Etno-ornitologi Burung Kancilan Flores (Pachycephala nudigula nudigula Hartert 1897) pada Masyarakat Lio di Taman Nasional Kelimutu

ETNO-ORNITOLOGI BURUNG KANCILAN FLORES
(Pachycephala nudigula nudigula Hartert 1897)
PADA MASYARAKAT LIO
DI TAMAN NASIONAL KELIMUTU

ADITYA KUSPRIYANGGA

DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ABSTRAK
ADITYA KUSPRIYANGGA. Etno-Ornitologi Burung Kancilan Flores
(Pachycephala nudigula nudigula Hartert 1897) pada Masyarkat Lio di Taman
Nasional Kelimutu. Dibimbing oleh JARWADI BUDI HERNOWO dan DIDIK
SUHARJITO.
Burung kancilan flores merupakan jenis burung di Taman Nasional
Kelimutu (TNKL) yang dipercaya memiliki hubungan dengan keyakinan

Masyarakat Lio. Dugaan populasi kancilan flores di Kawasan TNKL mencapai
186.41-1668.07 individu dengan kepadatan 0.0389-0.3481 ind/ha serta nisbah
kelamin sebesar 6.2:1 yang tersebar pada ketinggian 1100 – 1600 mdpl.
Karakteristik habitat kancilan flores berupa Hutan Alam (HA) dengan strata tajuk
yang bertingkat, keanekaragaman jenis tumbuhan yang tinggi serta kerapatan
yang tinggi pula. Karakteristik habitat tersebut berkaitan dengan ketersediaan
pakan, lindungan (cover), gangguan dan tempat bersarang. Masyarakat Lio
mengetahui keberadaan kancilan flores baik secara langsung maupun melalui
cerita orang tua mereka. Persepsi Masyarakat Lio terhadap kancilan flores secara
umum positif mendukung upaya pelestarian kancilan flores. Persepsi tersebut
membentuk sikap yang cenderung konservatif terhadap keberadaan kancilan
flores. Sikap Masyarakat Lio ditunjukkan dengan perilaku tidak menangkap
kancilan flores dari dalam Kawasan TNKL. Perilaku tersebut berperan penting
terhadap kelestarian kancilan flores di Kawasan TNKL.
Kata kunci: Etno-ornitologi, Kancilan Flores, Masyarakat Lio, Taman Nasional
Kelimutu

ABSTRACT
ADITYA KUSPRIYANGGA. Ethno-ornithology of Bare-Throated Whistler
(Pachycephala nudigula nudigula Hartert 1897) in Lio Community at Kelimutu

National Park. Supervised by JARWADI BUDI HERNOWO and DIDIK
SUHARJITO.
Bare-throathed whistler is one of several wild birds in Kelimutu National
Park (TNKL) that is believed to have correlation with Lio Community’s belief.
The estimation of Bare-throated whistler’s population in Kelimutu National Park
was about 186.41-1668.07 individual by the density about 0.0389-0.3481 ind/ha
with the sex ratio 6.2:1 that spreaded on area with height of 1100 – 1600 masl.
The characteristic of Bare-throated whistler’s habitat is a natural forest with
various canopy level, high plant species diversity and high density. The habitat
characteristics related to the availability of food in the form of insects, cover,
safety and a nesting site. Generally the most of Lio community knew the existence
of Bare-throated whistler directly or from their parents’ stories. The perceptions of
Lio Community to the Bare-throated whistler’s existence is generally support the
conservation efforts. The perceptions construct the Lio Community’s atitude that
tend to be conservative to the existence of Bare-throated whistler. The attitude
shown by their behavior that not cathing the Bare-throated whistler from the
TNKL’s area or the outside. The attitude have an important role to the existence
of Bare-throated whistler in Kelimutu National Park’s area.
Keywords: Bare-throated whistler, Ethno-ornithology, Kelimutu National Park,
Lio Community


PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Etno-ornitologi Burung
Kancilan Flores (Pachycephala nudigula nudigula Hartert 1897) pada Masyarakat
Lio di Taman Nasional Kelimutu adalah benar-benar hasil karya saya sendiri
dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya
ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip baik dari karya yang telah diterbitkan maupun yang tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013
Aditya Kuspriyangga
NIM E34080070

ABSTRAK
ADITYA KUSPRIYANGGA. Etno-Ornitologi Burung Kancilan Flores
(Pachycephala nudigula nudigula Hartert 1897) pada Masyarkat Lio di Taman

Nasional Kelimutu. Dibimbing oleh JARWADI BUDI HERNOWO dan DIDIK
SUHARJITO.
Burung kancilan flores merupakan jenis burung di Taman Nasional
Kelimutu (TNKL) yang dipercaya memiliki hubungan dengan keyakinan
Masyarakat Lio. Dugaan populasi kancilan flores di Kawasan TNKL mencapai
186.41-1668.07 individu dengan kepadatan 0.0389-0.3481 ind/ha serta nisbah
kelamin sebesar 6.2:1 yang tersebar pada ketinggian 1100 – 1600 mdpl.
Karakteristik habitat kancilan flores berupa Hutan Alam (HA) dengan strata tajuk
yang bertingkat, keanekaragaman jenis tumbuhan yang tinggi serta kerapatan
yang tinggi pula. Karakteristik habitat tersebut berkaitan dengan ketersediaan
pakan, lindungan (cover), gangguan dan tempat bersarang. Masyarakat Lio
mengetahui keberadaan kancilan flores baik secara langsung maupun melalui
cerita orang tua mereka. Persepsi Masyarakat Lio terhadap kancilan flores secara
umum positif mendukung upaya pelestarian kancilan flores. Persepsi tersebut
membentuk sikap yang cenderung konservatif terhadap keberadaan kancilan
flores. Sikap Masyarakat Lio ditunjukkan dengan perilaku tidak menangkap
kancilan flores dari dalam Kawasan TNKL. Perilaku tersebut berperan penting
terhadap kelestarian kancilan flores di Kawasan TNKL.
Kata kunci: Etno-ornitologi, Kancilan Flores, Masyarakat Lio, Taman Nasional
Kelimutu


ABSTRACT
ADITYA KUSPRIYANGGA. Ethno-ornithology of Bare-Throated Whistler
(Pachycephala nudigula nudigula Hartert 1897) in Lio Community at Kelimutu
National Park. Supervised by JARWADI BUDI HERNOWO and DIDIK
SUHARJITO.
Bare-throathed whistler is one of several wild birds in Kelimutu National
Park (TNKL) that is believed to have correlation with Lio Community‟s belief.
The estimation of Bare-throated whistler‟s population in Kelimutu National Park
was about 186.41-1668.07 individual by the density about 0.0389-0.3481 ind/ha
with the sex ratio 6.2:1 that spreaded on area with height of 1100 – 1600 masl.
The characteristic of Bare-throated whistler‟s habitat is a natural forest with
various canopy level, high plant species diversity and high density. The habitat
characteristics related to the availability of food in the form of insects, cover,
safety and a nesting site. Generally the most of Lio community knew the existence
of Bare-throated whistler directly or from their parents‟ stories. The perceptions of
Lio Community to the Bare-throated whistler‟s existence is generally support the
conservation efforts. The perceptions construct the Lio Community‟s atitude that
tend to be conservative to the existence of Bare-throated whistler. The attitude
shown by their behavior that not cathing the Bare-throated whistler from the

TNKL‟s area or the outside. The attitude have an important role to the existence
of Bare-throated whistler in Kelimutu National Park‟s area.
Keywords: Bare-throated whistler, Ethno-ornithology, Kelimutu National Park,
Lio Community

ETNO-ORNITOLOGI BURUNG KANCILAN FLORES
(Pachycephala nudigula nudigula Hartert 1897 )
PADA MASYARAKAT LIO
DI TAMAN NASIONAL KELIMUTU

ADITYA KUSPRIYANGGA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Etno-ornitologi Burung Kancilan Flores (Pachycephala nudigula
nudigula Hartert 1897) pada Masyarakat Lio di Taman Nasional
Kelimutu
Nama
: Aditya Kuspriyangga
NIM
: E34080070

Disetujui oleh

Dr Ir Jarwadi B. Hernowo M Sc F
Pembimbing I

Dr Ir Didik Suharjito MS
Pembimbing II


Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul Etno-ornitologi Burung
Kancilan Flores (Pachycephala nudigula nudigula Hartert 1897) pada Masyarakat
Lio di Taman Nasional Kelimutu ini berhasil diselesaikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Jarwadi Budi Hernowo,
MScF dan Bapak Dr Ir Didik Suharjito, MS selaku pembimbing. Penghargaan
juga penulis sampaikan kepada Ibu Sri Mulyani selaku Kepala Balai Taman
Nasional Kelimutu serta segenap staf dan pegawai TNKL atas izin dan
bantuannya sehingga penelitian dapat terlaksana dengan baik. Kepada Bapak
Tonny Wuryanto sebagai PEH di TNKL yang telah memberikan bantuan dan
masukan terhadap penulis disampaikan terimakasih. Terimakasih juga

disampaikan kepada Ibu, Bapak dan adik-adik tercinta, Murobbi, keluarga serta
seluruh rekan-rekan atas segala bantuan, motivasi, doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2013
Aditya Kuspriyangga

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

2

METODE

2


Lokasi dan Waktu Penelitian

2

Alat

3

Data yang Dikumpulkan

3

Metode Pengambilan Data

3

Analisis Data

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

10

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

10

Populasi dan Habitat Kancilan Flores

11

Persebaran

14

Karakteristik Habitat Kancilan Flores

16

Gangguan terhadap Kancilan Flores

20

Etno-ornitologi

20

SIMPULAN DAN SARAN

31

DAFTAR PUSTAKA

32

LAMPIRAN

34

RIWAYAT HIDUP

43

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8

Tahapan kegiatan penelitian
Klasifikasi nilai indeks keanekaragaman Shanon-Wiener
Perjumpaan kancilan flores pada HA dan HH
Kerapatan total spesies tumbuhan untuk semua tingkat pertumbuhan
INP seluruh tingkat pertumbuhan di HA
Perjumpaan kancilan flores berdasarkan jarak dengan manusia
Tumbuhan penyusun sarang kancilan flores
Persentase pengetahuan responden tentang adanya burung kancilan
flores
9 Skor persepsi Masyarakat Lio terhadap kancilan flores
10 Skor sikap Masyarakat Lio terhadap keberadaan kancilan flores

3
8
11
12
13
15
19
21
26
28

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Lokasi penelitian
Ilustrasi metode transek jalur
Ilustrasi metode analisis vegetasi petak ganda
Keanekaragaman spesies (H') pada HA dan HH
Perjumpaan kancilan flores berdasar ketinggian tempat
a) sarang kancilan flores pada pancang singgi dan b) diameter sarang
yang telah rusak
7 Ilustrasi profil tajuk di sekitar sarang
8 a) Kancilan flores betina, b) kancilan flores jantan

2
5
6
12
14
18
19
23

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Penghitungan Analisis vegetasi
Pendugaan seluruh populasi kancilan flores di Kawasan TNKL
Peta perjumpaan kancilan flores
Analisis vegetasi hutan alam
Analisis vegetasi hutan homogen

34
35
36
37
38

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Taman Nasional Kelimutu (TNKL) merupakan salah satu taman nasional di
Indonesia yang berinteraksi langsung dengan masyarakat lokal yaitu masyarakat
Suku Lio. Suku Lio meyakini bahwa Danau Kelimutu merupakan tempat
kembalinya arwah orang yang telah meninggal dunia. Hubungan budaya dan
kearifan lokal tersebut juga terjadi pada burung Kancilan flores (Pachycepala
nudigula nudigula Hartert 1897). Burung Kancilan flores atau dalam bahasa lokal
disebut burung Garugiwa merupakan salah satu burung endemik di Nusa
Tenggara. Burung ini dipercaya sebagai burung arwah (Oktora & Khairul 2011).
Hal ini dikarenakan jenis burung tersebut lebih banyak terlihat di sekitar Danau
Kelimutu. Burung kancilan flores memiliki hingga 17 jenis kicauan (BTNKL
2007). Berdasarkan informasi pada situs jual beli online (www.berniaga.com),
burung yang lebih dikenal dengan nama samyong, sempeong atau sangkalawe ini
memiliki harga jual hingga mencapai Rp2 000 000 per ekor. Oleh sebab itu tidak
menutup kemungkinan ancaman terhadapnya semakin besar.
Keberadaan kancilan flores di Kawasan TNKL yang saat ini hanya diketahui
di sekitar Danau Kelimutu menjadi sebuah kajian yang menarik untuk diketahui.
Baik secara ekologis maupun kepercayaan lokal. Kepercayaan lokal masyarakat
terhadap burung kancilan flores merupakan sebuah bentuk etno-ornitologi yang
dimiliki Suku Lio. Etno-ornitologi mencakup penggambaran burung melalui seni,
pola pemanfaatan, bahasa, kehidupan dari penciptaan hingga mati, pembawa
pesan maupun interaksi dalam kehidupan sehari-hari (Tidemann et al. 2010).
Etno-ornitologi Masyarakat Lio terhadap keberadaan kancilan flores menjadi hal
yang penting untuk diketahui sebagai bahan pertimbangan pengelolaan kancilan
flores di TNKL. Menurut Bonta (2010), saat ini etno-ornitologi belum menjadi
bagian secara utuh dari upaya konservasi burung oleh pemerintah maupun
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), maka dari itu kajian etno-ornitologi ini
menjadi langkah awal yang penting bagi perkembangan pengelolaan kawasan
konservasi di Indonesia, terlebih menurut Soekmadi (2003), saat ini paradigma
konservasi tidak hanya tentang pelestarian jenis, namun juga sosial budaya (religi)
masyarakat sekitar.
Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan
kepercayaan masyarakat Suku Lio terhadap keberadaan burung kancilan flores.
Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai antara lain:
1. Mempelajari karakteristik habitat dan populasi kancilan flores di Kawasan
TNKL
2. Mengkaji pengetahuan, persepsi, sikap dan perilaku Masyarakat Lio di
sekitar TNKL terhadap Burung kancilan flores
3. Mengkaji peranan Masyarakat Lio terhadap kelestarian kancilan flores di
Kawasan TNKL.

2
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan dalam
pengelolaan habitat dan pemanfaatan potensi yang dimiliki kancilan flores sebagai
salah satu jenis satwa yang memiliki keterkaitan dengan budaya lokal. Penelitian
ini juga bermanfaat sebagai upaya pelestarian dan pemberdayaan budaya lokal
yang memiliki nilai luhur. Dengan penelitian ini diharapakan turut memberikan
kontribusi pada perkembangan etno-ornitologi sebagai bagian dari perkembangan
paradigma baru konservasi di Indonesia.

METODE
Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kawasan Taman Nasional Kelimutu (Gambar 1)
serta pada Desa Wologai, Woloara, Wolotopo, Pemo, Saga dan Sokoria di
Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur pada Bulan September s.d. November
2012. Penentuan lokasi penelitian didasarkan pada keterkaitan kebudayaan
masyarakat dengan Danau Kelimutu dan burung kancilan flores serta
pertimbangan jarak dengan kawasan.

Sumber: BTNKL (2010)

Gambar 1 Lokasi penelitian

3
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Global Positioning
System (Garmin GPS map 76 Csx), ArcGIS 9, buku panduan lapang untuk
burung-burung di kawasan Wallacea, tally sheet, kuesioner, alat tulis, kamera
digital (Canon EOS D500 dan D1000), Tele (Tamron AF 70-300 mm), pencatat
waktu, perekam suara, pengukur suhu (dry-wet), binokular (Nikon 7x5 7,2 CF WP
“compass”), roll meter, meteran jahit, tali plastik, tali rafia, pasak, kompas
(Suunto Tandem) dan peta kerja TNKL skala 1:25.000.
Data yang Dikumpulkan
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi: titik koordinat
ditemukannya kancilan flores, jumlah populasi kancilan flores, waktu perjumpaan,
tipe habitat, substrat, ketinggian tempat, ketinggian strata tajuk, suhu udara,
kelembaban udara serta data vegetasi sekitar jalur transek. Selain itu juga
dikumpulkan informasi yang berkaitan dengan hubungan kancilan flores dalam
kehidupan Masyarakat Lio antara lain pengetahuan masyarakat tentang kancilan
flores; persepsi yaitu pendapat atau tanggapan masyarakat beradasarkan
pengetahuan atau sisi kognitif mereka terhadap keberadaan kancilan flores; sikap
yaitu tanggapan masyarakat yang berkaitan dengan kecenderungan untuk
bertindak terhadap keberadaan kancilan flores serta perilaku atau tindakan nyata
baik secara individu maupun kolektif dalam kehiduapan sehari-hari masyarakat
dalam berinteraksi dengan kancilan flores.
Metode Pengambilan Data
Penelitian dilakukan dalam empat tahap kegiatan (Tabel 1), yaitu kajian
kondisi umum lokasi penelitian, identifikasi hubungan Masyarakat Lio dengan
burung kancilan flores, identifikasi populasi dan habitat burung kancilan flores,
pengolahan dan analisis data.
Tabel 1 Tahapan kegiatan penelitian
No.
1.

2.

Tahapan Kegiatan
Kajian kondisi
umum lokasi
penelitian (Data
Sekunder)
Identifikasi
hubungan
Masyarakat Lio
dengan burung
kancilan flores

Aspek kajian
Letak dan Luas
Kondisi fisik kawasan
Potensi biotik
Kondisi sosial budaya
masyarakat sekitar
Pengetahuan
masyarakat tentang
kancilan flores;
Persepsi masyarakat
tentang keberadaan
kancilan flores
(Negatif/positif);
Sikap masyarakat
terhadap kancilan
flores;
Perilaku masyarakat
dalam berinteraksi
dengan kancilan flores

Sumber data
Balai Taman
Nasional Kelimutu,
Badan Pusat
Statistik Kabupaten
Ende
Masyarakat Lio

Metode
Studi literatur

Wawancara
(Snow ball)
dengan
penentuan
Informan Kunci
secara
purposive.

4
No.

Tahapan Kegiatan

3.

Identifikasi populasi
dan habitat Burung
kancilan flores

4.

Pengolahan dan
analisis data

Aspek kajian
(Aturan adat maupun
kebiasaan hidup
sehari-hari).
Lokasi (koordinat,
tipe habitat, substrat,
ketinggian tempat),
ketinggian strata
tajuk, suhu udara,
kelembaban udara,
waktu perjumpaan,
jumlah individu, jenis
kelamin serta data
vegetasi ( jenis,
jumlah, diameter,
tinggi).
Pengolahan dan
analisis data primer
dan data sekunder

Sumber data

Metode

Data hasil
pengamatan
lapangan

Metode transek
dan Analisis
Vegetasi.

Data hasil
pengamatan
lapangan

Pengolahan data
manual; analisis
kualitatif
deskriptif.

Identifikasi Hubungan Masyarakat Lio dengan Burung Kancilan flores
Kegiatan identifikasi hubungan Masyarakat Lio dengan burung kancilan
flores dilakukan dengan menggunakan metode wawancara. Informan pada
penelitian ini merupakan penduduk asli di lokasi penelitian yang memiliki
pengetahuan mengenai kancilan flores dan adat setempat. Informan tersebut
ditentukan melalui metode snowball (Bungin 2011). Pertimbangan yang
digunakan didasarkan pada kejenuhan data yang diperoleh.
Metode snowball diawali dengan menentukan informan kunci. Penentuan
informan kunci diawali dengan pengumpulan informasi dari beberapa tokoh
masyarakat seperti kepala desa, kepala suku maupun orang yang dianggap
mengetahui keadaan pada masyarakat tersebut (Abu & Rabia 2005). Adapun hal
yang menjadi pertimbangan dalam penentuan informan kunci adalah sebagai
berikut:
a. Orang yang bersangkutan memiliki pengalaman tentang hal yang akan
diteliti
b. Memiliki pengetahuan yang luas mengenai permasalahan yang akan
diteliti
c. Bersifat netral, artinya tidak memiliki kecenderungan atau kepentingan
terhadap pihak tertentu
d. Merupakan tokoh masyarakat
e. Sehat jasmani dan rohani
Berdasarkan informan kunci tersebut ditentukan informan selanjutnya.
Setelah informan ditentukan, wawancara dilakukan dengan teknik semi
terstruktur. Peneliti memberikan pertanyaan tertulis yang telah ada pada kuesioner
namun memberikan kesempatan responden untuk menceritakan secara terbuka
dan sebanyak-banyaknya tentang apa yang diketahui dengan bahasa yang
dimengerti. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lengkap
tentang aspek yang terkait dengan pengetahuan, persepsi, sikap dan perilaku
Masyarakat Lio tentang burung kancilan flores.

5
Identifikasi Populasi dan Habitat Burung Kancilan Flores
a. Transek Jalur (strip transect)
Pengamatan dilakukan pada 31 jalur transek di seluruh resort Taman
Nasional Kelimutu yaitu Resort Detusoko, Resort Kelimutu, Resort Wolojita,
Resort Ndona dan Resort Ndona Timur, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur.
Waktu pengamatan yaitu selama dua bulan pada Bulan September – November
2012. Jalur transek dibuat memotong (tegak lurus) garis kontur agar mewakili
setiap ketinggian tempat. Penentuan jalur didasarkan atas pertimbangan tipe
vegetasi, jarak dari pusat aktifitas manusia dan ketinggian tempat serta diusahakan
dengan jumlah jalur yang sama pada masing-masing ketinggian. Ketinggian
dibagi menjadi 7 kelas (lebar kelas 100 mdpl). Pengamatan dilakukan pada pukul
06.00 – 10.00 dan pukul 16.00 – 18.00 WITA.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode strip tansect atau
transek jalur. Pengamatan dilakukan pada jalur transek dengan panjang 1 km,
serta lebar kiri atau kanan jalur 30 meter (Lloyd et al. 2000) (Gambar 2).
Pengamat berjalan dengan kecepatan konstan sambil mencatat burung kancilan
flores yang dijumpai pada jalur tersebut dan memastikan untuk tidak mencatat
burung yang berada di luar transek agar tidak terjadi penghitungan ganda.

Gambar 2 Ilustrasi metode transek jalur
b.

Petak Ganda
Data vegetasi yang dikumpulkan antara lain berupa jenis tumbuhan, jumlah
serta diameter setinggi dada (1.3 m). Data tersebut diperoleh dengan
menggunakan metode analisis vegetasi dengan petak ganda, yaitu kombinasi dari
metode jalur dan metode garis berpetak. Jalur yang digunakan adalah jalur transek
untuk pengamatan burung yang memotong kontur atau garis topografi.
Penempatan petak contoh dilakukan secara acak dengan ukuran petak 20 m × 100
m serta jarak antar petak sepanjang 100 m di sepanjang jalur transek pengamatan
burung.
Menurut Alikodra (2010), suatu vegetasi memiliki variasi tingkat
pertumbuhan, yaitu:
a. Semai: tinggi 1200 mdpl. Tempat ini merupakan
habitat potensial bagi kancilan flores, sehingga keberadaan mereka cukup banyak
walaupun tempat tersebut berbatasan langsung dengan jalan aspal.

16
Kondisi sebaliknya terjadi pada tempat yang berbatasan langsung dengan
kebun penduduk yang hanya dijumpai kancilan flores sebanyak 10.71% serta di
sekitar tempat parkir kawasan wisata yang hanya dijumpai 21.43%. Hal tersebut
dipengaruhi oleh kerapatan vegetasi di daerah itu, ketinggian tempat serta
pengalaman burung kancilan flores terhadap perlakuan manusia. Semakin
mendekati kebun penduduk aktifitas manusia semakin intensif. Wilayah tersebut
juga tidak dilindungi sehingga manusia lebih leluasa untuk memanfaatkan
sumberdaya yang ada, termasuk satwa. Kondisi hutan di sekitar tempat parkir
kawasan wisata Danau Kelimutu memiliki tutupan tajuk cukup terbuka, hanya di
pinggir jalan setapak dan di arboretum saja yang berupa hutan alam yang berada
pada ketinggian >1500 mdpl. Perjumpaan di tempat ini lebih tinggi dibandingkan
dengan sekitar kebun penduduk karena wilayah ini termasuk kawasan sehingga
dilindungi. Selain itu vegetasi di wilayah ini relatif lebih rapat dibandingkan
dengan hutan sekunder yang berbatasan langsung dengan kebun penduduk. Oleh
sebab itu, meskipun banyak manusia yang beraktifitas namun tidak bisa
sembarang menangkap atau merusak lingkungan alam.
Karakteristik Habitat Kancilan Flores
Karakteristik Sumber Pakan
Habitat kancilan flores di Kawasan TNKL secara umum berupa Hutan Alam
(HA) dengan karakteristik lembab dan memiliki vegetasi yang hijau sepanjang
tahun. Habitat tersebut berfungsi sebagai penyedia pakan, air dan pelindung
(Dasmann 1964; Wiersum 1973; Alikodra 1983 dan Bailey 1984) diacu dalam
Alikodra (2002). Kondisi habitat yang lembab dan memiliki vegetasi hijau erat
kaitannya dengan keberadaan serangga yang merupakan pakan utama kancilan
flores. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam Ensiklopedi Indonesia (2003)
bahwa habitat tersebut merupakan sumber pangan bagi belalang.
Berdasarkan pengamatan, pada HA juga banyak dijumpai pohon mati dan
tumbang yang telah lapuk. Alikodra (2002) menyatakan bahwa pohon yang
tumbang dan lapuk tersebut merupakan penghasil makanan, pelindung dan tempat
istirahat bagi burung dan mamalia kecil. Selain itu, pada HA juga banyak
dijumpai paku pohon (Cyathea sp) yang memiliki batang berongga dan banyak
ditumbuhi liana. Batang paku pohon tersebut merupakan sarang bagi serangga.
kancilan flores juga dijumpai sedang melakukan perilaku mandi dengan
memanfaatkan embun yang ada pada daun paku pohon, selain sebagai sumber air
minum.
Jenis tumbuhan yang diketahui sebagai habitat dan sumber pakan serangga
yaitu cemara gunung, singgi, paku pohon serta berbagai macam rumput dari
marga Graminae dan tumbuhan bawah lain. Cemara gunung memiliki kulit
batang yang berongga sehingga banyak serangga yang bersarang padanya. Pada
singgi banyak dijumpai serangga dan ulat di daunnya. Keberadaan serangga erat
kaitannya dengan temperatur dan lama penyinaran cahaya matahari. Sebab
umumnya serangga sangat bergantung pada suhu yang hangat untuk
menghangatkan dan memungkinkan enzim pada tubuhnya bekerja dengan baik
(Ensiklopedi Indonesia 2003). Itulah sebabnya kancilan flores mulai aktif mencari
makan pada saat hari menjelang siang. Oleh sebab itu pula kancilan flores
cenderung terlihat lebih banyak pada bulan-bulan kering, ketika cahaya matahari

17
bersinar lebih lama. Hal ini pula yang mempengaruhi perilaku berbiak kancilan
flores.
Keberadaan serangga sebagai pakan kancilan flores juga tidak bisa terlepas
dari keberadaan tumbuhan atau pohon yang berbuah dan berbunga. Keberadaan
bunga juga bergantung pada tingkat kelembaban. Hal ini dinyatakan Mortensen &
Gislerod (2000) bahwa pada beberapa bunga, kelembaban yang tinggi
menyebabkan pertumbuhan yang lebih ekstensif dan menghasilkan banyak bunga.
Jenis pohon yang diketahui sedang berbuah pada saat pengamatan adalah kelo
(Ficus variegata).
Kancilan flores juga sesekali berada di Hutan Homogen (HH) untuk mencari
makan atau sekadar lewat. Berdasarkan pengamatan, keberadaan serangga di
ekosistem HH cukup banyak, terlebih tutupan tajuk pada HH tidak terlalu rapat
sehingga sinar matahari dapat dengan mudah masuk ke dalam strata tajuk bagian
bawah. Namun mungkin karena terlalu panas dan strata yang ada hanya berupa
pohon dan tumbuhan bawah yang didominasi oleh kirinyuh, maka kancilan flores
cenderung tidak menetap di sekitar HH. Kancilan flores hanya menjadikan HH
sebagai tempat mencari makan dan sesekali berkicau pada pohon yang tinggi.
Secara umum keberadaan HH berselang-seling dengan HA, sehingga kancilan
flores dapat dengan mudah berpindah atau melintas.
Karakteristik Lindungan (cover)
Strata tajuk pada HA memiliki beberapa tingkatan berdasarkan ketinggian.
Menurut vanBalen (1984), strata tajuk dibagi menjadi empat tingkat, yaitu E
(ketinggian hutan 30
m). Strata pada HA meliputi tingkat E, D, C dan B. Bertingkatnya strata tajuk
tersebut menyebabkan lingkungan di sekitar hutan terjaga kelembabannya meski
hari sedang terik. Hal inilah salah satu faktor penyebab kancilan flores cenderung
memilih menetap di HA. Jenis tumbuhan yang digunakan oleh kancilan flores
sebagai lindungan adalah cemara gunung (Casuarina junghuhniana), gari
(Schefflera lucida), kelo (Ficus variegata) serta urubara (Prunus arborea). Jenis
tersebut memiliki diameter yang besar dan t