Kuda Beban Sebagai Alat Transportasi Di Kecamatan Saipar Dolok Hole Kabupaten Tapanuli Selatan Propinsi Sumatera Utara

KUDA BEBAN SEBAGAI ALAT TRANSPORTASI DI
KECAMATAN SAIPAR DOLOK HOLE
KABUPATEN TAPANULI SELATAN
PROPINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI
RAHMADANI SIREGAR

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

RINGKASAN
RAHMADANI SIREGAR. D14070001. 2011. Kuda Beban Sebagai Alat
Transportasi di Kecamatan Saipar Dolok Hole Kabupaten Tapanuli Selatan
Propinsi Sumatera Utara. Skripsi. Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan.
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota


: Prof. Dr. Ir. Pollung Siagian, MS
: Dr. Ir. Kartiarso, M.Sc

Kuda berasal dari spesies Equus caballus yang dahulu merupakan bangsa
dari jenis kuda liar. Kini sudah menjadi hewan yang didomestikasi dan memegang
peranan penting bagi kehidupan manusia dan berfungsi sebagai mata pencaharian,
alat transportasi, olahraga, dan sarana rekreasi. Kuda beban merupakan alat
transportasi yang digunakan oleh masyarakat di kecamatan Saipar Dolok Hole untuk
dimanfaatkan tenaganya. Kuda beban digunakan untuk membawa barang-barang di
punggungnya, yang diletakkan di sisi kiri dan kanan kuda dan biasanya digunakan
untuk melewati daerah yang sulit dijangkau oleh kendaraan umum.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan memahami tentang
manajemen pemeliharaan kuda beban yang digunakan sebagai alat transportasi di
kecamatan Saipar Dolok Hole, dan mengetahui permasalahan yang dihadapi kusir
dalam pemeliharaan kuda beban serta berusaha memberikan saran dalam upaya
peningkatan produktivitasnya.
Penelitian ini dilakukan pada pertengahan bulan Juli sampai dengan akhir
bulan Agustus 2010 di Desa Situnggaling Kecamatan Saipar Dolok Hole yang
merupakan tempat dimana para kusir beristirahat dan menitipkan kuda mereka.

Metode yang digunakan adalah dengan cara pengamatan dan wawancara. Data
penelitian dianalisa secara deskriptif.
Hasil wawancara terhadap 21 orang responden diketahui bahwa pekerjaan
sebagai kusir kuda adalah pekerjaan sambilan, sedangkan pekerjaan utama adalah
petani sawah dan kebun. Pendidikan kusir yang rendah menunjukkan bahwa
penerapan manajemen pemeliharaan kuda beban masih jauh dari sistem
pemeliharaan yang diharapkan. Pendapatan kusir ditentukan oleh harga hasil
pertanian saat dijual.
Kuda yang digunakan sebagai pengangkut beban adalah kuda Batak berjenis
kelamin jantan yang dibeli dari agen di Dolok Sanggul Tapanuli Utara. Sebagian
besar kuda bertanda wajah polos, dengan warna dasar bulu coklat, berbadan kurus,
dan bentuk punggug melengkung. Pemeliharaan kuda beban yang diterapkan oleh
para kusir masih tergolong sederhana dan tradisional, sehingga perlu perbaikan
dalam manajemen pemeliharaan kuda terutama perkandangan, pakan, perawatan, dan
penanganan kesehatan. Kuda beban mempunyai peralatan penting yaitu pelana, yang
berfungsi melindungi tubuh kuda dari gesekan beban yang dibawanya.
Kata Kunci

: Equus caballus, kuda beban, transportasi tradisional.


ABSTRACT
Pack Horse as Transportation in North Sumatera
R. Siregar, P. H. Siagian, and Kartiarso
Horse has a big role in human life, such as transportation. The aim of this research
was to collect information of management horse system for human goods transporter
in Saipar Dolok Hole. The data was analyzed descriptively. The result showed that
horse has been an important transportation to carry agriculture commodities. It
doesn’t need a good education to be a coachman. The horses that were used for draft
animal was Batak horse. The horses and their equipment is supplied by horse agency
seller in Dolok Sanggul, North Tapanuli. Majority of the horses had a solid facial
marking with brown basic colour of coat. The maintenance management of horse that
use as draft horse is very traditional because the limited knowledge and equipment
that coachman had. The coachman has his knowledge from other friends who also
have a horse and long life experiences, that way can be affected in maintenance
management of horses. The goverment and coachman have an important role to
increase prosperity of horse in the future.
Keyword : Pack Horse, Traditional Transportation

KUDA BEBAN SEBAGAI ALAT TRANSPORTASI DI
KECAMATAN SAIPAR DOLOK HOLE

KABUPATEN TAPANULI SELATAN
PROPINSI SUMATERA UTARA
LEMBAR PERNYATAAN

RAHMADANI SIREGAR
D14070001

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

Judul

:Kuda Beban Sebagai Alat Transportasi di Kecamatan Saipar

Dolok Hole Kabupaten Tapanuli Selatan Propinsi Sumatera Utara

Nama

: Rahmadani Siregar

NIM

: D14070001

Menyetujui,
Pembimbing Utama,

(Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS)
NIP: 19460825 197711 1 001

Pembimbing Anggota,

(Dr. Ir. Kartiarso, M.Sc)
NIP: 19460416 197403 1 001


Mengetahui:
Ketua Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc.)
NIP: 19591212 198603 1 004

Tanggal Ujian: 31 Maret 2011

Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 02 Mei 1989 di Simangambat, Kabupaten
Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Penulis merupakan anak pertama dari lima
bersaudara pasangan Bapak Sariam Siregar dan Ibu Rosny Tanjung.
Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1995 di Sekolah Dasar
Negeri 142627 Simangambat dan diselesaikan pada tahun 2001. Pendidikan lanjutan
tingkat pertama dimulai pada tahun 2001 dan diselesaikan pada tahun 2004 di
Madrasah Tsanawiyah Darul Mursyid. Penulis melanjutkan pendidikan di Madrasah

Aliyah Darul Mursyid pada tahun 2004 dan diselesaikan pada tahun 2007.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Produksi
dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT
atas karunia dan limpahan rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Kuda Beban Sebagai Alat Transportasi di Kecamatan Saipar Dolok Hole
Kabupaten Tapanuli Selatan Propinsi Sumatera Utara”. Skripsi ini bertujuan untuk
memperoleh informasi tentang kuda beban sebagai alat transportasi di Kecamatan
Saipar Dolok Hole Kabupaten Tapanuli Selatan Propinsi Sumatera Utara, dan
mengetahui

manajemen pemeliharaannya serta dapat memberikan solusi dalam

pemeliharaan kuda sebagai alat transportasi. Diharapkan skripsi ini dapat digunakan
oleh kusir yaitu pemilik kuda dalam memelihara kuda, pemerintah daerah, dan
perguruan tinggi khususnya Institut Pertanian Bogor, serta sebagai sumber informasi
bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan ternak kuda.

Skripsi ini membahas manajemen pemeliharaan kuda yang dimanfaatkan
sebagai alat transportasi dan hal lain yang berkaitan dengan ternak kuda. Tahapan
penulisan skripsi diawali dengan pembuatan proposal. Tahap berikutnya adalah
pengamatan langsung di Desa Situnggaling Kecamatan Saipar Dolok Hole yang
merupakan tempat berkumpul dan beristirahat kusir dan kuda beban. Tahap yang
terakhir adalah pengolahan data dan penulisan skripsi.
Penulis menyadari masih terdapat beberapa kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat
dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna dan memberikan
informasi tambahan kepada pembacanya.

Bogor, Maret 2011

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ..............................................................................................

i


ABSTRACT .................................................................................................

ii

LEMBAR PERNYATAAN ..........................................................................

iii

LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................

iv

RIWAYAT HIDUP .....................................................................................

v

KATA PENGANTAR .................................................................................

vi


DAFTAR ISI ................................................................................................

vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................

xi

PENDAHULUAN .......................................................................................

1


Latar Belakang .................................................................................
Tujuan ................................................................................................

1
2

TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................

3

Kuda .................................................................................................

3

Penyebaran Kuda di Dunia ..................................................
Morfologi .............................................................................

4
5

Kuda Lokal Indonesia ......................................................................

7

Kuda Sumba dan Kuda Timor .............................................
Kuda Priangan ......................................................................
Kuda Jawa dan Kuda Padang ...............................................
Kuda Makassar ......................................................................
Kuda Batak ..........................................................................

7
9
9
10
10

Manajemen Pemeliharaan Kuda ......................................................

11

Reproduksi ...........................................................................
Perkandangan .......................................................................
Pakan ....................................................................................

11
12
13

Hijauan .....................................................................
Konsentrat ................................................................
Dedak Padi .................................................................

15
15
16

Kebutuhan Zat Makanan ........................................................

16

Pemberian Pakan Pada Anak Kuda ...........................
Pemberian Pakan Pada Kuda Masa Pertumbuhan .....

17
18

Pemberian Pakan Pada Kuda Jantan Dewasa ............
Pemberian Pakan Pada Kuda Betina ..........................

19
19

Tata Laksana Pemberian Pakan Kuda .................................
Perawatan Tubuh .................................................................
Perawatan Kuku ...................................................................
Kesehatan Kuda ...................................................................

19
20
20
21

Penentuan Umur Berdasarkan Gigi .................................................
Pemanfaatan Kuda .............................................................................

24
24

Kuda Sebagai Sumber Makanan ..............................................
Kuda Sebagai Peralatan Militer ...............................................
Kuda Untuk Olahraga ...............................................................
Kuda Sebagai Alat Transportasi ...............................................

24
26
26
26

Kuda Beban (Pack Horse) .................................................................

28

MATERI DAN METODE ...........................................................................

29

Waktu dan Tempat ............................................................................
Materi dan Alat ................................................................................
Metode Penelitian ............................................................................

29
29
29

Pengumpulan Data Primer ...................................................
Pengumpulan Data Sekunder ...............................................

29
31

Analisis Data ....................................................................................

31

HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................

32

Keadaan Umum Daerah Penelitian ..................................................
Karakteristik Kusir ...........................................................................
Karakteristik Kuda Beban ................................................................

32
35
38

Morfologi Kualitatif Kuda Beban ........................................
Morfologi Kuantitatif Kuda Beban ......................................

39
43

Peralatan yang Digunakan Kuda Beban ............................................
Manajemen Pemeliharaan Kuda Beban ...........................................

46
48

Pakan ....................................................................................
Perkandangan ........................................................................
Perawatan Kuda ...................................................................
Penanganan Kesehatan ........................................................

48
52
55
56

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................

59

Kesimpulan ......................................................................................
Saran ................................................................................................

59
59

UCAPAN TERIMAKASIH ........................................................................

60

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

61

LAMPIRAN .................................................................................................

65

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Karakteristik Kuda Lokal Indonesia ......................................................

8

2. Jumlah Ternak Kuda di Tiap Kecamatan dalam Kabupaten Tapanuli
Selatan Tahun 2009–2010 ......................................................................

34

3. Data Populasi Ternak di Kecamatan Saipar Dolok Hole Tahun
2009-2010...............................................................................................

35

4. Karakteristik Kusir Kuda Beban ............................................................

35

5. Morfologi Kuantitatif Kuda Beban ........................................................

43

6. Komposisi Konsentart Kuda Beban ......................................................

50

7. Kandungan Gizi Gula Merah Aren ........................................................

51

8. Jumlah dan Ukuran Kandang Kuda Beban ............................................

53

9. Luas dan Jarak Kandang Kuda dari Rumah Kusir .................................

54

10. Waktu Pemandian Kuda Beban..............................................................

56

11. Jenis Penyakit dan Pengobatan pada Kuda Beban .................................

58

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Bagian-Bagian Tubuh Kuda ..............................................................

6

2. Panjang Badan (A-B), dan Lingkar Dada Kuda (C) ..........................

30

3. Tanda Wajah Kuda (Blaze, Snipe, Stripe, Bald Face, Star) ..............

31

4. Peta Kecamatan Saipar Dolok Hole...................................................

32

5. Keadaan Jalan Menuju Desa Situnggaling ........................................

33

6. Karakteristik Kusir Kuda Beban ........................................................

36

7. Karakteristik Kuda Beban ..................................................................

39

8. Tanda Wajah Kuda Beban Hasil Pengamatan ..................................

40

9. Kondisi Warna Bulu Kaki Kuda Beban .............................................

41

10. Tanda Bulu Kaki Kuda .....................................................................

41

11. Kondisi Tubuh Kuda ........................................................................

42

12. Bentuk Punggung Kuda Beban .........................................................

42

13. Pelana Kuda Beban ............................................................................

46

14. Bagian Tali Penarik dan Pendukung Kuda Beban .............................

47

15. Pakan Hijauan Kuda Beban ...............................................................

49

16. Kondisi Kandang Kuda Beban ..........................................................

53

17. Luka Pada Punggung Kuda Beban ...................................................

56

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Data Karakteristik Kusir Kuda Beban .......................................

66

2. Perhitungan Rataan Karakteristik Kusir (Pemilik Kuda Beban).

67

3. Data Karakteristik Kuda Beban .................................................

68

4. Data Usia Kusir, Lama Kerja, Lama Istirahat, Sistem Pembiakan
dan Tempat Pembelian Kuda .....................................................

69

5. Perhitungan Rataan Karakteristik, Usia, Lama Kerja, dan Lama
Istirahat Kuda Beban .................................................................

70

6. Data Luas dan Jarak Kandang ke Rumah Kusir ........................

71

7. Perhitungan Kebutuhan Protein Kasar Pada Pakan Kuda Beban

73

8. Lembar Quisoner Wawancara ...................................................

74

9. Gambar Kuda Beban ..................................................................

77

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kuda berasal dari spesies Equus caballus yang dahulu merupakan bangsa
dari jenis kuda liar. Kini sudah menjadi hewan yang didomestikasi dan memegang
peranan penting bagi kehidupan manusia. Kuda dimanfaatkan oleh manusia dalam
berbagai hal, diantaranya adalah sebagai sumber pangan, alat transportasi, olahraga,
pertanian, dan perang.

Kuda sebagai alat pengangkutan umum sangat penting

artinya, terutama di Kecamatan Saipar Dolok Hole karena banyak daerah yang belum
dapat dilalui oleh kendaraan umum dan belum mempunyai jalan yang baik untuk
dilewati, disamping itu kuda memang masih dianggap sebagai alat pengangkutan
yang lebih praktis dan murah dibanding dengan alat-alat pengangkutan lainnya. Kuda
yang digunakan sebagai alat transporatsi di Kecamatan Saipar Dolok Hole disebut
kuda beban.
Kuda beban merupakan alat transportasi yang banyak digunakan masyarakat
untuk dimanfaatkan tenaganya. Kuda beban digunakan untuk membawa barangbarang di punggungnya, yang diletakkan di sisi kiri dan kanan kuda dan biasanya
digunakan untuk melewati daerah yang sulit dijangkau oleh kendaraan umum. Curah
hujan yang tinggi, suhu yang relatif sejuk, dan jalan yang masih terbuat dari tanah
liat di Kecamatan Dolok Hole mengakibatkan jalan selalu becek dan berlumpur
sehingga angkutan umum biasa sulit untuk beroperasi.
Kuda beban dilengkapi dengan pelana untuk melindungi tubuhnya dari
gesekan barang yang dibawa, yang terbuat dari kulit sapi atau kerbau yang kemudian
dilapisi kain karung, dapat membawa barang yang beratnya seimbang antara sisi kiri
dan kanan. Kuda beban dapat membawa beban diatas pelana dengan kisaran berat
80-100 kg. Beberapa hal penting yang diamati dalam penelitian ini adalah kuda,
pengemudi atau kusir yang disebut “parkudo kuli”, pelana atau peralatan lain yang
digunakan untuk membawa beban serta manajemen pemeliharaan yang terkait
dengan kuda beban tersebut.

1

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan memahami tentang
manfaat kuda beban sebagai alat transportasi di Kecamatan Saipar Dolok Hole
Kabupaten Tapanuli Selatan Propinsi Sumatera Utara, dan mengetahui bagaimana
manajemen pemeliharaannya.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Kuda
Kuda merupakan salah satu jenis ternak berlambung satu atau nonruminansia
yang telah dikenal luas. Ternak ini bersifat nomadik dan kuat serta memiliki tingkat
kecerdasan yang tinggi. Kuda memiliki kemampuan belajar yang baik dalam
mengenal suatu obyek (Kilgour dan Dalton, 1984). Kuda dari spesies Equus caballus
yang dahulu merupakan bangsa dari jenis kuda liar, kini kuda sudah menjadi hewan
yang didomestikasi dan secara ekonomi memegang peranan penting bagi kehidupan
manusia terutama dalam pengangkutan barang dan orang selama ribuan tahun. Kuda
juga dapat ditunggangi manusia dengan menggunakan sadel dan dapat pula
digunakan untuk menarik sesuatu, seperti kendaraan beroda atau bajak, dan di
beberapa daerah kuda digunakan sebagai sumber pangan (Ronald et al.,1996).
Kuda digolongkan kedalam filum Chordata (bertulang belakang), kelas
Mamalia (menyusui anaknya), ordo Perissodactyla (berteracak tidak memamah
biak), famili Equidae, dan spesies Equus caballus. Dahulu kala terdapat hewan
prakuda dengan jumlah jari kaki sebanyak lima buah yang disebut Paleohippus.
Hewan tersebut kemudian berkembang dengan empat jari dan satu penunjang (split),
sedangkan kaki belakangnya terdiri atas tiga jari dan satu split (Eohippus). Evolusi
berlanjut dengan terbentuknya Mesohippus dan Meryhippus yang memiliki teracak
kaki depan dan belakang sebanyak tiga buah. Pliohippus menjadi hewan teracak
tunggal pertama yang selanjutnya berkembang menjadi kuda seperti saat ini ( Equus
caballus) (Blakely dan Bade, 1991).
Proses evolusi kuda terjadi melalui beberapa tahapan yang dimulai dari (1)
Eohippus, berkembang pada zaman Eocene dengan tinggi badan 35 cm (20-50 cm),
berat 5,5 kg, mempunyai empat jari kaki dan gigi geraham pendek yang sangat cocok
untuk memakan tunas-tunas rumput, (2) Mesohippus, perkembangannya dimulai
pada zaman Oligocene dengan tinggi badan 45 cm, bentuk punggung hampir sama
dengan Eohippus, mempunyai kaki yang lebih panjang dengan tiga jari kaki, gigi
premolar dan incisor lebih kuat dan mampu memotong daun-daun yang lebih
beragam, (3) Miohippus, berkembang pada akhir zaman Oligocene dan awal zaman
Miocene dengan tinggi badan sekitar 60 cm, bentuk kaki dan gigi lebih berkembang
dibandingkan dengan Mesohippus, mempunyai tiga jari kaki dengan jari kaki bagian
3

tengah lebih menonjol dan mempunyai gigi seri yang lebih jelas, (4) Meryhippus,
berkembang pada pertengahan dan akhir zaman Miocene dengan tinggi lebih
daripada 90 cm, jari kaki tengah semakin membesar sedangkan kedua jari lainnya
mengecil, gigi seri semakin jelas dan semakin cocok untuk merumput, mempunyai
leher yang panjang yang memungkinkan menggapai makanan dipermukaan dan
meningkatkan jarak pandang, (5) Pliohippus, berkembang pada pertengahan zaman
Pleistocene sekitar enam juta tahun yang lalu. Pliohippus mempunyai tinggi sekitar
1,22 m, seluruh gigi untuk merumput telah lengkap, mempunyai persendian tulang
yang sangat kuat dengan satu buah kuku dan merupakan prototype yang
menggambarkan bentuk kuda modern yang ada saat ini. Pliohippus merupakan salah
satu kelompok subgenetik yang mewakili zebra, keledai dan heminoid, (6) Equus
caballus, berasal dari Pliohippus yang berkembang sekitar lima juta tahun yang lalu
pada zaman es. Menurut bahasa latin caballus berasal dari kata fons caballinus yang
diambil dari cerita dongeng tentang Pegasus (Edwards, 1994).
Penyebaran Kuda di Dunia
Penyebaran kuda dimulai dari Amerika Selatan, Asia, Eropa, dan Afrika yang
terjadi sekitar satu juta tahun yang lalu pada akhir zaman es (9000 SM). Sekitar abad
ke-16 penjelajah Spanyol mendarat di Meksiko dengan membawa 16 ekor kuda dan
selanjutnya kuda tersebut berkembang dan menyebar di wilayah Amerika (Edwards,
1994). Dari penyebaran ini maka tetua kuda berasal dari tiga tipe kuda primitif yaitu:
(a) Forest Horse (Equus cabalus silvaticus) adalah kuda dengan tinggi 1,52 m dan
berat sekitar 545 kg. Warna bulu biasanya merah atau hitam dengan rambut yang
kasar, ekor dan bulu tengkuk yang lebat, mempunyai tapak kaki yang lebar dan
cocok untuk daerah berawa, (b) Asiatic Wild Horse (Equus caballus przewalskii)
adalah

kuda liar yang ditemukan di Asia Tengah oleh peneliti Rusia bernama

Nikolai Mikhailovitch Przewalski pada tahun 1879. Kuda ini memiliki tinggi sekitar
1,32 m. Keempat kaki, ekor, rambut tengkuk berwarna hitam dan daerah bawah perut
berwarna cream. Kuda ini berbeda dengan keturunan kuda domestik lainnya karena
jumlah kromosomnya 66 sedangkan kuda domestik lainnya 64, dan (c) Kuda Tarpan
(Equus cabalus glemini) adalah kuda liar yang menyebar ke Eropa Timur sampai
Stepa Ukraina. Kuda ini memiliki tinggi sekitar 1,32 m (Edwards, 1994).

4

Berdasarkan tipe tetua tersebut maka berkembanglah empat dasar tipe kuda
yaitu (1) Pony tipe I, hidup di daerah Eropa Utara sampai Eropa Barat dengan tinggi
badan 1,22-1,27 m, memiliki warna bulu coklat dan bay, (2) Pony tipe II, hidup di
daerah utara Eurasia, tahan pada kondisi dingin dan memiliki tinggi badan 1,42-1,47
m, (3) Pony tipe III, hidup di daerah Asia Tengah dan tahan pada kondisi panas
dengan tinggi badan sekitar 1,5 m, dan (4) Pony tipe IV, hidup di daerah Asia Barat
merupakan kuda padang pasir dan tahan kondisi panas dengan tinggi badan sekitar
1,22 m (Edwards, 1994).
Morfologi
Fungsi dasar tulang adalah membentuk kerangka yang sifatnya kaku untuk
melindungi semua bagian lunak serta memelihara bentuk tubuh. Kerangka
melindungi bagian organ yang vital, seperti otak dalam tempurung dan sistem saraf
di bagian tulang belakang. Konformasi kuda merupakan poin yang sangat penting
sehingga menjadi salah satu pertimbangan, karena panjang, posisi, dan kelurusan
tulang yang benar berkaitan dengan gerak kuda yang baik. Sambungan tulang terjadi
pada dua atau lebih tulang yang saling bersinggungan. Sistem sambungan dan
pertautan otot akan menjadikan pergerakan yang bebas dari tulang. Kombinasi antara
otot dengan tulang akan memberikan bentuk pada kuda (Hamer, 1993).
Orang memiliki prioritas yang berbeda dalam menilai bentuk kuda. Untuk
tujuan penampilan yang bagus, tungkai dan kaki menjadi prioritas utama untuk
menentukan kekokohan kuda secara cepat. Kaki depan berhubungan dengan bagian
bahu. Kaki belakang memiliki peran penting dalam menggerakkan sebagian tubuh
karena dorongan dari seperempat bagian otot belakang. Fungsi kekuatan dari panjang
garis bagian pinggul kearah pantat harus baik, begitupun panjang garis dari pinggul
ke bagian hock, yang berfungsi untuk kecepatan, dan susunan kaki belakang yang
lurus menopang berat seperempat bagian belakang (Hamer, 1993). Contoh bagianbagian tubuh kuda diperlihatkan pada Gambar 1.
Leher yang memanjang keatas sampai batas penglihatan serta membentuk
lengkung ke garis bagian atas, secara natural memberikan posisi kepala yang nyaman
(Knowles, 1994). Ekspresi wajah dari kuda dan gerakan kepala serta leher
memberikan kesan pertama yang bermanfaat. Kepala memiliki ukuran proporsi
besar, kepala yang padat serta pendek membutuhkan leher yang kuat untuk
5

menopangnya. Panjang dari leher dapat menjelaskan panjang langkah, sebagian besar
otot di leher berperan dalam pergerakan bahu dan kaki depan. Hal ini membuat
keterbatasan pada kuda untuk meletakkan kaki depan melewati garis hidung saat
bergerak. Konformasi yang baik dilihat dari susunan kepala, panjang leher yang baik
dan bagus, punggung yang baik dan kuat serta tidak terlalu panjang atau pendek,
daerah bagian pinggang yang kuat dan seperempat bagian bagian belakang yang kuat
(Hamer, 1993).

Gambar 1. Bagian-Bagian Tubuh Kuda
Ukuran dalam hal ini dapat diartikan sebagai dimensi, besar, luas/ukuran
suatu permukaan atau volume. Bentuk diartikan sebagai model, karakteristik atau
susunan sesuatu sebagai penentu penampilan luarnya. Menurut Doho (1994) ukuranukuran tubuh juga digunakan untuk menggambarkan eksterior hewan sebagai ciri
khas suatu bangsa. Pendekatan kuantitatif terhadap penciri ukuran tubuh kuda sudah
dilakukan pada masa abad ke-18 yang lalu dengan menggunakan pengukuran
terhadap peubah tubuh kuda Baroque. Menurut Bowling dan Ruvinsky (2000)
penilaian ukuran dan bentuk tubuh kuda sudah dilakukan oleh peternak kuda
tradisional, walaupun seleksi terhadap kuda hanya berdasarkan sebagian sifat dari
performa kuda.

6

Kuda Lokal Indonesia
Kuda yang terdapat di Indonesia pemuliaannya dipengaruhi oleh iklim tropis
serta lingkungannya. Tinggi badannya berkisar antara 1,15-1,35 m sehingga
tergolong dalam jenis poni. Bentuk kepala umumnya besar dengan wajah rata, tegak,
sinar mata hidup serta daun telinga kecil. Ciri-ciri lain, bentuk leher tegak dan lebar.
Tengkuk umumnya kuat, punggung lurus dan pinggul kuat. Letak ekornya tinggi dan
berbentuk lonjong, dada lebar, sedang tulang rusuk berbentuk lengkung dan serasi.
Kakinya berotot kuat, kening dan persendiannya baik. Bentuk kuku kecil dan berada
diatas telapak yang kuat. Jika kuda ini berdiri, akan tampak sikapnya yang kurang
serasi (kurang baik), karena kedua kaki bagian depan lebih berkembang bila
dibandingkan dengan kaki belakang. Sikap berdiri seperti ini terdapat pada berbagai
jenis kuda di Asia Tenggara (Jacoebs, 1994).
Kegunaan kuda lokal Indonesia sebagian besar adalah sebagai sarana
transportasi dan pengangkut barang, sarana hiburan, dan juga sebagai bahan pangan
masyarakat lokal. McGregor dan Morris (1980), menyatakan kuda poni di Indonesia
merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk transportasi dan
pengembangan peternakan. Tabel 1 menyajikan berbagai karakteristik kuda lokal
Indonesia.
Kuda Sumba dan Kuda Timor
Edwards (1994) menyatakan bahwa kuda lokal Indonesia (termasuk kuda
Sumba) digolongkan kedalam kuda poni. Roberts (1994), menyatakan seluruh kuda
poni (termasuk kuda Sumba didalamnya ) telah beradaptasi secara fisik dan merubah
gaya hidup mereka untuk bertahan pada kondisi tempat mereka hidup. Kuda Sumba
pinggulnya agak tinggi dan merupakan keturunan kuda Australia yang pernah
diintroduksi ke pulau Sumba. Dijelaskan kemudian bahwa kuda Sumba dianggap
sebagai jenis kuda yang baik untuk kuda pacu, maka pada tahun 1841 pejantanpejantan kuda unggul, diekspor ke pulau Jawa, Singapura dan Malaysia (Straits
settlements), Manila dan Mauritius (Afrika Timur). Sebagai akibatnya hanya
disisakan pejantan yang berkualitas rendah, sehingga mutu peternakan merosot dan
memperlihatkan dua jenis bentuk, yaitu kuda yang berbentuk kecil didaerah selatan
dan timur serta kuda yang berbentuk agak besar didaerah utara dan barat
(Soehardjono, 1990).
7

Tabel 1. Karakteristik Kuda Lokal Indonesia
Jenis Kuda
Kuda Sumba

Tinggi Badan (m)
Karakteristik
1,27
-. Bentuk kepala terlihat lebih besar dibandingkan ukuran
badannya dengan leher yang pendek
-. Sifatnya jinak dan cerdas
-. Konformasi badan kurang sempurna
-. Bagian punggung kuat

Kuda Timor

1,22

-. Bentuk badan kurus dan leher pendek
-. Bagian punggung lurus dengan bahu dan ekor tinggi
-. Bagian tengkuk dan ekor penuh dengan bulu

Kuda Sandel

1,35

-. Ukuran tubuh kecil
-. Bentuk kepala kecil dan bagus, mata yang besar
-. Bulu yang lembut dan berkilauan
-. Mempunyai kecepatan yang baik dan sangat aktif
-. Kuku kaki yang keras dan kuat

Kuda Batak

1,32

-. Bentuk kepala bagus dengan bagian muka yang lurus, leher,
pendek, dan lemah
-. Memiliki bagian punggung yang panjang dan sempit dengan
kaki bagian belakang ramping
-. Bagian rump tinggi
-. Ekor dan tengkuk mempunyai rambut yang bagus
-. Posisi ekor cukup tinggi sehingga sangat baik dalam
pergerakan

Kuda Jawa

1,27

-. Memiliki stamina yang baik dan tahan terhadap panas
-. Ukuran tubuh lebih besar dibandingkan kuda poni lainnya
-. Sifatnya jinak
-. Kaki dan persendiannya tidak berkembang dengan baik
sehingga mempengaruhi kekuatannya

Kuda Padang

1,27

-. Kuku kaki keras dan bentuknya bagus
-. Bagian tumit lemah
-. Mempunyai konformasi yang baik tetapi pertulangannya kecil

Kuda Makasar

1,25

-. Daya tahan tubuh kuat
-. Kaki tegap dan kuat
-. Bertemperamen stabil

Kuda Flores

1,24

-. Bentuk badan kecil dan sifatnya jinak

Kuda Bima

-

-. Bentuk badan kecil
-. Memiliki pinggang yang pendek
-. Daya tahan tubuh baik dan memiliki langkah yang cepat

Sumber : Edwards, 1994; Soehardjono, 1990

Kuda Sumba memiliki penampilan yang primitif, tinggi sekitar 1,27 m
perbandingan kepala lebih besar daripada badan, dan bagian kepala lebih mengarah
tipe Mongolian dengan leher yang pendek, konformasi kuda Sumba tidak sempurna

8

tetapi bagian punggung sangat kuat (Edwards, 1994). Zaman pemerintahan Portugis
di Indonesia pada abad ke-16, populasi kuda Timor sangat tinggi, rasio antara
pemilik kuda dengan kuda Timor adalah 1 : 6, atau satu orang memiliki enam ekor
kuda. Kuda Timor digunakan untuk membawa barang, alat transportasi, dan berkuda.
Kuda Timor memiliki ciri-ciri tinggi badan 1,22 m dan leher yang pendek serta
bentuk punggung yang lurus (Edwards, 1994).
Kuda Priangan
Kuda Priangan dibentuk di pulau Jawa sekitar abad ke-17, dibentuk melalui
persilangan antara kuda lokal dengan kuda Arab dan Barbarian. Saat ini kuda
Priangan tidak memiliki konformasi yang sama dengan kuda Arab, akan tetapi
menempati lokasi yang panas dan memiliki ketahanan terhadap cuaca panas yang
tinggi seperti kuda Arab. Daya tahan dan stamina untuk berlari dalam jarak jauh juga
diturunkan oleh kuda Arab, meskipun ukuran tubuhnya lebih kecil. Kuda Priangan
dapat dikatakan tangguh dan kuat meskipun memiliki ukuran tubuh yang kecil,
mempunyai kepala yang khas dengan telinga panjang dan mata yang cerdas, leher
pendek dan berotot serta dada lebar dan dalam, pertulangan dapat dikatakan baik
tetapi kurang begitu berkembang dengan tulang cannon yang panjang. Kuda
Priangan dapat mempunyai beberapa warna dengan tinggi pundak 112-122 cm
(Kingdom, 2006).
Kuda Jawa dan Kuda Padang
Kuda Arab dan kuda Barb diperkirakan datang ke Indonesia dibawa oleh
pedagang Arab pada awal abad ke-17, pada zaman pemerintahan Hindia Belanda,
dan memiliki pengaruh terhadap kuda keturunan Jawa. Keturunan kuda terpilih,
dikembangkan di Padang Mengabe dan diperkirakan memiliki pengaruh dalam
meningkatkan konformasi kuda poni lokal Sumatera. Kuda Arab tidak hanya
mempengaruhi penampilan kuda poni Jawa, tetapi mempengaruhi stamina dan daya
tahan terhadap suhu

panas. Kuda Barb memiliki peran utama juga dalam

perkembangan kuda poni Jawa dan karakter serta ketangguhan yang luar biasa. Kuda
poni Padang merupakan perkembangan dari keturunan kuda Batak dan memiliki
darah kuda Arab yang dikembangkan di Padang Mengabe oleh pemerintah Hindia
Belanda (Edwards, 1994).

9

Kuda Jawa dan Padang memiliki tinggi badan 1,27 m lebih tinggi daripada
kuda poni lainnya kecuali kuda Batak dan Sandelwood. Kuda Jawa biasa digunakan
untuk menarik gerobak atau yang disebut sebagai sados dan terlihat tidak berkeringat
saat menarik gerobak yang berat dalam kondisi cuaca yang panas. Kuda Padang
memiliki konformasi yang lebih baik daripada kuda keturunan Sumatera lainnya,
dimana kuda Padang memiliki cannon yang panjang, tulang yang kuat, kaki yang
kuat dan cukup baik bentuknya, memiliki pastern yang terlihat lemah (Edwards,
1994).
Kuda Makasar
Kuda Makasar berasal dari pulau Jawa. Kuda pejantan yang berasal dari
pulau Jawa dibawa ke Makasar untuk dikembangbiakkan oleh masyarakat Makasar.
Kuda ini awalnya dimanfaatkan sebagai kuda tunggang atau beban bagi kepentingan
operasi militer. Namun, seiring berkembangnya zaman, kuda ini mulai dimanfaatkan
oleh masyarakat sebagai kuda pekerja untuk transportasi dan menggarap lahan
pertanian bahkan menjadikan kuda sebagai bahan makanan (Soehardjono, 1990).
Soehardjono

(1990)

menambahkan

bahwa

kuda

Makasar

memiliki

tempramen yang stabil serta berdaya tahan kuat, kaki tegap dan kuat serta resisten
terhadap penyakit. Tinggi kuda Makasar sekitar 1,25 m (4 kaki). Perototan yang kuat
menjadikan kuda ini sering digunakan sebagai kuda beban.
Kuda Batak
Kuda Batak diketahui tersebar di Tapanuli Utara, terutama disekitar danau
Toba. Bentuknya menyerupai kuda Mongol. Tubuhnya kecil, perimbangan tubuhnya
baik, memiliki hidung yang besar dan relatif panjang, kepala sukar ditundukkan
secara sempurna karena tengkuknya yang pendek, ekor duduknya tinggi, warna
bermacam-macam, dan tipe kuda beban (Sostroamidjojo dan Soeradji, 1990).
Kuda Batak memiliki pengaruh dari darah kuda Arab yang dikembangkan
oleh pemerintah Belanda dalam rangka meningkatkan keturunan ternak kuda
Indonesia melalui persilangan antara kuda lokal dengan kuda Arab. Kuda Batak
berasal dari Sumatera Tengah dan biasa digunakan oleh suku Batak sebagai sumber
daging dan alat pembayaran dalam perjudian. Masa sekarang, kuda Batak merupakan
kuda kerja dan secara luas digunakan untuk berkuda. Kuda Batak memiliki peranan

10

penting sebagai inti dari perkembangbiakan kuda Indonesia. Kuda Batak merupakan
kuda yang cakap, dengan karakter kuda Arab dan proposi yang baik, serta memiliki
tinggi badan sampai 1,32 m. Sifat kuda Batak antara lain jinak, gesit dan cerdas
sehingga mudah dalam pemiliharaannya (Edwards, 1994).
Kuda Batak merupakan kuda terbaik dari jenis kuda Sumatera yang banyak
diternakan di daerah Toba dan Karo. Kuda ini banyak digemari sebagai kuda
penarik. Ciri-ciri kuda Batak adalah berahang besar, leher bagian bawah sempit,
tulang bahu berbentuk lurus dan bentuk tulang punggung melengkung (Bongianni,
1995).
Manajemen Pemeliharaan Kuda
Reproduksi
Seekor kuda dikatakan telah dewasa kelamin apabila sudah memperlihatkan
tanda-tanda estrus bagi betina sedangkan untuk kuda jantan telah mampu berkopulasi
dan apabila terjadi kopulasi dapat menghasilkan individu baru (Hafez, 1967). Kuda
hidup dalam berbagai kelompok. Kelompok biasanya terdiri dari satu pejantan
sebagai pemimpinnya yang hidup dengan sekelompok kuda betina dan anaknya.
Kuda jantan mengawini kuda betina, tetapi tidak dengan anak betinanya (Kilgour dan
Dalton, 1984). Tomaszewksa et al (1991) menyatakan dalam keadaan liar, seekor
kuda jantan terpisah dari betina beberapa hari sebelum betina birahi dan ovulasi.
Kuda pejantan merupakan salah satu faktor penting dalam peternakan kuda. Pejantan
yang baik akan menghasilkan keturunan yang baik pula. Cara memilih pejantan yang
baik adalah dengan melihat sertifikatnya dapat menelusuri riwayatnya dan
memeriksa tingkat kesuburannya. Pejantan yang akan dikawinkan mulai diberikan
makanan yang bergizi dan vitamin kira-kira 2-3 bulan sebelum pengawinan, dengan
tujuan untuk meningkatkan kesuburan pejantan. Pejantan sebaiknya diistirahatkan
dan dijauhkan dari kuda jantan lainnya agar tidak mengalami stress sebelum masa
kawin. Pejantan yang akan digunakan sebagai pemacek sebaiknya sudah berumur
empat tahun (Jacoebs, 1994).
Seekor kuda betina mencapai masa dewasa kelamin pada umur sekitar 12-15
bulan. Sedangkan untuk kuda jantan dewasa kelamin dicapai pada umur sekitar 24
bulan (Blakely dan Bade, 1991). Rataan lama siklus birahi kuda betina 20 hari dan

11

lama birahi berlangsung kira-kira enam hari dengan variasi 1-24 hari,
memperlihatkan banyaknya variasi dalam panjang siklus dan periode penerimaan
betina terhadap pejantan. Kebanyakan kuda betina ovulasi dalam waktu 48 jam dari
akhir periode birahi (Ginther, 1979).
Jacoebs (1994) menyatakan kuda betina yang baru pertama kalinya
dikawinkan, dipilih yang berumur tiga tahun. Masa subur kuda betina hanya
berlangsung selama lima hari dan ini merupakan waktu yang baik untuk dikawinkan,
karena biasanya kuda betina hanya mau dikawinkan dalam kondisi subur. Masa
subur dapat diketahui dengan mendekatkan kuda betina ke pejantan dan apabila tidak
menghindar sewaktu dinaiki kuda jantan, kemungkinan besar kuda betina memang
sedang dalam keadaan subur. Masa subur kuda betina yang baru beranak dapat
dihitung dengan kisaran 9-30 hari sesudah beranak. Kuda betina yang masa suburnya
melewati kisaran tersebut dapat dikawinkan 21 hari kemudian. Lama bunting kuda
betina sekitar 11 bulan atau 340 hari. Kelahiran dapat terjadi pula pada waktunya
atau tujuh hari maju atau tujuh hari mundur. Pengawinan ulang sesudah beranak
adalah 30 hari kemudian (McBane, 1991).
Kuda betina akan birahi setiap 21 hari sekali jika tidak dalam keadaan
bunting. Kuda betina umumnya memproduksi hanya satu per kelahiran. Kuda betina
mencapai dewasa kelamin pada umur 12 sampai 18 bulan, sedangkan kuda jantan
mencapai dewasa kelamin pada umur 24 bulan (Bogart dan Taylor, 1983). Kuda
betina berfungsi sebagai induk, maka untuk melihatnya harus dipertimbangkan segi
kesehatan, ketegapan, kelebaran dadanya, dan panjang tubuhnya. Semua ini
berkaitan dengan perkembangan calon anak didalam tubuh induk (Jacoebs, 1994).
Perkandangan
Membangun kandang di daerah tropis, harus ada ventilasi sehingga
pertukaran udara bisa berjalan lancar dan tidak menimbulkan hawa panas
didalamnya. Air hujan jangan sampai masuk kedalam kandang. Untuk kuda yang
akan beranak, digunakan kandang yang agak tertutup (Jacoebs, 1994).
Atap pada kandang kuda lebih baik jika jaraknya semakin tinggi, karena
dapat menghasilkan sirkulasi udara yang baik. Tinggi atap kandang minimal adalah
12 kaki atau sama dengan 3,66 m. Ketersediaan udara yang baik sangat dibutuhkan
pada perkandangan kuda karena kuda mudah terkena penyakit pernafasan. Udara
12

yang bersih sangat penting untuk kesehatan dan kenyamanan kuda serta akan
mempengaruhi kekuatan dari kuda tersebut. Ventilasi yang baik adalah berbentuk
puncak pada atapnya dan akan sangat berpengaruh pada penanganan masalah kuda.
Jendela pada kandang kuda harus berada pada posisi sejajar dengan kepala kuda
(McBane, 1991).
Alas lantai kandang kuda harus selalu dalam kondisi bersih dan lunak serta
beralaskan serbuk gergaji atau jerami. Alas yang lunak bertujuan agar melindungi
kuda ketika sedang berguling, memberikan kehangatan dan untuk kenyamanan kuda
serta melindungi kaki kuda, terutama untuk kuda olahraga dan kuda pacu (McBane,
1991).
Kandang kuda dewasa dengan tinggi 150 cm sebaiknya berukuran minimal
5x5 m2, memiliki pencahayaan dan ventilasi yang baik. Pintu untuk kandang harus
kuat dan akan lebih baik jika pintu tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian
bawah yang tertutup dan bagian atas yang berkisi, sehingga kandang tetap aman dan
ventilasi baik. Kuda muda atau anak kuda lebih baik jika berada dalam kandang
kelompok, karena kuda muda yang berada dalam kandang individu dan jarang
beraktivitas akan mengalami kegemukan. Pembersihan kandang, tempat pakan, dan
tempat minum harus rutin dilakukan (Morel, 2008).
McBane (1991) menyatakan bagian kandang harus tersedia air bersih. Air
minum harus diperhatikan bagi kuda betina yang sedang menyusui, karena jika kuda
betina tersebut kekurangan air dalam kondisi menyusui maka air susu induk akan
berkurang pula. Kandang juga harus memiliki sistem pembuangan kotoran yang baik
dan adanya ketersediaan listrik untuk lampu, kipas dan lain sebagainya.
Pakan
Pakan yang biasanya dikonsumsi oleh kuda adalah hijauan dan konsentrat.
Hijauan merupakan pakan dengan kandungan serat tinggi. Hijauan dapat berupa
rumput dan legum. Konsentrat adalah campuran pakan yang mengandung serat kasar
kurang dari 18% dan tinggi protein. Komposisi hijauan dan konsentrat yang
diberikan pada kuda dapat bervariasi. Kuda dapat mengkonsumsi hijauan untuk
hidup pokoknya sebanyak 1,5 – 2% bobot badan dan konsentrat sebanyak 0,5%
bobot badan (NRC, 1989).

13

Untuk menjaga kesehatan kuda, sangat penting untuk menemukan
keseimbangan yang baik antara latihan dan pakan. Hal ini sama pentingnya dalam
pengaturan pakan itu sendiri agar seimbang, sehingga kuda memperoleh asupan
nutrien yang dibutuhkan. Pakan yang baik secara ilmu pengetahuan dan teknologi
saat ini memungkinkan kita untuk memperoleh jumlah spesifik kebutuhan nutrisi
bagi individu kuda. Pemberian pakan yang seimbang, pertama kali adalah dengan
memahami fungsi dari berbagai jenis pakan. Hal yang penting dari setiap unsur akan
sangat bervariasi tergantung dari kebutuhan kuda berdasarkan umur, kerja yang
dilakukan dan kondisi lingkungan (Hamer, 1993).
Ketersediaan pakan yang baik akan menunjang kelangsungan hidup dan
pertumbuhan kuda sehingga pakan merupakan faktor penting dalam peternakan
kuda. Pakan utama kuda adalah rumput dengan berbagai jenis seperti Panicum
muticum dan Brachiaria mutica. Pakan rumput hanya cukup untuk digunakan bagi
kelangsungan hidup tetapi untuk kuda pacu atau olahraga perlu tambahan energi bagi
kuda. Konsentrat yang diberikan antara lain konsentrat sereal yang terdiri dari
gandum, jagung, produk tepung, sorgum, berbagai produk padi dan produk non
sereal yang terdiri dari gula bit, rumput kering, kacang-kacangan (legum) seperti
kedelai dan kacang (McBane, 1991).
Kuda membutuhkan pakan sekitar 2,5% dari bobot badannya setiap hari.
Pakan dibagi menjadi dua kelompok yaitu konsentrat dan hijuan, tergantung pada
jenis kerja yang dilakukan dan tingkat kesehatan. Perlu diingat bahwa kuda
merupakan hewan merumput dan oleh karena itu saluran pencernaannya
membutuhkan serat kasar setiap hari. Perbandingan antara konsentrat dan serat kasar
dalam pakan kuda yang kerjanya ringan diberikan persentase serat kasar yang
banyak. Kuda yang digunakan pada latihan dan berburu diberikan perbandingan
pakan yang seimbang antara konsentrat dan serat kasar, sedangkan kuda untuk
perlombaan diberikan perbandingan konsentrat yang tinggi dibanding serat kasarnya
(Hamer, 1993).
Pakan kuda yang diberikan harus sesuai dengan umur dan fungsi kuda
tersebut. Umur kuda dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu 1-6 bulan, 6-12
bulan, 12-24 bulan dan diatas 24 bulan. Kuda yang berumur 1-6 bulan tidak
disediakan pakan khusus, karena masih dalam masa menyusu dengan induknya.

14

Induk kuda yang sedang menyusui memerlukan kebutuhan pakan yang cukup banyak
baik untuk induk kuda maupun anaknya. Induk kuda menyusui dan induk bunting
memerlukan pakan tiga kali lipat terutama untuk vitamin dan mineral. Kacangkacangan dan bungkil dapat membantu pembentukan air susu dalam jumlah yang
cukup. Pengaturan pemberian pakan dapat dilakukan 2-3 kali sehari yaitu pagi, siang
dan sore hari tergantung dari kuda dan fungsi kuda tersebut (Jacoebs, 1994).
Hijauan. Makanan utama ternak herbivora secara alami adalah hijauan yang ada di
padang rumput. Selain rumput sebagai hijuan ada leguminosa yang juga termasuk
dalam hijauan pakan ternak. Definisi hijauan adalah bahan makanan ternak yang
memiliki kandungan serat kasar yang tinggi. Rataan nilai seratnya lebih daripada
18% dari bahan keringnya. Fungsi hijauan pada ternak herbivora adalah untuk
membantu mekanisme fisiologi tubuh ternak dan memberikan suplai zat makanan
pada ternak (Crampton dan Harris, 1969).
Hijauan mempunyai arti yang penting dalam makanan kuda. Performa yang
dihasilkan kuda akan seiring dengan kualitas hijauan. Hijauan berkualitas baik akan
menghasilkan performa kuda yang baik pula. Hijauan yang bagus tentunya tidak
hanya sebagai sumber energi, tetapi juga sebagai sumber protein, vitamin, mineral,
dan nutrisi lainnya (Mansyur, 2006).
Konsentrat. Pakan utama kuda adalah rumput. Rumput hanya cukup untuk
memenuhi kelangsungan hidup sehingga dibutuhkan pakan tambahan yaitu
konsentrat dan vitamin. Pakan konsentrat merupakan pakan sumber energi bagi kuda.
Konsentrat yang dapat diberikan antara lain konsentrat serealia yang terdiri atas
gandum, jagung, sorgum, berbagai produk sereal dan non sereal yang terdiri atas gula
bit, legum seperti kedelai dan kacang (McBane, 1994).
Konsentrat adalah bahan makanan yang digunakan untuk meningkatkan
kandungan zat makanan total. Zat makanan yang terkandung dalam konsentrat
adalah protein, karbohidrat, dan lemak. Konsentrat mengandung serat kasar kurang
daripada 18% dari bahan keringnya. Pada beberapa konsentrat komersial sudah
mengandung suplemen yang menyumbang mineral dan vitamin (Crampton dan
Harris, 1969).

15

Dedak Padi. Dedak padi merupakan hasil ikutan penggilingan padi yang berasal dari
lapisan luar beras pecah kulit dalam proses penyosohan beras. Proses pengolahan
gabah menjadi beras akan menghasilkan dedak padi kira-kira sebanyak 10%
pecahan-pecahan beras atau menir sebanyak 17%, tepung beras 3%, sekam 20% dan
berasnya sendiri 50%. Persentase tersebut sangat bervariasi tergantung pada varietas
dan umur padi, derajat penggilingan serta penyosohannya (Grist, 1972).
Menurut National Research Council (1994) dedak padi mengandung energi
metabolis sebesar 2980 kkal/kg, protein kasar 12,9%, lemak 13%, serat kasar 11,4%,
Ca 0,07%, P tersedia 0,22%, Mg 0,95% serta kadar air 9%. Dedak padi merupakan
hasil sampingan proses penggilingan padi. Pemanfaatan dedak di Indonesia saat ini
hanya terbatas pada pakan ternak.
Kebutuhan Zat Makanan
Jumlah konsumsi bahan kering yang normal adalah 1,5-3% berat badan.
Persentase tersebut berdasar dari hijuan dalam makanan dan variasi individu yang
ditentukan oleh kondisi fisiologis kuda yang bersangkutan (Parakkasi, 2006). Jumlah
pemberian pakan untuk kuda ditentukan pula menurut tujuan pemeliharaannya.
Untuk kuda yang bekerja ringan (kurang dari 3 jam) diberi 0,5% konsentrat dan
jerami 1 sampai 1,25% dari bobot badan ; kuda yang bekerja sedang (3 sampai 5
jam) diberi 1,0% konsentrat dan jerami 1 sampai 1,25% dari bobot badan ; serta
untuk kuda yang bekerja berat (lebih dari 5 jam) biasanya diberikan 1,25%
konsentrat dan 1,0% jerami dari bobot badannya (Blakely dan Bade, 1991).
Besarnya ukuran bobot badan kuda akan mempengaruhi jumlah zat makanan
yang dibutuhkan didalam pakan (Pilliner, 1992). Ada beberapa faktor yang
menentukan jumlah zat makanan yang harus dikonsumsi oleh kuda yaitu tempramen,
kondisi fisiologis, umur, berat badan, dan lama kerja/hari (Parakkasi, 2006).
Energi adalah unsur esensial dalam hidup pokok. Kuda dapat menggunakan
karbohidrat, lemak, dan protein sebagai sumber energi (Parakkasi, 2006). Besar
kebutuhan energi dipengaruhi oleh komposisi dari tubuh ternak, intensitas bekerja,
berat badan dan berat tumpangan, tingkat kelelahan, dan kondisi lingkungan. Besar
energi untuk kehidupan pokok ternak dapat dihitung dengan persamaan :
DE (Mkal/hari) = 0,975 + 0,021 W (kg), dimana W adalah bobot badan ternak (NRC,
1989).
16

Zat makanan lain yang perlu diperhatikan adalah protein. Kuda adalah
ternak nonruminansia herbivora sehingga lebih diperhatikan kuantitas daripada
kualita