Efektifitas Pemberian Kenikir (Cosmos caudatus kunth) terhadap Bobot Karkas, Organ Pencernaan, Hati dan Kolesterol Daging Ayam Kampung (Gallus gallus domesticus

(1)

EFEKTIFITAS PEMBERIAN KENIKIR (

Cosmos caudatus kunth

)

TERHADAP BOBOT KARKAS, ORGAN PENCERNAAN, HATI

DAN KOLESTEROL DAGING AYAM KAMPUNG

(

Gallus gallus domesticus

)

___SKRIPSI___ INDAH IRFAI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013


(2)

i

RINGKASAN

Indah Irfai. D24070059. 2012. Efektivitas Pemberian Kenikir (Cosmos caudatus kunth) Terhadap Bobot Karkas, Organ Pencernaan, Hati dan Kolesterol Daging Ayam Kampung (Gallus gallus domesticus). Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr.Ir. Rita Mutia, M.Agr. Pembimbing Anggota : Dr.Ir. Didid Diapari, M.Si.

Kolesterol merupakan salah satu penyebab utama terjadinya penyakit arterosklerosis, yaitu proses pengapuran dan pengerasan dinding pembuluh darah, yang membuat pembuluh darah menjadi sempit dan menghalangi aliran darah di dalamnya. Salah satu upaya untuk mengatasi tingginya kadar kolesterol pada produk yang dihasilkan unggas adalah dengan penggunaan bahan alami (herbal) sebagai pakan imbuhan. Kenikir mengandung saponin yang dapat menurunkan kolesterol. Selain itu, kenikir juga mengandung senyawa antioksidan yang berfungsi untuk menetralisir senyawa radikal bebas dalam tubuh ayam kampung.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian kenikir yang dicampur pada ransum terhadap bobot badan akhir (g), bobot karkas (g), bobot relatif hati (%), bobot relatif organ pencernaan (%), kolesterol karkas (%), dan persentase karkas (%) ayam kampung.

Penelitian ini dilakukan di kandang pemuliaan ternak, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Sebanyak 60 ekor ayam kampung umur 6 minggu dibagi ke dalam 4 perlakuan dan 3 ulangan (5 ekor/kandang). Perlakuan pakannya terdiri atas P0 (kontrol, tanpa kenikir), P1 (pemberian 1% kenikir), P2 (pemberian 2% kenikir) dan P3 (pemberian 3% kenikir). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis sidik ragam dengan software SPSS versi 13.00. Perlakuan yang memberikan pengaruhn nyata terhadap peubah yang diamati akan dilakukan uji lanjut least significance difference (LSD).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian perlakuan kenikir berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap rataan persentase kadar kolesterol karkas dibandingkan dengan kontrol. Pemberian kenikir tidak berpengaruh terhadap organ pencernaan dan bobot karkas tetapi efektif menurunkan kolesterol karkas.


(3)

ii

ABSTRACT

Efektivity of Kenikir (Cosmos caudatus kunth) to the Carcass Weight, Digesstive Organ, Heart, and Cholesterol of Native Chicken (Gallus gallus domesticus)

I. Irfai, R. Mutia and D. Diapari

Cholesterol is one of the main causes of the disease as atherosclerosis, the process of calcification and hardening of artery walls, which makes blood vessels to narrow and block blood flow in it. One effort to overcome the high levels of cholesterol in poultry products with the use of natural materials (herbs) as affixes chicken feed. Kenikir contains saponin to reduce cholesterol. Kenikir also contains antioxidants to neutralize free radicals in poultry. The purpose of this experiment was to study effectivity of kenikir (Cosmos caudatus kunth) in diet on final body wight (g), carcass weight (g), relative digesstive organ (%),carcass cholesterol (%), and carcass percentage (%) native chicken. Sixty birds of native chickens (6 week of age) were randomly assigned to four dietary treatment with three replications (5 birds/replication). The treatment diet were P0 as control, P1, P2, and P3 diets contained 1%, 2%, and 3% kenikir. There were significant effect of on average percentage of carcass cholesterol levels compared with control.


(4)

iii

EFEKTIFITAS PEMBERIAN KENIKIR (

Cosmos caudatus kunth

)

TERHADAP BOBOT KARKAS, ORGAN PENCERNAAN, HATI

DAN KOLESTEROL DAGING AYAM KAMPUNG

(

Gallus gallus domesticus

)

INDAH IRFAI D24070059

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013


(5)

iv Judul : Efektifitas Pemberian Kenikir (Cosmos caudatus kunth) terhadap Bobot

Karkas, Organ Pencernaan, Hati dan Kolesterol Daging Ayam Kampung (Gallus gallus domesticus)

Nama : Indah Irfai NIM : D24070059

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

(Dr.Ir.Rita Mutia, M.Agr) (Dr.Ir.Didid Diapari, M.Si) NIP : 19630917 198803 2 001 NIP : 19620617 199002 1 001

Mengetahui, Ketua Departemen,

Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

(Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr) NIP : 19670506 199103 1 001


(6)

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Indah Irfai, dilahirkan pada tanggal 28 November 1989 di Jakarta. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Acun Rifai dan Ibu Suhaemi.

Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1995 di Sekolah Dasar Negeri Kukupu 1 Kota Bogor dan diselesaikan pada tahun 2001. Pendidikan lanjutan tingkat pertama dimulai pada tahun 2001 dan diselesaikan pada tahun 2004 di Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama Negeri 5 Kota Bogor. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Plus YPHB Kota Bogor pada tahun 2004 dan diselesaikan pada tahun 2007.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan pada tahun 2008. Penulis aktif dalam Organisasi Mahasiswa Daerah Keluarga Mahasiswa Bogor di IPB sebagai sekretaris, periode 2007-2008.

Bogor, Januari 2013

Indah Irfai D24070059


(7)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga dapat menuangkan hasil pikiran dalam tulisan yang berupa skripsi yang berjudul


(8)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... i

ABSTRACT ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi PENDAHULUAN


(9)

viii Peubah yang Diamati


(10)

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman


(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman


(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman


(13)

1

PENDAHULUAN Latar Belakang

Ayam kampung merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara oleh masyarakat karena relatif murah dan mudah pemeliharaannya. Ayam juga merupakan salah satu ternak sebagai sumber protein hewani sehingga banyak masyarakat di Indonesia yang mengkonsumsi sumber protein hewani yang berasal dari ternak ini. Produk utama yang dihasilkan oleh ayam umumnya adalah telur dan daging, namun pada kenyataannya banyak faktor yang menjadi kendala dalam mengkonsumsi produk tersebut, salah satunya adalah kandungan kolesterol.

Kolesterol merupakan salah satu penyebab utama terjadinya penyakit arterosklerosis, yaitu proses pengapuran dan pengerasan dinding pembuluh darah, yang membuat pembuluh darah menjadi sempit dan menghalangi aliran darah di dalamnya. Upaya menurunkan kelebihan kolesterol dalam tubuh banyak dilakukan orang dengan cara merubah pola konsumsi makan dan menghindari makanan yang berlemak. Selain itu, untuk mengurangi kelebihan kolesterol dalam tubuh dapat dilakukan dengan mengkonsumsi makanan rendah kolesterol.

Penggunaan herbal dalam pakan menjadi salah satu alternatif dalam penyediaan produk unggas yang lebih sehat. Kenikir merupakan tanaman herbal yang berasal dari Meksiko. Kenikir mengandung saponin, flavonoida dan polifenol disamping minyak atsiri. Saponin merupakan zat aktif yang diduga dapat menurunkan kadar kolesterol daging ayam. Penambahan kenikir dalam ransum diharapkan dapat menurunkan kadar kolesterol dan meningkatkan bobot karkas pada ayam kampung. Penggunaan daun kenikir diharapkan tidak akan menimbulkan residu yang berbahaya dan tidak memiliki efek samping yang merugikan pada produk ternak sehingga aman untuk dikonsumsi manusia.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian kenikir terhadap karkas, organ pencernaan, dan kolesterol daging ayam kampung.


(14)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Ayam Kampung (Gallus gallus domesticus)

Pada umumnya ayam kampung dipelihara secara ekstensif, dibiarkan berkeliaran di halaman rumah, lapangan kebun dan tempat-tempat lain disekitar kampung atau pemukiman, karena tempat hidup dan makannya disebut ayam kampung. Ayam kampung merupakan ayam populer di Indonesia, karena cara pemeliharaannya tidak membutuhkan persyaratan yang sulit, mempunyai daya tahan terhadap penyakit yang cukup baik serta telah beradaptasi dengan keadaan lingkungannya (Prilajuarti, 1990).

Menurut Mansjoer (1985), ayam kampung diduga berasal dari dua spesies ayam hutan yaitu Gallus bankiva dan Gallus varius, ayam kampung merupakan ayam asli Indonesia selain mempunyai nenek moyang ayam hutan merah (Gallus gallus lenaeus) dan ayam hutan abu-abu (Gallus sonnerati tomnick), juga mempunyai nenek moyang ayam hutan hijau (Gallus varius shaw) yang banyak terdapat di Pulau Jawa dan sekitarnya. Ayam kampung memiliki jarak genetik paling dekat dengan ayam hutan merah (Gallus gallus javanicus) dibandingkan dengan jarak genetik terhadap ayam hutan hijau (Gallus varius). Taksonomi ayam kampung adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animal Fillum : Chordata Subfillum : Vertebrata Kelas : Aves Subkelas : Neornithes Ordo : Galliformes Subordo : Neognatae Famili : Phasianidae Genus : Gallus

Spesies : Gallus domesticus

Ayam kampung merupakan tipe ayam yang kecil dengan pertumbuhan yang lambat dan konversi makanan menjadi produk protein esensial yang juga rendah (Cahyono, 2002). Kebutuhan gizi ayam kampung pada umur 0-8 minggu adalah energi 2900 kkal/kg, protein 18%-19%, serat kasar 4%-5% dan lemak kasar 4%-5%.


(15)

3 Kebutuhan gizi ayam kampung pada umur 8-12 minggu adalah energi 2900 kkal/kg, protein 16%-17%, serat kasar 4%-5% dan lemak kasar 4%-7% (Zainuddin, 2006).

Kenikir (Cosmos caudatus kunth)

Kenikir berasal dari Meksiko, merupakan herba satu tahun, batang tegak, percabangan tidak banyak dan tingginya 0,1-1,0 m. Daun menyirip gasal, tajuk daun kedua sisi berjumlah 5-9 cm dan bergerigi, didekat tepi daun terdapat bintik-bintik kelenjar bulat. Bunga kenikir merupakan bunga majemuk berwarna kuning, orange atau kombinasi antara keduanya. Bongkol bunga bertangkai panjang dan ujung tangkalnya membesar. Pembalut bunga berbentuk lonceng, terdapat 8-13 punggung membujur yang dibatasi oleh alur yang cukup dalam dengan panjang 1,5-2,5 cm dan lebar 1,2-1,7 cm. Bunga bagian tepi berbentuk pita kuning, bagian tengah berbentuk tabung (Steenis et al., 1978). Menurut Tjitrosoepomo (2007), taksonomi kenikir adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Ordo : Campanulatae Famili : Compositae

Kenikir mengandung saponin, flavonoida dan polifenol disamping minyak atsiri (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991). Penelitian yang dilakukan oleh Lotulung et al. (2005), menunjukkan bahwa daun kenikir mengandungsenyawa yang memiliki daya antioksidan yang cukup tinggi, dengannilai IC50 sebesar 70 mg/L. Ekstrak metanolik daun kenikir mengandung flavonoid dan glikosida kuersetin.

Saponin adalah suatu senyawa seperti sabun yang apabila dicampur dengan air dapat menurunkan tegangan permukaan cairan. Saponin memiliki gugus kimia glikosida yang biasanya dapat menyebabkan hemolisa eritrosit. Saponin yang bersifat toksin disebut sapotoksin yang dapat menurunkan kadar kolesterol dalam serum (Fuglie, 2001).

Lebih jauh disebutkan bahwa fungsi lain dari saponin adalah sebagai antifungal, antibakteri, immunostimulator/immunomodulator. Saponin juga ternyata dapat meningkatkan permeabilitas dinding usus sehingga proses penyerapan kembali nutrien yang penting untuk tubuh berlangsung lebih baik dan juga menghambat


(16)

4 aktifitas dari enzim urease sehingga pembentukan ammonia dapat dikurangi. Saponin juga merupakan salah satu feed additive yang potensial mempengaruhi performa ayam potong karena fungsinya terhadap system kekebalan tubuh ayam (Abas et al., 2001).

Saponin adalah senyawa surfaktan, dari berbagai hasil penelitian disimpulkan, saponin bersifat hipokolesterolemik, imunostimulator, dan antikarsinogenik. Sifat hipokolesterolemik dimulai ketika saponin yang dicerna yang berasal dari makanan kemudian membentuk molekul besar yang disebut micelles dan bersama garam empedu secara signifikan mereduksi kolesterol serum dan terjadi peningkatan ekskresi feses dan garam empedu sejalan dengan penghambatan absorbs kolesterol (Steenis et al., 1978).

Karkas Ayam Kampung

Karkas merupakan bagian tubuh tanpa bulu, darah, kaki, kepala serta organ dalam.Karkas meningkat seiring dengan meningkatnya umur dan berat badan (Daud, 2005). Menurut Soeparno (1992) faktor genetik dan lingkungan mempengaruhi laju pertumbuhan dan komposisi tubuh yang meliputi distribusi berat, komposisi kimia dan komponen karkas.Selain itu nutrisi, umur dan laju pertumbuhan juga dapat mempengaruhi berat karkas dan berat karkas biasanya meningkat sesuai dengan meningkatnya berat hidup ayam. Kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan sesudah pemotongan. Faktor yang menentukan adalah berat karkas, jumlah daging yang dihasilkan dan kualitas dari daging yang bersangkutan.

Hati dan Organ Pencernaan Ayam Kampung Hati

Hati merupakan organ yang berperan dalam sekresi empedu, metabolisme lemak, karbohidrat, zat besi, fungsi detoksifikasi serta berperan dalam metabolisme dan penyerapan vitamin (Ressang, 1984). Dari lambung dan usus halus, sebagian besar pakan yang diserap masuk kedalam vena portal menuju hati, suatu kelenjar terbesar di dalam tubuh. Hati terdiri dari dua lobus besar yang mempunyai fungsi utama hati dalam pencernaan dan absorbsi adalah produksi empedu (Suprijatna et al., 2005). Arief (2000) melaporkan bahwa bobot hati ayam kampung adalah


(17)

2,70%-5 3,46% (umur enam minggu) dan 2,10%-2,54% (umur 12 minggu) dari bobot hidup. Persentase hati ayam berkisar antara 1,7%-2,8% dari berat hidup (Putnam, 1991).

Empedu

Empedu terletak pada kantung empedu yang terdiri dari dua saluran yang mentransfer empedu dari hati ke usus halus (North & Bell 1990; Ressang, 1984). Suprijatna et al. (2005) mengatakan bahwa empedu penting dalam proses penyerapan lemak pakan dan ekskresi limbah produk, seperti kolesterol dan hasil sampingan degradasi hemoglobin. Warna kehijauan empedu disebabkan karena produk akhir destruksi sel darah merah, yaitu biliverdin dan bilirubin. Volume empedu tergantung pada 1) aliran darah, 2) status nutrisi unggas, 3) pydikonsumsi, dan 4) sirkulasi empedu enterohepatik. Empedu berfungsi sebagai penetral kondisi asam dari saluran usus dan dapat mengawali pencernaan lemak dengan membentuk emulsi (Amrullah, 2004).

Pankreas

Pankreas terletak diantara lengkungan duodenum pada usus halus yang bertanggung jawab pada sekresi enzim pencernaan dan sekresi hormon ( Mc Donald et al., 2002). Sturkie (2000) menyatakan bahwa pankreas adalah organ berwarna merah yang berada diantara lipatan duodenum yang berfungsi mensekresikan amilase, lipase, protease, enzim proteolitik, dan sodium bikarbonat untuk membantu pencernaan karbohidrat, protein dan lemak. Berat pankreas ayam dewasa berkisar antara 2,5-4,0 gram.

Rempela

North dan Bell (1990) menyatakan bahwa rempela disebut juga lambung (gizzard/ventrikulus) yang terletak antara proventikulus dan usus halus bagian atas. Suprijatna et al. (2005) menyatakan bahwa rempela memiliki dua pasang otot yang sangat kuat sehingga ayam mampu menggunakan tenaga yang kuat. Mukosa permukaan gizzardsangat tebal, tetapi secara tetap tererosi. Partikel makanan yang berukuran besar akan cepat dipecah. Pada rempela juga mengandung bahan-bahan yang mudah terkikis seperti pasir, karang dan kerikil. Partikel makanan yang berukuran besar akan segera dipecah menjadi partikel-partikel yang sangat kecil (secara mekanik) sehingga bisa masuk ke saluran pencernaan. Fungsi rempela adalah


(18)

6 untuk menggiling dan menghancurkan makanan menjadi partikel-partikel yang lebih kecil dan biasanya dibantu oleh grit (Nesheim et al., 1979). Berat rempela adalah 1,6%-2,3% dari berat hidup (Putnam, 1991).

Usus Halus

Usus halus terbagi atas tiga bagian yaitu duodenum, jejenum dan ileum. Duodenum merupakan bagian pertama dari usus halus yang letaknya amat dekat dengan dinding tubuh dan terikat pada mesentri yang pendek yaitu inesoduodenum. Jejenum dengan mudah dapat dipisahkan dengan duodenum yang letaknya kira-kira bermula pada posisi ketika mesentri mulai terlihat memanjang (pada duodenum mesentrinya pendek). Jejenum dan ileum letaknya bersambungan dan tidak ada batas yang jelas diantaranya. Bagian terakhir dari usus halus adalah ileum yang bersambungan dengan usus besar (Frandson, 1992).

Usus halus pada ternak adalah organ penting dalam pencernaan yang berfungsi untuk mengabsorbsi nutrisi bahan pakan. Usus halus mempunyai jutaan benjolan kecil yang disebut vili dan melalui vili tersebut bahan pakan diserap dan masuk ke dalam sel darah (Gillespie, 2004). Gillespie (2004) menambahkan bahwa vili terletak di dinding usus dan merupakan kunci dari penyerapan karena vili dapat meningkatkan luas permukaan usus, vili juga dapat menyerap air dan melarutkan mineral ke dalam sel darah.

Seka

Sekum pada unggas terdapat diantara ileum dan kolon.Pada ayam terdapat dua buah sekum yang terletak pada batas antara ileum dan kolon (Sturkie & Griminger, 1976). Suprijatna et al. (2005) menyatakan bahwa dalam keadaan normal panjang setiap seka sekitar 15 cm. Pada unggas dewasa yang sehat, seka berisi pakan lembut yang keluar masuk. Akan tetapi, tidak ada bukti mengenai peran serta dalam pencernaan.Hanya sedikit air diserap, sedikit karbohidrat dan protein dicerna berkat bantuan beberapa bakteri. Nickle et al. (1977) menyatakan bahwa villi sekum lebih pendek daripada villi usus halus, mengandung banyak kripta dan folikel limfoid serta sel-sel limfoid. Kolon dan rectum pada unggas relative pendek dan berhubungan langsung dengan kloaka serta mengandung villi yang pendek, sel goblet dan sedikit kripta.


(19)

7

Kolesterol

Kolesterol adalah suatu sterol hewani dan menyusun 17% bahan kering otak (Tillman et al., 1986) serta terdapat dalam semua sel hewani, sehingga tersebar luas dalam tubuh. Kolesterol merupakan zat alami yang terdapat dalam tubuh diperlukan dalam proses-proses penting dalam tubuh. Kebutuhan kolesterol dalam tubuh sebagian besar dipenuhi melalui sintesa kolesterol dalam tubuh dan dibentuk di dalam hati (Piliang & Djojosoebagio 2006; Frandson 1992). Mayes (2003) menyatakan bahwa sedikit lebih dari separuh jumlah kolesterol tubuh berasal dari sintesis (sekitar 700 mg/hari), dan sisanya berasal dari makanan sehari-hari.

Kolesterol berbeda dengan komponen lemak lain karena memiliki struktur cincin. Sterol mempunyai nukleus dengan 4 buah cincin saling berhubungan, tiga diantaranya masing-masing mengandung 6 atom karbon sedang cincin ke-4 mengandung 5 atom karbon (Piliang dan Djodjosoebagio, 2006). Kolesterol merupakan senyawa yang berdasar pada nukleus sterol yang dapat dimodifikasi dengan penambahan rantai samping untuk membentuk kolesterol.Zat ini berperan dalam penyakit vaskuler dan kardiak pada manusia. Kenaikan kadar kolesterol dalam darah merupakan suatu faktor resiko terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan kondisi penebalan pembuluh darah yang bisa mengakibatkan penyumbatan bahkan penyempitan pada arteri sehingga dapat berakibat fatal. Kolesterol banyak ditemukan pada produk hewani, sedangkan pada produk nabati mengandung fitosterol (Frandson, 1992).

Menurut Muchtadi et al. (1993), kolesterol di dalam tubuh manusia dapat berasal dari dua sumber yaitu dari makanan dan biosintesis de novo. Kolesterol yang berasal dari makanan memegang peranan penting, karena merupakan sterol utama di dalam tubuh manusia serta komponen permukaan sel dan membran intraseluler. Kolesterol banyak terdapat pada struktur otak dan system syaraf pusat, tetapi sedikit di bagian dalam membran mitokondria.

Biosintesis de novo kolesterol terjadi pada hampir semua sel (kecuali sel darah merah yang telah rusak), tetapi biosintesis terbesar terjadi pada hati, usus, korteks adrenal dan jaringan reproduksi. Jika jumlah kolesterol dari makanan kurang, maka sintesis kolesterol di dalam hati dan usus meningkat untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan organ lainnya. Kolesterol yang telah disintesis secara de


(20)

8

novo diangkat dari hati dan usus menuju jaringan peripheral dalam bentuk lipoprotein. Sebaliknya, jika jumlah kolesterol di dalam makanan meningkat maka sintesis kolesterol di dalam hati dan usus menurun. Dengan demikian, laju sintesis kolesterol de novo berhubungan dengan jumlah kolesterol yang berasal dari makanan (Muchtadi et al., 1993).

Absorbsi dan Ekskresi Kolesterol

Menurut Mayes et al. (1983) bahwa kolesterol dalam tubuh berupa kolesterol eksogen dan kolesterol endogen. Kolesterol eksogen yang masuk ke dalam tubuh berasal dari makanan dan sebaliknya, kolesterol endogenus dibentuk sendiri oleh sel-sel tubuh, terutama di dalam hati. Di dalam tubuh tidak dapat dibedakan antara kolesterol yang berasal dari sintesis dalam tubuh dan kolesterol yang berasal dari makanan. Dinding usus halus akan menyerap kolesterol tersebut. Dalam sel mukosa usus halus, ester kolesterol, trigliserida dan fosfolipid disintesis kembali dan dibungkus dengan protein untuk selanjutnya disekresikan dalam bentuk kilomikron. Sintesis kolesterol yang paling aktif terjadi dalam hati, usus halus, kelenjar adrenal dan organ reproduksi.

Jalur utama pembuangan kolesterol dari tubuh (200-300 mg/hari) melalui konversi oleh hati menjadi asam empedu, yaitu asam kholat dan chenodeoxy cholic yang berikatan dengan glisin dan taurin membentuk garam empedu. Senyawa ini disekresikan di dalam empedu, bersama-sama dengan kolesterol bebas akan dialirkan melalui saluran empedu ke dalam duodenum. Sekitar 98% dari asam empedu diabsorbsi ulang (reabsorbsi) oleh hati melalui sirkulasi. Di dalam hati, asam empedu diekskresi dan disekresi kembali ke dalam empedu. Di dalam empedu ini terdapat 2.000-3.000 mg asam empedu yang akan selalu mengalami daur ulang. Asam empedu yang tidak diserap, didegradasi dalam usus besar dan diekskresi di dalam feses. Jalur minor untuk pembuangan kolesterol (40 mg/hari) dilakukan melalui sintesis hormone steroid. Sekitar 1 mg/hari diekskresi dalam urin dan sekitar 50 mg/hari diekskresi sebagai keringat atau hilang melalui rambut atau kulit (Muchtadi et al., 1993).


(21)

9

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Juli sampai dengan bulan September 2011, bertempat di kandang pemuliaan ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Analisis Proksimat dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Bagian Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan Analisis Kolesterol dilakukan di Laboratorium Terpadu, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Institut Pertanian Bogor.

Materi Ayam Kampung (Gallus gallus domesticus)

Penelitian ini menggunakan 60 ekor ayam kampung berumur 6 minggu. Ayam kampung ditempatkan pada 12 kandang yang terbagi kedalam 4 taraf perlakuan dengan 3 ulangan (5 ekor/kandang).

Persiapan Kandang

Jumlah kandang yang disediakan 2 unit, masing-masing kandang terdiri atas 6 unit kandang kecil dengan ukuran 75 x 50 x 45 cm. Setiap kandang dibuat 3 tingkat, masing-masing tingkatan terdiri atas 2 kandang kecil dan 1 unit penampung kotoran yang dapat dikeluarkan. Tiap kandang kecil terdapat pintu yang berfungsi untuk memasukkan atau mengeluarkan ayam, tempat pakan, pakan dan tempat minum. Kandang ditempatkan di ruangan dengan jendela kaca.

Sanitasi Kandang

Bahan yang digunakan untuk sanitasi adalah kapur dan air bersih. Dosisnya 500 g kapur untuk 1 L air bersih. Air kapur dioles dengan menggunakan kuas ke seluruh bagian kandang dan lantai ruangan kandang.

Pakan

Pakan yang diberikan adalah campuran pakan komersil untuk broiler starter dan dedak dengan perbandingan 1:1 ditambah kenikir sesuai perlakuan. Ada empat macam perlakuan yang akan diuji, yaitu P0 = pakan komersil : dedak 1:1 (tanpa


(22)

10 pemberian kenikir, ransum kontrol), P1 = 1 g kenikir dalam 100 g ransum, P2 = 2 g kenikir dalam 100 g ransum dan P3 = 3 g kenikir dalam 100 g ransum.

Prosedur

Pembuatan Crumble Kenikir (Cosmos caudatus kunth)

Kenikir diberikan dalam bentuk crumble. Crumble dibuat dengan mencampur tepung kenikir, dedak dan CPO dengan perbandingan 12% : 85% : 3%. Kenikir dibeli dari Pasar Anyar dilayukan selama 12 jam, kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu 60OC selama 48 jam. Kenikir yang sudah kering digiling di Laboratorium Industri Pakan, hasil gilingan diayak dengan menggunakan mash ukuran #8. Tepung kenikir, dedak dan CPO dicampur dan dihomogenkan kemudian dicetak menjadi crumble.

Gambar 1. Alur Pembuatan Tepung Kenikir

Adaptasi Pergantian Pakan

Pakan diberikan secara ad libitum. Pakan yang diberikan pada hari pertama penelitian adalah 100% pakan komersil. Hari kedua, pakan diberikan 75% pakan komersil + 25% pakan perlakuan. Hari ketiga, pakan diberikan 50% pakan komersil + 50% pakan perlakuan. Hari keempat, pakan diberikan 25% pakan komersil + 75%

Daun Kenikir

Dikeringkan

Daun Kering

Dilayukan selama 12 jam

Oven suhu 60 OC selama 48 jam

Digiling dan diayak


(23)

11 pakan perlakuan. Hari kelima sampai penelitian selesai, pakan diberikan 100% pakan perlakuan.

Pemberian Air Minum

Air minum diberikan secara ad libitum. Tempat air minum dibersihkan dua kali dalam sehari, yaitu pada pagi dan sore hari.

Pengukuran Hati dan Organ Pencernaan

Untuk menentukan bobot relatif hati dan organ pencernaan dilakukan penimbangan bobot badan ayam. Ayam yang diambil sebagai sampel berumur 9 minggu sebanyak 3 ekor/perlakuan. Kemudian dilakukan pembedahan dan penimbangan bobot organ hati, proventikulus, kantong empedu, rempela, pankreas, duodenum, jejenum, ileum dan seka. Hasil penimbangan bobot organ tersebut dibagi dengan bobot badan masing-masing ayam sebelum dipotong, sehingga didapatkan persen bobot relatif organ hati, proventikulus, empedu, rempela, pankreas, duodenum, jejenum, ileum dan seka.

Pengukuran Kadar Kolesterol

Data kolesterol karkas diambil pada akhir minggu kesembilan, pada daging bagian paha bawah kemudian digiling sampai daging hancur dan homogen, kemudian dianalisa dengan menggunakan metode Liebermen Burchrad (Kliener dan Dotti, 1962).

Pelaksanaan Penelitian

Ayam kampung yang datang terlebih dahulu diberikan praperlakuan selama 24 jam, agar mengurangi stress akibat perjalanan. Setelah itu ayam kampung ditimbang untuk mengetahui bobot awal. Kemudian sebanyak 60 ekor ayam kampung umur 6 minggu dibagi secara acak ke dalam empat perlakuan. Masing-masing perlakuan terdiri dari tiga ulangan, sehingga ada 12 unit kandang kecil percobaan dan masing-masing unit kandang kecil terdiri dari 5 ekor ayam kampung.

Pemberian pakan dan air minum diberikan ad libitum. Ayam kampung ditimbang untuk mengetahui pertambahan bobot badan setiap seminggu sekali, dan penimbangan pakan sisa untuk mengetahui pakan yang dikonsumsi. Pada akhir penelitian ternak ayam kampung diambil tiga ekor pada masing-masing unit


(24)

12 percobaan secara acak untuk dipotong, sehingga jumlah ayam kampung yang dipotong sebanyak 36 ekor.

Rancangan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 taraf perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan pakannya sebagai berikut :

P0 = Pakan komersil:dedak 1:1 (tanpa pemberian kenikir, ransum kontrol) P1 = 1 g kenikir dalam 100 g ransum ayam kampung

P2 = 2 g kenikir dalam 100 g ransum ayam kampung P3 = 3 g kenikir dalam 100 g ransum ayam kampung


(25)

13 bercampur dengan baik. Pengaduk dibilas dengan alkohol : heksan 3:1 sebanyak 2 ml lalu disentrifuge dengan kecepatan 3.000 rpm selama 10 menit. Supernatan dipindahkan kedalam gelas beker 100 ml dan diuapkan pada penangas air sampai kering. Residu diuapkan dengan kloroform (sedikit demi sedikit) sambil dituangkan kedalam tabung berskala (sampai volume 5 ml), ditambahkan 2 ml acetic anhidrida dan 0.2 ml H2SO4 pekat (pa) sebanyak 2 tetes. Selanjutnya divortex dan disimpan selama 15 menit didalam ruang gelap selama 25 menit. Lalu dilakukan pembacaan absorbansinya dengan menggunakann spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm dengan standar yang digunakan = 0,4 mg/ml. Nilai kolesterol diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Absorbans sampel 100

Kolesterol (mg/100g)= x 0,4 x

Absorbans standar berat sampel

4. Persentase Karkas (%)

Persentase karkas dihitung berdasarkan perbandingan antara bobot karkas dengan bobot hidup ayam kampung pada akhir penelitian dikalikan 100%.

5. Persentase Bobot Hati (%)

Diperoleh dari pembagian antara bobot hati dengan bobot hidup ayam kampung dikalikan dengan 100% setelah disisihkan lemak yang melekat.

6. Persentase Bobot Pankreas (%)

Diperoleh dari pembagian antara bobot pankreas dengan bobot hidup ayam kampung dikalikan dengan 100% setelah disisihkan lemak yang melekat.

7. Persentase Bobot Kantong Empedu (%)

Diperoleh dari pembagian antara bobot empedu dengan bobot hidup ayam kampung dikalikan dengan 100% setelah disisihkan lemak yang melekat.

8. Persentase Bobot Rempela (%)

Diperoleh dari pembagian antara bobot rempela yang sudah dibuang isinya dengan bobot hidup ayam kampung dikalikan dengan 100% .


(26)

14

9. Persentase Bobot Usus Halus (%)

Usus yang sudah dibersihkan dari isinya ditimbang sebagai bobot kosong. Diperoleh dari pembagian antara bobot usus dengan bobot hidup ayam kampung dikalikan dengan 100% .

10.Persentase Bobot Seka (%)

Seka yang sudah dibersihkan dari isinya ditimbang sebagai bobot kosong. Diperoleh dari pembagian antara bobot seka dengan bobot hidup ayam kampung dikalikan dengan 100% .

11.Persentase Bobot Proventrikulus (%)

Proventrikulus yang sudah dibersihkan dari isinya ditimbang sebagai bobot kosong. Diperoleh dari pembagian antara bobot proventikulus dengan bobot hidup ayam kampung dikalikan dengan 100% .


(27)

15

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Proksimat Pakan

Kandungan nutrien kenikir yang dianalisis di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan (INTP, Fakultas Peternakan, IPB) tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Nutrient Kenikir (As Feed)

Kandungan Zat Nutrisi Jumlah

Bahan Kering (%) 88,38

Abu (%) 10,56

Protein Kasar (%) 22,81

Serat Kasar (%) 22

Lemak Kasar (%) 1,92

Beta-N (%) 31,09

Energi Bruto (kkal/kg)

Saponin (%)

2844,97 2,2

Kenikir mengandung saponin, flavonoida, polifenol dan minyak atsiri. Saponin bersifat hipokolesterolemik, imunostimulator, dan antikarsinogenik. Sifat hipokolesterolemik dimulai ketika saponin yang dicerna yang berasal dari makanan kemudian membentuk molekul besar yang disebut micelles dan bersama garam empedu secara signifikan mereduksi kolesterol serum dan terjadi peningkatan ekskresi kolesterol feses dan garam empedu sejalan dengan penghambatan absorbsi kolesterol.

Pakan sangat dibutuhkan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan untuk hidup pokok, produksi, reproduksi dan pertumbuhan. Tabel 2 menunjukkan bahwa kandungan bahan kering, abu, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar relatif sama pada setiap perlakuan. Hasil ini menjadikan penambahan kenikir tidak mengubah kandungan nutrisi pakan. Hal tersebut disebabkan level pemberian kenikir yang rendah, yaitu 1%, 2% dan 3% saja. Namun penambahan CPO pada pembuatan pakan penelitian membuat kandungan lemak kasar menjadi meningkat.


(28)

16 Kandungan nutrien pakan diperoleh dari analisis proksimat. Hasil analisis proksimat pakan penelitian tercantum pada Tabel 2.

Kebutuhan protein kasar, serat kasar, lemak kasar dan energi untuk ayam kampung umur 0-8 minggu masing-masing 18%-19%, 4%-5%, 4%-5% dan 2900 kkal/kg. Kebutuhan protein kasar, serat kasar, lemak kasar dan energi untuk ayam kampung umur 8-12 minggu masing-masing 16%-17%, 4%-5%, 4%-7% dan 2900 kkal/kg (Zainuddin, 2006). Tabel 2 menunjukkan bahwa kandungan nutrisi pakan yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan ayam kampung menurut Zainuddin (2006). Rendahnya kadar protein kasar dan tingginya kadar serat kasar disebabkan pemberian dedak sebesar 50%. Pemberian 50% dedak mengacu pada kondisi di masyarakat dengan pemeliharaan semi intensif.

Pemberian Kenikir terhadap Bobot Relatif Hati, Pankreas, Rempela dan Organ Pencernaan Ayam Kampung Umur 9 Minggu

Kabir et al. (2004) mengatakan bahwa perhitungan bobot relatif suatu organ dilakukan untuk mengetahui fungsi suatu organ. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan organ pencernaan adalah proventikulus, kantong empedu, pankreas, rempela, duodenum, jejunum, ileum dan seka. Semua dikonversi dalam persen dari bobot hidup dan dapat dilihat pada Tabel 3.

Pada Tabel 3 tampak bahwa pemberian kenikir sampai 3% dalam ransum tidak mempengaruhi bobot relatif organ pencernaan. Bobot organ pencernaan setiap perlakuan secara keseluruhan masih dalam batas bobot normal. Bobot organ-organ Tabel 2. Hasil Analisis Proksimat Pakan Penelitian (As Feed)

Perlakuan BK Abu PK SK LK Beta-N Energi Bruto

(%) (%) (%) (%) (%) (%) (kkal/kg)

P0 86,77 8,41 16,39 10,59 6,56 44,84 2828,64

P1 86,84 8,39 16,42 10,75 6,79 44,49 2855,57

P2 86,92 8,38 16,46 10,91 7,03 44,15 2882,49

P3 87,00 8,36 16,50 11,07 7,26 43,80 2909,42

Keterangan : P0 = Pakan kontrol tanpa pemberian kenikir, P1 = Pakan mengandung 1 g kenikir dalam 100 g ransum, P2 = Pakan mengandung 2 g kenikir dalam 100 g ransum, P3 = Pakan mengandung 3 g kenikir dalam 100 g ransum

BK= Bahan Kering, PK= Protein Kasar, SK= Serat Kasar, LK= Lemak Kasar, Beta-N= Bahan ekstrak tanpa Nitrogen


(29)

17 dalam tersebut dapat bervariasi dan dapat dipengaruhi oleh jenis, umur, besar dan aktivitas hewan (Ressang, 1984).

Persentase Bobot Hati

Hati merupakan organ tubuh yang paling penting sebagai penyaring zat-zat makanan sebelum makanan tersebut dialirkan ke seluruh tubuh dan diserap kembali oleh darah, selain itu hati juga sebagai tempat cadangan glikogen, memproduksi cairan empedu dan menyaring zat yang bersifat racun. Rataan bobot hati berkisar (2,18%-3,17%) dan menunjukkan perbedaan. Menurut Putnam (1991) persentase hati ayam berkisar antara 1,70%-2,80% dari bobot hidup.

Menurut McLelland (1990), hati yang mengalami kelainan diperlihatkan dengan ukuran hati yang membesar, pembentukan empedu yang gagal dan kadar lemak yang tinggi. Bobot hati meningkat apabila terdapat benda asing yang masuk ke dalam tubuh sehingga hati bekerja lebih keras dalam upaya untuk menyerang benda asing tersebut. Spector (1993) menyatakan bahwa kelainan hati biasanya ditandai dengan pembengkakan dan penebalan salah satu lobi pada hati dan hal tersebut dapat menyebabkan peningkatan bobot hati. Saponin yang terkandung dalam pakan membantu kerja hati dalam detoksifikasi racun dengan menghambat dan membunuh bakteri penghasil racun di saluran pencernaan, sehingga darah yang membawa Tabel 3. Pengaruh Pemberian Kenikir Terhadap Bobot Relatif Hati, Pankreas,

Rempela dan Organ Pencernaan Ayam Kampung Umur 9 Minggu

Perlakuan

Peubah P0 P1 P2 P3

hati (%) 3,17 ±0,96 2,37 ±0,33 2,18 ±0,42 2,63 ±0,65 kantong empedu (%) 0,08 ±0,02 0,06 ±0,03 0,06 ±0,05 0,08 ±0,05 pankreas (%) 0,29 ±0,01 0,26 ±0,04 0,29 ±0,04 0,26 ±0,02 rempela (%) proventrikulus (%) 3,08 ±0,27 0,58 ±0,08 3,33 ±0,25 0,61 ±0,03 3,28 ±0,39 0,49 ±0,05 3,15 ±0,54 0,55 ±0,11 duodenum (%) 0,81 ±0,06 0,82 ±0,16 0,76 ±0,11 0,69 ±0,09 jejenum (%) 1,33 ±0,31 1,04 ±0,18 1,14 ±0,11 1,09 ±0,23 ileum (%) 0,76 ±0,14 0,71 ±0,13 0,68 ±0,09 0,73 ±0,20 seka (%) 0,50 ±0,07 0,46 ±0,04 0,44 ±0,06 0,42 ±0,08 Keterangan : P0 = Pakan kontrol tanpa pemberian kenikir, P1 = Pakan mengandung 1 g

kenikir dalam 100 g ransum, P2 = Pakan mengandung 2 g kenikir dalam 100 g ransum, P3 = Pakan mengandung 3 g kenikir dalam 100 g ransum


(30)

18 nutrien yang mengalir dari saluran pencernaan melewati hati sudah tidak mengandung racun. Saponin merupakan zat yang dapat meningkatkan permeabilitas membran sehingga terjadi hemolisis sel bakteri. Dinding sel bakteri akan pecah atau lisis apabila saponin berinteraksi dengan sel bakteri (Robinson, 1995).

Persentase Bobot Proventrikulus

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian kenikir tidak memberikan pengaruh terhadap persentase bobot proventikulus (P>0,05). Rataan persentase bobot proventikulus yang dihasilkan berkisar antara 0,49%-0,61%. Pemberian kenikir dalam ransum tidak meningkatkan kerja proventrikulus dalam mengekskresikan enzim-enzim pencernaan karena adanya zat aktif saponin. Proventikulus berukuran lebih kecil, jauh lebih tebal dibanding esopagus dengan pH lebih rendah dan mensekresikan enzim-enzim pencernaan lebih banyak. Disini berlangsung pencernaan enzimatis (Amrullah, 2004).

Persentase Bobot Kantong Empedu

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian kenikir tidak memberikan pengaruh terhadap persentase bobot kantong empedu (P>0,05). Rataan persentase bobot kantong empedu yang dihasilkan berkisar antara 0,06%-0,08% dari bobot hidup.

Pemberian tepung kenikir yang mengandung saponin dalam ransum tidak berpengaruh terhadap fungsi kerja empedu dalam mengekskresikan kolesterol dan membentuk emulsi lemak dengan bantuan asam-asam empedu yang disekresikan oleh hati. Cairan empedu adalah suatu cairan garam berwarna kuning kehijauan yang mengandung kolesterol, fosfolipid, lesitin serta pigmen empedu. Garam-garam empedu (garam natrium dan kalium) adalah unsur-unsur terpenting dari cairan empedu, karena unsur-unsur itulah yang berperan dalam pencernaan dan penyerapan kolesterol.

Persentase Bobot Pankreas

Bobot pankreas hasil penelitian berkisar 0,26%-0,29% dari bobot hidup, dan tidak menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan (P>0,05). Bobot pankreas ini masih berada pada kisaran normal sekitar 0,25%-0,40% dari bobot hidup (Sturkie,


(31)

19 2000). Salah satu fungsi pankreas adalah menghasilkan enzim-enzim lipolitik, amilolitik dan proteolitik (Pilliang dan Djojosoebagio, 2006).

Pemberian tepung kenikir yang mengandung saponin dalam ransum tidak menurunkan fungsi pankreas dalam mensekresikan enzim pencernaan. Organ ini adalah sebuah kelenjar yang mensekresikan sari cairan yang kemudian masuk ke dalam duodenum melewati saluran pankreas dimana enzim-enzimnya membantu pencernaan pati, lemak dan protein.

Persentase Bobot Rempela (Gizzard)

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian kenikir tidak memberikan pengaruh terhadap persentase bobot rempela (P>0,05). Rataan persentase bobot rempela yang dihasilkan berkisar antara 3,08%-3,33% dari bobot hidup. Hasil ini lebih tinggi daripada yang dilaporkan Putnam (1991) yaitu 1,6%-2,3% dari bobot hidup. Amrullah (2004) menyatakan bahwa bobot rempela dipengaruhi oleh modifikasi ukuran, pengaturan jenis ransum, dan fase pemberian pakan. Apabila ransum yang diberikan memiliki kandungan serat kasar yang tinggi, maka kerja rempela akan semakin berat dan dapat memperbesar ukuran dan bobot rempela. Dalam hal ini, penambahan dedak dengan konsentrasi yang tinggi sebesar 50% tesebut yang menyebabkan kandungan serat kasar dalam ransum tinggi.

Dedak padi mengandung serat yang sulit untuk dicerna (20% atau lebih silika). Bila dedak padi mengandung banyak kulit, maka kadar protein berkurang dan kadar serat kasarnya bertambah.

Persentase Bobot Usus Halus dan Seka

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian kenikir tidak memberikan pengaruh terhadap persentase bobot usus halus dan seka (P>0,05).

Rataan persentase bobot duodenum yang dihasilkan berkisar antara 0,69%-0,82% dari bobot hidup. Rataan persentase bobot jejunum yang dihasilkan berkisar antara 1,04%-1,33% dari bobot hidup. Rataan persentase bobot ileum yang dihasilkan berkisar antara 0,68%-0,76% dari bobot hidup. Amrullah (2004) menyatakan bahwa perubahan usus yang semakin berat dan panjang diikuti juga dengan jumlah vili usus dan kemampuan sekresi enzim-enzim pencernaan. Berdasarkan pernyataan tersebut, diduga bahwa pemberian kenikir tidak menyebabkan adanya gangguan fungsi usus halus dalam penyerapan nutrisi. Daya


(32)

20 serap nutrisi pada usus halus dipengaruhi oleh luas permukaan bagian usus halus (lipatan, vili, dan mikrovili) (Ensminger, 1992).

Rataan persentase bobot seka yang dihasilkan berkisar antara 0,42%-0,50% dari bobot hidup. Pemberian kenikir tidak mempengaruhi bobot seka ayam kampung. Menurut Zubair et al. (1996) bahwa seka mempunyai fungsi yang beragam diantaranya mendegradasi serat (selulosa) dengan bantuan mikroorganisme, sintesis vitamin dengan bantuan mikroorganisme dan meningkatkan respon imunologi ayam kampung yang mengakibatkan meningkatnya bobot organ tersebut.

Pemberian Kenikir terhadap Bobot Badan Akhir, Bobot Karkas dan Kadar Kolesterol Ayam Kampung Umur 9 Minggu

Bobot badan akhir, bobot karkas, persentase karkas dan kadar kolesterol pada ayam kampung setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.

Bobot Badan Akhir

Salah satu dari ukuran keberhasilan suatu usaha peternakan adalah bobot badan akhir karena akan menentukan harga jual ternak yang juga akan mempengaruhi pendapatan peternak.

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa semua perlakuan menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan (P>0,05) terhadap bobot badan akhir ayam kampung. Perlakuan P3 (pakan mengandung 3 g kenikir dalam 100 g ransum) memperlihatkan nilai bobot badan akhir yang lebih tinggi 720,05±27,84g/ekor dengan standar deviasi yang rendah diantara perlakuan P1, P2 dan P3. Ditinjau dari segi biologis, hal ini Tabel 4. Pengaruh Pemberian Kenikir Terhadap Bobot Akhir, Bobot Karkas dan Kadar

Kolesterol Ayam Kampung Umur 9 Minggu

Peubah Perlakuan

P0 P1 P2 P3

Bobot akhir(g/ekor) Bobot karkas (g) Persentase karkas (%) Kolesterol karkas (mg/100 g)

742,37±37,70 466,0±56,51 62,63±4,47 38,14±0,81c 713,36±36,60 430,67±45,79 60,59±8,44 34,98±0,38b 673,65±14,08 384,0±17,69 56,99±2,11 32,16±0,42a 720,05±27,84 444,33±53,46 61,70±7,12 31,86±1,17a

Keterangan : P0 = Pakan kontrol tanpa pemberian kenikir, P1 = Pakan mengandung 1 g kenikir dalam 100 g ransum, P2 = Pakan mengandung 2 g kenikir dalam 100 g ransum, P3 = Pakan mengandung 3 g kenikir dalam 100 g ransum

Nilai dengan superskrip yang berbeda pada baris yang sama dari masing-masing peubah, berbeda nyata (P<0,05).


(33)

21 dapat disebabkan oleh saponin dalam kenikir sebagai senyawa antibakteri. Menurut Robinson (1995), saponin dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen, sehingga penyerapan zat-zat makanan menjadi lebih sempurna dan saluran pencernaan ayam kampung dapat bekerja secara optimal.

Bobot Karkas dan Persentase Karkas

Kecepatan pertumbuhan merupakan faktor yang penting dalam menilai mutu suatu ransum yang dimanfaatkan oleh seekor ayam, akan tetapi pada akhirnya yang lebih penting lagi adalah berapa banyak daging dapat dihasilkan dari sejumlah ransum yang dikonsumsi itu. Persentase bobot karkas merupakan gambaran dari produksi daging seekor ternak.

Pemberian kenikir seperti yang tertera pada Tabel 4 memperlihatkan pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap bobot karkas dan persentase karkas. Namun demikian bobot karkas dan persentase karkas tertinggi dicapai oleh perlakuan P3 (penambahan kenikir 3%) sebesar 444,33±53,46g/ekor dan 61,70±7,12%. Bobot karkas dan persentase terendah diperoleh pada perlakuan P2 (pakan mengandung 2 g kenikir dalam 100 g ransum) yaitu sebesar 384,0±17,69 g dan 56,99±2,11%. Persentase bobot karkas cenderung semakin kecil dengan semakin rendahnya bobot badan akhir sedangkan semakin tinggi bobot badan maka semakin besar pula persentase karkas yang diperoleh. Data ini mengindikasikan bahwa penambahan kenikir cenderung mengurangi pemanfaatan bahan makanan untuk pertumbuhan bulu, kaki dan kepala ayam dimana bagian tersebut dihilangkan untuk mendapat karkas.

Koleterol Karkas

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan kenikir memberikan pengaruh yang signifikan (P<0,05) terhadap kadar kolesterol karkas. Setiap perlakuan yang mendapatkan penambahan kenikir, nilai kolesterol karkas berada dibawah kadar kolesterol kontrol (P0). Perlakuan P3 (pakan mengandung 3 g kenikir dalam 100 g ransum) memperlihatkan pengaruh nyata (P<0,05) dengan kandungan kolesterol karkas yang paling rendah diantara perlakuan yang lain yaitu 31,86±1,17 mg/100g, sedangkan yang tertinggi pada perlakuan yang tidak menerima tambahan kenikir (kontrol) sebesar 38,14±0,81 mg/100g diikuti oleh perlakuan P1 (pakan


(34)

22 mengandung 1 g kenikir dalam 100 g ransum) dan perlakuan P2 (pakan mengandung 2 g kenikir dalam 100 g ransum).

Penurunan kolesterol karkas pada perlakuan P3 yang cukup besar dikarenakan penambahan kenikir yang mengandung saponin. Saponin mampu menurunkan konsentrasi kolesterol serum darah dengan mengikat dan mencegah absorbsi kolesterol karena interaksi saponin dengan kolesterol merupakan kompleks yang tidak larut. Saponin dapat menghambat pembentukan micelle di usus tempat terjadinya penyerapan asam empedu yang salah satu fungsinya untuk melarutkan kolesterol melalui saluran empedu ke dalam usus, sehingga pada akhirnya kolesterol tubuh menurun. Ukurannya yang besar sehingga tidak dapat diserap oleh saluran pencernaan dan langsung dikeluarkan melalui feses (Francis et al, 2002).

Keterangan :P0 = Pakan kontrol tanpa pemberian kenikir, P1 = Pakan mengandung 1 g kenikir dalam 100 g ransum, P2 = Pakan mengandung 2 g kenikir dalam 100 g ransum, P3 = Pakan mengandung 3 g kenikir dalam 100 g ransum Gambar 2. Kadar kolesterol ayam kampung umur 9 minggu yang diberi kenikir

Proses pencernaan lemak pada ternak nonruminansia dimulai di usus halus oleh lipase pankreas dan garam empedu. Trigliserida didehidrogenasi menjadi asam lemak bebas, 2-monigliserida dan gliserol. Monigliserida dan asam lemak serta garam empedu membentuk micelle untuk dapat diserap melalui brush border pada dinding usus halus. Walaupun garam empedu dipakai pada pembentukan micelle, ternyata diserap tidak dalam waktu yang sama dengan penyerapan lemak. Garam empedu diserap di daerah ileum sedangkan micelle (lemak) diserap di duodenum dan

28 30 32 34 36 38 40

P0 P1 P2 P3

Kandungan Kolesterol

Karkas (mg/100g)

Perlakuan

34,98±0,38b

32,16±0,42a 38,14±0,81c


(35)

23 jejunum bagian atas. Gliserol dan asam lemak rantai pendek diserap langsung dan tersalurkan melewati vena portal. Micelle yang terserap selanjutnya mengalami pemecahan lagi menjadi asam lemak yang rantainya 10 dan 2-monogliserida. Melalui jalur monogliserida zat ini diresintesis lagi di usus halus menjadi trigliserida. Sebelum melalui membran basal untuk diteruskan ke sistem limphatikus, dibentuk kilomikron yang merupakan gabungan trigliserida (86%), protein, kolesterol, phospholipida dan vitamin larut lemak. Bentuk ini disebut Low Density Lipoprotein yang merupakan bentuk transportasi lemak dalam tubuh (Mayes, 2003).

Penelitian tentang penggunaan senyawa saponin atau tanin dari bahan tanaman untuk menurunkan kolesterol juga telah banyak dilaporkan. Dong et al. (2007) melaporkan bahwa pemberian polysavone (ekstrak alfafa), yang merupakan senyawa sejenis saponin, efektif mengurangi deposisi lemak abdominal dan meningkatkan imunitas tanpa berpengaruh negatif terhadap performa ayam broiler. Mekanisme kerja tanin atau saponin dalam menurunkan kolesterol diketahui melalui beberapa cara antara lain dengan menghambat absorpsi kolesterol atau dengan meningkatkan ekresi kolesterol melalui feses.


(36)

24

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian kenikir sampai level 3% tidak berpengaruh terhadap persentase organ hati, proventikulus, empedu, rempela, pankreas, duodenum, jejenum, ileum, seka dan bobot karkas tetapi efektif menurunkan kolesterol karkas.

Saran

Perlu dilakukan penelitian dengan taraf pemberian kenikir yang lebih tinggi utuk mengetahui efektivitas kenikir terhadap bobot karkas dan kualitas daging ayam kampung.


(37)

25

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, karena atas berkat dan kuasa-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Rasa syukur disampaikan karena dalam penyusunan skripsi ini, penulis dapat menyelesaikannya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Rita Mutia, M.Agr. dan Dr. Ir. Didid Diapari, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan arahan serta bimbingan kepada penulis dalam pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga penulis haturkan kepada Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu HS, MS. dan Dr. Ir. Asep Sudarman, M.Rur.Sc. yang telah bersedia menjadi penguji sidang serta Dr. Sri Suharti, S.Pt. M.Sc dan Ir. Dwi Margi Suci, MS selaku panitia sidang yang telah banyak memberikan masukan, saran dan pemahaman dalam penyelesaian skripi ini.

Ucapak terima kasih penulis sampaikan kepada Ayahanda tercinta Acun Rifai dan Ibunda Suhaemi atas segala doa, dukungan, semangat dan pengorbanannya. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada suamiku tercinta Angga Pramitha dan adikku Leo Rifai yang terus memberikan semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan satu penelitian Wesley Maylander Siagian atas kerjasama selama penelitian. Terima kasih kepada teman-teman INTP 44 dan IPB atas kebersamaan yang telah tercipta, semoga tali silaturahmi kita tetap terjalin.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah menjadi bagian dari perjalanan selama jadi mahasiswa Fakultas Peternakan, IPB atas segala dukungan dan sarannya. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi semua pihak.

Bogor, Januari 2013


(38)

26

DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Seri Beternak Mandiri. Lembaga Satu Gunungbudi. Bogor.

Arief, D. A. 2000. Evaluasi ransum yang menggunakan kombinasi pollard dan duckweed terhadap persentase berat karkas, bulu, organ dalam, lemak abdominal, panjang usus dan sekum ayam kampung. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Cahyono, B. 2002.Ayam Buras Pedaging.Cetakan ke-6. Penebar Swadaya, Jakarta. Dalcon. 2001. The phytogenik solution for a profitable poultry fattening.

http//www.delcon.com. [28 Januari 2012].

Daud, M. 2005. Performan dan kualitas karkas ayam pedaging yang diberi probiotik dan prebiotik dalam ransum. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Diwyanto, K., H. Resnawati, M. Sabrani, & Sumarni. 1979. Evaluasi produksi daging dan ayam jantan final stock tipe dwiguna. Proceding Seminar Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Lembaga Penelitian Peternakan, Bogor.

Dong, X. F., W. W. Gao, J. M. Tong, H. Q. Jia, R. N. Sa, & Q. Zhang. 2007. Effect of polysavone (Alfalfa extract) on abdominal fat deposition and immunity in broiler chickens. Poult. Sci. 76 :236-241.

Ensminger, M. E. 1992. Poultry Science (Animal Agriculture Series). 3rd Edition. Interstate Publishers, Inc. Danville, Illinois.

Francis, G., Z. Kerem, H. P. S. Makkar, & K. Becker. 2002. The Biological action of saponins in animal system. British Journal of Nutrition. 3: 400-405.

Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-4. Terjemahan: Srigandono B, Praseno K. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Fuglie, L. 2001. The Miracle Tree: The Multiple Attributes of Moringa. Dakar, Senegal.

Gillespie, R. J. 2004. Modern Livestock and Poultry Production.7th Edition.Inc. Thomson Lerning, Washington D.C.

Harborne, J. B. 1998. Phytochemical Methods: A Guide to Modern Technique on Plant Analysis. 3rd Edition. Kluwer Academic Publishers, New York.

Kabir, S. M. L, M. M. Rahman, & M. B. Rahman. 2004. The dynamic of probiotics on growth performance and immune respone in broiler. J. Anim. Sci. 79: 112-118.

Kliener, I. S., & L. B. Dotti. 1962. Laboratory Instruction in Biochemistry. 6th Edition. Mosby, New York.

Leeson, S. & J. D. Summers. 2001. Commercial Poultry Nutrition. 4th Edition. University Books. Guelph, Ontario.


(39)

27 Lotulung, P. D. N., Minarti, & L. B. S. Kardono. 2005. Penapisan Aktivitas Antibakteri, Antioksidan dan Toksisitas Terhadap Larva Udang Artemia salina EkstrakTumbuhan Asteraceae, Abstrak, Pusat Penelitian Kimia LIPI. Mansjoer, S. S. 1985. Pengkajian sifat-sifat produksi ayam kampung serta

persilangannya dengan ayam Rhode Island Red. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Mayes, P. A., R. K. Murray, D. K. Granner, & V. W Rodwell. 1997. Biokimia Harper. 24th Edition. Terjemahan: Hartono, A. Penerbit Buku Kedokteran. EGC, Jakarta.

Mc Donald, P., R. A. Edwards, J. F. D. Greenhalg, & C.A. Morga. 2002. Animal Nutrition. 6th Edition. Imprint Pearson Education Prontice Hill. Harlow, England.

McLelland, J. 1990. A Colour Atlas of Avian Anatomy.Wolfe Publishing Ltd. London, England.

Muchtadi, D., N. S. Palupi, & M. Astawan. 1993. Metabolisme Zat Gizi. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Nabib, R. 1987. Patologi Khusus Veteriner. Edisi Ke-3. Bagian Patologi Fakultas Kedokteran Hewan. FKH IPB, Bogor.

Nesheim, M. C., R. E. Austic, & L. E. Card. 1979. Poultry Production. 8th Edition. Lea and Febiger, Philadelphia.

Nickel, R. A., Schummer, E. Seiferle, W. G. Siller, & P. H. L. Wight. 1977. Anatomy of Domestic Bird. Verlag Paul Parey, Berlin.

North, M. O. & D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Edition. Chapman and Hall, New York.

Piliang, W. G. & S. Djojosoebagio. 2006. Fisiologi Nutrisi .Volume ke-1. Institut Pertanian Bogor (IPB)-Press, Bogor.

Prilajuarti, A. 1990.Produksi dan Kualitas Telur A yam Kampung, Ayam Pelung dan Ayam Bangkok. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Putnam P. A. 1991. Handbook of Animal Science. CAB International, London. Rasdi, N. H., O. Samah, A. Sule & Q. U. Ahmed. 2010. Antimicrobial studies of

Cosmos caudatus kunth (Compositae). J. Med. Plant. Res. 4(8): 669-673. Ressang, A. A. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Edisi ke-2. Percetakan Bali, Bali. Retnoadiati, N. 2001. Persentase berat karkas, organ dalam dan lemak abdomen

ayam broiler yang diberi ransum berbahan baku tepung kadal (Mabouya multifacaata Kuhl). Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi, Edisi Ke-6. Terjemahan: K. Padmawinata. Institut Teknologi Bandung Press, Bandung. Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Gajah Mada University Prees,


(40)

28 Spector, W. G. 1993. Pengantar Patologi Umum. Terjemahan. Edisi ke-3. Gadjah

Mada University Prees, Yogyakarta.

Steenis, C. G. 1978. Flora. P.T. Pradnya Paramita, Jakarta.

Sturkie, P. D. & P. Griminger. 1976. Blood: Physical Characteristics, Formed Elements, Hemoglobin and Coagulation. Dalam: Sturkie, P.D (Editor). Avian Physiology. Heidelberg, Berlin.

Sturkie, P. D. 2000. Avian Physiology. Edisi ke-15. Spinger-Verlag, New York. Suprijatna, E. , U.Atmomarsono, & R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak

Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sutardi. 1997. Peluang dan Tantangan Pengembangan Ilmu-ilmu Nutrisi Ternak. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Nutrisi Ternak. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Syamsuhidayat, S. S & J. R. Hutapea. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Edisi ke-2. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Tillman, A. D., H. Hartadi , S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, & S. Lebdosoekodjo. 1986. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Tjitrosoepomo, G. 2007. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.

Zainuddin, D. 2006. Teknik penyusunan ransum dan kebutuhan gizi ayam lokal.Kerjasama Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan Balai Penelitian Ternak, Bogor.

Zubair A. K., C. W. Fersberg, & S. Leeson. 1996. Effect of Dietary Fat, Fiber and Monensin on Caecal Activity in Turkeys. Poult. Sci. 29: 124-131.


(41)

29


(42)

30 Lampiran 1. Analisis ragam bobot akhir

Lampiran 2 Analisis ragam bobot karkas

ANOVA

10834.917 3 3611.639 1.707 .242

16923.333 8 2115.417

27758.250 11

perlakuan error Total

JK db KT F Sig.

3 466.0000 56.50664 32.62412 325.6297 606.3703 423.00 530.00

3 430.6667 45.79665 26.44071 316.9015 544.4319 394.00 482.00

3 384.0000 17.69181 10.21437 340.0511 427.9489 368.00 403.00

3 444.3333 53.46338 30.86710 311.5229 577.1437 386.00 491.00

12 431.2500 50.23422 14.50137 399.3327 463.1673 368.00 530.00

P0 P1 P2 P3 Total

ulangan rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah Interval atas 95% Interval dari rataan

Minimum Maximum

ANOVA

7376.380 3 2458.793 2.633 .122

7469.341 8 933.668

14845.721 11

perlakuan error Total

JK db KT F Sig.

3 742.3667 37.70120 21.76680 648.7117 836.0216 719.46 785.88

3 713.3600 36.60269 21.13258 622.4339 804.2861 686.94 755.14

3 673.6533 14.08137 8.12988 638.6733 708.6334 659.46 687.62

3 720.0533 27.84328 16.07532 650.8868 789.2199 699.78 751.80

12 712.3583 36.73705 10.60507 689.0167 735.6999 659.46 785.88

P0 P1 P2 P3 Total

ulangan rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah bawahInterval atas 95% interval dari rataan


(43)

31 Lampiran 3 Ananlisis ragam persentase karkas

Lampiran 4 Analisis ragam persentase hati

ANOVA

1.650 3 .550 1.361 .322

3.232 8 .404

4.882 11

perlakuan error Total

JK db KT F Sig.

3 3.16767 .957948 .553072 .78799 5.54734 2.286 4.187

3 2.37333 .328026 .189386 1.55847 3.18820 2.074 2.724

3 2.18000 .415484 .239880 1.14788 3.21212 1.837 2.642

3 2.62667 .646735 .373393 1.02009 4.23325 2.123 3.356

12 2.58692 .666229 .192324 2.16362 3.01022 1.837 4.187

R0 R1 R2 R3 Total

ulangan rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah Interval atas 95% Interval dari rataan

Minimum Maximum

ANOVA

54.821 3 18.274 .499 .693

292.804 8 36.600

347.625 11

perlakuan error Total

JK db KT F Sig.

3 62.63300 4.468286 2.579766 51.53316 73.73284 58.607 67.440

3 60.59621 8.439406 4.872494 39.63156 81.56085 52.176 69.054

3 56.99721 2.109700 1.218036 51.75642 62.23799 54.609 58.608

3 61.70271 7.124737 4.113469 44.00388 79.40154 55.160 69.294

12 60.48228 5.621590 1.622813 56.91049 64.05407 52.176 69.294

R0 R1 R2 R3 Total

ulangann rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah Interval atas 95% Interval dari rataan


(44)

32 Lampiran 5 Analisis ragam persentase proventikulus

Lampiran 6 Analisis ragam persentase empedu

ANOVA

.001 3 .000 .198 .895

.015 8 .002

.016 11

perlakuan error Total

JK db KT F Sig.

3 .07700 .017349 .010017 .03390 .12010 .062 .096

3 .05867 .026558 .015333 -.00731 .12464 .028 .074

3 .06600 .048508 .028006 -.05450 .18650 .017 .114

3 .08367 .064632 .037315 -.07689 .24422 .035 .157

12 .07133 .038367 .011076 .04696 .09571 .017 .157

R0 R1 R2 R3 Total

ulangan rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah Interval atas 95% Interval dari rataan

Minimum Maximum

ANOVA

.022 3 .007 1.278 .346

.045 8 .006

.067 11

perlakuan error Total

JK db KT F Sig.

3 .58200 .079542 .045924 .38441 .77959 .495 .651

3 .60567 .033005 .019055 .52368 .68766 .569 .633

3 .49300 .051264 .029597 .36565 .62035 .445 .547

3 .54667 .111733 .064509 .26911 .82423 .431 .654

12 .55683 .077838 .022470 .50738 .60629 .431 .654

R0 R1 R2 R3 Total

ulangan rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah Interval atas 95% Interval dari rataan


(45)

33 Lampiran 7 Analisis ragam persentase pankreas

Lampiran 8 Analisis ragam persentase rempela

3 3.07633 .273396 .157845 2.39718 3.75549 2.761 3.247

3 3.33100 .249241 .143899 2.71185 3.95015 3.120 3.606

3 3.28500 .391198 .225858 2.31321 4.25679 2.865 3.639

3 3.14933 .542517 .313222 1.80165 4.49702 2.526 3.515

12 3.21042 .342967 .099006 2.99251 3.42833 2.526 3.639

R0 R1 R2 R3 Total

ulangan rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah Interval atas 95% Interval dari rataan

Minimum Maximum

ANOVA

.002 3 .001 .872 .495

.007 8 .001

.010 11

perlakuan error Total

JK db KT F Sig.

3 .29567 .013051 .007535 .26325 .32809 .282 .308

3 .26500 .037987 .021932 .17064 .35936 .222 .294

3 .28900 .039887 .023029 .18991 .38809 .243 .314

3 .26333 .023288 .013445 .20548 .32118 .247 .290

12 .27825 .030067 .008680 .25915 .29735 .222 .314

R0 R1 R2 R3 Total

ulangan rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah Interval atas 95% Interval dari rataan


(46)

34 Lampiran 9 Analisis ragam persentase duodenum

Lampiran 10 Analisis ragam persentase jejunum

3 1.33233 .311856 .180050 .55764 2.10703 1.063 1.674

3 1.03733 .178763 .103209 .59326 1.48141 .887 1.235

3 1.14500 .108807 .062820 .87471 1.41529 1.058 1.267

3 1.09233 .231595 .133712 .51702 1.66765 .857 1.320

12 1.15175 .220990 .063794 1.01134 1.29216 .857 1.674

R0 R1 R2 R3 Total

ulangan rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah Interval atas 95% Interval dari rataan

Minimum Maximum

ANOVA

.031 3 .010 .854 .503

.096 8 .012

.126 11

perlakuan error Total

JK db KT F Sig.

3 .80800 .056710 .032741 .66713 .94887 .744 .852

3 .82367 .156033 .090086 .43606 1.21127 .654 .961

3 .76133 .106350 .061401 .49715 1.02552 .695 .884

3 .69367 .094744 .054700 .45831 .92902 .609 .796

12 .77167 .107171 .030938 .70357 .83976 .609 .961

R0 R1 R2 R3 Total

ulangan Rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah Interval atas 95% Interval dari rataan

Minimum Maximum

ANOVA

.125 3 .042 .286 .834

1.168 8 .146

1.294 11

perlakuan error Total


(47)

35 Lampiran 11 Analisis ragam persentase ileum

Lampiran 12 Analisis ragam persentase seka ANOVA

.009 3 .003 .143 .931

.174 8 .022

.183 11

perlakuan error Total

JK db KT F Sig.

3 .75567 .144500 .083427 .39671 1.11463 .627 .912

3 .71133 .131081 .075680 .38571 1.03696 .583 .845

3 .67900 .088792 .051264 .45843 .89957 .619 .781

3 .72900 .202527 .116929 .22590 1.23210 .545 .946

12 .71875 .129065 .037258 .63675 .80075 .545 .946

R0 R1 R2 R3 Total

ulangan rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah Interval atas 95% Interval dari rataan

Minimum Maximum

ANOVA

.148 3 .049 1.012 .436

.389 8 .049

.537 11

perlakuan error Total


(48)

36 Lampiran 13 Analisis ragam kadar kolesterol

ANOVA

51.524 3 17.175 29.464 .003

2.332 4 .583

53.856 7

perlakuan error Total

JK db KT F Sig.

i

2 38.13850 .809637 .572500 30.86420 45.41280 37.566 38.711

2 34.98900 .379009 .268000 31.58374 38.39426 34.721 35.257

2 32.15800 .415779 .294000 28.42238 35.89362 31.864 32.452

2 31.85750 1.166019 .824500 21.38123 42.33377 31.033 32.682

8 34.28575 2.773743 .980666 31.96684 36.60466 31.033 38.711

P0 P1 P2 P3 Total

ulangan rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah Interval atas 95% Interval dari rataanr

Minimum Maximum

ANOVA

.013 3 .004 .976 .451

.035 8 .004

.047 11

perlakuan error Total

JK db KT F Sig.

3 .50433 .075142 .043383 .31767 .69100 .432 .582

3 .46333 .039552 .022835 .36508 .56159 .440 .509

3 .43667 .064439 .037204 .27659 .59674 .377 .505

3 .41767 .077371 .044670 .22547 .60987 .372 .507

12 .45550 .065640 .018949 .41379 .49721 .372 .582

R0 R1 R2 R3 Total

ulangan rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah Interval atas 95% Interval dari rataan


(49)

37 Kadarkolesterol

3.149500* .763484 .048 .04147 6.25753

5.980500* .763484 .005 2.87247 9.08853

6.281000* .763484 .004 3.17297 9.38903

-3.149500* .763484 .048 -6.25753 -.04147

2.831000 .763484 .067 -.27703 5.93903

3.131500* .763484 .049 .02347 6.23953

-5.980500* .763484 .005 -9.08853 -2.87247

-2.831000 .763484 .067 -5.93903 .27703

.300500 .763484 .977 -2.80753 3.40853

-6.281000* .763484 .004 -9.38903 -3.17297

-3.131500* .763484 .049 -6.23953 -.02347

-.300500 .763484 .977 -3.40853 2.80753

(J) ulangan P1 P2 P3 P0 P2 P3 P0 P1 P3 P0 P1 P2 (I) perlakuan P0

P1

P2

P3 LSD

rataan

(I-J) Std. Error Sig. Interval bawah Interval atas Interval

Rataan menunjukkan berbeda nyata (P<0,05. *.


(1)

32

Lampiran 5 Analisis ragam persentase proventikulus

Lampiran 6 Analisis ragam persentase empedu

ANOVA

.001 3 .000 .198 .895

.015 8 .002

.016 11 perlakuan

error Total

JK db KT F Sig.

3 .07700 .017349 .010017 .03390 .12010 .062 .096

3 .05867 .026558 .015333 -.00731 .12464 .028 .074

3 .06600 .048508 .028006 -.05450 .18650 .017 .114

3 .08367 .064632 .037315 -.07689 .24422 .035 .157

12 .07133 .038367 .011076 .04696 .09571 .017 .157

R0 R1 R2 R3 Total

ulangan rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah Interval atas

95% Interval dari rataan

Minimum Maximum

ANOVA

.022 3 .007 1.278 .346

.045 8 .006

.067 11 perlakuan

error Total

JK db KT F Sig.

3 .58200 .079542 .045924 .38441 .77959 .495 .651

3 .60567 .033005 .019055 .52368 .68766 .569 .633

3 .49300 .051264 .029597 .36565 .62035 .445 .547

3 .54667 .111733 .064509 .26911 .82423 .431 .654

12 .55683 .077838 .022470 .50738 .60629 .431 .654

R0 R1 R2 R3 Total

ulangan rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah Interval atas

95% Interval dari rataan


(2)

33

Lampiran 7 Analisis ragam persentase pankreas

Lampiran 8 Analisis ragam persentase rempela

3 3.07633 .273396 .157845 2.39718 3.75549 2.761 3.247

3 3.33100 .249241 .143899 2.71185 3.95015 3.120 3.606

3 3.28500 .391198 .225858 2.31321 4.25679 2.865 3.639

3 3.14933 .542517 .313222 1.80165 4.49702 2.526 3.515

12 3.21042 .342967 .099006 2.99251 3.42833 2.526 3.639

R0 R1 R2 R3 Total

ulangan rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah Interval atas

95% Interval dari rataan

Minimum Maximum

ANOVA

.002 3 .001 .872 .495

.007 8 .001

.010 11 perlakuan

error Total

JK db KT F Sig.

3 .29567 .013051 .007535 .26325 .32809 .282 .308

3 .26500 .037987 .021932 .17064 .35936 .222 .294

3 .28900 .039887 .023029 .18991 .38809 .243 .314

3 .26333 .023288 .013445 .20548 .32118 .247 .290

12 .27825 .030067 .008680 .25915 .29735 .222 .314

R0 R1 R2 R3 Total

ulangan rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah Interval atas

95% Interval dari rataan


(3)

34

Lampiran 9 Analisis ragam persentase duodenum

Lampiran 10 Analisis ragam persentase jejunum

3 1.33233 .311856 .180050 .55764 2.10703 1.063 1.674

3 1.03733 .178763 .103209 .59326 1.48141 .887 1.235

3 1.14500 .108807 .062820 .87471 1.41529 1.058 1.267

3 1.09233 .231595 .133712 .51702 1.66765 .857 1.320

12 1.15175 .220990 .063794 1.01134 1.29216 .857 1.674

R0 R1 R2 R3 Total

ulangan rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah Interval atas

95% Interval dari rataan

Minimum Maximum

ANOVA

.031 3 .010 .854 .503

.096 8 .012

.126 11 perlakuan

error Total

JK db KT F Sig.

3 .80800 .056710 .032741 .66713 .94887 .744 .852

3 .82367 .156033 .090086 .43606 1.21127 .654 .961

3 .76133 .106350 .061401 .49715 1.02552 .695 .884

3 .69367 .094744 .054700 .45831 .92902 .609 .796

12 .77167 .107171 .030938 .70357 .83976 .609 .961

R0 R1 R2 R3 Total

ulangan Rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah Interval atas

95% Interval dari rataan

Minimum Maximum

ANOVA

.125 3 .042 .286 .834

1.168 8 .146

1.294 11 perlakuan

error Total


(4)

35

Lampiran 11 Analisis ragam persentase ileum

Lampiran 12 Analisis ragam persentase seka

ANOVA

.009 3 .003 .143 .931

.174 8 .022

.183 11 perlakuan

error Total

JK db KT F Sig.

3 .75567 .144500 .083427 .39671 1.11463 .627 .912

3 .71133 .131081 .075680 .38571 1.03696 .583 .845

3 .67900 .088792 .051264 .45843 .89957 .619 .781

3 .72900 .202527 .116929 .22590 1.23210 .545 .946

12 .71875 .129065 .037258 .63675 .80075 .545 .946

R0 R1 R2 R3 Total

ulangan rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah Interval atas

95% Interval dari rataan

Minimum Maximum

ANOVA

.148 3 .049 1.012 .436

.389 8 .049

.537 11 perlakuan

error Total


(5)

36

Lampiran 13 Analisis ragam kadar kolesterol

ANOVA

51.524 3 17.175 29.464 .003

2.332 4 .583

53.856 7 perlakuan

error Total

JK db KT F Sig.

i

2 38.13850 .809637 .572500 30.86420 45.41280 37.566 38.711

2 34.98900 .379009 .268000 31.58374 38.39426 34.721 35.257

2 32.15800 .415779 .294000 28.42238 35.89362 31.864 32.452

2 31.85750 1.166019 .824500 21.38123 42.33377 31.033 32.682

8 34.28575 2.773743 .980666 31.96684 36.60466 31.033 38.711

P0 P1 P2 P3 Total

ulangan rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah Interval atas

95% Interval dari rataanr

Minimum Maximum

ANOVA

.013 3 .004 .976 .451

.035 8 .004

.047 11 perlakuan

error Total

JK db KT F Sig.

3 .50433 .075142 .043383 .31767 .69100 .432 .582

3 .46333 .039552 .022835 .36508 .56159 .440 .509

3 .43667 .064439 .037204 .27659 .59674 .377 .505

3 .41767 .077371 .044670 .22547 .60987 .372 .507

12 .45550 .065640 .018949 .41379 .49721 .372 .582

R0 R1 R2 R3 Total

ulangan rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah Interval atas

95% Interval dari rataan


(6)

37

Kadarkolesterol

3.149500* .763484 .048 .04147 6.25753 5.980500* .763484 .005 2.87247 9.08853 6.281000* .763484 .004 3.17297 9.38903 -3.149500* .763484 .048 -6.25753 -.04147 2.831000 .763484 .067 -.27703 5.93903 3.131500* .763484 .049 .02347 6.23953 -5.980500* .763484 .005 -9.08853 -2.87247 -2.831000 .763484 .067 -5.93903 .27703

.300500 .763484 .977 -2.80753 3.40853 -6.281000* .763484 .004 -9.38903 -3.17297 -3.131500* .763484 .049 -6.23953 -.02347 -.300500 .763484 .977 -3.40853 2.80753 (J) ulangan

P1 P2 P3 P0 P2 P3 P0 P1 P3 P0 P1 P2 (I) perlakuan P0

P1

P2

P3 LSD

rataan

(I-J) Std. Error Sig. Interval bawah Interval atas Interval

Rataan menunjukkan berbeda nyata (P<0,05. *.