sekresi insulin dan aktivitas insulin serta adanya gangguan pengaturan tekanan darah yang merupakan tanda awal resiko terjadinya gangguan kardiovaskular.
Faktor lain yang dapat mempertinggi resiko diabetes melitus tipe 2 yang dialami perempuan, seperti riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi 4kg,
riwayat DM selama kehamilan diabetes gestasional, obesitas, penggunaan kontrasepsi oral dan tingkat stres yang cukup tinggi.
Penelitian Nilsson 2004 mengatakan bahwa masalah tidur berhubungan dengan perubahan variabel metabolik dengan intoleransi glukosa dan diabetes tipe
2. Pada waktu yang sama penelitian ini juga memperluas penemuan yang lebih awal yang menunjukkan bahwa gangguan tidur dapat memprediksi diabetes di
Universitas Sumatera Utara
44
masa depan pada laki-laki usia pertengahan 44-48 tahun. Kesulitan untuk jatuh tidur, penggunaan hipnotik secara rutin dan peningkatan laju denyut jantung
adalah data dasar yang ditemukan yang berhubungan dengan resiko diabetes di masa depan.
Universitas Sumatera Utara
45
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Penelitian
Notoadmodjo 2005 kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antar konsep-konsep yang diamati atau diukur melalui
penelitian yang dilakukan. Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbandingan
kualitas tidur pada pasien DM laki-laki dan perempuan. Adapun skema kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Skema 3.1 Kerangka penelitian perbandingan kualitas tidur pada pasien DM laki- laki dan perempuan.
Independen Dependen
Kualitas tidur Kualitas tidur
subjektif Latensi tidur
Durasi tidur Efisiensi kebiasaan
tidur Gangguan tidur
Pengguanaan obat tidur
Disfungsi siang hari Laki-laki
Perempuan
Universitas Sumatera Utara
46
2. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi operasional perbandingan kualitas tidur pasien DM laki-
laki dan perempuan No Variabel
Definisi Operasional Alat Ukur
Hasil Ukur Skala
1 Kualitas
Tidur Keadaan dimana tidur
yang dijalani oleh Semua pasien DM
laki-laki dan perempuan
menghasilkan kesegaran dan
kebugaran disaat terbangun, tidur dapat
dirasakan baik atau buruk yang meliputi
kualitas tidur subjektif, latensi tidur, durasi
tidur, efisiensi kebiasaan tidur,
gangguan tidur, penggunaan obat tidur,
dan disfungsi siang hari,
The Pittsburg
Sleep Quality
Index PSQI
Skor 5
kualitas tidur buruk
Skor ≤5
kualitas tidur baik
Ordinal
2. Laki-laki
dan perempuan
Jenis kelamin pasien DM yang datang dan
berkunjung ke RSUD Dr. Djasamen Saragih
Pematangsiantar Kuesioner
data demografi
Laki-laki Perempuan
Nominal
3. Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada penelitian ini adalah: Ha
:Ada perbedaan kualitas tidur pada pasien DM laki-laki dan pasien DM perempuan.
Ho :Tidak ada perbedaan kulitas tidur pada pasien DM laki-laki dan
perempuan.
Universitas Sumatera Utara
47
BAB 4 METODE PENELITIAN
1.Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain deskriptif komparatif yang bertujuan untuk
mengidentifikasi perbandingan kualitas tidur antara pasien DM laki-laki dan pasien DM perempuan di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar.
2.Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian adalah subjek misalnya manusia;klien yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan Nursalam, 2009. Populasi yang diambil
dalam penelitian ini adalah semua pasien DM yang sedang dirawat atau berkunjung ke RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar dengan jumlah 38
orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling.
Sampel pada penelitian ini adalah semua pasien DM yang datang dan berkunjung ke RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar.
3.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar. Alasan pemilihan tempat ini adalah dikarenakan RSUD Dr. Djasamen Saragih
merupakan rumah sakit rujukan di kota Pematangsiantar . Penelitian ini dilakukan mulai bulan September 2014-Juli 2015.
Universitas Sumatera Utara
48
4.Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin dari RSUD Dr. Djasamen Saragih
Pematangsiantar, serta telah melakukan ethical clearance pada komisi etik penelitian Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Dalam melakukan
penelitian ini, ada beberapa pertimbangan etik yang harus diperhatikan, yaitu hak kebebasan dan kerahasiaan menjadi responden, serta bebas dari rasa sakit baik
secara fisik maupun tekanan psikologis. Lembar persetujuan diberikan kepada responden sebagai subjek penelitian.
Peneliti menjelaskan tentang maksud, tujuan, dan prosedur penelitian yang dilakukan. Jika klien bersedia menjadi responden, maka responden diminta untuk
menandatangani lembar persetujuan informed consent. Untuk menjaga kerahasiaaan responden, peneliti tidak mencantumkan
nama lengkap tetapi hanya mencantumkan kode pada masing-masing lembar kuisioner. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya
kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini.
5.Instrumen Penelitian
Data responden diperoleh dengan menggunakan alat pengumpulan data berupa kuisioner yang terdiri dari 2 bagian yaitu: Kuisioner Data Demografi
KDD dan The Pittsburg Sleep Quality Index PSQI.
Universitas Sumatera Utara
49
Kuisioner Data Demografi KDD bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin dan pendidikan
terakhir. PSQI mengkaji 7 dimensi dalam kualitas tidur yaitu kualitas tidur
subjektif, sleep latensi, durasi tidur, kebiasaan tidur, efisiensi kebiasaan tidur, pengguanaan obat tidur dan disfungsi di siang hari. Pengukuran setiap dimensi
tersebar dalam beberapa pertanyaan penilaian sesuai dengan standar baku. Terdapat 9 pertanyaan dalam PSQI. Pertanyaan 1, 3 dan 4 untuk dimensi efisiensi
kebiasaan tidur, pertanyaan 2 dan 5a untuk latensi tidur. Pertanyaan 4 untuk dimensi durasi tidur, pertanyaan 5b-5j untuk dimensi gangguan tidur, pertanyaan
7 untuk dimensi penggunaan obat tidur, pertanyaan 6 dan 8 untuk dimensi disfungsi pada siang hari, pertanyaan 9 untuk dimensi pernyataan kualitas tidur
subjektif. Tiap dimensi bernilai berkisar antara 0 tidak ada masalah sampai 3 masalah berat. Nilai tiap komponen kemudian dijumlahkan menjadi skor global
antara 0- 21. Skor global ≤5 dinyatakan memiliki kualitas tidur baik dan skor
global 5 memiliki kualitas tidur buruk. Untuk cara penilaian tiap diamensi akan dijelaskan pada tabel dibawah ini:
Universitas Sumatera Utara
50
Tabel 4.1 Penilaian skor tiap dimensi kualitas tidur
Dimensi Item
pertanyaan Skoring
Keterangan skor
1.Kualitas tidur
subjektif P.9
Sangat baik :0
Cukup baik :1
Cukup buruk :2 Sangat buruk :3
Sangat baik :0
Cukup baik :1
Cukup buruk :2 Sangat buruk :3
2.Latensi tidur
P.2P.5a P.2 15 men :0
16-30 :1
31-60 :2
60 men :3 P.5a Tdk terjadi dalam 1 bulan :0
1 kali dalam seminggu :1
12 kali dlmseminggu :2
≥3 kali dlm seminggu :3 Skor P.2 + P.5a
Skor 0 :0
Skor 1-2 :1
Skor 3-4 :2
Skor 5-6 :3
3.Durasi tidur
P.4 7 jam
:0 6-7 jam
:1 5-6 jam
:2 5 jam
:3 7 jam
:0 6-7 jam
:1 5-6 jam
:2 5 jam
:3 4.Efisiensi
kebiasaan tidur
P.4, P.1 P.3
P.4.jumlah durasi tidurP.13.Jumlah waktu yg
dihabiskan di tempat tidur X 100
85 :0
75-84 :1
65-74 :2
65 :3
5.Gangguan tidur
P.5b-P.5j P.5b-5j
Tdk terjadi dalam 1 bulan :0
1 kali dalam seminggu :1
1 atau 2 kali dlm seminggu :2 ≥3 kali dlm seminggu
:3 Skor P.5b-5j
Skor 0 :0
Skor 1-9 :1
Skor 10-18 :2
Skor 19-27 :3
6. Penggunaan
obat tidur P.7
Tdk terjadi dalam 1 bulan :0
1 kali dalam seminggu :1
1 atau 2 kali dlm seminggu :2 ≥3 kali dlm seminggu
:3 Tdk terjadi
dalam 1 bulan :0 1 kali dalam
seminggu :1 1 atau 2 kali dlm
seminggu
:2 ≥3 kali dlm
seminggu :3 7. Disfungsi
siang hari P.6 P.8
P.6. Tdk terjadi dalam 1 bulan:0 1 kali dalam seminggu
:1 12 kali dlm seminggu
:2 ≥3 kali dlm seminggu :3
P.8.Tidak menjadi masalah :0 Hanya masalah kecil
:1 Agak menjadi masalah
:2 Masalah besar
:3 Skor P.6 + P.8
Skor 0 :0
Skor 1-2 :1
Skor 3-4 :2
Skor 5-6 :3
Universitas Sumatera Utara
51
6.Uji Validitas dan Reliabilitas 6.1 Uji Validitas