4. Peresepan majemuk multiple prescribing, yakni pemakaian dua atau lebih kombinasi obat padahal sebenarnya cukup hanya
diberikan obat tunggal saja. 5. Peresepan kurang under prescribing terjadi kalau obat yang
diperlukan tidak diresepkan, dosis tidak cukup atau lama pemberian terlalu pendek.
2 Peresepan Obat Sesuai Standar
a. Peresepan Obat
Resep adalah suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi atau dokter hewan kepada apoteker untuk membuatkan obat dalam bentuk
sediaan tertentu dan menyerahkannya kepada penderita. Resep harus mudah dibaca dan mengungkapkan dengan jelas apa yang harus
diberikan. Idealnya resep obat yang diberikan kepada pasien tidak mengandung kesalahan dan berisi seluruh komponen yang diperlukan
pasien. Ambrawati, 2009.
Resep ditinjau dari S.K. Memkes RI, no. 280MenkesSKV1981 dalam waktu lebih dari jangka waktu 3 tahun, resep dapat dimusnahkan
oleh apoteker dengan membuat berita acara proses herbal pemusnahan. Penyimpanan resep diatur berdasarkan tanggal dan nomor
urut pembuatan, disimpan kurang lebih selama 3 tahun.
b. Peresepan obat sesuai standar
Peresepan obat sesuai standar merupakan peresepan obat yang rasional peresepan obat sesuai standar adalah mengeluarkan resep obat sesuai
standar yang digunakan. Peresepan obat sesuai standar rasional adalah peresepan obat yang benar, jelas dan sesuai dengan kebutuhan pasien
yang mempertimbangkan jenis obat yang diberikan, dosis, lama pemberian, dan harga yang terjangkau untuk masyarakat WHO, 2010.
Peresepan obat yang tidak sesuai standar akan menyebabkan banyak dampak buruk bagi masyarakat. Lebih dari 50 obat-obat yang
diresepkan sering tidak tepat dan lebih dari setengah pasien gagal mendapatkan pengobatan yang tepat. Ciri-ciri peresepan yang tidak
rasional adalah peresepan borosextravagant, peresep berlebihanover prescribing, peresepan majemuk multiple prescribing, peresepan salah
incorrect prescribing Holloway dan Green, 2003.
Peresepan obat yang tidak tepat akan menghasilkan pengobatan yang tidak tepat. Hal ini dapat menyebabkan dampak seperti terjadinya
resistensi antimikroba, terjadinya efek yang tidak diinginkan, pengeluaran pembiayaan yang terlalu besar dan kekambuhan berulang
akibat penggunaan obat yang di luar batas WHO,2010.
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif yang bersifat
retrospektif, dengan menggunakan data sekunder yang di ambil dari data rekam medik di Puskesmas Kemiling Kota Bandar Lampung periode
Januari-Oktober 2013.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Oktober-November 2013.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kemiling Kota Bandar Lampung periode Januari-Oktober 2013.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lembar rekam medik dan
lembar peresepan yang memuat data peresepan obat penyakit pneumonia pada balita di Rawat Jalan Puskesmas Kemiling Kota Bandar Lampung
periode Januari-Oktober 2013 dengan jumlah 184 rekam medik.
2. Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh lembar rekam medik dan lembar peresepan yang memuat data peresepan obat penyakit
pneumonia pada balita di Puskesmas Kemiling Kota Bandar Lampung periode Januari-Oktober 2013. Besar sampel ditentukan dengan metode
total sampling yaitu sebanyak 184 rekam medik. Kriteria inklusi :
1. Semua lembar rekam medik yang memuat data peresepan obat penyakit pneumonia pada balita bulan di rawat jalan Puskesmas
Kemiling yang masuk pada periode Januari- Oktober 2013. 2. Semua lembar rekam medik yang dapat dibaca dan jelas dengan nama
pasien dan diagnosis penyakit pneumonia pada balita umur 0-59 di rawat jalan Puskesmas Kemiling periode Januari-Oktober 2013.
3. Semua rekam medik yang dalam keadaan baik, tidak cacat robek, basah.
Kriteria eksklusi :
1. Rekam medik penyakit pneumonia di luar periode yang telah ditentukan.
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu peresepan obat penyakit pneumonia pada balita. Variabel penelitian ini memiliki sub
variabel yaitu jenis obat, dosis obat dan lama pemberian obat.