Pengujian Ruang Pengering Peralatan dan Bahan

75 Sensor kelembaban udara digunakan untuk mengetahui kelembaban udara di dalam ruang pengering. g. Timbangan Timbangan digunakan untuk mengetahui berat awal dan berat akhir dari biji kopi pada proses pengeringan. Maka dari itu, nilai dari kadar air biji kopi dapat ditentukan h. Stopwatch Dalam pengambilan data, alat ini dipakai untuk mengukur durasi pengeringan pada variasi laju aliran udara dan pada saat pengeringan biji kopi. i. Anemometer Nilai laju aliran udara panas yang masuk ruang pengering diperoleh dengan mengukur kecepatan aliran udara menggunakan anemometer yang selanjutnya dikalikan dengan massa jenis udara dan ukuran saluran yang dilaluinya. FT UNILA Chikal Noviansyah – Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lampung Tugas Akhir 2014 Keterangan : 1. Kipas 2. Regulator 3. Sensor Kelembaban 4. Termokopel 5. Timbangan 6. Stopwatch 7. Anemometer 2 1 3 6 7 5 4 76 Gambar 3.23 Peralatan Pengujian j. Grain Moisture Content Kadar air biji kopi dapat diketahui dengan menggunakan alat grain moisture content. Alat ini dapat mengukur kadar air dari beberapa hasil pertanian yang berbentuk biji bijian. Kapasitas ukur dari alat ini adalah 7 - 40 dari bahan yang akan diukur. Gambar 3.24 Grain moisture content

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil pengujian terhadap ruang pengering biji kopi yang dirancang, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil rancangan ruang pengering memiliki spesifikasi sebagai berikut: Jarak antar rak = 56 mm; dimensi rak = 800 x 600 mm; jarak saluran udara masuk dengan rak pengering = 500 mm dan saluran udara keluar 200 mm; Dimensi saluran udara masuk = 400 x 300 mm dan saluran udara keluar = 275 x 165 mm; jarak ruang pengering dari permukaan tanah = 200 mm; tebal dinding kayu = 18 mm dan alumunium = 0.2 mm; menggunakan pengarah udara yaitu separator dan sirip. Disamping itu kapasitas biji kopi yang dapat dikeringkan pada ruang pengering adalah 25 kg. 2. Optimasi laju aliran udara ruang pengering dilakukan dengan menambah separator pengarah udara berbentuk cone dan sirip sirip pada setiap rak. 3. Laju aliran massa udara optimal adalah 0.226662 kgs dengan beda potensial kipas 125 V. 4. Temperatur tertinggi ruang pengering salama pengujian adalah 52.5 ˚C sedangkan perpindahan panas konveksi tertinggi yang terjadi dalam ruang pengering sebesar 34.0684728 W. 96 5. Efesiensi perancangan ruang pengering selama proses pengeringan biji kopi adalah 73.596515 . 6. Kadar air awal biji kopi pada penelitian ini adalah 39.5 dan kadar air biji kopi setelah dikeringkan 12.5 dengan laju pengeringan 0.3205 kgs .

5.2. Saran

Untuk menyempurnakan kekurangan dan mengembangkan riset pengeringan kopi saat ini, disarankan untuk melakukan hal berikut: 1. Disarankan untuk penelitian selanjutnya menggunkana metode pengeringan cara basah sebagai perbandingan. 2. Pada saat perancangan, faktor kelembaban udara ruang pengering harus diperhitungkan agar kondensasi udara tidak terjadi. 2. Melakukan simulasi distribusi temperatur untuk mendapatkan rancangan yang lebih optimal. 3. Pada saat pengujian, usahakan agar keadaan lingkungan sekitar tidak basah, karena akan mengakibatkan naiknya kelembaban relatif udara masuk ruang pengering. DAFTAR PUSTAKA [1] BPS Lampung 2013. Lampung Dalam Angka 2013. [2] Ayensu, Akwasi. 1998. Dehydration Of Food Crops Using Solar Dryer With Convective Heat Flow. University Of Cape Coast. Cape Coast [3] Modul tanaman kopi dan komposisi buah kopi. THP UNILA [4] BSN. 2008. Standar Nasional Indonesia SNI Biji Kopi. Badan Standarisasi zzzz Nasional [5] Banwatt, George. 1981. Basic Food Microbiology. Connecticut: The Avi zzzz Publishing Company, Inc. [6] Singh, Paul. 2001. Introduction to Food Enginering. New Jersey: Academic zzzz Press. [7] Fellows, P. 1990. Food Processing Technology Principles and Practice. New York : Ellis Horwood. [8] Severn, W. 1954. Steam, Air and Gas Powder. New York: John Willey and zzzz Sons, Inc. [9] Holman, Jack P., dan alih bahasa oleh Prof. E. Jasjfi M.Sc. 1997. Perpindahan Kalor. Erlangga. Jakarta [10] Incropera, Frank P., Dewitt, David P. 2002. Fundamental Of Heat And Mass zzzz Transfer Fifth Edition. John Willey Sons Inc. New York [11] Arismunandar, W.,Prof. dan Jansen, Ted J. 1995. Teknologi Rekayasa Surya. Pradnya Paramita. Jakarta [12] Duffle, JA., and Beckman, WA. 1980. Solar Engineering And Thermal Processes. Jhon Willey And Sons Inc. New York [13] Siswoputranto, P.S. 1993. Kopi Internasional dan Indonesia. Kanisus. zzzz Yogyakarta [14] Sivetz, M. and N, W. Desrosier. 1979. Coffee Technology. The Avi Publishing, Co.Inc. Wesport Connectient. Pp209-313 [15] Scanlin, Dennis. 1997. The design, Construction, And Use Of An Indirect, zzzz Through-Pass, Solar Food Dryer. Home Power [16] Drying Of Food. ITGD [17] Majumdar, Arun S. 2006. Handbook Of Industrial Drying, Third Edition. zzzz Marcel Dekker, Inc. [18] Stocker, W.F., Jones, J.W. 1989. Refrigeration And Air Conditioning, Second Edition. McGraw-Hill, Inc [19] Rudiansyah .2013. Lampung Kaya Sumber Panas Bumi, http:lampost.coberitalampung-kaya-sumber-panas-bumi diakses pada hari Sabtu 24 Mei 2014 Pukul 11:40 [20] ESDM. 2009. Peta Potensi Energi Nasional Provinsi Lampung. Kementrian ESDM Indonesia [21] Chengel, Yunus A., Boles, Michael A. 1988 . Thermodynamics An Engineering Approach, 5 th ed. McGraw-Hill. [22] Hall CW. 1980 Dictionary of Drying, Marcel Dekker Inc. New York [23] Farel H. Napitupulu, Putra Mora Tua, 2012. Perancangan Dan Pengujian