Analisis Strategi Pengembangan Usaha Gerai ayam Goreng Fatmawati Cabang Bandung, Jawa Barat.
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung tentunya sangat
menarik untuk dikunjungi atau dijadikan tempat tioggal, baik bagi penduduk Jawa
Barat maupun warga daerah lain. Data dari Badan Pusa! Statistik (BPS) Propinsi
Jawa Barat tabun 20062011 menyebutkan bahwa jumlab penduduk Kota
Bandung setiap tahunnya mengalami peningkatan ratarata 0,56 persen pada
kisaran tabun tersebut (Lampiran 1). Jwnlah penduduk yang banyak tentunya
memiliki darnpak pada kegiatan sosial ekonomi masyarakat, salab satunya adaIah
kebutuban akan bahan pangan yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi penduduk.
Selain itu, pertumbuban jwnlab penduduk di Kota Bandung membuka
peluang untuk bisnis pengolahan dan penyediaan pangan, salah satunya adalah
restoran. Perkembangan bisnis restoran pada saat ini diduktmg oleh perubahan
gaya hidup masyarakat yang lebih sering mengbabiskan waktunya untuk
beraktivitas di luar rurnah, terutama masyarakat perkotaan dan perubahan pola
konsumsi makanan (Reakara, 2009). Hal ini disebabkan oleh kesibukan
rnasyarakat sebagai akibat dari tuntutan waktu keIja yang padat sehingga
rnasyarakat mencari pola konsumsi yang lebih bersifat praktis, cepat dan sehat,
yaitu dengan makan di restoran atau membungkus makanan restoran untuk
dibawa pulang ke rumab.
Data dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung menunjukkan
bahwa jwnlah restoran mengalami peningkatan seliap tabunnya (Tabel 1).
Peningkatan yang signifikan teIjadi pada tabun 2008 dimana jumlah restoran di
Kota Bandung rnengalarni kenaikan sebesar 60,6 persen dibandingkan tabun 2007,
sedangkan tabun 2009 hanya meningkat 6,0 persen dibanding 2008. Menurut
keterangan dari Bapak Aep, selaku staf Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota
Bandung, peningkatan jumlab restoran di Kota Bandung tabun 2008 sebagai
akibat adanya ketetapan dari Walikota Bandung tabun 2007 yang rnenjadikan
Kota Bandung sebagai Kota Wisata selain kemudaban akses menuju Kota
Bandung sebagai darnpak dari pernbangunan tol Cipularang. Kondisi inilah yang
I
rnendorong para investor untuk ikut menanamkan rnodalnya pada bisnis restoran
di Kola Bandung.
Tabell. Jumlah Restoran Kola Bandung Tahun 20062009
Tabuo
2006
2007
2008
2009
Jumlah Restorao
Pertumbuban (%j
138
175
281
298
26,8
60,6
6,0
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung (20 II)
Berdasarkan klasifikasi jenisnya, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota
Bandung membagi restoran menjadi enam macam yaitu: restoran sunda, restoran
khas Indonesia, restoran Eropa dan International, restoran China, restoran Jepang,
Korea, Thailand (Tabel 2). Masingmasing restoran ini memiliki eiri khas
tersendiri terutama jenis produk, yang ditawarkan kepada konsumen. Secara
ekonorni, dampak yang dapat dilihat dari semakin bertambahnya restoran di Kota
Bandung adalah peningkatan pendapatan daerah, selain mampu mengurangi
jumlah pengaugguran. Restoran merupakau salah satu sektor yang dapat dijadikan
indikator dalam menyusun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang mana
didalam perrutungannya digabungkan dengau sektor lain yaitu perdagangan dan
hotel.
Tabel 2. Klasiftkasi Restoran Berdasarkan Jenisnya Di Kota Bandung Tahun
2009
Nama Restoran
Jeois Restoran
Restoran Sunda
AA Laksana, Ma Uneh, Ponyo, Riung Panyileukan, Riung Sari, Kedai Bumbu Desa
Sindang Reret, Sari Sunda, Saung Kabayan, Dago Panyawangan, Satmg Kabayan
Restoran Khas
Indonesia
Ayam Goreng Subarti, Ayam Goreng Tojoyo, Sate Maulana Yusuf, Nasi Kapau
llestoran Eropa dan
Angus House Steak, Braga Permai, Cafe Venezia, California Fried Chicken
Intern8sioD81
Kentucky Fried Chicken, Mc. Donald, Canary Cafe, Pizza Hut, Dunkin Donuts
RestoraD China
Asiatique, Flamboyan, lroperial, Inti Laut, Kartika, King Garden, Laut Utara
Ayam Panaitan., Sate Pak Krujan, Roeroah Keboen, Ayam Goreng Fatmawati
Pancoran, Paramount, Sun Dragon, Talaga Sari, Tjun Kie, Queen, Glosis, President
Restoran JepaDg,
Korea, Thailand
Hanamasa, Daishogun, Korean House International, Hoka Hoka Bento, Royal Siam
Sumber. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung (2011)
2
Dari segi bisnis, peningka
1.1.
Latar Belakang
Sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung tentunya sangat
menarik untuk dikunjungi atau dijadikan tempat tioggal, baik bagi penduduk Jawa
Barat maupun warga daerah lain. Data dari Badan Pusa! Statistik (BPS) Propinsi
Jawa Barat tabun 20062011 menyebutkan bahwa jumlab penduduk Kota
Bandung setiap tahunnya mengalami peningkatan ratarata 0,56 persen pada
kisaran tabun tersebut (Lampiran 1). Jwnlah penduduk yang banyak tentunya
memiliki darnpak pada kegiatan sosial ekonomi masyarakat, salab satunya adaIah
kebutuban akan bahan pangan yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi penduduk.
Selain itu, pertumbuban jwnlab penduduk di Kota Bandung membuka
peluang untuk bisnis pengolahan dan penyediaan pangan, salah satunya adalah
restoran. Perkembangan bisnis restoran pada saat ini diduktmg oleh perubahan
gaya hidup masyarakat yang lebih sering mengbabiskan waktunya untuk
beraktivitas di luar rurnah, terutama masyarakat perkotaan dan perubahan pola
konsumsi makanan (Reakara, 2009). Hal ini disebabkan oleh kesibukan
rnasyarakat sebagai akibat dari tuntutan waktu keIja yang padat sehingga
rnasyarakat mencari pola konsumsi yang lebih bersifat praktis, cepat dan sehat,
yaitu dengan makan di restoran atau membungkus makanan restoran untuk
dibawa pulang ke rumab.
Data dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung menunjukkan
bahwa jwnlah restoran mengalami peningkatan seliap tabunnya (Tabel 1).
Peningkatan yang signifikan teIjadi pada tabun 2008 dimana jumlah restoran di
Kota Bandung rnengalarni kenaikan sebesar 60,6 persen dibandingkan tabun 2007,
sedangkan tabun 2009 hanya meningkat 6,0 persen dibanding 2008. Menurut
keterangan dari Bapak Aep, selaku staf Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota
Bandung, peningkatan jumlab restoran di Kota Bandung tabun 2008 sebagai
akibat adanya ketetapan dari Walikota Bandung tabun 2007 yang rnenjadikan
Kota Bandung sebagai Kota Wisata selain kemudaban akses menuju Kota
Bandung sebagai darnpak dari pernbangunan tol Cipularang. Kondisi inilah yang
I
rnendorong para investor untuk ikut menanamkan rnodalnya pada bisnis restoran
di Kola Bandung.
Tabell. Jumlah Restoran Kola Bandung Tahun 20062009
Tabuo
2006
2007
2008
2009
Jumlah Restorao
Pertumbuban (%j
138
175
281
298
26,8
60,6
6,0
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung (20 II)
Berdasarkan klasifikasi jenisnya, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota
Bandung membagi restoran menjadi enam macam yaitu: restoran sunda, restoran
khas Indonesia, restoran Eropa dan International, restoran China, restoran Jepang,
Korea, Thailand (Tabel 2). Masingmasing restoran ini memiliki eiri khas
tersendiri terutama jenis produk, yang ditawarkan kepada konsumen. Secara
ekonorni, dampak yang dapat dilihat dari semakin bertambahnya restoran di Kota
Bandung adalah peningkatan pendapatan daerah, selain mampu mengurangi
jumlah pengaugguran. Restoran merupakau salah satu sektor yang dapat dijadikan
indikator dalam menyusun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang mana
didalam perrutungannya digabungkan dengau sektor lain yaitu perdagangan dan
hotel.
Tabel 2. Klasiftkasi Restoran Berdasarkan Jenisnya Di Kota Bandung Tahun
2009
Nama Restoran
Jeois Restoran
Restoran Sunda
AA Laksana, Ma Uneh, Ponyo, Riung Panyileukan, Riung Sari, Kedai Bumbu Desa
Sindang Reret, Sari Sunda, Saung Kabayan, Dago Panyawangan, Satmg Kabayan
Restoran Khas
Indonesia
Ayam Goreng Subarti, Ayam Goreng Tojoyo, Sate Maulana Yusuf, Nasi Kapau
llestoran Eropa dan
Angus House Steak, Braga Permai, Cafe Venezia, California Fried Chicken
Intern8sioD81
Kentucky Fried Chicken, Mc. Donald, Canary Cafe, Pizza Hut, Dunkin Donuts
RestoraD China
Asiatique, Flamboyan, lroperial, Inti Laut, Kartika, King Garden, Laut Utara
Ayam Panaitan., Sate Pak Krujan, Roeroah Keboen, Ayam Goreng Fatmawati
Pancoran, Paramount, Sun Dragon, Talaga Sari, Tjun Kie, Queen, Glosis, President
Restoran JepaDg,
Korea, Thailand
Hanamasa, Daishogun, Korean House International, Hoka Hoka Bento, Royal Siam
Sumber. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung (2011)
2
Dari segi bisnis, peningka