Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Daging Ayam Kampung

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM KAMPUNG

(Studi Kasus : Kecamatan Siantar Barat, Kota Pematang Siantar)

SKRIPSI

OLEH :

ALEXANDER SINAGA 070304020

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM KAMPUNG

( Studi Kasus : Kecamatan Siantar Barat, Kota Pematang Siantar )

SKRIPSI

OLEH :

ALEXANDER SINAGA 070304020

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

( DR.Ir.Salmiah, MS ) ( Ir.Sinar Indra Kesuma, M.Si ) NIP:195702171986032001 NIP:196509261993031002

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

ABSTRAK

ALEXANDER SINAGA (070304020/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging Ayam Kampung (Studi Kasus : Kecamatan Siantar Barat, Kota Pematang Siantar). Penelitian ini dibimbing oleh Dr.Ir. Salmiah, MS dan Ir. Sinar Indra Kusuma, M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging ayam kampung dan mengetahui hubungan karakteristik umur, pekerjaan dan tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen dalam membeli daging ayam kampung.

Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging ayam kampung digunakan analisis regresi linier berganda dimana faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging ayam kampung adalah harga daging ayam kampung (X1), pendapatan per bulan (X2), jumlah tanggungan (X3) dan harga daging ayam potong (X4). Untuk mengetahui hubungan karakteristik umur, pekerjaan dan tingkat pendidikan digunakan analisis koefisien Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging ayam kampung di daerah penelitian adalah pendapatan per bulan sedangkan harga daging ayam kampung, jumlah tanggungan dan harga daging ayam potong tidak mempengaruhi. Hasil penelitian juga menunjukkan tidak terdapat hubungan antara karakteristik umur, pekerjaan dan tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen dalam membeli daging ayam kampung.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 10 Desember 1988 dari ayah Ir.A.K. Sinaga (†) dan ibu R. Situmorang.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1995 masuk Sekolah Dasar di SD.ST.Antonius Medan, tamat tahun 2001.

2. Tahun 2001 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Putri Cahaya Medan, tamat tahun 2004.

3. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 17 Medan, tamat tahun 2007.

4. Tahun 2007 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

5. Bulan Juli-Agustus tahun 2012 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Rawang Lama, Kecamatan Rawang Panca Arga, Kabupaten Asahan. 6. Bulan juli tahun 2013 melakukan penelitian skripsi di Pasar Tradisional yang


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan segala anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging Ayam Kampung” dengan studi kasus Kecamatan Siantar Barat, Kota Pematang Siantar.

Pada kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr.Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Ir. Sinar Indra Kusuma, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak membimbing dan membantu penulis.

3. Ibu Dr.Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis FP USU. 4. Bapak Dr.Ir. Satia Negara Lubis, MS selaku Sekretaris Program Studi

Agribisnis FP USU.

5. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai di Program Studi Agribisnis FP USU. 6. Seluruh instansi yang terkait dalam penulisan ini atas bantuannya selama

penulis dalam mengambil data penelitian.

7. Seluruh sampel konsumen daging ayam kampung yang telah membantu penulis dalam melengkapi data-data yang dibutuhkan selama penelitian.

Segala hormat dan terimakasih kepada Ayahanda tercinta Ir.A.K. Sinaga (†) dan Ibunda R. Situmorang atas kasih sayang dan dukungan doanya. Juga buat abang dan kakak saya Aswin Kadir Sinaga dan dr. Rosita Kartini Sinaga terimakasih


(6)

untuk dukungan doanya. Juga buat Jojor Pamilangi Putri Sinurat yang telah banyak mambantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan kepada teman-teman Christian L. Siregar, S.P., Holong Hasugian, S.P., David H D, S.P dan seluruh teman-teman SEP 07 serta kepada semua yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca.

Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Desember 2013


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 9

2.1 Tinjauan Pustaka ... 9

2.2 Landasan Teori ... 13

2.3 Kerangka Pemikiran ... 21

2.4 Hipotesis Penelitian... 23

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 24

3.1 Metode Pnentuan Daerah Penelitian ... 24

3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 25

3.3 Metode Pengambilan Data ... 25

3.4 Metode Analisis Data ... 25

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 27

3.5.1 Defenisi ... 27


(8)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL... 29

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 29

4.1.1 Geografis ... 29

4.1.2 Penduduk ... 29

4.1.3 Sarana dan Prasarana... 32

4.2 Karakteristik Sampel Penelitian ... 33

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging Ayam Kampung di Lokasi Penelitian ... 36

5.2 Hubungan Karakteristik Umur, Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan ... 42

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

6.1 Kesimpulan ... 44

6.2 Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ... 47


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1 Produksi Daging Ayam Kampung (Ton/Tahun) ... 5 2 Jumlah Penduduk Kota Pematang Siantar (Jiwa/Tahun) ... 5 3 Produksi Daging Ayam Kampung (Ton/Tahun) ... 24 4 Luas Wilayah, jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk

Kecamatan Siantar Barat Klasifikasi Kelurahan ...

24

5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 30 6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur ... 30 7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Masyarakat ...

31

8 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 32 9 Komposisi Konsumen Sampel Berdasarkan Kelompok

Umur ...

33

10 Komposisi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 34 11 Komposisi Sampel Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 35 12 Komposisi Sampel Berdasarkan Pendapatan ... 35 13 Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Konsumen Terhadap Permintaan Daging Ayam Kampung di Daerah Penelitian ...


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Karakteristik Konsumen Sampel ... 47 2 Permintaan Daging Ayam Kampung ... 48 3 Parameter Perilaku Konsumen ... 49 4 Hasil Output Regresi Permintaan Daging Ayam

Kampung ...

50

5 Korelasi Rank Spearman antara Umur dengan Perilaku Konsumen ...

52

6 Korelasi Rank Spearman antara Pekerjaan dengan Perilaku Konsumen ...

53

7 Korelasi Rank Spearman antara Tingkat Pendidikan dengan Perliaku Konsumen ...

54


(12)

ABSTRAK

ALEXANDER SINAGA (070304020/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging Ayam Kampung (Studi Kasus : Kecamatan Siantar Barat, Kota Pematang Siantar). Penelitian ini dibimbing oleh Dr.Ir. Salmiah, MS dan Ir. Sinar Indra Kusuma, M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging ayam kampung dan mengetahui hubungan karakteristik umur, pekerjaan dan tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen dalam membeli daging ayam kampung.

Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging ayam kampung digunakan analisis regresi linier berganda dimana faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging ayam kampung adalah harga daging ayam kampung (X1), pendapatan per bulan (X2), jumlah tanggungan (X3) dan harga daging ayam potong (X4). Untuk mengetahui hubungan karakteristik umur, pekerjaan dan tingkat pendidikan digunakan analisis koefisien Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging ayam kampung di daerah penelitian adalah pendapatan per bulan sedangkan harga daging ayam kampung, jumlah tanggungan dan harga daging ayam potong tidak mempengaruhi. Hasil penelitian juga menunjukkan tidak terdapat hubungan antara karakteristik umur, pekerjaan dan tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen dalam membeli daging ayam kampung.


(13)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pembangunan nasional Indonesia, sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian. Disadari atau tidak, sub sektor peternakan memiliki peranan yang strategis dalam kehidupan perekonomian dan pembangunan sumberdaya manusia Indonesia. Peranan ini dapat dilihat dari fungsi produk peternakan sebagai penyedia protein hewani yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia. Oleh karenanya tidak mengherankan bila produk-produk peternakan disebut sebagai bahan “pembangun” dalam kehidupan ini. Selain itu, secara hipotesis, peningkatan kesejahteraan masyarakat akan diikuti dengan peningkatan konsumsi produk-produk peternakan yang dengan demikian maka turut menggerakkan perekonomian pada sub sektor peternakan (Anonimus, 2013).

Indonesia sebenarnya masih sangat kekurangan produksi ternak. Ternak sangat dibutuhkan manusia sebagai sumber makanan bergizi, terutama protein hewani, sebagai sumber pupuk organis dan membantu petani dalam pengadaan tenaga kerja.Usaha peternakan yang paling berkembang sekarang di Indonesia adalah usaha ternak unggas (pedaging dan telur) sedangkan ternak rumininsi (sapi, kerbau, kambing, domba) masih dalam tahap perkembangan (Simanjuntak, 2004).

Indonesia merupakan salah satu negara yang penduduknya banyak menderita anemia (kekurangan zat besi), terutama terjadi pada anak-anak. Hal ini dikarenakan kurangnya mengkonsumsi daging berikut olahannya. Berkaitan dengan kasus anemia, dari sekian jenis daging, kandungan gizi terbaik salah


(14)

satunya ada pada daging ayam kampung.Ayam kampung (Gallus domesticus) merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara. Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing.

Istilah "Ayam kampung" semula adalah kebalikan dari istilah "ayam ras", dan sebutan ini mengacu pada ayam yang ditemukan berkeliaran bebas di sekitar perumahan. Namun demikian, semenjak dilakukan program pengembangan, pemurnian, dan pemuliaan beberapa ayam lokal unggul, saat ini dikenal pula beberapa ras unggul ayam kampung. Untuk membedakannya kini dikenal istilah ayam buras (singkatan dari "ayam bukan ras") bagi ayam kampung yang telah diseleksi dan dipelihara dengan perbaikan teknik budidaya (tidak sekadar diumbar dan dibiarkan mencari makan sendiri). Peternakan ayam buras mempunyai peranan yang cukup besar dalam mendukung ekonomi masyarakat pedesaan karena memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan pemeliharaannya relatif lebih mudah (Yaman, 2010).

Sejak sepuluh tahun terakhir ini, “pamor” ayam kampung semakin terangkat seiring dengan adanya tren yang berkembang di kalangan penikmat dan pebisnis di bidang kuliner. Mereka mengklaim bahwa mengkonsumsi daging ayam kampung lebih sehat, karena kandungan kolesterolnya lebih rendah dibandingkan dengan kolesterol pada ayam broiler. Selain itu, rasa dagingnya lebih gurih dan lebih kering. Mungkin karena keunggulan-keunggulan inilah daging ayam kampung mula diminati masyarakat, terutama masyarakat golongan menengah ke atas di wilayah urban.


(15)

Permintaan daging ayam kampung cenderung mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan oleh peningkatan taraf hidup dan kesadaran sebagian masyarakat untuk mengkonsumsi daging ayam organik atau daging ayam yang tidak melalui proses rekayasa genetika. Seperti halnya ayam potong yang telah melalui proses rekayasa genetika. Selain itu dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk berarti semakin bertambah pula konsumsi daging ayam kampung yang dibutuhkan. Sebaliknya dari pihak peternak semakin kewalahan dalam menyuplai untuk memenuhi permintaan dari waktu ke waktu. Arus permintaan daging ayam kampung ini sebenarnya sudah lama dihadapi para peternak yang dikarenakan peternak sendiri mengalami banyak kendala sehingga belum mampu mengembangkan dan meningkatkan populasi ternak ayam kampung untuk mengimbangi permintaan pasar.

Masalah utama dalam ekonomi pertanian adalah tenggang waktu yang cukup lebar dalam proses produksi, biaya produksi, tekanan jumlah penduduk, sistem usahatani, tetapi ada juga masalah yang sangat penting yang menyangkut kepada semua masalah utama tersebut yaitu pemasaran hasil pertanian.Jika pemasaran hasil pertanian tidak berhasil maka sia-sialah semua usahatani yang dilakukan dengan kata lain biaya produksi tidak tercukupi. Masalah inilah yang sering dihadapi petani dimana harga hasil pertanian mereka sangat rendah bahkan ditolak di pasar (Daniel, 2002).

Tujuan pemasaran adalah memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan / konsumen. Jika petani dapat mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen akan permintaan komoditi yang mereka usahakan maka masalah kegagalan pasar atau anjloknya harga dapat diminimalisasi. Oleh sebab itu petani


(16)

(pemasar) perlu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen untuk membeli suatu produk (Kotler, 1997).

Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan individu, masyarakat kelompok atau organisasi yang berhubungan dalam proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi lingkungan. Konsumen biasanya bersedia membeli lebih banyak jika harga turun. Sebagai contoh, harga yang lebih rendah dapat mendorong konsumen yang sudah membeli barang itu untuk membeli dalam jumlah yang lebih besar lagi dan memungkinkan pembeli lain yang sebelumnya tidak mampu membeli barang tersebut akhirnya membeli juga (Mangkunegara, 2002).

Tentu saja jumlah barang yang bersedia dibeli konsumen dapat bergantung kepada hal-hal lainnya disamping harga. Khususnya, pendapatan adalah sesuatu yang penting. Dengan, pendapatan yang semakin tinggi, konsumen dapat membelanjakan uangnya lebih banyak untuk barang apa saja dan beberapa

konsumen akan melakukan hal itu terhadap kebanyakan barang (Pindyck dan Rubenfield, 2001).

Faktor penunjang lainnya yaitu semakin digalakkannya sub sektor pariwisata yang memang pada kenyataannya telah menentukan ketersediaan daging berkualitas tinggi. Hal ini mengakibatkan permintaan akan protein asal hewani dari tahun ke tahun terus meningkat. Produksi daging ayam kampung di kota Pematang Siantar dapat dilihat pada tabel berikut.


(17)

Tabel 1. Produksi Daging Ayam Kampung (Ton/Tahun)

Nomor Tahun Produksi

1 2007 17,60

2 2008 18,62

3 2009 226,15

4 2010 233,95

5 2011 214,50

Sumber:Badan Pusat Statisitik Sumatera Utara 2011

Sedangkan untuk jumlah penduduk kota Pematang Siantar dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Kota Pematang Siantar (Jiwa/Tahun)

Nomor Tahun Jumlah Penduduk

1 2007 236.607

2 2008 238.773

3 2009 240.939

4 2010 234.698

5 2011 236.893

Sumber:Badan Pusat Statistik 2011

Daging ayam kampung memiliki pasar penyerap yang cukup besar telur maupun dagingnya. Ditambah belakangan ini banyak bermunculan restoran-restoran yang sedang tren menyediakan menu ayam kampung karena rasa daging ayam yang gurih dan lezat di banding ayam broiler yang lembek hal ini yang membuat


(18)

banyak orang beralih mengkonsumsi daging ayam kampung dikarenakan sistem pemeliharaan ayam kampung relatif lebih alami / organik, dan tidak memerlukan banyak obat-obatan dan vaksinasi yang rutin karena ayam kampung memiliki daya ketahanan tubuh yang lebih kuat dibandingkan dengan ayam ras sehingga penggunaan obat atau bahan kimia relatif lebih sedikit.

Dalam hal pemasaran komoditas, peternak ayam kampung tidak mengalami kendala yang berarti karena konsumen ayam kampung jumalahnya cukup besar. Disamping itu, peternak bisa memiliki kerjasama dengan mitra yang ingin memasarkan ayam kampung. Kemudian mitra usaha berkewajiban memasarkan hasil dari ayam kampung kepada pembeli atau pedagang/pengepul besar (agen). Pemasaran ayam kampung relatif mudah dikarenakan masih tingginya permintaan pasar terhadap daging ayam kampung. Kendala dirasakan pada sisi harga. Harga daging ayam kampung cenderung berfluktuasi yang dipengaruhi oleh tinggi rendahnya permintaan pasar. Apalagi pada bulan - bulan tertentu menjelang hari besar keagamaan seperti lebaran, lebaran haji, natal dan tahun baru, atau upacara adat, maka permintaan daging ayam kampung melonjak. Dengan peningkatan permintaan tersebut tak pelak harga daging ayam kampung menjadi fluktuatif (Sudarmono dan Bambang, 2008).

Ketidakseimbangan produksi dan permintaan berdampak terhadap kenaikan harga. Khusus harga daging ayam kampung tipikalnya setelah mengalami kenaikan harga tidak pernah terjadi penurunan harga kembali ke posisi awal. Kalaupun turun masih tetap pada harga diatas harga awal, tidak seperti komoditi pertanian lain. Perilaku ini disebabkan perubahan harga yang cepat tidak diikuti oleh perubahan pada sisi produksi.


(19)

Berdasarkan hal tersebut, perlu ada pengendalian agar kenaikan harga yang terjadi pada daging ayam kampung tidak melonjak tajam. Jika harga terlalu tinggi, maka daya beli konsumen menurun dan permintaan juga menurun. Sebaliknya, Jika harga terlalu rendah, maka produsen akan mengalami kerugian.


(20)

1.2 Identifikasi Masalah

1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi permintaan daging ayam kampung? 2. Bagaimana hubungan karakteristik umur, pekerjaan dan tingkat pendidikan

dengan perilaku konsumen dalam membeli daging ayam kampung?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging ayam kampung

2. Untuk mengetahui hubungan karakteristik umur, pekerjaan dan tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen dalam membeli daging ayam kampung

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi para pembaca dan khalayak ramai yang memiliki ketertarikan dalam mengembangkan pemasaran daging ayam kampung

2. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi peternak daging ayam kampung dalam memprediksi persediaan dan permintaan konsumen akan daging ayam kampung


(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara . Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Ayam kampung adalah sebutan di Indonesia bagi ayam peliharaan yang tidak ditangani dengan cara budidaya massal komersial serta tidak berasal-usul dari galur atau ras yang dihasilkan untuk kepentingan komersial tersebut.

Ayam kampung tidak memiliki istilah ayam kampung petelur ataupun pedaging. Hal ini disebabkan ayam kampung bertelur sebagaimana halnya bangsa unggas dan mempunyai daging selayaknya hewan pada umumnya. Nama ilmiah untuk ayam kampung adalah Gallus domesticus. Aktifitas penternakan ayam kampung telah ada sejak zaman dahulu.

Istilah "Ayam kampung" semula adalah kebalikan dari istilah "ayam ras", dan sebutan ini mengacu pada ayam yang ditemukan berkeliaran bebas di sekitar perumahan. Namun demikian, semenjak dilakukan program pengembangan, pemurnian, dan pemuliaan beberapa ayam lokal unggul, saat ini dikenal pula beberapa ras unggul ayam kampung. Untuk membedakannya kini dikenal istilah ayam buras (singkatan dari "ayam bukan ras") bagi ayam kampung yang telah diseleksi dan dipelihara dengan perbaikan teknik budidaya (tidak sekadar diumbar dan dibiarkan mencari makan sendiri). Peternakan ayam buras mempunyai


(22)

peranan yang cukup besar dalam mendukung ekonomi masyarakat pedesaan karena memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan pemeliharaannya relatif lebih mudah.

Jenis ayam kampung cukup beragam, tetapi pada umumnya memiliki sifat yang relatif sama yaitu lebih kebal/tahan terhadap penyakit dibandingkan dengan ayam ras . Ayam kampung juga lebih tahan terhadap gejala stress. Dan itulah salah-satu keunggulan ayam kampung, disamping masih banyak lagi keunggulan-keunggulan ayam kampung dibandingkan dengan ayam ras (Yaman, 2010).

Menurut Dudung (2006), ayam kampung memiliki beberapa keunggulan dibandingakn dengan ayam ras, yaitu :

1. Ayam kampung lebih kebal terhadap serangan berbagai penyakit 2. Lebih tahan stress, tidak terganggu dengan suasana yang hiruk pikuk 3. Memiliki adaptasi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan 4. Harga jual lebih tinggi daripada ayam ras

5. Telurnya dianggap lebih berkhasiat sehingga harga jual telurnya lebih mahal 6. Dagingnya lebih enak dan gurih dibanding ras

7. Permintaan akan kebutuhan ayam kampung cukup tinggi

8. Kandungan di dalamnya berperan penting dalam metabolisme tubuh

Pada prinsipnya macam zat gizi yang dibutuhkan ayam buras sama dengan yang dibutuhkan ayam ras yaitu protein, vitamin, energi (karbohidrat dan lemak), mineral dan air. Akan tetapi jumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh kedua jenis ayam tersebut mungkin berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan zat gizi untuk ayam buras lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan ayam ras.


(23)

Oleh karena itu penggunaan 100% ransum ayam ras komersial untuk ayam buras merupakan pemborosan karena pertumbuhan maupun produksi telur masih jauh di bawah pertumbuhan maupun produksi telur ayam ras. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan genetis ayam buras. Banyak faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi, diantaranya jenis ternak, umur unggas, lingkungan, terutama cuaca, dan tingkat produksi (Murtidjo, 2007).

Menurut Murtidjo (2007) kandungan atau zat gizi yang terdapat didalam daging ayam adalah sebagai berikut :

a. Air

Air adalah bagian terbesar dari daging. Kandungan air pada daging ayam muda sekitar 70%, sedangkan pada daging ayam tua sekitar 60%.

b. Protein

Daging ayam adalah sumber protein yang cukup baik. Setiap 100 gr daging ayam kampung mengandung protein sekitar 18,1%. Selain itu daging ayam juga mudah diserap oleh usus.

c. Lemak

Tidak seperti ayam ras yang kandungan lemaknya 15,06%, kandungan lemak ayam kampung justru lebih rendah yakni 12%. Lemak pada ayam menyebar dibawah kulit, hanya sedikit yang berada di dalam daging. Oleh karena itu kandungan lemak pada daging unggas lebih rendah dibanding dengan kandungan lemak pada ternak ruminansia. Kandungan lemak ayam dewasa lebih tinggi dari pada ayam muda. Demikian juga ayam betina, kandungan lemaknya lebih tinggi dari pada ayam jantan.


(24)

d. Vitamin

Daging ayam adalah sumber vitamin B (B1, B2, niasin, asam pantotenat, B6, folasin, dan B12). Vitamin B akan keluar dari daging jika daging ayam direbus.

e. Mineral

Pigmen yang membuat daging ayam berwarna merah mengandung zat besi (Fe) yang mudah diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh manusia. Selain zat besi, daging ayam juga banyak mengandung phosphor dan kalium. Zat mineral lain yang dikandungnya adalah kalsium (K), magnesium (Mg), natrium (Na), seng(zn), kuprum (Cu), dan mangan (Mn).

Perilaku konsumen sangat penting untuk diketahui dalam memasarkan suatu produk agar pemasar dapat memasarkan produknya sesuai dengan kebutuhan konsumen dengan kata lain tidak ditolak pasar. Perilaku konsumen yang akan datang menunjukkan kebosanan akan suatu produk lama dan menginginkan perubahan. Mereka menginginkan produk baru, mau membuang produk sebelum usang dan secara aktif mencari apa yang baru dan berbeda. Ketidakstabilan merupakan sifat pembeli mendatang yang mencerminkan ketidaksenangan konsumen. Keadaan lingkungan akan mempengaruhi sifat-sifat tadi dan kemampuan untuk mendaur ulang produk yang dibuang merupakan pertimbangan pada saat pembelian, perusahaan yang mementingkan hal ini akan berjalan baik (Irwan dan Wijaya, 1996).


(25)

2.2 Landasan Teori

Konsumen melakukan kegiatan pembelian untuk memenuhi kebutuhannya. Konsumen akan memenuhi semua yang diperlukan oleh tubuhnya sehingga tidak akan kekurangan apapun karena tubuh yang sehat akan memudahkan konsumen dalam beraktifitas.

Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi lingkungan. Kebutuhan dapat didefenisikan sebagai suatu kesenjangan atau bertentangan yang dialami antara suatu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri. Apabila kebutuhan konsumen tidak terpenuhi, ia akan menunjukkan perilaku kecewa. Sebaliknya, jika kebutuhannya terpenuhi, konsumen akan memperlihatkan perilaku yang gembira sebagai manifestasi rasa puasnya (Mangkunegara, 2002).

Permintaan diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan konsumen yang mempunyai kemampuan untuk membeli pada berbagai tingkat harga. Salah satu konsep permintaan dalam pasar adalah permintaan konsumen. Permintaan konsumen (secara perseorangan) tidak akan mampu mempengaruhi harga dan persediaan barang, akan tetapi jika bersama-sama akan membentuk sisi permintaan dalam pasar (Umar, 2000).

Penjelasan mengenai perilaku konsumen yang paling sederhana didapati dalam hukum permintaan. Dalam hukum permintaan dikatakan bahwa “apabila harga suatu barang turun maka permintaan konsumen akan barang itu meningkat dan


(26)

sebaliknya, jika harga suatu barang naik maka permintaan konsumen akan barang itu menurun”, apabila semua faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah yang diminta tidak berubah (Nopirin, 1994).

Bila harga suatu komoditi turun, orang mengurangi pembelian atau komoditi-komoditi lain dan menambah pembelian pada yang mengalami penurunan harga tersebut. Harga yang lebih rendah memungkinkan pembeli lain yang sebelumnya tidak mampu membeli komoditi tersebut untuk mulai membelinya. Penurunan harga suatu komoditi mendorong para konsumen yang sudah membeli komoditi tersebut untuk membeli lagi dalam jumlah yang besar.

Bila harga suatu komoditi naik, para pembeli mencari komoditi lain yang dapat digunakan sebagai pengganti atas komoditi yang mengalami kenaikan harga. Disamping itu kenaikan harga menyebabkan para pembeli untuk mengurangi

pembeliannya atas komoditi yang mengalami kenaikan harga (Sugiarto, dkk, 2000).

Faktor-faktor lain (selain harga barang yang bersangkutan) yang ikut mempengaruhi permintaan masyarakat akan suatu barang (tetapi tidak / belum diperhatikan karena dianggap sama atau tidak berpengaruh) adalah :

1. Jumlah pembeli / konsumen

2. Besarnya penghasilan yang tersedia untuk dibelanjakan 3. Harga barang-barang lain

4. Pengaruh musim, mode, selera, kebiasaan, perubahan zaman, pengaruh lingkungan


(27)

Jika jumlah pembeli suatu barang tertentu bertambah, maka pada harga yang sama jumlah yang mau dibeli bertambah banyak juga. Hal ini dapat terjadi misalnya karena pertumbuhan penduduk.

Besar penghasilan yang tersedia untuk dibelanjakan jelas berpengaruh sekali terhadap permintaan. Dari penghasilan yang lebih tinggi orang akan dapat membeli lebih banyak dari segala macam barang dan jasa. Dalam hal ini hanya ada satu pengecualian, yaitu yang disebut inferior goods atau juga disebut giffen goods, yaitu barang-barang yang permintaannya justru berkurang bila penghasilan konsumen naik.

Harga barang lain ikut mempengaruhi permintaan. Apakah kenaikan harga barang lain itu memperbesar atau justru memperkecil permintaan masyarakat akan suatu barang tertentu itu tergantung apakah barang itu barang pelengkap (=komplementer), barang pengganti (=subtitut) atau barang lepas (=independent/netral) (Gilarso, 1993).

Penawaran diartikan sebagai kuantitas barang-barang yang ditawarkan di pasar pada berbagai tingkat harga. Dalam hal ini, bila harga suatu barang naik, maka produsen akan berusaha meningkatkan jumlah barang yang dijualnya. Penjualan barang pada berbagai tingkat harga ditentukan oleh berbagai faktor, diantaranya harga barang itu sendiri, harga barang lain, ongkos produksi, tingkat teknologi dan tujuan-tujuan perusahaan (Sukirno, 1997).

Perilaku konsumen tidak dapat secara langsung dikendalikan oleh perusahaan karena itu perlu dicari informasi semaksimal mungkin. Banyak pengertian perilaku konsumen yang dikemukakan ahli, salah satunya oleh “Enggel” yaitu


(28)

suatu tindakan yang langsung mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahuluinya dan penyusul tindakan tersebut. Perilaku konsumen terbagi 2 yaitu perilaku yang tampak diantaranya jumlah pembelian, waktu, karena siapa, bagaimana dilakukan pembelian itu, sedangkan yang kedua adalah perilaku yang tidak tampak diantaranya persepsi, ingatan terhadap informasi dan pemasaran kepemilikan oleh konsumen (Umar, 2000).

Teori konsumen menerangkan perilaku konsumen dalam membelanjakan pendapatannya untuk memperoleh alat-alat pemuas kebutuhan yang dapat berupa barang-barang konsumsi ataupun jasa-jasa konsumsi. Kesimpulan-kesimpulan yang dapat dihasilkan oleh teori konsumen antara lain adalah bagaimana reaksi konsumen dalam kesediannya membeli terhadap berubahnya jumlah pendapatan yang ia peroleh terhadap berubahnya harga barang yang bersangkutan. Fungsi utama dari barang dan jasa konsumsi adalah memenuhi kebutuhan langsung pemakainya. Mereka yang bertindak sebagai pemakai barang-barang dan jasa-jasa konsumsi disebut konsumen (Soediyono, 1981).

Membahas pasar dapat dimulai dengan meneliti perilaku konsumen. Apa yang menetukan kuantitas diminta (quantity demanded) terhadap suatu barang yaitu jumlah barang yang ingin dan mampu dibeli oleh pembeli. Kurva permintaan memperlihatkan bagaimana kuantitas sebuah barang yang diminta tergantung pada harganya. Menurut hukum permintaan, ketika harga barang turun, kuantitas yang diminta meningkat (Mankiw, 2003).


(29)

Dalam ilmu ekonomi, istilah permintaan menunjukkan jumlah barang dan jasa yang akan dibeli konsumen pada periode waktu dan keadaan tertentu. Periode waktu tersebut bisa satu tahun dan keadaan yang harus diperhatikan antara lain harga barang yang akan dibeli, harga barang lain, pendapatan konsumen, selera dan lain-lain (Arsyad, 2000).

Perilaku konsumen adalah soal keputusan. Lebih jauh lagi adalah keputusan adalah soal pilihan. Keputusan meliputi pilihan “Antara dua atau lebih alternatif, tindakan atau perilaku”. Pilihan meliputi produk, merk, dealer, waktu pembelian dan jumlah pembelian. Pembelian-pembelian itu digolongkan sebagai respons. Keputusan membeli ada pada diri konsumen. Proses keputusan konsumen akan terdiri atas tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan kepuasan konsumen (Sumarwan, 2003).

Korelasi Rank Spearman adalah bekerja dengan data ordinal bebas distribusi, maka data tersebut terlebih dahulu harus diubah menjadi data ordinal dalam bentuk rangking. Seperti kaftor umur, pekerjaan dan pendidikan diubah menjadi angka. Kemudian angka-angka tersebut diurutkan dari yang paling kecil sampai yang paling besar. Kemudian data tersebut dihitung berdasarkan angka yang sama sehingga didapatkan yang disebut dengan jenjang.

Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti bila peneliti bermaksud meramalkan bagaiman keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen dinaik turunkan nilainya. Jadi analisi regresi berganda akan dilakukan apabila jumlah variabel independennya minimal 2 (Sugiyono, 2006).


(30)

Karakteristik (Faktor) yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Pembelian konsumen akan dipengaruhi karakteristik konsumen. Sebagian besar, pemasar tidak dapat mengendalikan faktor-faktor seperti itu, tetapi mereka harus memperhitungkan semuanya.

1. Umur

Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli semasa hidupnya. Umur berhubungan dengan selera akan makanan, pakaian, perabot dan rekreasi. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya.

2. Pekerjaan

Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Pemasar berusaha mengenali kelompok pekerjaan yang mempunyai minat di atas rata-rata akan produk dan jasa mereka (Kotler dan Amstrong, 1996).

3. Tingkat Pendidikan

Kalau orang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam tingkah laku individual yang muncul dari proses pendidikan yang dijalani (pengalaman). Pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pilihannya. Apabila pendidikan konsumen tinggi maka akan lebih memilih barang yang berkualitas baik, tingkat pendidikan dapat dilihat dari pendidikan terakhir konsumen (Setiadi, 2003).

Manusia adalah makhluk sosial yang dinamis sehingga terjadi perubahan-perubahan yang dapat mempengaruhi kebutuhan hidupnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan adalah :


(31)

a. Harga barang itu sendiri

Naik atau turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi sedikit/banyaknya terhadap jumlah barang yang diminta. Kuantitas akan menurun ketika harganya meningkat dan kuantitas yang diminta meningkat ketika harganya menurun, dapat dikatakan bahwa kuantitas yang diminta berhubungan negatif dengan harga.

Hubungan antara harga dan kuantitas yang diminta seperti ini berlaku untuk sebagian besar barang dalam perekonomian dan memang begitu nyata terjadi sehingga para ekonom menamakannya hukum permintaan (law of demand). Dengan menganggap hal lainnya tetap ketika harga sebuah barang yang diminta akan menurun.

b. Pendapatan

Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi atau rendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas permintaan. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada uang yang sedikit untuk dibelanjakan sehingga masyarakat akan membelanjakan lebih sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap sebagian besar barang. Jika permintaan terhadap suatu barang berkurang ketika pendapatan berkurang, barang tersebut dinamakan barang normal. Pendapatan seseorang akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar produk yang peka terhadap pendapatan mengamati kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan dan tingkat minat.


(32)

c. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk akan mempengaruhi jumlah permintaan. Makin banyak penduduk maka jumlah permintaan akan meningkat. Hal ini berkaitan dengan usaha pemenuhan akan kecukupan kebutuhan setiap individu yang ada di suatu tempat.

d. Barang Pengganti (Subtitusi)

Apabila penurunan harga barang yang satu menurunkan permintaan terhadap barang yang lain maka kedua barang tersebut dinamakan barang subtitusi. Adanya barang pengganti akan berpengaruh terhadap jumlah permintaan. Pada saat harga barang naik, jika ada barang pengganti maka jumlah permintaan barang tersebut akan dipengaruhinya (Setiadi, 2003).


(33)

2.3 Kerangka Pemikiran

Konsumen melakukan kegiatan pembelian untuk memenuhi kebutuhannya. Konsumen akan memenuhi semua yang diperlukan oleh tubuhnya sehingga tidak akan kekurangan apapun karena tubuh yang sehat akan memudahkan konsumen dalam beraktifitas.

Adapun yang mempengaruhi permintaan daging ayam kampung adalah harga daging ayam kampung, pendapatan, jumlah tanggungan dan harga daging ayam potong. Perilaku konsumen atau keputusan pembelian oleh konsumen juga dipengaruhi karakteristik konsumen yaitu faktor umur, pekerjaan dan tingkat pendidikan. Setelah mempertimbangkan beberapa faktor dalam membuat keputusan, akhirnya konsumen memutuskan untuk membeli ataupun tidak membeli.

Apabila keputusan konsumen telah ditetapkan dengan dilakukannya daging ayam kampung maka daging ayam kampung tersebut dapat dikonsumsi untuk memnuhi kebutuhannya. Sehingga dari keputusan membeli daging ayam kampung tersebut dapat dilihat pengaruhnya terhadap permintaan.


(34)

Keterangan :

: adanya pengaruh : adanya hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran KONSUMEN

Permintaan Daging Ayam Kampung

Faktor yang mempengaruhi : 1. Harga daging ayam kampung

2. Jumlah tanggungan 3. Harga daging ayam potong

4. Pendapatan

KARAKTERISTIK KONSUMEN : Faktor umur, pekerjaan, tingkat pendidikan


(35)

2.4 Hipotesis penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka hipotesis yang menjadi pedoman dalam penelitian ini adalah:

1. Permintaan konsumen terhadap daging ayam kampung dipengaruhi oleh harga daging ayam kampung, pendapatan keluarga per bulan, jumlah tanggungan dan harga daging ayam potong.

2. Ada hubungan karakterisitik konsumen dengan perilaku konsumen dalam membeli daging ayam kampung

a. Ada hubungan umur konsumen dengan perilaku konsumen dalam membeli daging ayam kampung.

b. Ada hubungan pekerjaan konsumen dengan perilaku konsumen dalam membeli daging ayam kampung

c. Ada hubungan tingkat pendidikan konsumen dengan perilaku konsumen dalam membeli daging ayam kampung


(36)

III.METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Sampel

Lokasi penelitian ditentukan secara purposive, yaitu secara sengaja pada konsumen yang ada di Kecamatan Siantar Barat, Kota Pematang Siantar, dengan pertimbangan meningkatnya konsumsi daging ayam kampung di kota Pematang Siantar dari tahun ke tahun.

Tabel 3. Produksi Daging Ayam Kampung (Ton/Tahun)

Nomor Tahun Produksi

1 2007 17,60

2 2008 18,62

3 2009 226,15

4 2010 233,95

5 2011 214,50

Sumber:Badan Pusat Statisitik Sumatera Utara 2011

Tabel 4. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Siantar Barat Klasifikasi Kelurahan

Nomor Kelurahan Luas Wilayah

(km2)

Jumlah

Penduduk (Jiwa)

Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2)

1 Sipinggol-pinggol 0,3700 4377 11830

2 Teladan 0,3600 2338 6494

3 Dwikora 0,2550 2214 8682

4 Proklamasi 0,3850 1562 4057

5 Timbang Galung 0,3750 3096 8256

6 Simarito 0,4200 6256 14895

7 Banjar 0,3600 4987 13853

8 Bantar 0,6800 10608 15600


(37)

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Metode penarikan sampel konsumen dilakukan dengan metode penelusuran (Accedental), yaitu pengambilan responden yang merupakan konsumen yang kebetulan berbelanja daging ayam kampung di pasar di Kecamatan Siantar Barat.

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 30 sampel sesuai dengan Teori Bailey yang menyatakan untuk penelitian yang menggunakan analisa statistik, ukran sampel paling minimum 30 (Hasan, 2002).

3.3 Metode Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara kepada konsumen sampel dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuisioner yang telah dibuat sebelumnya.

Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait dengan penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Kota Pematang Siantar serta dari literatur dan sumber pendukung lainnya.

3.4 Metode Analisis Data

Setelah data dikumpulkan dan ditabulasi, selanjutnya dianalisis sesuai dengan hipotesa yang akan diuji.

1. Hipotesis 1 diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Data yang dibutuhkan adalah harga daging ayam kampung, pendapatan rata-rata per keluarga/bulan, jumlah tanggungan, harga daging ayam potong dengan meggunakan rumus :


(38)

Keterangan :

Y = Jumlah permintaan daging ayam kampung (kg/bulan)

a = Konstanta

b = Koefisien regresi

X1 = Harga daging ayam kampung (Rp/kg)

X2 = Pendapatan rata-rata (Rp/bulan)

X3 = Jumlah tanggungan (jiwa)

X4 = Harga daging ayam potong (Rp/kg)

Pengambilan keputusan :

jika, th < t tabel, tolak H1; terima H0

th > t tabel, tolak H0; terima H1

H0 : tidak ada pengaruh

H1 : ada pengaruh

2. Hipotesis 2 dianalisis dengan koefisien rank spearman


(39)

Keterangan :

rs = Koefisien Korelasi Rank Spearman

di = Selisih antara peringkat

n = Jumlah sampel

α = Derajat nyata

db = Derajat bebas

Kriteria uji hipotesa adalah :

Jika, th < t α/2 berarti terima H0 atau tidak terima H1

th > t α/2 berarti terima H1 atau tidak terima H0

H0 : tidak ada hubungan

H1 : ada hubungan

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Defenisi Operasional

1. Konsumen adalah konsumen yang tujuannya mengkonsumsi langsung daging ayam kampung untuk keluarga.

2. Permintaan adalah jumlah daging ayam kampung yang dibeli konsumen dalam jumlah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.

3. Sampel adalah konsumen yang mengkonsumsi daging ayam kampung. 4. Konsumsi daging ayam kampung dihitung dalam Kilogram per bulan.


(40)

5. Jumlah tanggungan adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan konsumen untuk dibiayai kebutuhan hidupnya.

6. Perilaku konsumen adalah perilaku yang ditunjukkan oleh konsumenidividu dalam hal membeli dan mengkonsumsi daging ayam kampung.

7. Tingkat pendidikan adalah pendidikan terakhir yang dijalani sampel. 8. Umur adalah usia sampel pada saat penelitian berlangsung.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Kecamatan Siantar Barat, Kota Pematang Siantar. 2. Waktu penelitian dilaksanakan tahun 2013.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yang diteliti adalah umur, pekerjaan, pendapatan dan tingkat pendidikan.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan yang diteliti adalah harga daging ayam kampung, pendapatan, jumlah tanggungan dan harga daging ayam potong.


(41)

IV.DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Geografis

Kecamatan Siantar Barat di Kota Pematang Siantar berada pada ketinggian 400-500 meter di atas permukaan laut dengan suhu maksimum rata-rata 30 0C dan suhu minimum rata-rata 21 0C. Luas wilayah Kecamatan Siantar Barat adalah 3205 km2. Gambaran batas wilayah daerah penelitian dapat dilihat di bawah ini :

Sebelah Utara : Kecamatan Siantar Utara

Sebelah Selatan : Kecamatan Siantar Selatan

Sebelah Barat : Kecamatan Siantar Sitalasari

Sebelah Timur : Kecamatan Siantar Timur dan Kecamatan Siantar Selatan

4.1.2 Penduduk

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk di Kecamatan Siantar Barat tahun 2012 adalah 35.445 jiwa dengan rincian laki-laki 17.363 (48,9%) dan perempuan 18082 (51,1%.

Tabel 5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Nomor Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki-Laki 17.363 48,9

2 Perempuan 18.082 51,1

Jumlah 35.445 100


(42)

Tabel 5 menunjukkan bahwa di Kecamatan Siantar Barat jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki.

Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur

Distribusi penduduk berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur Klasifikasi Jenis Kelamin

Nomor Kelompok Umur

Laki-Laki

Perempuan Jumlah Persentase

1 0-4 1578 1485 3063 8,64

2 5-9 1613 1530 3143 8,86

3 10-14 1653 1535 3188 8,99

4 15-19 1636 1738 3374 9,52

5 20-24 1444 1584 3028 8,54

6 25-29 1515 1446 2961 8,35

7 30-34 1345 1327 2672 7,53

8 35-39 1210 1299 2509 7,07

9 40-44 1193 1294 2487 7,01

10 45-49 1068 1146 2214 6,24

11 50-54 974 1107 2081 5,87

12 55-59 780 865 1645 4,64

13 60-64 516 541 1057 2,98

14 65-69 322 394 716 2,02

15 70+ 545 755 1300 3,66

Jumlah 17392 18046 35438 100

Sumber : Data Monografi Kecamatan 2011

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang paling tinggi adalah kelompok umur 15-19 tahun dan jumlah penduduk yang paling rendah adalah kelompok umur 65-69 tahun.

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan Masyarakat

Distribusi penduduk berdasarkan jenis pekerjaan di Kecamatan Siantar Barat per kelurahan dalam persentase dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


(43)

Tabel 7. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan per Kelurahan (%)

Nomor Jenis Pekerjaan

Kecamatan

Sipinggol-pinggol

Teladan Dwikora Proklamasi Timbang Galung

Simarito Banjar Bantar

1 PNS/Guru 24,21 16,03 0,87 1,63 4,48 24,91 5,61 26,9

2 TNI/Polri 11.95 8,00 0,00 0,31 0,13 1,13 3,32 2,11

3 Buruh 2,72 15,46 30,56 0,97 0,67 5,23 23,41 0,00

4 Karyawan

Swasta

32,53 29,80 6,00 19,06 1,42 8,71 31,04 24,8

5 Pengrajin 5,90 1,98 0,00 0,00 0,00 0,00 0,46 1.19

6 Pedagang 14,83 15,97 60,84 17,44 1,85 47,21 11,19 19,0

7 Penjahit 0,45 1,98 0,79 0,31 0,11 0,87 0,27 0,87

8 Peternak 0,61 0,00 0,00 0,39 0,00 0,00 0,00 0,00

9 Supir 5,30 3,50 0,43 0,58 0,11 1,74 0,46 1,35

10 Petani 1,51 6,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,46 0,00

11 Lainnya 0,00 6,49 0,51 59,32 91,24 10,19 23,79 23,6

100 100 100 100 100 100 100 100

Sumber : Data Monografi Kecamatan 2011

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Distribusi penduduk Kecamatan Siantar Barat berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 8. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Nomor Agama

Islam Kristen Protestan

Katholik Hindu Buddha Konghucu Lainnya

1 27750 4206 280 60 3122 11 9

Sumber : Data Monografi Kecamatan 2011

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di Kecamatan Siantar Barat yang beragama Islam adalah yang paling tinggi, yaitu sebanyak 27.750 jiwa dan yang paling rendah adalah lainnya sebesar 9 jiwa.


(44)

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang tersedia di Kecamatan Siantar Barat tersedia dengan baik, seperti sarana pendidikan sebanyak 54 unit mulai dari SD, SMP, SMU hingga perguruan tinggi; sarana kesehatan sebanyak 39 unit mulai dari apotek, pos kesehatan kelurahan, puskesmas pembantu, puskesmas, polklinik hingga rumah sakit dan sarana lainnya juga sudah baik dan lengkap. Kondisi jalan di Kecamatan Siantar Barat sudah baik sehingga memudahkan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari.


(45)

4.2 Karakteristik Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen yang membeli daging ayam kampung di pasar di Kecamatan Siantar Barat. Karakteristik sampel yang dimaksud adalah umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dan pendapatan.

Umur

Tingkat pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh usianya. Orang akan merubah pola pembeliannya selama umurnya terus bertambah demikian pula pada sampel konsumen daging ayam kampung. Keadaan umur sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 9. Komposisi Konsumen Sampel Berdasarkan Kelompok Umur

Nomor Kelompok Umur

(Tahun)

Jumlah Jiwa Persentase (%)

1 26-38 12 40

2 39-51 10 34,33

3 52-64 7 22,21

4 >65 1 3,33

Jumlah 30 100

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 1

Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa jumlah sampel yang paling tinggi adalah sampel kelompok umur 26-38 tahun sebanyak 12 orang (40%) dan yang paling rendah adalah sampel kelompok umur 65+ sebanyak 1 orang. (3,33%).


(46)

Tingkat Pendidikan

Pendidikan konsumen sangat erat hubungannya dengan pengetahuan terhadap suatu barang baik dari segi kualitas maupun manfaatnya. Tingkat pendidikan konsumen sampel dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 10. Komposisi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Nomor Tingkat

Pendidikan

Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 SD 3 11,11

2 SMP 6 20

3 SMU 10 33,33

4 Diploma 7 22,23

5 Sarjana 4 13,33

Jumlah 30 100

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 1

Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa jumlah tingkat pendidikan sampel yang paling tinggi adalah SMU sebanyak 10 orang (33,33%) dan yang paling rendah adalah SD sebanyak 3 orang (11,11%).

Jumlah Tanggungan

Dalam membeli dan mengkonsumsi daging ayam kampung, jumlah konsumsi sampel dipengaruhi oleh anggota keluarga yang menjadi tanggungannya. Distribusi konsumen sampel berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


(47)

Tabel 11. Komposisi Sampel Berdasarkan Jumlah Tanggungan

Nomor Jumlah

Tanggungan

Jumlah (Keluarga)

Persentase (%)

1 0-2 0 0

2 3-5 26 65

3 >6 4 35

Jumlah 30 100

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 1

Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa jumlah sampel yang memiliki jumlah tanggungan yang paling tinggi adalah jumlah tanggungan 3-5 sebanyak 26 keluarga (65%) dan sisanya adalah humlah tanggungan > 6.

Pendapatan

Daya beli masyarakat dapat dilihat melalui pendapatannya, jika pendapatan yang diperoleh cukup tinggi maka pada umunya daya beli masyarakat juga tinggi. Pendapatan konsumen sampel dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 12. Komposisi Sampel Berdasarkan Pendapatan

Nomor Pendapatan (Rp) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 1.000.000-3.000.000 16 53,33

2 3.500.000-5.500.000 8 26,67

3 > 5.500.000 6 20

Jumlah 30 100

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 1

Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa jumlah pendapatan yang paling tinggi adalah Rp 1.000.000- Rp 3.000.000 sebanyak 16 orang (53,33%) dan paling rendah adalah > Rp 5.500.000 sebanyak 6 orang (20%).


(48)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging Ayam Kampung di Lokasi Penelitian

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi perilaku konsumen terhadap permintaan daging ayam kampung di Kecamatan Siantar Barat ada 4 faktor, yaitu harga daging ayam kampung, pendapatan, jumlah tanggungan dan harga daging ayam potong.

1. Harga Daging Ayam Kampung

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Siantar Barat diperoleh harga daging ayam kampung yang bervariasi. Dari lampiran 2 diperoleh rata-rata harga daging ayam kampung adalah Rp 47.466,66/kg dimana harga daging ayam kampung yang paling tinggi adalah Rp 55.000,-/kg dan harga daging ayam kampung yang paling rendah adalah Rp 40.000,-/kg.

2. Pendapatan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Siantar Barat diperoleh pendapatan setiap keluarga berbeda-beda. Dari lampiran 1 diperoleh rata-rata pendapatan keluarga adalah Rp 3.350.000,-/bulan dimana pendapatan yang paling tinggi adalah Rp 7.000.000,-/bulan dan pendapatan yang paling rendah adalah Rp 1.000.000,-/bulan.


(49)

3. Jumlah Tanggungan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Siantar Barat diperoleh jumlah tanggungan yang berbeda-beda pada setiap keluarga. Dari lampiran 1 diketahui rata-rata jumlah tanggungan keluarga adalah 5 orang dimana jumlah tanggungan keluarga yang paling tinggi adalah 14 orang dan jumlah tanggungan keluarga yang paling rendah adalah 3 orang.

4. Harga Daging Ayam Potong

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Siantar Barat diperoleh harga daging ayam potong bervariasi. Dari lampiran 2 diketahui bahwa rata-rata harga daging ayam potong adalah Rp 29.033,33/kg dimana harga daging ayam potong yang paling tinggi adalah Rp 30.000,-/kg dan harga daging ayam potong yang paling rendah adalah Rp 28.000,-/kg.


(50)

Tabel 13. Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Terhadap Permintaan Daging Ayam Kanpung di Daerah Penelitian Variabel Koefisien

Regresi

Standard Error

t hitung Signifikan Keterangan

(Constant) 27.933 Harga Daging

Ayam Kampung

-.005 1.350 -.004 .997 Tidak Nyata

Pendapatan .665 .189 3.516 .002 Nyata

Jumlah Tanggungan

.322 .190 1.697 .102 Tidak Nyata

Harga Daging Ayam Potong

-9.822 5.625 -1.746 .093 Tidak Nyata

R-Square : 0.594 t-tabel : 1.701

Sumber : Data Hasil Output SPSS Lampiran 4

Persamaan yang diperoleh dari hasil output SPSS adalah : Y = 27,933 – 0,005X1 + 0,665X2 + 0,322X3 – 9,822X4

Dari model di atas dihasilkan nilai koefisien determinasi (R-Square) sebesar 59,4 %. Hal ini menunjukkan bahwa 59,4 % variasi variabel yang mempengaruhi perilaku konsumen terhadap permintaan daging ayam kampung di daerah penelitian dapat dijelaskan oleh variabel harga daging ayam kampung, pendapatan, jumlah tanggungan dan harga daging ayam potong. Sedangkan 40,6 % dijelaskan oleh variabel lain di luar model persamaan di atas.

Uji parsial pada model digunakan dengan nilai hitung. Dari tabel 13 nilai t-hitung variabel harga daging ayam kampung sebesar -0.004 < t-tabel dan nilai


(51)

signifikan sebesar 0,997 > 0.05 dapat disimpulkan bahwa variabel harga daging ayam kampung tidak berpengaruh nyata pada perilaku konsumen terhadap permintaan daging ayam kampung (H0 diterima).

Dari tabel 13 nilai t-hitung variabel pendapatan sebesar 3,516 > t-tabel dan nilai signifikan sebesar 0,02 < 0,05 dapat disimpulkan bahwa variabel pendapatan berpengaruh nyata pada perilaku konsumen terhadap permintaan daging ayam kampung (H1 diterima). Koefisen variabel pendapatan sebesar 0,665 berarti jika pendapatan meningkat sebesar 1 juta rupiah maka jumlah permintaan daging ayam kampung akan meningkat sebesar 0.665 kg.

Dari tabel 13 nilai t-hitung variabel jumlah tanggungan sebesar 1,697 < t-tabel dan nilai signifikan sebesar 0.102 > 0,05 dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah tanggungan tidak berpengaruh nyata pada perilaku konsumen terhadap permintaan daging ayam kampung (H0 diterima).

Dari tabel 13 nilai hitung variabel harga daging ayam potong sebesar -1,746 < t-tabel dan nilai signifikan sebesar 0.093 > 0.05 dapat disimpulkan bahwa variabel harga daging ayam potong tidak berpengaruh nyata pada perilaku konsumen terhadap permintaan daging ayam kampung (H0 diterima).

Untuk menghindari adanya kesalahan pendugaan model yang dilakukan maka dalam proses selanjutnya dilakukan uji asumsi klasik yang mencakup uji multikolineritas dan heterokesdastisitas.


(52)

Multikolineitas

Multikolineritas terjadi apabila ada korelasi linear antar variabel bebas. Untuk mengetahui adanya multikolineritas pada model, dapat dilakukan dengan melihat nilai VIF dengan bantuan SPSS dimana apabila nilai VIF > 10 maka dalam model tersebut terjadi multikolineritas. Dari lampiran 4 didapat nilai VIF < 10 sehingga model persamaan dalam penelitian ini tidak terjadi multikolineritas.

Heterokesdastisitas

Pada persamaan ini tidak terjadi heterokesdastisitas karena varians daripada koefisien bersifat konstan. Untuk mengetahui ada tidaknya heterokesdastisitas dilakukan dengan uji grafik dimana apabila terjadi heterokesdastisitas maka titik akan tersebar merata membentuk pola tertentu. Gambar berikut ini menunjukkan sebaran titik untuk faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen terhadap permintaan daging ayam kampung di daerah penelitian.


(53)

(54)

5.2 Hubungan Karakteristik Umur, Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan

Hubungan Umur dengan Perilaku Konsumen Terhadap Permintaan Daging Ayam Kampung

Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli semasa hidupnya. Umur berhubungan dengan selera akan makanan, pakaian, perabot dan rekreasi. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya.

Hasil pengujian yang dilakukan menggunakan analisis korelasi Rank Spearman pada lampiran 5 diperoleh koefisien korelasi (rs) sebesar 0,104 dan t-hitung sebesar 0,553 < t-tabel (H0 diterima). Artinya tidak terdapat hubungan antara umur dengan perilaku konsumen terhadap permintaan daging ayam kampung. Oleh karena itu, hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara umur dengan perilaku konsumen terhadap permintaan daging ayam kampung ditolak.

Hubungan Pekerjaan dengan Perilaku Konsumen Terhadap Permintaan Daging Ayam Kampung

Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Pemasar berusaha mengenali kelompok pekerjaan yang mempunyai minat di atas rata-rata akan produk dan jasa mereka.

Hasil pengujian yang dilakukan menggunakan analisis korelasi Rank Spearman pada lampiran 6 diperoleh koefisien korelasi (rs) sebesar 0,187 dan t-hitung sebesar 1,077 < t-tabel (H0 diterima). Artinya tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan perilaku konsumen terhadap permintaan daging ayam kampung.


(55)

Oleh karena itu, hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara pekerjaan dengan perilaku konsumen terhadap permintaan daging ayam kampung ditolak.

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Konsumen Terhadap Permintaan Daging Ayam Kampung

Kalau orang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam tingkah laku individual yang muncul dari proses pendidikan yang dijalani (pengalaman). Pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pilihannya. Apabila pendidikan konsumen tinggi maka akan lebih memilih barang yang berkualitas baik, tingkat pendidikan dapat dilihat dari pendidikan terakhir konsumen.

Hasil pengujian yang dilakukan menggunakan analisis korelasi Rank Spearman pada lampiran 7 diperoleh koefisien korelasi (rs) sebesar -0.225 dan t-hitung sebesar -1,221 < t-tabel (H0 diterima). Artinya tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen terhadap permintaan daging ayam kampung. Oleh karena itu, hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen terhadap permintaan daging ayam kampung ditolak.


(56)

VI.KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Perilaku konsumen terhadap permintaan daging ayam kampung di Kecamatan Siantar Barat dipengaruhi oleh faktor pendapatan, sedangkan faktor harga daging ayam kampung, jumlah tanggungan dan harga daging ayam potong tidak berpengaruh.

2. Tidak terdapat hubungan karakteristik umur, pekerjaan dan tingkat pendidikan pada perilaku konsumen terhadap permintaan daging ayam kampung di Kecamatan Siantar Barat.

6.2 Saran

1. Kepada Konsumen

Diharapkan kepada konsumen untuk lebih sering mengkonsumsi daging ayam kampung karena kandungan di dalamnya berperan penting dalam metabolisme tubuh.

2. Kepada Peternak

Diharapkan kepada peternak untuk lebih memperhatikan kepada kualitas daging ayam kampung dibandingkan memperhatikan kuantitas daging ayam kampung.


(57)

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat meneliti dengan judul yang sama dengan variabel yang berbeda dan meneliti tentang prospek peternakan ayam kampung.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2013.

Arsyad, L. 2000. Ekonomi Manajerial. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.

Daniel, M. 2000. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Dudung, M.A. 2006. Memelihara Ayam Kampung Sistem Battery. Kanisius. Yogyakarta.

Gilarso, T. 1993. Pengantar Ilmu Ekonomi. Kanisius. Yogyakarta.

Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia indonesia. Bogor.

Irwan dan Wijaya, F. 1996. Pemasaran 2000. BPFE Anggota IKAPI. Jakarta.

Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran. PT Prenhallindo. Jakarta.

Kotler, P dan Armstrong, G. 1996. Dasar-Dasar Pemasaran Jilid I. PT

Prenhallindo. Jakarta.

Mangkunegara, P.A. 2002. Perilaku Konsumen. Refika Aditama. Bandung.

Mankiw, N.G. 2003. Pengantar Ekonomi. Erlangga. Jakarta.

Murtidjo, Bambang Agus. 2007. Pemotongan, Penanganan, dan Pengolahan Daging Ayam. Kanisius. Yogyakarta.

Nopirin. 1994. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro. BPFE. Yogyakarta.


(59)

Setiadi, N.J. 2003. Perilaku Konsumen dan Implikasi untuk Strategi dan

Penelitian Pemasaran. Kencana. Jakarta.

Simanjuntak, S.B. 2004. Pengantar Ilmu Pertanian. Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara. Medan.

Soediyono, R.M. 1981. Ekonomi Mikro. Liberty. Yogyakarta.

Sugiarto, dkk. 2000. Ekonomi Mikro. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. CV Alfabeta. Bandung.

Sukirno, S. 1997. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. PT Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Sumarwan, V. 2003. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam

Pemasaran. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Umar, H. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Gramedia Pustaka

Utama dan JBRC. Jakarta.

Yaman, M, Aman. 2010. Ayam Kampung Unggul 6 Minggu Panen. Penebar Swadaya. Jakarta.


(60)

Lampiran 1. Karakteristik Konsumen Sampel Nomor Umur (Tahun) Tingkat Pendidikan (Tahun) Jumlah Tanggungan (Orang) Penghasilan/Bulan (Rp/bulan)

1 31 15 5 5.000.000

2 53 9 5 1.500.000

3 51 12 5 1.000.000

4 29 12 3 2.000.000

5 37 15 6 5.500.000

6 43 17 5 4.000.000

7 41 17 3 5.500.000

8 35 15 5 6.000.000

9 43 17 6 6.000.000

10 31 6 4 1.000.000

11 50 9 5 4.500.000

12 40 12 4 7.000.000

13 36 12 14 6.500.000

14 29 17 3 6.500.000

15 37 15 4 5.000.000

16 52 15 5 5.500.000

17 26 9 4 1.000.000

18 33 15 4 6.000.000

19 54 15 3 1.750.000

20 60 12 4 2.500.000

21 36 9 5 1.000.000

22 41 12 3 1.000.000

23 52 6 4 1.000.000

24 39 12 6 1.000.000

45 62 9 3 1.000.000

26 74 9 3 1.500.000

27 55 12 4 3.000.000

28 37 6 4 1.500.000

29 42 12 4 2.250.000

30 51 12 5 3.500.000

Total 1.300 365 138 100.500.000


(61)

Lampiran 2. Permintaan Daging Ayam Kampung Nomor Jumlah Permintaan (Kg/bulan) Harga Daging Ayam Kampung (Rp) Penghasilan/bulan (Rp/bulan)

1 1,5 49.000 5.000.000

2 1,5 49.000 1.500.000

3 1 50.000 1.000.000

4 1,5 49.000 2.000.000

5 6 48.000 5.500.000

6 4 48.000 4.000.000

7 10 48.000 5.500.000

8 4 50.000 6.000.000

9 3 50.000 6.000.000

10 0,8 50.000 1.000.000

11 4 50.000 4.500.000

12 9 45.000 7.000.000

13 10 49.000 6.500.000

14 6 45.000 6.500.000

15 2 45.000 5.000.000

16 2,5 48.000 5.500.000

17 0,5 45.000 1.000.000

18 2 40.000 6.000.000

19 3 45.000 1.750.000

20 4 49.000 2.500.000

21 1 45.000 1.000.000

22 2 55.000 1.000.000

23 2 45.000 1.000.000

24 1 45.000 1.000.000

25 1 45.000 1.000.000

26 1 49.000 1.500.000

27 1,5 45.000 3.000.000

28 1,5 45.000 1.500.000

29 1 48.000 2.250.000

30 5 50.000 3.500.000

Total 93,3 1.424.000 100.500.000


(62)

Lampiran 3. Parameter Perilaku Konsumen

Nomor Parameter Perilaku Konsumen Skor

1 2 3 4 5

1 2 2 2 1 1 8

2 2 4 2 2 2 12

3 2 5 2 2 4 15

4 1 4 2 4 4 15

5 2 2 2 2 4 12

6 2 4 2 1 2 11

7 1 2 2 2 4 11

8 3 2 2 2 2 11

9 2 4 2 4 4 16

10 1 2 2 2 4 11

11 2 2 2 2 2 10

12 3 4 1 4 4 16

13 2 5 4 2 4 17

14 2 2 2 1 2 9

15 2 4 2 5 5 18

16 2 2 2 4 4 14

17 1 1 3 3 4 12

18 3 4 2 4 4 17

19 2 4 2 1 1 10

20 5 4 2 4 4 19

21 4 3 3 4 5 19

22 3 4 4 4 4 19

23 2 4 2 4 4 16

24 2 4 2 4 4 16

25 4 2 2 2 2 12

26 4 2 2 4 2 14

27 2 4 4 4 4 18

28 3 4 2 4 4 17

29 2 2 4 4 4 16


(63)

Lampiran 4. Hasil Output Regresi Permintaan Daging Ayam Kampung

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics R Square

Change F Change

1 .771a .594 .530 1.84669 .594 9.161

a. Predictors: (Constant), Harga Daging Ayam Potong, Jumlah Tanggungan, Harga Daging Ayam Kampung, Pendapatan Rata-Rata

b. Dependent Variable: Jumlah Permintaan Daging Ayam kampung

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 124.970 4 31.243 9.161 .000a

Residual 85.257 25 3.410 Total 210.227 29

a. Predictors: (Constant), Harga Daging Ayam Potong, Jumlah Tanggungan, Harga Daging Ayam Kampung, Pendapatan Rata-Rata


(64)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 27.933 19.869 1.406 .172

Harga Daging Ayam Kampung

-.005 1.350 .000 -.004 .997 .801 1.248

Pendapatan Rata-Rata .665 .189 .535 3.516 .002 .701 1.428

Jumlah Tanggungan .322 .190 .240 1.697 .102 .812 1.232

Harga Daging Ayam Potong

-9.822 5.625 -.262 -1.746 .093 .720 1.389


(65)

Lampiran 5. Korelasi Rank Spearman antara Umur dengan Perilaku Konsumen

Nomor Umur Jenjang Umur Skor Perilaku konsumen Jenjang Skor Perilaku konsumen

di di2

1 31 4,5 8 1 3,5 12,25

2 53 25 12 10,5 14,5 210,25

3 51 21,5 15 15,5 6 36

4 29 2,5 15 15,5 -13 169

5 37 11 12 10,5 0,5 0,25

6 43 18,5 11 6,5 12 144

7 41 15,5 11 6,5 9 81

8 35 7 11 6,5 0,5 0,25

9 43 18,5 16 19 -0,5 0,25

10 31 4,5 11 6,5 -2 4

11 50 20 10 3,5 16,5 272,25

12 40 14 16 19 -5 25

13 36 8,5 17 23,5 -15 225

14 29 2,5 9 2 0,5 0,25

15 37 11 18 26,5 -15,5 240,25

16 52 23,5 14 13,5 10 100

17 26 1 12 10,5 -9,5 90,25

18 33 6 17 23,5 -17,5 306,25

19 54 26 10 3,5 23,5 552,25

20 60 28 19 29 -1 1

21 36 8,5 19 29 -20,5 420,25

22 41 15,5 19 29 -13,5 182,25

23 52 23,5 16 19 4,5 20,25

24 39 13 16 19 -6 36

25 62 29 12 10,5 18,5 342,25

26 74 30 14 13,5 16,5 272,25

27 55 27 18 26,5 0,5 0,25

28 37 11 17 23,5 -12,5 150,0625

29 42 17 16 19 -2 4

30 51 21,5 17 23,5 -2 4

∑di2

= 3901,3125 rs = 0.104 t hitung = 0,55328 t tabel = 2,048


(66)

Lampiran 6. Korelasi Rank Spearman antara Pekerjaan dengan Perilaku Konsumen

Nomor Pekerjaan Jenjang Pekerjaan Skor Perilaku konsumen Jenjang Skor Perilaku Konsumen

di di2

1 4 2,5 8 1 1,5 2,25

2 25 24,5 12 10,5 14 196

3 25 24,5 15 15,5 9 81

4 7 6,5 15 15,5 -9 81

5 10 9 12 10,5 -1,5 2,25

6 13 11 11 6,5 4,5 20,25

7 20 20 11 6,5 13,5 182,25

8 8 8 11 6,5 1,5 2,25

9 15 14 16 19 -5 25

10 2 1 11 6,5 -5,5 6,25

11 20 20 10 3,5 16,5 272,25

12 19 18 16 19 -1 1

13 15 14 17 23,5 -9,5 90,25

14 4 2,5 9 2 0,5 0,25

15 7 6,5 18 26,5 -20 400

16 22 22 14 13,5 8,5 72,25

17 5 4 12 10,5 -6,5 42,25

18 6 5 17 23,5 -18,5 342,25

19 27 27 10 3,5 23,5 552,25

20 35 28,5 19 29 -0,5 0,25

21 17 17 19 29 -12 144

22 15 14 19 29 -15 225

23 20 20 16 19 1 1

24 11 10 16 19 -9 81

25 35 28,5 12 10,5 18 324

26 50 30 14 13,5 16,5 272,5

27 25 24,5 18 26,5 -2 4

28 15 14 17 23,5 -9,5 90,25

29 15 14 16 19 -5 25

30 25 24,5 17 23,5 1 1

∑ di2

= 3539,25 rs = 0,187 t hitung = 1,077 t tabel = 2,048


(67)

Lampiran 7. Korelasi Rank Spearman antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Konsumen

Nomor Tingkat Pendidikan Jenjang Tingkat Pendidikan Skor Perilaku Konsumen Jenjang Skor Perilaku Konsumen

di di2

1 15 23 8 1 22 484

2 9 6,5 12 10,5 -4 16

3 12 14,5 15 15,5 -1 1

4 12 14,5 15 15,5 -1 1

5 15 23 12 10,5 12,5 156,25

6 17 28,5 11 6,5 22 484

7 17 28,5 11 6,5 22 484

8 15 23 11 6,5 16,5 272,25

9 17 28,5 16 19 9,5 90,25

10 6 2 11 6,5 -4,5 20,25

11 9 6,5 10 3,5 3 9

12 12 14,5 16 19 -4,5 20,25

13 12 14,5 17 23,5 -9 81

14 17 28,5 9 2 26,5 702,25

15 15 23 18 26,5 -3,5 12,25

16 15 23 14 13,5 9,5 90,25

17 9 6,5 12 10,5 -4 16

18 15 23 17 23,5 -0,5 0,25

19 15 23 10 3,5 19,5 380,25

20 12 14,5 19 29 -14,5 210,25

21 9 6,5 19 29 -22,5 506,25

22 12 14,5 19 29 -14,5 210,25

23 6 2 16 19 -17 289

24 12 14,5 16 19 -4,5 20,25

25 9 6,5 12 10,5 -4 16

26 9 6,5 14 13,5 -7 49

27 12 14,5 18 26,5 -12 144

28 6 2 17 23,5 -21,5 462,25

29 12 14,5 16 19 -4,5 20,25

30 12 14,5 17 23,5 -9 81

∑di2

= 5329 rs = -0,225 t hitung = -1,221 t tabel = 2,048


(68)

Lampiran 8. Parameter Perilaku Konsumen

No Parameter Pernyataan Skor

1 Membeli daging ayam kampung a. Sangat tidak setuju 1 untuk dikonsumsi karena b. Tidak setuju 2

pengaruh pekerjaan c. Ragu-ragu 3

d. Setuju 4

e. Sangat setuju 5 2 Menkonsumsi daging ayam a. Sangat tidak setuju 1 kampung menjadi berkurang b. Tidak setuju 2

pada saat harga naik c. Ragu-ragu 3

d. Setuju 4

e. Sangat setuju 5 3 Mengkonsumsi daging ayam a. Sangat tidak setuju 1 kampung menjadi bertambah b. Tidak setuju 2 pada saat pendapatan naik c. Ragu-ragu 3

d. Setuju 4

e. Sangat setuju 5 4 Mengkonsumsi daging ayam a. Sangat tidak setuju 1 kampung untuk pola hidup b. Tidak setuju 2

sehat c. Ragu-ragu 3

d. Setuju 4

e. Sangat setuju 5 5 Mengkonsumsi daging ayam a. Sangat tidak setuju 1 kampung karena manfaat b. Tidak setuju 2 kandungan yang terdapat di c. Ragu-ragu 3

dalamnya d. Setuju 4

e. Sangat setuju 5


(1)

Lampiran 4. Hasil Output Regresi Permintaan Daging Ayam Kampung

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics R Square

Change F Change 1 .771a .594 .530 1.84669 .594 9.161 a. Predictors: (Constant), Harga Daging Ayam Potong, Jumlah Tanggungan, Harga Daging Ayam Kampung, Pendapatan Rata-Rata

b. Dependent Variable: Jumlah Permintaan Daging Ayam kampung

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 124.970 4 31.243 9.161 .000a

Residual 85.257 25 3.410 Total 210.227 29

a. Predictors: (Constant), Harga Daging Ayam Potong, Jumlah Tanggungan, Harga Daging Ayam Kampung, Pendapatan Rata-Rata


(2)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 27.933 19.869 1.406 .172

Harga Daging Ayam Kampung

-.005 1.350 .000 -.004 .997 .801 1.248

Pendapatan Rata-Rata .665 .189 .535 3.516 .002 .701 1.428

Jumlah Tanggungan .322 .190 .240 1.697 .102 .812 1.232

Harga Daging Ayam Potong

-9.822 5.625 -.262 -1.746 .093 .720 1.389


(3)

Lampiran 5. Korelasi Rank Spearman antara Umur dengan Perilaku Konsumen

Nomor Umur Jenjang Umur

Skor Perilaku konsumen

Jenjang Skor Perilaku konsumen

di di2

1 31 4,5 8 1 3,5 12,25

2 53 25 12 10,5 14,5 210,25

3 51 21,5 15 15,5 6 36

4 29 2,5 15 15,5 -13 169

5 37 11 12 10,5 0,5 0,25

6 43 18,5 11 6,5 12 144

7 41 15,5 11 6,5 9 81

8 35 7 11 6,5 0,5 0,25

9 43 18,5 16 19 -0,5 0,25

10 31 4,5 11 6,5 -2 4

11 50 20 10 3,5 16,5 272,25

12 40 14 16 19 -5 25

13 36 8,5 17 23,5 -15 225

14 29 2,5 9 2 0,5 0,25

15 37 11 18 26,5 -15,5 240,25

16 52 23,5 14 13,5 10 100

17 26 1 12 10,5 -9,5 90,25

18 33 6 17 23,5 -17,5 306,25

19 54 26 10 3,5 23,5 552,25

20 60 28 19 29 -1 1

21 36 8,5 19 29 -20,5 420,25

22 41 15,5 19 29 -13,5 182,25

23 52 23,5 16 19 4,5 20,25

24 39 13 16 19 -6 36

25 62 29 12 10,5 18,5 342,25

26 74 30 14 13,5 16,5 272,25

27 55 27 18 26,5 0,5 0,25

28 37 11 17 23,5 -12,5 150,0625

29 42 17 16 19 -2 4

30 51 21,5 17 23,5 -2 4

∑di2

= 3901,3125 rs = 0.104 t hitung = 0,55328


(4)

Lampiran 6. Korelasi Rank Spearman antara Pekerjaan dengan Perilaku Konsumen

Nomor Pekerjaan Jenjang Pekerjaan

Skor Perilaku konsumen

Jenjang Skor Perilaku Konsumen

di di2

1 4 2,5 8 1 1,5 2,25

2 25 24,5 12 10,5 14 196

3 25 24,5 15 15,5 9 81

4 7 6,5 15 15,5 -9 81

5 10 9 12 10,5 -1,5 2,25

6 13 11 11 6,5 4,5 20,25

7 20 20 11 6,5 13,5 182,25

8 8 8 11 6,5 1,5 2,25

9 15 14 16 19 -5 25

10 2 1 11 6,5 -5,5 6,25

11 20 20 10 3,5 16,5 272,25

12 19 18 16 19 -1 1

13 15 14 17 23,5 -9,5 90,25

14 4 2,5 9 2 0,5 0,25

15 7 6,5 18 26,5 -20 400

16 22 22 14 13,5 8,5 72,25

17 5 4 12 10,5 -6,5 42,25

18 6 5 17 23,5 -18,5 342,25

19 27 27 10 3,5 23,5 552,25

20 35 28,5 19 29 -0,5 0,25

21 17 17 19 29 -12 144

22 15 14 19 29 -15 225

23 20 20 16 19 1 1

24 11 10 16 19 -9 81

25 35 28,5 12 10,5 18 324

26 50 30 14 13,5 16,5 272,5

27 25 24,5 18 26,5 -2 4

28 15 14 17 23,5 -9,5 90,25

29 15 14 16 19 -5 25

30 25 24,5 17 23,5 1 1

∑ di2

= 3539,25 rs = 0,187 t hitung = 1,077


(5)

Lampiran 7. Korelasi Rank Spearman antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Konsumen

Nomor Tingkat Pendidikan

Jenjang Tingkat Pendidikan

Skor Perilaku Konsumen

Jenjang Skor Perilaku Konsumen

di di2

1 15 23 8 1 22 484

2 9 6,5 12 10,5 -4 16

3 12 14,5 15 15,5 -1 1

4 12 14,5 15 15,5 -1 1

5 15 23 12 10,5 12,5 156,25

6 17 28,5 11 6,5 22 484

7 17 28,5 11 6,5 22 484

8 15 23 11 6,5 16,5 272,25

9 17 28,5 16 19 9,5 90,25

10 6 2 11 6,5 -4,5 20,25

11 9 6,5 10 3,5 3 9

12 12 14,5 16 19 -4,5 20,25

13 12 14,5 17 23,5 -9 81

14 17 28,5 9 2 26,5 702,25

15 15 23 18 26,5 -3,5 12,25

16 15 23 14 13,5 9,5 90,25

17 9 6,5 12 10,5 -4 16

18 15 23 17 23,5 -0,5 0,25

19 15 23 10 3,5 19,5 380,25

20 12 14,5 19 29 -14,5 210,25

21 9 6,5 19 29 -22,5 506,25

22 12 14,5 19 29 -14,5 210,25

23 6 2 16 19 -17 289

24 12 14,5 16 19 -4,5 20,25

25 9 6,5 12 10,5 -4 16

26 9 6,5 14 13,5 -7 49

27 12 14,5 18 26,5 -12 144

28 6 2 17 23,5 -21,5 462,25

29 12 14,5 16 19 -4,5 20,25

30 12 14,5 17 23,5 -9 81

∑di2

= 5329 rs = -0,225 t hitung = -1,221


(6)

Lampiran 8. Parameter Perilaku Konsumen

No Parameter Pernyataan Skor

1 Membeli daging ayam kampung a. Sangat tidak setuju 1 untuk dikonsumsi karena b. Tidak setuju 2

pengaruh pekerjaan c. Ragu-ragu 3

d. Setuju 4

e. Sangat setuju 5 2 Menkonsumsi daging ayam a. Sangat tidak setuju 1 kampung menjadi berkurang b. Tidak setuju 2

pada saat harga naik c. Ragu-ragu 3

d. Setuju 4

e. Sangat setuju 5 3 Mengkonsumsi daging ayam a. Sangat tidak setuju 1 kampung menjadi bertambah b. Tidak setuju 2 pada saat pendapatan naik c. Ragu-ragu 3

d. Setuju 4

e. Sangat setuju 5 4 Mengkonsumsi daging ayam a. Sangat tidak setuju 1 kampung untuk pola hidup b. Tidak setuju 2

sehat c. Ragu-ragu 3

d. Setuju 4

e. Sangat setuju 5 5 Mengkonsumsi daging ayam a. Sangat tidak setuju 1 kampung karena manfaat b. Tidak setuju 2 kandungan yang terdapat di c. Ragu-ragu 3

dalamnya d. Setuju 4

e. Sangat setuju 5