17. Grafik Perilaku Air yang Melimpas untuk Tampungan Maksimum 0,5 m³ Pada Tahun 2002-2006 ........................................... 46
18. Grafik Perilaku Volume Air di Tampungan untuk Tampungan Maksimum 1 m³ Pada Tahun 2002-2006 .............................................. 46
19. Grafik Perilaku Air yang Melimpas untuk Tampungan Maksimum 1 m³ Pada Tahun 2002-2006 ................................................................. 47
20. Grafik Tanggapan Responden Mahasiswa Mengenai Air yang telah Disaring ....................................................................................... 48
21. Grafik Tanggapan Responden Pedagang Mengenai Air yang Telah Disaring ...................................................................................... 49
DAFTAR NOTASI
A = Luas atap rumahluas tangkapan m²
f = Koefisien limpasan f = 0,75 – 0,9
J = Jumlah pemanfaat orang
k = Faktor konversi k = 1.10
ˉ³ K
= Konsumsi air per hari m³ L
= Lebar tampungan m P
= Panjang tampungan m Q Tampungan = Debit air hujan di dalam tampungan m³hari
Q Inflow = Debit air hujan yang masuk ke dalam tampungan m³hari
Q Outflow = Debit air hujan yang digunakan m³hari
R = Curah hujan yang terjadi selama satu hari mm
T = Tinggi tampungan m
V = Volume tampungan m³
WQI = Water Quality Indeks
SIDO = Sub-Indeks Dissolved Oxygen
SIBOD = Sub-Indeks Biochemical Oxygen Demand
SICOD = Sub-Indeks Chemical Oxygen Demand
SISS = Sub-Indeks Suspended Solid
SIAN = Sub-Indeks Amoniacal Nintrogen
SIpH = Sub-Indeks pH
SIDO’ = Sub-Indeks Dissolved Oxygen aksen
SIBOD’ = Sub-Indeks Biochemical Oxygen Demand aksen
SICOD’ = Sub-Indeks Chemical Oxygen Demand aksen
SISS’ = Sub-Indeks Suspended Solid aksen
SIpH’ = Sub-Indeks pH aksen
SIAN’ = Sub-Indeks Amoniacal Nintrogen aksen
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang terletak di khatulistiwa, atau biasa disebut zamrud khatulistiwa. Dengan letak geografisnya yang tepat berada di garis
equator, dan memiliki hutan yang cukup luas, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan hujan tropis terluas di dunia. Secara
hidrologis, Indonesia memiliki 2 musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.
Pola curah hujan di Indonesia secara astronomis terletak diantara 6̊ LU dan
11̊ LS, dan sebagian besar berada di sekitar khatulistiwa dan memiliki curah hujan yang cukup besar, terutama di Indonesia bagian Barat, dengan rata-rata
curah hujannya 2000-3000 mmtahun. Semakin ke Timur curah hujannya semakin kecil, terkecuali Maluku dan Papua.
Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan intensitas hujan yang cukup tinggi. Potensi air hujan yang cukup besar,
tentunya dapat dimanfaatkan sebagai sumber kehidupan dan kebutuhan sehari-hari, misalnya untuk minum dan kebutuhan lainnya. Kenyataan di
lapangan menunjukkan bahwa di beberapa tempat air sangat sulit didapatkan saat musim kemarau, namun di sisi lain air begitu berlimpah saat musim
penghujan, bahkan sampai menyebabkan banjir.
B. Identifikasi Masalah
Curah hujan di Indonesia merupakan peringkat ke-7 yang terbesar di dunia sebesar 2702 mmtahun. Walaupun mempunyai curah hujan yang cukup besar
namun pada saat musim kemarau Indonesia tetap dilanda kekeringan. Melihat fakta tersebut bisa dikatakan pada dasarnya air hujan dapat dimanfaatkan pada
musism kemarau. Dengan melimpahnya curah hujan di Indonesia sangat mungkin jika air hujan dimanfaatkan sebagai air domestik di rumah tangga.
Potensi pemanfaatan air hujan untuk air domestik cukup baik untuk manusia dan lingkungan. Pemanfaatan air hujan sebagai air domestik dapat
menanggulangi kekurangan air di musim kemarau, dan kebanjiran saat musim hujan.
Selain pemanfaatan untuk air domestik, bukan tidak mungkin jika air hujan juga dapat dimanfaatkan sebagai air minum. Namun sebelum dimanfaatkan
sebagai air minum tentunya kita mengetahui terlebih dahulu bagaimana kualitas air hujan tersebut. Di berbagai negara maju pengolahan air hujan ini
dikenal sebagai sistem pengolahan air hujan SPAH. Di Indonesia riset mengenai analisa pemanfaatan air hujan sebagai air minum belum
berkembang dengan baik karena kita belum menyadari pentingnya air hujan. Oleh karena itu dengan menyadari potensi air hujan sebagai air domestik dan
air minum, penelitian mengenai kualitas air hujan sangat penting dilakukan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kualitas air hujan secara umum di kota Bandar Lampung? 2. Apakah air hujan berpotensi untuk dipakai sebagai air minum?
3. Bagaimanakah ketersediaan air hujan apabila dipakai sebagai sumber alternatif air minum?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antar lain: 1. Mengetahui kualitas air hujan di kota Bandar Lampung.
2. Menghitung kapasitas daya dukung air hujan dalam menyediakan air minum.
E. Batasan Masalah
Berikut adalah batasan masalah pada penelitian ini: 1. Sampel yang diambil dari 1 tempat, yaitu daerah kelurahan Gunung
Terang, Bandar Lampung. 2. Untuk menilai kualitas air hujan digunakan metode Water Quality Indeks
dari Malaysia. 3. Alat yang digunakan untuk penyaringan air hujan menjadi air minum
adalah Pure It.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah: 1. Dapat mengetahui kualitas air hujan dan potensi pemanfaatannya di
kehidupan sehari-hari di Bandar Lampung. 2. Dapat mengetahui daya dukung air hujan untuk menggantikan air minum.
3. Mengetahui respon masyarakat mengenai air hujan sebagai air minum.