anggotanya bervariasi tingkat kemampuan sosial ekonominya bersifat vertikal akan mewujudkan aktivitas dalam hubungan patron-klien. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan di Asia Tenggara oleh Heyzer dalam Suyanto, 1995 tentang jaringan sosial yang dibentuk wanita menunjukkan 3 pola jaringan sosial, yaitu:
1 jaringan sosial yang didasarkan sistem kekerabatan dan kekeluargaan, 2 kelompok-kelompok sosial baru yang dibentuk seperti kelompok ketetanggaan,
dan 3 kelompok-kelompok sosial dengan pola hubungan yang vertikal patron- klien.
Oleh karena itu, melalui jaringan sosial yang dilakukan oleh individu- individu anggota rumahtangga akan lebih efektif dan efisien dalam memperoleh
akses terhadap sumberdaya yang tersedia di lingkungannya. Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Fachrina, dkk 2010 diketahui bahwa
pemanfaatan kedua bentuk jaringan sosial sebagai salah satu strategi mensiasati kesulitan hidup keluarga atau tekanan ekonomi lebih cenderung dilakukan untuk
kegiatan meminjamberhutang barang dan uang. Hal tersebut relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dhani 2010, bahwa upaya yang dilakukan untuk
menutupi kekurangan dalam pemenuhan rumahtangga adalah dengan menjual barang rumahtangga, bahkan berhutang. Oleh karena itu, strategi satu dengan
yang lain seperti sebuah sistem yang memiliki pengaruhnya masing-masing.
F. Kerangka Pemikiran
Kemiskinan merupakan permasalahan yang bersifat multidimensional dan terjadi dikebanyakan negara berkembang, termasuk Indonesia. Dikatakan multidimensi-
onal karena kemiskinan mempengaruhi semua aspek kehidupan yang dapat menghambat pertumbuhan ke arah kemajuan. Secara umum, kemiskinan didefini-
sikan sebagai ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia, seperti pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain.
Kemiskinan juga erat kaitannya dengan kondisi nelayan Indonesia saat ini, di mana kehidupan nelayan sangat memprihatinkan. Pada umumnya, nelayan
Indonesia digolongkan sebagai nelayan tradisional dan nelayan buruh. Hal ini menyebabkan kesejahteraan nelayan menjadi rendah dan menjadikan nelayan
sebagai golongan masyarakat yang dimarjinalkan, padahal nelayan merupakan produsen dan pemasok utama perikanan nasional.
Nelayan menjadi miskin diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya kondisi alam, modal terbatas, alat tangkap yang masih tradisional, kepemilikan perahu,
dan tidak ada mata pencaharian lain selain melaut. Hal ini yang kemudian mempengaruhi kehidupan rumahtangga nelayan dalam memenuhi kebutuhannya
sehari-hari. Bila kondisi cuaca buruk maka nelayan tidak bisa melaut, akibatnya pendapatan rumahtangga akan menjadi hilang. Di lain pihak, kebutuhan anggota
keluarga tetap harus dipenuhi. Ketidakmampuan nelayan dalam mengelola usahanya perlu mendapatkan
perhatian dari semua pihak. Bila kesejahteraan nelayan diperhatikan, pendapatan dari sektor perikanan dan kelautan pun akan meningkat. Tentu saja, hal ini akan
memperbaiki kondisi nelayan dan juga menambah pendapatan nasional yang nantinya bisa digunakan untuk pembangunan negara.
Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga taraf kehidupan masyarakat nelayan kearah yang lebih baik dapat dilakukan dengan beberapa strategi. Strategi
tersebut adalah diversifikasi pekerjaan, memperkuat jaringan sosial, dan
berhutangmemanfaatkan fasilitas perkreditan. Diversifikasi pekerjaan merupakan sebuah solusi yang dapat diandalkan untuk mengubah pola pikir nelayan supaya
tidak selalu terpaku dengan penghasilan mereka dari kegiatan melaut. Jika cuaca sedang buruk untuk melaut, mereka tetap bisa memperoleh penghasilan dengan
cara melakukan pekerjaan yang lain. Pekerjaan yang bisa dilakukan, antara lain dengan menjadi petani tambak, buruh tani, pedagang kecil misal penjual kripik,
dan lain-lain, tukang bangunan, atau yang lainnya. Di samping itu, anggota keluarga lainnya juga dapat melakukan beberapa
pekerjaan yang bisa menambah penghasilan keluarga, seperti anak-anak memanfaatkan kerang hijau atau kijing untuk dijual dan istri nelayan menjadi
buruh cuci atau yang lainnya. Berikutnya adalah memperkuat jaringan sosial, dimana jaringan sosial dapat memberikan akses kepada masyarakat nelayan dalam
menjaga kelangsungan hidup rumahtangganya. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Rochana 2011 bahwa secara sosiologis, survival strategy dikembangkan dalam
jaringan sosial baik secara formal maupun informal yang memungkinkan keluarga memperoleh tambahan pendapatan income generating atau penghematan
pengeluaran back cutting. Jaringan sosial ini dapat memperluas hubungan kerja dan menambah pendapatan.
Jaringan sosial juga dapat membuka peluang nelayan untuk berhutang kepada jaringan yang dimilikinya, baik tetangga maupun rekan kerja. Berhutang
merupakan strategi yang dilakukan dalam keadaan mendesak dan ketika strategi lain dinilai tak mampu menolong dalam jangka waktu cepat.
G. Bagan Alur Kerangka Pemikiran
Melalui penjelasan di atas, maka bagan alur kerangka pemikirannya dapat digambarkan seperti di bawah ini.
Gambar 1: Alur Kerangka Pemikiran Kemiskinan
Nelayan Strategi Bertahan Hidup
1. Diversifikasi
Pekerjaan 2.
Membangun Mengembangkan
Jaringan Sosial
3. Berhutang dan
Menekan Pengeluaran
III. METODE PENELITIAN
A.
Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah deskriptif. Menurut Morissan 2012, penelitian deskriptif merupakan pengamatan yang bersifat ilmiah serta dilakukan secara hati-
hati dan cermat sehingga hasilnya menjadi lebih akurat dan tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi sosial masyarakat nelayan miskin serta
strategi bertahan hidup rumahtangga nelayan miskin di Kelurahan Sukaraja berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Bumi Waras, Kota Bandar Lampung. Alasan dipilihnya Kelurahan Sukaraja sebagai lokasi
penelitian ini dikarenakan letaknya dapat dijangkau oleh peneliti dan sebagian besar masyarakatnya bermatapencaharian sebagai nelayan dan tergolong ke dalam
kategori masyarakat miskin. Padahal Kelurahan Sukaraja terletak di Kota Bandar Lampung yang sangat memungkinkan bagi masyarakatnya untuk mencari
pekerjaan tambahan dan membentuk atau mencari jaringan sosial yang nantinya dapat menambah penghasilan rumahtangga.
C. Definisi Konseptual dan Operasionalisasi Variabel
Definisi konseptual dan operasionalisasi variabel bertujuan untuk memudahkan pemahaman dan menafsirkan berbagai macam aspek yang berkaitan dengan
penelitian. Definisi konseptual dan operasionalisasi variabel dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Nelayan adalah seseorang yang mengelola dan memanfaatkan sumberdaya
alam laut dengan kemampuan yang dimilikinya, baik dengan menggunakan kapal, tenaga, maupun alat tangkap dan hasilnya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. 2.
Rumahtangga nelayan miskin merupakan rumahtangga yang salah satu anggota keluarganya kepala keluarga bekerja sebagai nelayan yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan dasar rumahtangganya. Rumahtangga nelayan miskin sangat erat kaitannnya dengan pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan sebagai
faktor produksi, memperoleh penghasilan, serta menggunakan waktu untuk bekerja di laut, meski jam kerjanya tidak menentu. Penelitian ini mengacu
kepada kriteria rumahtangga nelayan miskin yang didasarkan pada batasan BPS, yaitu rumahtangga nelayan yang menerima bantuan raskin.
3. Strategi bertahan hidup adalah serangkaian tindakan yang dipilih oleh individu
atau rumahtangga dalam memanfaatkan sumberdaya, baik yang berasal dari dalam diri maupun dari lingkungannya dalam usaha mempertahankan
kelangsungan hidup. Strategi bertahan hidup yang dapat dilakukan oleh rumahtangga nelayan miskin antara lain adalah diversifikasi pekerjaan,
pemanfaatan jaringan sosial, pemenuhan kebutuhan rumahtangga, dan berhutang.