Pengertian Petani dan Kelompok Tani Adanya Pertemuan

respon terhadap kebutuhan akan kontak sosial. c. Kelompok Komando Kelompok yang terdiri atas individu-individu yang melapor secara langsung kepada seorang manajer. d. Kelompok Tugas Kelompok yang yang bekerjasama untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. e. Kelompok Kepentingan Kelompok yang bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan demi kepentingan masing- masing. F. Kelompok Persahabatan Kelompok yang berkumpul bersama karena mereka memiliki satu atau lebih persamaan karakteristik.

2. Pengertian Petani dan Kelompok Tani

Sesuai dengan SK Menteri Pertanian No. 93KptsOT. 210397, Tanggal 18 Maret 1997, pengertian yang berkaitan tentang petani dan kelompoknya adalah sebagai berikut : a. Petani adalah: Pengelola Usaha tani dan atau usaha penangkapan ikan, yang meliputi petani, pekebun, peternak. b. Kelompok Tani adalah: Kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan keakraban dan keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya pertanian untuk bekerja sama meningkatkan produktifitas usaha tani dan kesejahteraan anggotanya.

3. Tugas dan Tanggung Jawab Pengurus.

a. Pengurus Kelompok Tani. 1. Membina kerjasama dalam melaksanakan usaha tani dan kesepakatan yang berlaku dalam kelompok tani. 2. Wajib mengikuti petunjuk dan bimbingan dari petugas penyuluh untuk selanjutnya diteruskan pada anggota kelompok. 3. Bersama petugas penyuluh membuat rencana kegiatan kelompok dalam bidang produksi, pengolahan, pemasaran dan lain-lain. 4. Mendorong dan menggerakkan aktifitas, kreatifitas dan inisiatif anggota. 5. Secara berkala, minimal satu bulan sekali mengadakan pertemuan musyawarah dengan para anggota kelompok yang dihadiri oleh petugas penyuluh. 6. Mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang telah dilaksanakan kepada anggota, selanjutnya membuat rencana dan langkah perbaikan. b. Anggota Kelompok Tani 1. Bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan usaha tani yang bersangkutan. 2. Wajib mengikuti dan melaksanakan petunjuk pengurus kelompok tani dan petugas penyuluh serta kesepakatan yang berlaku. 3. Wajib bekerja sama dan akrab antar sesama anggota, pengurus maupun dengan petugas penyuluh. 4. Hadir pada pertemuan berkala dan aktif memberikan masukan, saran dan pendapat demi berhasilnya kegiatan usaha tani kelompok. Penumbuhan Kelompok Tani 1. Dasar Penumbuhan Dalam rangka pembangunan sub sektor pertanian, kelompok tani adalah sebagai berikut: a. Penumbuhan kelompok tani didasarkan pada keakraban, keserasian dan kepentingan bersama, baik berdasarkan hamparan usaha tani kebun, domisili atau jenis usaha tani tergantung kesepakatan dari petani yang bersangkutan. b. Anggota pengurus kelompok tani pertanian, baik yang merupakan kegiatan proyek maupun kegiatan pembangunan swadaya. c. Merupakan pengorganisasian petani yang mengatur kerjasama dan pembagian tugas anggota maupun pengurus dalam kegiatan usaha tani kelompok dihamparan kebun. d. Besaran kelompok tani disesuaikan dengan jenis usaha tani dan kondisi dilapangan, dengan jumlah anggota berkisar 20-30 orang. e. Keanggotaan kelompok tani bersifat non formal. 2. Penumbuhan Kelompok Tani. a. Upaya penumbuhan kelompok tani diarahkan pada tumbuhnya suatu kerjasama yang bersumber dari kesadaran petani dengan cara bergabung dalam kelompok untuk meningkatkan taraf hidupnya. Kelompok tani berfungsi sebagai wadah belajar, unit produksi, wahana kerjasama dan sebagai wadah pembinaan petani. Penumbuhan kelompok tani dilaksanakan oleh dan untuk kepentingan petani sendiri. b. Penumbuhan kelompok tani dapat berdasarkan hamparan usaha tani, domisili petani atau jenis usahatani, tergantung kesepakatan para petani anggota kelompok. c. Penumbuhan kelompok tani dalam pembangunan perkebunan dilaksanakan pada wilayah kegiatan proyek maupun diluar wilayah proyek, dengan memperhatikan hal- hal sebagai berikut: 1. Pada areal kebun yang kompak, penumbuhan kelompok berdasarkan hamparan. 2. Pada areal kebun yang hamparannya terpencar, penumbuhan kelompok berdasarkan domisili. 3. Pada areal intensifikasi tanaman semusim; seperti tebu, tembakau, dsb, pembinaan usahatani mendayagunakan kelompok tani yang ada. Demikian pula untuk tanaman perkebunan lainnya yang arealnya relatif kecil. 4. Komoditas lain diluar tanaman perkebunan yang ada di wilayah kegiatan proyek, maka pembinaan petani tetap menggunakan kelompok tani yang ada di wilayah proyek yang bersangkutan.

C. Tinjauan Tentang Badan Permusyawaratan Desa

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa, Badan Permusyawaratan Desa adalah : lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. 1. Fungsi BPD 1. Mengayomi yaitu menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang didesa yang bersangkutan sepanjang menunjang kelangsungan pembangunan 2. Legislatif yaitu merumuskan dan menetapkan peraturan desa bersama-sama pemerintah desa 3. Pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa APBDes serta keputusan kepala desa 4. Menampung aspirasi masyarakat yaitu menangani dan menyalurkan aspirasi yang diterima dari masyarakat kepada pejabat atau instansi yang berwenang. 2. Tugas dan Wewenang BPD Tugas dan wewenang BPD diatur dalam Perda kabupaten masing-masing. Dengan demikian, dimungkinkan tugas dan wewenang BPD antara satu kabupaten dengan kabupaten lain jumlah maupun kata-katanya tidak sama persis. Adapun tugas dan wewenang BPD antara lain : 1. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa dan pejabat kepala desa 2. Mengajukan rancangan peraturan desa secara tersendiri atau bersama kepala desa dan menyetujui penetapannya sebagai peraturan desa 3. Bersama dengan kepala desa menetapkan APBDes 4. Memberikan persetujuan atas pengangkatan perangkat desa 5. Memberikan persetujuan dalam kerjasama antar desa danatau pihak ketiga 6. Melakukan pengawasan terhadap : a pelaksanaan peraturan desa dan peraturan lainnya b pelaksanaan keputusan desa c pelaksanaan APBDes d kebijakan pemerintah desa e pelaksanaan kerjasama antar desa dan atau pihak lain f kekayaan desa 7. Menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat 3. Hak dan Kewajiban BPD Hak dan kewajiban BPD antara satu kabupaten dengan kabupaten lainnya dimungkinkan tidak sama persis. Adapun yang menjadi hak BPD antara lain : 1. Meminta pertanggungjawaban kepala desa 2. Menilai, menerima atau menolak pertanggungjawaban kepala desa 3. Meminta keterangan kepada kepala desa 4. Mengadakan perubahan atas rancangan peraturan desa 5. Mengajukan pernyataan pendapat 6. Mengajukan dan mengadakan perubahan rancangan peraturan desa 7. Menentukan anggaran belanja BPD 8. Menetapkan peraturan tata tertib BPD Sementara itu, BPD juga mempunyai kewajiban antara lain : 1. Mempertahankan dan memelihara keutuhan NKRI 2. Mengamalkan Pancasila dan UUD 1945 serta mentaati segala peraturan perundang- undangan yang berlaku 3. Membina dan mengembangkan nilai-nilai demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa 4. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa 5. Memperhatikan dan menyalurkan aspirasi, menerima keluhan dan 6. pengaduan masyarakat serta memfasilitasi tindak lanjut penyelesaiannya Sesuai dengan tugas dan fungsi dari lembaga ini yakni sebagai lembaga yang menjalankan fungsi menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, maka diharapkan dengan efektifnya pelaksanaan fungsi tersebut dapat diwujudkan keseimbangan kekuatan antara elemen masyarakat yang direpresentasikan oleh BPD dengan pemerintah desa. Di level desa perlu dibangun good governance tata pemerintahan yang baik yang memungkinkan keterlibatan seluruh elemen desa yang direpresentasikan melalui kelembagaan BPD dalam setiap urusan publik, penyelenggaraan pemerintahan serta merumuskan kepentingan desa. Tentunya ini dapat terwujud apabila BPD memiliki posisi tawar bargaining position yang kuat tidak hanya terhadap pemerintah desa tetapi juga terhadap pemerintah supra desa. Pelaksanaan tugas dan fungsi dari BPD pada dasarnya mengacu pada tugas dan fungsi dari lembaga ini yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan yang salah satu diantaranya adalah menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

D. Tinjauan tentang Organisasi

1. Pengertian Organisasi Organisasi adalah kesatuan entity sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan. Stephen P. Robbins: 1994: 4 2. Struktur Organisasi Struktur organisasi menetapkan bagaimana tugas akan dibagi, siapa melapor kepada siapa, dan mekanisme koordinasi yang formal serta pola interaksi yang akan diikuti. Struktur organisasi mempunyai 3 komponen yaitu: kompleksitas, formalisasi, dan sentralisasi. 1. Kompleksitas Kompleksitas mempertimbangkan tingkat diferensiasi yang ada dalam organisasi. Termasuk di dalamnya tingkat spesialisasi atau tingkat pembagian kerja, jumlah tingkatan di dalam hierarki organisasi, serta tingkat sejauh mana unit-unit organisasi tersebar secara geografis. Pada saat tugas-tugas menjadi makin terspe- sialisasi dan makin banyak tingkatan yang ditambah di dalam hierar kinya, maka organisasi menjadi semakin kompleks. 2. Formalisasi Tingkat sejauh mana sebuah organisasi menyandarkan dirinya ke pada peraturan dan prosedur untuk mengatur perilaku dari para pe gawainya disebut formalisasi. Beberapa organisasi beroperasi dengan pedoman yang telah distandarkan secara minimum; yang lainnya, diantaranya organisasi yang berukuran kecil pun, mempunyai segala macam peraturan yang memerintahkan kepada pegawainya mengenai apa yang dapat dan tidak dapat mereka lakukan. 3. Sentralisasi Sentralisasi mempertimbangkan dimana letak dari pusat pengambilan keputusan. Dibeberapa organisasi, pengambilan keputusan sangat disentralisasi. Masalah-masalah dialirkan ke atas, dan para eksekutif senior memilih tindakan yang tepat. Pada kasus lainnya, pengambilan keputusan didesentralisasi. Kekuasaan disebar ke bawah di dalam hierarki. Perlu diketahui bahwa sebagaimana halnya dengan kompleksitas dan formalisasi, sebuah organisasi bukan disentralisasi ataupun didesentralisasi. Sentralisasi dan desentralisasi merupakan dua ujung dari sebuah rangkaian kesatuan continuum. Organisasi cenderung untuk didesentralisasi. Namun, menetapkan letak organisasi didalam rangkaian keputusan tersebut, merupakan salah satu factor utama didalam menentukan apa jenis struktur yang akan ada.

E. Kerangka Pikir

Indonesia adalah negara agraris karena kondisi alam yang memiliki banyak kepulauan. Kondisi sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani. Sama seperti Desa Fajar Baru, kondisi alam yang luas dijadikan penduduk sebagai lahan pertanian. Luasnya lahan pertanian dan banyaknya para petani membuat masyarakat membentuk kelompok tani. Di desa Fajar Baru ini terdapat enam kelompok tani. Sebuah wadah untuk mengelola dan mengkoordinir anggota-anggota kelompoknya masing-masing. Dalam menyelesaikan masalah pertanian di desa, kelompok tani berkoordinasi dengan BPD. Badan Permusyawaratan Desa mempunyai tugas dan fungsi untuk menyampaikan dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa agar dapat terciptanya pembangunan desa. Koordinasi yang dilakukan antara Kelompok tani dan BPD dalam hal penyediaan pupuk. Pupuk yang jarang didapatkan menyulitkan petani untuk meningkatkan hasil pertanian. Pupuk adalah kebutuhan penting dalam pertanian, karena dengan pupuk hasil pertanian akan lebih baik daripada hasil yang tidak menggunakan pupuk. Kemudian koordinasi dalam hal perbaikan infrastruktur desa dan fasilitas umum. Jalan merupakan akses penting untuk distribusi hasil pertanian. Semakin cepat pendistribusian hasil pertanian semakin cepat juga hasil yang didapatkan. Komunikasi semakin lancar dan menghemat waktu untuk kegiatan apapun. Fasilitas umum seperti irigasi untuk pertanian dan kehidupan sehari-hari memang belum ada. Koordinasi antara Kelompok tani dengan BPD dilakukan dibalai desa. Mengingat letak balai desa berada di pusat desa. Sehingga memudahkan masyarakat untuk datang. Frekuensi pertemuan yang dilakukan hanya apabila kelompok tani dan BPD merasa perlu. Masalah yang dibicarakan adalah masalah seputar pembangunan desa. Mencari solusi memecahkan persoalan didesa tersebut. Seperti masalah pupuk dan perbaikan infrastruktur desa dan fasilitas umum yang belum tercapai. Salah satu tujuan dari koordinasi adalah menciptakan dan memelihara efektifitas organisasi setinggi mungkin melalui sinkronisasi, penyerasian, kebersamaan dan kesinambungan antar berbagai kegiatan dependen suatu organisasi. Apabila koordinasi tersebut mencapai apa yang diharapkan, secara fisik seperti tersedianya pupuk dan perbaikan terhadap infrastruktur dan fasilitas desa. Dan secara non fisik meningkatnya semangat para petani akan memacu produktifitas kegiatan pertanian. Hal ini akan meningkatnya kesejahteraan masyarakat desa.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Koordinasi Antara Kelompok Tani dan BPD dalam Penyediaan Pupuk

Distribusi pupuk didesa Fajar Baru ini masih kurang, dan sulit untuk didapat. Untuk mendapatkan pupuk petani harus membuat suatu Kelompok Tani, kemudian setiap Kelompok Tani tersebut mendaftar kepada koordinator pupuk yang ada pada desa agar mendapatkan bagian pupuk dan dibagikan kepada anggota Kelompok Tani tersebut masing-masing. Jumlah pupuk yang dibutuhkan per kelompok tani per hektar adalah 3 kuintal pupuk. Sedangkan luas lahan pertanian yang dimanfaatkan adalah 200 hektar. Jumlah pupuk yang didapat petani tergantung pada jumlah luas lahan pertanian. Namun jumlah itu pun masih belum mencukupi kebutuhan petani di desa Fajar Baru. Namun pada pelaksanaanya, para petani bahkan masih sulit mendapatkan pupuk meskipun sudah terdaftar sebagai anggota Kelompok Tani tersebut. Pendistribusian pupuk dirasakan sangat menyulitkan bagi para petani. Para petani beralih kepada pupuk alami dan organik untuk menggantikan jumlah pupuk kimia yang tidak mencukupi. Seperti permasalahan inilah dibutuhkan partisipasi petani dalam menyampaikan aspirasinya agar pembangunan desa kearah yang lebih baik dapat diwujudkan. Seperti kebutuhan mendasar petani contohnya bibit padi dan pupuk yang merupakan kebutuhan primer. Badan Permusyawaratan Desa mempunyai tugas dan fungsi untuk menyampaikan dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa agar dapat terciptanya pembangunan desa. Koordinasi yang dilakukan antara Kelompok tani dan BPD dalam hal penyediaan pupuk. Pupuk yang jarang didapatkan menyulitkan petani untuk meningkatkan hasil pertanian. Hasil wawancara dengan Heri Supriyanto pada tanggal 15 November 2009 “ ya, saya tahu, soalnya saya petani disini, saya sudah pasti tahu. Masalahnya macam-macam, seperti jika musim kemarau susah untuk mendapatkan pengairan kemudian pupuk yang serba pas, jadi sudah di jatah”. Hasil wawancara dengan Juhari pada tanggal 26 November 2009 “distribusi pupuk disini memang sudah ada, dan cukup untuk kelompok tani disini.dan setiap kelompok tani sudah mendapatkan jatahnya masing-masing untuk tiap kelompok. Namun pada kenyataannya pupuk disini masih sulit untuk didapatkan, karena jumlah pupuk memang sudah dijatah jadi untuk mendapatkan pupuk lebih tidak bisa. Dan kelompok tani yang lain tidak dapat jadi tidak enak dengan sesama petani yang lain. Sebenarnya lancar-lancar saja tapi jika untuk lebihnya masih kurang juga ” Pernyataan Heri dan Juhari tersebut dapat dimaknai bahwa pupuk masih menjadi masalah yang mendasar bagi petani, dan sulit untuk didapatkan. Hal ini pun dirasakan sama oleh petani lain yang merasa pupuk masih sulit untuk didapatkan. Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat kita lihat bahwa permasalahan pupuk memang masih menjadi permasalahan yang belum bisa dihadapi oleh petani desa dengan baik. Selama koordinasi belum dapat dilakukan maka permasalahan pupuk ini tidak akan terpecahkan. Dan kesejahteraan petani sulit meningkat. Hasil wawancara dengan Bambang Setio pada tanggal 15 November 2009 “tidak pernah, BPD disini kurang berperan terutama masalah pertaniannya.” Hasil wawancara dengan Mitro Wiyono pada tanggal 15 November 2009 “ yang saya tahu tidak pernah, sampai saat ini saya belum pernah terlibat dalam aktifitas dengan BPD. Mungkin yang saya tahu BPD lebih mengurusi pemerintahan desa saja.” Berdasarkan wawancara diatas dapat kita lihat bahwa koordinasi antara kelompok tani dan BPD dalam hal penyediaan pupuk sudah terjadi, namun frekuensi koordinasi masih kurang. Sehingga distribusi pupuk tidak berjalan dengan lancar dan pupuk menjadi sulit untuk didapatkan. Distributor membeli pupuk kepada produsen untuk disampaikan kepada kios pengecer dikecamatan, kemudian masing-masing distributor tidak dibolehkan membeli dalam jumlah yang besar dan hanya diperkenankan membeli pupuk sejumlah kebutuhan di kecamatan yang telah ditentukan, dan pengecer hanya mengambil pupuk dari satu distributor untuk selanjutnya dijual langsung kepada petani.

B. Koordinasi Antara Kelompok Tani dan BPD dalam Pembangunan Infrastruktur Desa

Koordinasi yang dimaksud adalah dalam hal perbaikan infrastruktur desa dan fasilitas umum. Jalan merupakan akses penting untuk distribusi hasil pertanian. Semakin cepat pendistribusian hasil pertanian semakin cepat juga hasil yang didapatkan. Kemudian fasilitas umum seperti irigasi untuk pertanian dan kehidupan sehari-hari memang belum ada, masyarakat petani masih menggunakan sungai. Hal yang penting sebenarnya adalah sejauh mana masyarakat peduli dan mempunyai rasa memiliki atas kegiatan pembangunan di wilayahnya. Rasa memiliki akan terbangun ketika aspirasi yang mereka sampaikan terakomodir. Salah satu usulan masyarakat desa yang diakomodir adalah peningkatan sarana jalan berupa pengerasan jalan, sementara usulan kegiatan penting lainnya yang terkait dengan pendidikan belum dapat terealisasikan. Jalan desa Fajar Baru yang rusak juga adalah salah satu dari sekian banyaknya masalah yang dihadapi masyarakat khususnya petani, karena distribusi hasil pertanian akan menjadi terhambat dan akan merugikan petani. Kemudian seperti sulitnya distribusi pupuk kepada petani yang sulit, hal ini akan menyulitkan petani mendapatkan hasil pertanian yang baik. Untuk mengatasi kendala tersebut, koordinasi petani dan BPD dalam pembangunan desa sangat dibutuhkan agar dapat menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi petani pada khususnya. Sehingga tidak hanya bergantung pada bantuan pemerintah saja dan kemakmuran dapat terwujud. Panjang jalan utama didesa Fajar Baru ini adalah sekitar 5 Km. Dan rata-rata sudar banyak yang berlubang. Banyak daerah yang berpotensi besar dalam pertanian yang belum beruntung memiliki akses jalan raya yang layak. Desa ini memiliki potensi yang besar di sektor pertanian khususnya tanaman pangan. Hamparan yang selalu ditanam masyarakatnya memberi kontribusi yang besar dalam penyediaan pangan. Sayangnya akses jalan menuju ke desa ini sangat memprihatinkan. Hasil wawancara dengan Mitro Wiyono pada tanggal 15 November 2009 “masalah pupuk yang serba pas-pasan. Kemudian air untuk kesawah kalau tidak pada musim hujan sulit sekali untuk mendapatkan nya.” Hasil wawancara dengan Wagiman pada tanggal 17 November 2009 “Pupuk itu dengan irigasi sumber airnya sedikit, jadi susah kalau tidak ada air, padinya tidak hidup ”. Hasil wawancara dengan Juhari tanggal 26 november 2009 “…irigasi desa ini ada yang kebagian yaitu desa yang berada disebelah kanan masuk ini memang dilewati sungai, tapi kalo yang sebelah kiri tidak dilalui, jadi mengandalkan air sumur galian, dan mengandalkan air hujan.jika ingin membuat sumur bor memb utuhkan biaya yang cukup banyak”. Koordinasi dalam perbaikan infrastruktur antara kelompok tani dan BPD dalam bidang perbaikan infrastruktur terjadi, namun frekuensi pertemuan koordinasi masih kurang baik karena petani merasa tidak memiliki kepentingan didalam perbaikan infrastruktur desa seperti jalan dan perbaikan irigasi. Kondisi ini tentu saja mempengaruhi banyak hal. Khususnya terhadap pertanian, kondisi ini menyebabkan biaya tambahan untuk pengangkutan sarana produksi dan juga untuk pengangkutan hasil produksi ke luar. Di sisi lain harga jual produk pertanian mereka sama dengan harga pasar umumnya dan tidak mungkin dinaikkan karena pasti tidak akan dibeli.

C. Koordinasi Antara Kelompok Tani dan BPD dalam Peningkatan Kesejahteraan

Petani Upaya peningkatan pendapatan petani tersebut dilakukan dengan memberdayakan petani melalui mobilisasi kelompok dan perencanaan desa, pengembangan kelembagaan, dan dapat berpartisipasi dalam menentukan sarana dan prasarana desa yang dibutuhkan disertai dukungan teknologi pertanian yang sesuai dengan kebutuhan terutama pada lahan-lahan marjinal serta memberikan akses yang luas kepada petani terutama dalam bidang informasi. Peningkatan Kesejahteraan Petani bertujuan untuk memfasilitasi peningkatan kapasitas masyarakat pertanian dalam upaya peningkatan ketahanan pangan yang diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup petani. Sudah sejak lama pemerintah berusaha meningkatkan taraf hidup masyarakat petani yang merupakan porsi terbesar dari struktur masyarakat Indonesia. Berbagai bentuk program telah diterapkan untuk membantu petani agar mampu memiliki posisi tawar yang lebih tinggi dalam perekonomian. Berbagai bantuan juga telah dilaksanakan mulai dari subsidi sarana produksi, bantuan modal langsung, kredit usaha tani, dan lain sebagainya yang jumlahnya sangat beragam. Namun hasilnya petani masih berpendapatan rendah, masih tergantung terhadap berbagai bantuan, dan masih selalu berfikir belum mampu bergerak sendiri dalam melaksanakan usaha taninya. Hasil wawancara dengan Bambang Setio pada tanggal 15 November 2009 “ya kami berharap BPD dapat memperhatikan nasib petani disini” Hasil wawancara dengan Heri Supriyanto pada tanggal 15 November “harapan saya BPD dapat membantu kami petani fajar baru dalam menyelesaikan masalah pertanian didesa ini ” Dari hasil wawancara diatas kita bisa menyimpulkan bahwa koordinasi antara kelompok tani dan BPD dalam hal peningkatan kesejahteraan petani belum terjadi. Karena masyarakat khususnya petani desa ini masih banyak mengalami kesulitan dan membutuhkan bantuan dari instansi pemerintah desa khususnya BPD. Bantuan yang dibutuhkan petani seperti pengadaan alat untuk distribusi air sungai atau air sumur, alat bajak sawah berupa mesin traktor dan mesin penggilingan padi sehingga dapat menghemat biaya ongkos produksi hasil pertanian.

D. Koordinasi Petani dan Badan Permusyawaratan Desa dalam Pembangunan Desa

Koordinasi yang terjadi antara Petani dan BPD masih belum terjadi secara rutin. Frekuensi pertemuan masih jarang dilakukan. Hal ini dapat menghambat kemajuan desa yang akan menyebabkan tidak terjadinya pembangunan desa Fajar Baru. Musyawarah di Fajar Baru ini memang sering dilakukan setiap bulannya, namun hanya pada bidang pemerintahan desa. Membahas seperti mengenai bidang administrasi desa saja. Untuk bidang pertanian belum pernah dilakukan secara terprogram dan belum ada agenda rutin pertemuan untuk membahas masalah pertanian. Dalam proses pembangunan desa tahap pertama yang harus adalah tahap perencanaan. Proses perencanaan pembangunan desa harus dilakukan oleh unsur pemerintah dan unsur BPD agar perencanaan yang dilakukan benar-benar sesuai dengan dengan apa yang dibutuhkan oleh desa. Seperti petani, apa sajakah yang dibutuhkan untuk menunjang pertanian didesa tersebut, karena semua itu membutuhkan perencanaan. Oleh karena itu, unsur pemerintah, BPD, dan masyarakat khususnya petani harus berkoordinasi guna menunjang proses perencanaan.

1. Adanya Pertemuan

Koordinasi antara Petani dan BPD dapat diketahui berjalan dengan baik atau tidak diawali dengan pendapat informan tentang salah satu indikator koordinasi, yaitu komunikasi. Adanya komunikasi antara Petani dengan BPD merupakan indikator yang sangat penting. wawancara dengan Bambang Setio, pada 15 November 2009 “tidak pernah, BPD disini kurang berperan terutama masalah pertaniannya.” Wawancara dengan Johari, pada tanggal 26 November 2009 “ kalau BPD membahas tentang pertanian benar, memang belum. Tapi kalau di tingkat intern masing-masing kalau di tingkat petani, katakanlah mengadakan pertemuan melalui kelompok tani.” Berdasarkan jawaban hasil wawancara diatas, diketahui bahwa petani merasa belum pernah melakukan pertemuan secara formal, atau terprogram. Hanya mengadakan pertemuan dengan sesama kelompok tani. Hal tersebut juga dikatakan oleh ketua BPD. Kurangnya perhatian BPD pada khususnya terhadap petani dalam menyelesaikan masalah pertanian menghambat produksi hasil pertanian, walaupun petani bisa mengatasi sendiri masalah yang terjadi. Sebab BPD memiliki kewajiban untuk memperhatikan dan menyalurkan aspirasi, menerima keluhan dan pengaduan masyarakat serta memfasilitasi tindak lanjut penyelesaiannya. Saat ini BPD kurang memfasilitasi untuk mengadakan pertemuan antara Petani dengan pemerintahan desa dalam tujuan untuk pembangunan desa.

2. Frekuensi Pertemuan

Suatu koordinasi dapat dikatakan berjalan dengan baik apabila terdapat kontak langsung yang berkesinambungan antara pihak-pihak yang memiliki hubungan fungsional. Frekuensi pertemuan tersebut harus dapat mengakomodasi kebutuhan dalam melakukan melakukan kegiatan sebuah organisasi. wawancara dengan Bambang Setio, pada tanggal 15 November 2009. “Jarang sekali, kami sibuk bekerja ke sawah jadi kalau mau pertemuan susah sekali”. Wawancara dengan Johari, pada tanggal 26 November 2009 “Belum pernah secara formal”. Dari hasil wawancara diatas, dapat kita ketahui bahwa frekuensi pertemuan antara kelompok tani dan BPD sangat jarang dilakukan. Pertemuannya tidak secara rutin, yang artinya sulit sekali ditentukan atau tidak pernah sama sekali. Pertemuan antara Kelompok tani dan BPD dalam pelaksanaan pembangunan desa tidak direncanakan, yaitu pada saat Kelompok tani dan BPD bertemu dilokasi tempat bekerja atau setelah bekerja saja. Tentu saja hal tersebut tidak mencerminkan adanya koordinasi yang baik antara Kelompok tani dan BPD dalam pembangunan desa.

E. Faktor-Faktor Penghambat Koordinasi

Faktor-faktor penghambat koordinasi antara Kelompok Tani dan BPD dalam pembangunan desa adalah: 1. Perbedaan Orientasi Tujuan Perbedaan orientasi ini adalah perbedaan tentang cara yang paling baik untuk mengembangkan organisasi yaitu Kelompok tani dan BPD. Masing-masing mempunyai tujuan yang berbeda proses koordinasi. Tujuan koordinasi ini adalah membangun pertanian desa guna menunjang pembangunan desa tetapi selain tujuan mempunyai tugas dan kewajiban untuk mencapai tujuan yaitu mengembangkan bidang masing-masing.