Strategi Bertahan Hidup Keluarga Miskin Perkotaan

(1)

PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN

STRATEGI MASYARAKAT MISKIN PERKOTAAN DALAM

MEMENUHI KEBUTUHAN KELUARGA

A. Informan Utama

1. Identitas Informan a. Nama :

b. Jenis Kelamin : c. Suku :

d. Agama : e. Alamat : f. Usia : g. Status :

h. Pendidikan Terakhir : i. Pekerjaan :


(2)

Daftar Pertanyaan Wawancara

1. Ekonomi

a. Berapakah jumlah anak bapak/ibu?_______________________________

b. Berapakah jumlah anggota keluarga bapak/ibu?_____________________

c. Berapakah jumlah tanggungan bapak/ibu?_________________________

d. Berapakah jumlah anak bapak/ibu?_______________________________

e. Berapakah jumlah anggota keluarga bapak/ibu?_____________________

f. Berapakah jumlah tanggungan bapak/ibu?_________________________

g. Apakah Pekerjaan Bapak/Ibu ?__________________________________

h. Berapakah penghasilan perbulan bapak/ibu?_______________________

i. Selain dari pekerjaan utama, adakah pekerjaan sampingan bapak ibu ?___

j. Jika ada, Apakah pekerjaan sampingan bapak ibu cukup membantu

Memenuhi kebutuhan?________________________________________


(3)

l. Apakah Bapak ibu memiliki Kendaraan bermotor, seperti mobil, motor,

dan lain sejenisnya?__________________________________________

m. Barang elektronik apasaja yang bapak ibu miliki ?__________________

n. Apa alasan bapak ibu memilih betempat tinggal di wilayah ini ?_______

2. Sosial

a. Apakah anda menerima bantuan sosial dari pemerintah?______________

b. Jika ada dapatkah bapak/ibu sebutkan jenis bantuan sosial tersebut ?____

c. Apakah bapak/ibu menerima pelayanan akses kesehatan dari

pemerintah?_________________________________________________

d. Apakah bapak/ibu mengalami kesulitan untuk mengakses fasilitas

kesehatan yang di berikan pemerintah ?__________________________

e. Apakah anda merasa nyaman tinggal di pemukiman ini ?_____________

f. Bagaimana menurut bapak/ibu kondisi di lingkungan ini ?____________

g. Ancaman apa saja yang dapat terjadi selama bapak /ibu tinggal di

lingkungan ini ?_____________________________________________


(4)

jiwa dari musibah tersebut ?___________________________________

i. Strategi apa yang bapak ibu lakukan untuk mengantisipasi bahaya banjir?

Dan ketika banjir melenda tempat ini ?___________________________

j. Apakah bapak ibu tidak takut ketika ada banjir yang tiba-tiba melanda?

k. Apa yang membuat bapak/ibu bertahan tinggal di tempat ini?__________

l. Bagaimana kondisi keamanan di lingkungan ini ? apakas sering terjadi


(5)

Daftar Pustaka Sumber Buku

Bagong, Suyanto. 2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Kencana Perdana Media Group.

Daulay, Murni. 2009. Kemiskinan Pedesaan. Medan : USU Press

Moleong, Lexy J, 2006. Metode Penelitian Kulitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Siagian, Matias. 2012. Metode Penelitian Sosial. Medan: Grasindo Monoratama Siagian, Matias. 2012.Kemiskinan dan Solusi. Medan : Grasindo Monoratama Sherraden, Michael.2006 .Aset Untuk Orang Miskin. Jakarta PT Raja Grasindo

Persada

Sudarwati, Ninik, 2009, Kebijakan Pengentasan Kemiskinan Mengurangi Kegagalan

Penanggulangan Kemiskinan, Malang: Intimedia.

Sumber Online

(https://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan diakses pada tanggal 20 september 2015 pukul 12:00) https://id.wikipedia.org/wiki/Strategi

https://id.wikipedia.org/wiki/Kebutuhan

https://blogkatakatakita.wordpress.com/2011/11/23/kemiskinan-di-kota-kota-besar/ http://cinthyaparamitha.blogspot.co.id/2013/12/makalah-kemiskinan-di-perkotaan.html http://www.apapengertianahli.com/2014/12/pengertian-strategi-menurut-beberapa-ahli.html


(6)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskritif, yang bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan obyek dan fenomena yang di teliti. Termasuk yang di dalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variable penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan ada pula produk interaksi yang berlangsung (siagian, 2011: 52).

3.2Lokasi Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di Kelurahan Jati Kecamatan Medan Maimun,alasan memilih lokasi tersebut karena terdapat banyak warga miskin dengan rumah kurang layak huni di bantaran sungai.seharusnya menjadi zona hijau dan bebas dari pemukiman warga di karenakan faktor keamanan warga itu sendiri.

3.3Informan 3.3.1 Informan

Informan adalah orang-orang yang dipilih untuk diwawancarai atau diobservasi sesuai tujuan peneliti untuk memberikan informasi, data ataupun fakta dari suatu objek penelitian.Informan dalam penelitian ini terdapat dua jenis yaitu informan utama dan informan tambahan. ( Suyanto, 2005: 171-172).

3.3.1.2 Informan Utama

Informan utama adalah orang yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Informan utama dalam penelitian ini adalah lima individu yang berasal dari keluarga miskin di bantaran sungai deli, kelurahan Jati Kecamatan Medan Maimun. informan yang di


(7)

wawancarai adalah kepala keluarga yang berasal dari keluarga miskin yang tinggal di bantaran sungai ,untuk di mintai keterangan.alsan peneliti memilih informan tersebut,karena menurut peneliti dengan menggunakan informan yang berasal dari kepala rumah tangga,hal itu sudah cukup mewakili untuk keterangan data.

3.4 Teknik pengumpulan data

1. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dalam pengumpulan data yang diperlukan, dilakukan melalui penelitian kepustakaan (library research). Data akan diolah dari berbagai sumber kepustakaan, antara lain buku-buku ilmiah, majalah, surat kabar, jurnal, dan bahan tulisan lainnya yang erat kaitannya dengan subjek penelitian.

2. Studi Lapangan

Studi lapangan yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian dengan turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan subjek penelitian yakni: mengenai strategi masyarakat miskin perkotaan dalam memenuhi kebutuhan keluarga (studi kasus di bantaran sungai deli)

 Observasi, yaitu pengamatan yang di lakukan secara langsung untuk memperoleh dan mengumpulkan data yang di perlukan. Dalam penelitian ini peneliti hanya berperan sebagai pengamat. Observasi dilakukan untuk mengamati objek di lapangan yang meliputi kondisi lingkungan sekitar tempat tinggal,kondisi rumah dan interaksi social.  Wawancara mendalam, yaitu dimaksudkan untuk mengajuhkan pertanyaan secara

mendalam dan tatap muka dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi data yang di perlukan.wawancara bersama informan penelitian yang berasal dari keluarga miskin di bantaran Sungai Deli.


(8)

3.4Teknik Analisa Data

Teknik analisis data pada penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif, yaitu dengan mengkaji data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, menyusun dalam suatu satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data serta mendefinisikannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian (Moeleong, 2007: 54).

Data-data yang diperoleh dari observasi dan wawancara dalam penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif,kemudian disajikan dalam bentuk profile informandan dianalisis untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan penelitian.


(9)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Kelurahan Jati merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di kecamatan Medan Maimun,terletak di bantaran Sungai Deli Kelurahan Jati tersebut.terdapat perumahan sepanjang bantaran sungai deli,kebanyakan rumah-rumah tersebut terbuat dari kayu-kayu,triplek dan ada juga hanya sebatas sebatas kardus sebagaidinding penutupnya.bentuk rumah panggung ukuran tidak terlalu lebar,karena kebanyakan terdiri beberapa ruangan saja.jadi ruangan juga terbatas.susunan pemukiman berjajar rapat antara tetangga satu dengan yang lainnya ada juga terletak terpisah.aktivitas yang tinggal di pemukiman tersebut juga bersal dari berbagai agama dan suku.

Hari-hari masyarakat sekitar bantaran sungaidari tempat bermaiun anak,aktivitas rumah tangga seperti mencuci pakaian ,mandi atau dengan kata lain INCK.warga tergantung pada Sungai Deli tersebut.ada beberapa warga yang sumber mata pencariannya dari sungai tersebut,dengan memanfaatkan sampah-sampah yang hanyut di sungai.mereka memilih sampah plastik yang bisa di jual kembali.

Warga yang tinggal di pemukiman tersebut juga berasal dari berbagai suku dan agama.tetapi suasana rukun terlihat di pemukiman tersebut.warga sudah terbiasa beradaptasi,dengan lingkungan bantaran sungai.mereka selalu waspada atas konkwensinya tinggal di bentaran sungai.


(10)

Untuk memperjelas gambaran umum Kelurahan Jati Kecamatan Medan Maimun , berikut merupakan data kependudukan tahun 2014 :

Tabel 4.1.1

Jumlah Penduduk WNI Kelurahan Jati Tahun 2014

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 580 Jiwa

2 Perempuan 1089 Jiwa

Sumber Kelurahan Jati Tahun 2014

Tabel 4.1.2

Jumlah penduduk Kelurahan Jati Berdasarkan Etnis Tahun 2014

No Suku Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 Jawa Taput Mandailing Karo Minang Aceh Dairi Nias 197 452 551 75 223 161 10 5


(11)

15 jiwa 96 jiwa 12 jiwa 56 jiwa 31 jiwa 20 jiwa

Sumber : Kelurahan Jati 2014

Tabel 4.1.3

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2014

No Pekerjaan

Jumlah 1 2 3 4 5 6 Pedagang Wiraswasta Buruh PNS TNI & POLRI

Sumber : Kelurahan Jati 2014

Tabel 4.1.4

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2014 No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 SD 275

2 SMP 425

3 SMA 650


(12)

Tabel 4.1.5

Jumlah Penduduk Bedasarkan Usia 2014

No Usia Jumlah

1 0-9 153

2 10-19 201

3 20-24 436

4 30-39 653

5 40-49 276

6 50-59 237

7 60-69 298

8 70 tahun ke atas 33

Jumlah

2287Jiwa

Sumber : Kelurahan Jati 2014

Tabel 4.1.6

Jumlah Penduduk Bedasarkan Agama 2014

No Agama Jumlah

1 Islam 878

5 PASCA SARJANA 60

6 AKADEMI 26


(13)

2 Katolik 312

3 Protestan 484

4 Hindu 51

5 Budha 286

Jumlah 2011


(14)

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Informan Utama

5.1.1 Informan 1

Nama : SH

Jenis kelamin : Perempuan

Suku : Jawa

Agama : Islam

Alamat : Kelurahan Jati Kecamatan Medan Maimun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status : Menikah

Pendidikan Terakhir : SMP

Informan pertama yang peneliti wawancarai adalah SH, seorang wanita bersuku jawa dan agama islam. Ibu sh berusia 45 tahun, pendidikan terakhir ibu SH adalan SMP. Pekejaan hari-hari ibu SH adalah mengurus rumah tangga. Jumlah anak ibu SH adalah 2 orang. Jumlah anggota keluarganya 4 orang termasuk suaminya. Suami ibu SH berprofesi sebagai penarik becak yang penghasilannya per bulan berkisar RP. 900.000 per bulan. Selain dari pekerjaan utama sebagai penarik becak, keluarga mereka tidak memiliki usaha sampingan. Mereka hanya mengharapkan sumber penghasilan utama dari hasil menarik becak . jika sakit dan suami tidak bisa bekerja, maka usaha pemenuhan kebutuhan sehari-hari pun terancam. Biasanya ibu SH harus mencari pinjaman ke temanya atau kerabat jika lagi membutuhkan uang, dan biasanya langsung melunasinya jika sudah punya uang, di karenakan ibu SH takut kehilangan kepercayaan. Meskipun demikian mereka tetap merasa


(15)

cukup, mereka selalu bersyukur dengan rezeky yang mereka dapatkan, mereka berbelanja keperluan seperlunya. Alasan ibu SH tinggal di wilayah bantaran sungai di karenakan mereka tidak punya pilihan lain. Jika ada tempat yang lebih layak, dan jika keluarga mereka sanggu p membayar kontrakan di tempat yang lebih bagus sebenarnya mereka tidak mau tinggal di kawasan bantaran sungai, mengingat bahaya yang sewaktu-waktu bisa mengancam keselamatan mereka. Seperti banjir tiba-tiba yang di karenakan hujan deras. Apalagi jika hal itu terjadi pada malam hari. Mereka sering seka khawatir. Berikut merupakan hasil wawancara penelitian yang peneliti cantumkan dalam tulisan :

“ibu punya 2 orang anak dek, jumlah anggota keluarga ada empat orang.ibu gak kerja sehari-hari ngurus rumah tangga aja lah, yang kerja bapak aja dek. Bapak kerjanya narik becak, tapi udah becak kami sendiri dek, jadi agak lumayan lah dek. Selain narik becak kami gak ada kerjaan sampingan dek, jadi yauda tergantung sama penghasilan bapak aja . kalau bapak sakit ancur kami dek, bingung ibu. Tapi alhamdulillah dek ada aja rejekinya. Kadang kalau pas gak ada uang pas bapak sakit, ya banyak juga yang peduli dek, ibu enak cari pinjaman ke kawan ibu, orang kalok ibu minjem uang cepat balikannya, kalo ada uang langsung ibu pulangkan. Karena bukan apa dek payah kita kalo uda gak di percaya sama orang. Sewaktu-waktu butuh payah. Ibu sebenernya pun malas tinggal di sini dek. Kalau punya uang banya ibuuda ngontrak tempat lain ataubeli rumah pun bila perlu. Di sini murah memanng biaya kontrak. Tapi tengok lah dek takut kali ibu banjir. Kalok ujan malam dah positip kami gak tidur. Kasian juga anak-anak sebenernya, ibu mikirin juga nasib anak-anak, kalau bisa cepat beli rumah di tempat lain lah, kecil gak papa yang penting aman dek “.


(16)

Kemudian saat mengenai kondisi sosial keluarga tersebut yang peneliti lihat lingkungan rumah mereka memang cukup bersih dari tetangga yang lainnya. Namun jika di lihat dari segi keamanan sangat miris. Rumah mereka tepat di bantaran sungai yang seharusnya menjadi zona hijau. Kemudian yang peneliti dapatkan di lapangan banyak sampah-sampah rumah tangga yang mereka buang ke sungai merusak pandangan di sekitarnya, tetapi memang sebenarnya . ditempat tersebut tidak terjamin dikarenakan banjir yang tiba-tiba melanda. Keluarga ibu SH pernah menerima bantuan sosial berupa RASKIN,dsb. Mereka sebenarnya tidak merasa nyaman tinggal dibantaran sungai, tetapi kondisi yang memaksa mereka tinggal dan bertahan ditempat tersebut. Mereka bertahan hidup dibantaran sungai faktor pendukung lainnya adalah karena mereka sudah nyaman dengan orang orang disekitar tempat mereka tinggal. Saat musim hujan lokasi bantaran sungai ini sering kali dilanda banjir. Berikut merupakan hasil wawancara penelitian yang peneliti cantumkan . berikut merupakan hasil wawancara penelitian :

“ disini yang membuat ibu betah sebenarnya orang orangnya juga, tetangganya udah kenal baik semua sama ibu, sedih juga rasanya mau pindah. Tapi kalok ada rejeki mau pindah tempat lain. Kalo dibilang aman ya aman kalok kasus pencurian jarang terjadi, takutnya banjir ini memang.

Analisis data

Dari data wawancara dan observasi yang telah peneliti lakukan selama penelitian pada keluarga ibu SH, disini peneliti menganalisis bahwa hal yang menyebabkan keluarga mereka tinggal di bantaran sungai adalah karena mereka tidak punya pilihan lain, penghasilan suami juga masih di bawah rata-rata, dimana menurut peneliti masih berada di dalam zona kemiskinan. Salah satu stragi mereka untuk tetap bertahan tinggal di


(17)

lingkungan bantaran sungai walaupun lingkungan tersebut berbahaya dan mengancang keselamatan mereka adalah mereka tetap bersyukur dengan apa yang di dapat,Ibu SH juga memanfaatkan penghasilan suami seoptimal mungkin agar pengeluaran atau belanja bulanan dapat terkontrol dan tidak boros. Mereka juga sudah menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tinggal mereka. Mereka tetap menjaga kebersihan lingkungan rumah mereka sebisa mungkin. Karena seperti yang kita tahu sangat banyak sampah-sampah yang terkadang mengendap di bantaran sungai.


(18)

5.1.2 Informan 2

Nama : NR

Usia : 30 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Suku : Jawa

Alamat : Kelurahan Jati, Kecamatan Medan Maimun

Pekerjaan : Pedagang

Agama : Islam

Status : Janda

Pendidikan Terakhir : SMA

Informan Kedua dalam Penelitian ini adalah Ibu NR, seorang wanita berusia 30 tahun, bersuku jawa, dan berdomisili di kelurahan jati, Kecamatan Medan Maimun. Beliau berstatus janda yang memiliki dua orang, anak pertama duduk di bangku SD dan anak ke dua belum bersekolah. Pendidikan terakhir ibu NR adalah SMA. Pekerjaannya sehari-hari adalah pedagang. Beliau berjualan di depan rumahnya dengan membuka kedai smpah kecil-kecilan. Jumlah tanggunga ibu NR ada 2 orang yaitu hanya anak-anaknya saja. Ibu NR baru bercerai dengan suaminya, jadi saat ini sumber penghasilan utama hanya dari kedai kecil yang dia miliki tersebut. Penghasilan seorang pedagang juga tidak menentu, jika dalam satu hari ibu NR mendapatkan keuntungan dua puluh ribu rupiah, maka akumulasi keuntungan dalam sebulan ibu NR mendapatkan penghasilan enam ratus ribu rupiah, dan jika lebih kemungkinan lebih pula penghasilan perbulannya. Ibu NR tidak punya penghasilan sampingan atau penghasilan tambahan. Sehari-hari hanya mengharapkan dari penghasilan warung, dari membiayai anak sekolah, sampai dengan


(19)

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mantan suami ibu NR juga tidak pernah mengirimkan uang bulanan untuk kebutuhan hidup anaknya. Jika dilihat dari segis kepemilikan harta benda, ibu NR hanya punya seadanya. Televisi berukuran minim,dan sebagainya. Ibu NR tidak memiliki sepeda motor, untuk transportasi ibu NR menggunakan angkutan umum. Alasan ibu NR tinggal di lingkungan tersebut karena tidak memiliki tanah untuk mendirikan rumah, jadi beliau memilih bantaran sungai sebagai alternatif lain. Berikut merupakan hasil kutipan wawancara penelitian dengan informan ke dua :

“ anak ibu dua dek, satu masih SD, dan yang satu blom sekolah. Jumlah tanggungan ya dua dek. Ibu kan udah cerai sama suami, sekarang ibu jualan dek, yah gini dek jualan jajanan anak-anak, yah kede sampah kecil-kecilan. Penghasilan sehari-hari Cuma dari hasil dagang ini lah dek, mana ada lagi. Kalo di bilang cukup ya alhamdulillah dek. Ibu tanah pun gak punya dek, kalo punya tanah males ibu tinggal di sini, yai ini nempel-nempel tinggalnya, tengok lah dinding rumah ibu gak bisa di buat sandaran, jebol nanti dek. Penghasilan sebulan tergantung dek. Orang dagang gak punya penghasilan tetap. Penghasilan ibu tergantung dek. Kalo sehari 20 ribu kau kalikan sendiri dek brapa perbulan, kadang ada rezeki lebih dari itu. Mantan lakik ku mana pernah peduli dek, gak pernah dia ngirim uang untuk anak anaknya. Ibu lah banting tulang.alat elektronik Cuma itu lah tv kesayangan kami, kondisinya udah tua gitu. Kadang rusak canelnya kami goyang antenanya dek, “

Yang peneliti amati, Lingkungan sosial yang mereka hadapi sehari-hari menurut peneliti cukup membahayakan, contohnya saja tempat bermain anak. Selepas pulang sekolah anak-anak mereka terkadang bermain di bantaran sungai dan mandi-mandi di sungai deli bersama sampah-sampah yang tak jarang lewat ketika anak-anak sedang mandi,


(20)

dari segi kesehatan pasti banyak kuman yang masuk kedalam tubuh, dan dari segi keamanan, jika lengah bisa jadi marabahaya mengancam seperti hanyut terbawa arus sungai dan tenggelam, anak ibu NR juga sudah terbiasa dengan lingkungan bermain di bantaran sungai dengan teman temanya. Ibu NR mencuci menggunakan air sungai, jika sungai telah tercemari dengan bakteri bisa jadi bakteri yang di bawa oleh sampah menempel di pakaian selanjutnya pakaian di pakai oleh keluarga mereka, mungkin dari segi kesehatan hal ini juga termasuk mengancam kesehatan keluarga. Tetapi karena kondisi tertentu ibu NR mau tidak mau harus tinggal di lingkungan tersebut. Dan yang peneliti lihat ibu NR juga telah merasa nyaman tinggal di bantaran sungai karena sudah terbiasa. Berikut merupakan pernyataan ibu NR saat peniliti melakukan wawancara penelitian mengenai kondisi sosial lingkungan :

“ Di bilang betah atau enggak ya di betah-betahin dek, kan ibu udah cukup lama juga tinggal di sini, jadi udah terbiasa juga tinggal di sini. Kalau masalah banjir pun gak setiap hari banjir dek. Palingan 1 tahun hanya beberapa kali aja. Ya anak ibu dari bayi tinggal sini udah biasa dia sama lingkungan sini, udah pande pun dia berenang, kadang ibu marahin, pulang sekolah langsung pigi maen, nyebur sungai. Kalau di bilang aman ya aman lingkungan ini dek. Yang penting jangan ceroboh narok barang kayak HP atau barang berharga lainnya, .”

Analisi Data :

Dari data wawancara dan observasi yang telah peneliti lakukan selama penelitian pada keluarga ibu NR, disini peneliti menganalisis bahwa hal yang menyebabkan keluarga mereka tinggal di bantaran sungai adalah karena mereka tidak punya pilihan lain, penghasilan suami juga masih di bawah rata-rata sama seperti informan sebelumnya,


(21)

dimana menurut peneliti masih berada di dalam zona kemiskinan. Salah satu stragi mereka untuk tetap bertahan tinggal di lingkungan bantaran sungai walaupun lingkungan tersebut berbahaya dan mengancam keselamatan mereka adalah mereka tetap menikmati suasana kondisi lingkungan sekitar. Berdagang adalah mata pencarian yang selama ini keluarga mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Ibu NR memanfaatkan seoptimal mungkin penghasilan dari hasil dagang untuk memenuhi kebutuhan primer.


(22)

5.1.3 Informan 3

Nama : TR

Usia : 43 tahun

Jenis kelamin : Laki-Laki

Suku : Batak

Alamat : Kelurahan Jati, Kecamatan Medan Maimun

Pekerjaan : Pedagang Botot

Agama : Kristen

Status : Menikah

Pendidikan Terakhir : SD

Informan Ketiga dalam Penletian ini adalah Kepala rumahtangga yaitu Bapak TR, seorang laki-laki berusia 49 tahun, bersuku batak dan berdomisili di Kelurahan Jati, Kecamatan Medan Maimun, pekerjaan sehari-hari adalah mencari Botot dan menjualnya ke agen. Bapak TR beragama kristen, dan pendidikan terakhir adalah SD. Bapak TR memiliki empat orang anak, dua laki-laki dan dua perempuan, jumlah tanggungan keluarga sebanyak enam orang termasuk istri. Bapak TR dan keluarga baru 5 tahun tinggaldi lingkungan tersebut. Sebelumnya mereka berasal darikota tebing tinggi. Karena alasan tertentu mereka pindah ke bantaran sungai deli. Bapak TR mencari botot di sekitarsungai dan kota medan sekitar tempat tinggalnya. Namun untuk memenuhi kebutuhan ekonomi saat ini telah terbantu, di karenakan anak pertama dan kedua telah dapat membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Dalam satu hari bapak penghasilan bapak TR bisa mencapai duapuluh lima ribu rupiah, jika di akumulasikan dalam satu bulan penghasilan bapak TR adalah tujuh


(23)

ratus lima puluh ribu, tetapi hal ini juga tidak tentu, bisa jadi lbih, bisa jadi kurang dari nilai nominal yang telah di sebutkan di atas. Bapak TR idak memiliki pekerjaan sampingan , tetapi penghasilan tambahan berasal dari anak-anaknya yang sudah bekerja , anak pertamanya bekerja sebagai hausekeeping di sebuah sekolah di lingkunga tempat tinggalnya, dan anak keduanya bekerja menjaga tokoh pakaian di pasar tradisional. Jadi pemasukan bulanan sudah cukup terbantu. Keluarga mereka memiliki satu sepeda motor yang saat ini masih berstatus kredit. Mereka memiliki televisi berukuran standart, jika di lihat kebutuhan elektronik juga sudah cukup memadai. Alasan bapak TR tinggal di lingkungan bantaran sungai karena strategis untuk mencari nafkah, murah, dan terjangkau. Berikut merupakan pernyataan pernyataan bapak TR saat di wawancarai :

“ aku baru empat tahun tinggal di sini dek, anggota ku ada empat, jumblah tanggungan lima dek, kerjaan ku cari botot dek, keliling naik becak dayung ke rumah-rumah, kadang ku cari sekitar sungai dek, terus ku jual lagi ke agen. Anak ku dua orang udah kerja, satu di sekolah bersi-bersi, yang ke dua jaga toko baju di pajak. Kebantu udah penghasilan keluarga kami.aku baru kredit motor itu dek. Kalau barang elektronik banyak juga, TV ada, Hp ada, Kipas angin ada, kulkas yang gak punya kami dek. Betah kami tinggal sini dek suka pulak aku liat air ngalirdek. Tenang pikiran aku, orang yang tinnggal di tengah kota belum tentu senang kan dek, lagi pulak memang enak aku cari botot sini dek. Banyak sampah plastik disini, nyangkut di bantaran sungai kadang dek. Akibat ulah orang yang gak bertanggung jawab, berarti kan berjasa juga aku dek, ku bersihkan sungai, aku keliling komplek dek cari barang bekas orangitu yang uda gak terpakai bisa di jual sama aku.kotornya untung aku dalam satu hari duapuluh lima ribu dek, bisa lebih lah, kadang kalo di bawah segitu yang azab aku dek, tapi sekarang gak pening-pening kali lah, anak ku


(24)

mandiri dek, pande orangtuh cari duit, kadang gak minta aku memang orang itu yang pengertian bantu orangtuanya. Memang salut lah nengok anak ku dek. Rajin orang itu, bantu biaya sekolah adik nya juga kadang. Sebenernya aku gak ngarap di kasi dek, asal orang itu senang sama kecukupan udah bersyukur aku dek.

Kondisi rumah bapak TR terbuat dari papan, namun papan rumah bapak TR terlihat lebih kokoh daripada rumah informan penelitian sebelumnya, bapak Tr juga merasa nyaman tinggal di lingkungan bantaran sungai, menurutnya hal ini membawa ketenanga sendiri, bahkan bapak TR pandai memanfatkan situasi, dengan memanfaatkan sampah di lingkungan atau sekitar bantaran sungai menjadi nilai ekonomi, yang mana cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga, hal tersebut yang membuat bapak TR bertahan di lingkungan bantaran sungai. Kondisi bantaran yang penuh sampah merupakan sumber rezeki bagi bapak TR,. Berikut merupakan hasil kutipan wawancara mengenai kondisi sosial lingkungan bapak TR, :

“ aku senang dek memang tenang pikiran aku denger suara air ngalir sama lihat air ngalir dek, lagi rezeki juga dek sampah bisa kita manfaatkan jadi sumber rezeki dek, uda nyaman aku tinggal di sini dek, murah pulak memang biaya kontraknya dek, uda empat tahun aku di sini dek aman-aman aja rasaku, perkasa banjir bisa kita atasi, pokoknya kalo udah ujan deras waspada aja dek, itu ajanya paleng bahayanya, banjir ngungsi kami dek, udah gampang, lagi gak tiap hari juga banjir kan dek.

Analisi Data :

Dari data wawancara dan observasi yang telah peneliti lakukan selama penelitian pada keluarga bapak TR, disini peneliti menganalisis bahwa kelurga bapak TR termasuk


(25)

dalam Keluarga Pra Sejahtera yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih dari 5 kebutuhan dasarnya (basic needs) Sebagai keluarga Sejahtera I, seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, papan, sandang dan kesehatan. Namun kondisi keluarga bapak TR lebih baik di banding Keluarha informan penelitian yang pertama dan ke dua, hal yang menyebabkan keluarga mereka bertahan hidup di bantaran sungai adalah bantaran sungai merupakan tempat yang strategis sebagai peluang usaha bagi keluarga mereka, biaya yang terjangkau,serta dapat juga di jadikan sarana rekreasi keluarga keluarga. Menurut bapak TR tempat tinggalnya cukup nyaman dan aman, beliau sangat menikmati tinggal di tempat tersebut.


(26)

5.1.4 Informan 4

Nama : RM

Usia : 51 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Suku : Batak

Alamat : Kelurahan Jati, Kecamatan Medan Maimun

Pekerjaan : Ibu Rumah tangga

Agama : Kristen

Status : Menikah

Pendidikan Terakhir : SD

Informan ke empat yang peneliti wawancarai adalah ibu RM, seorang wanita berusia lima puluh satu tahun bersuku batak, dan beragama kristen. Pendidikan terakhir adalah SD, ibu RM adalah seorang Ibu Rumah Tangga. Anak ibu RM berjumlah satu orang, dan saat ini anaknya telah berumahtangga dan tinggal di jalan denai medan. Pekerjaan sehari-hari suami ibu RM adalah berjualan Baso bakar di sekolah SD, saat ini mereka sudah tidak memiliki tanggungan lagi di karenakan putri mereka satu-satunya telah menikah, dan saat ini telh tinggal bersama suaminya. Penghasilan perbulan tidak menentu, tergantung dari seberapa laku barang dagangan mereka. Mereka tidak punya pekerjaan sampingan penghasilan utama mereka hanya dari berjualan Baso bakar, dan dari hasil berjualan sehari-hari menurut mereka sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Alasan mereka tinggal di bantaran sungai karena tidak ada pilihan lain dan mereka sudah lama tingggal di lingkungan


(27)

tersebut. Jadi sudah terasa nyaman. Barang elektronik yang mereka miliki juga sangat minim, dan seadanya.berikut merupakan pernyataan informan ke empat saat wawancara berlangsung :

“ jumlah anak ibu ada satu orang, dia udah nikah dan di bawak suaminya nak. Udah gak ada lagi tanggungan ibu sekarang tinggal berdua aja sama bapak. Bapak hari-harinya jualan baso bakar di SD, penghasilan gak nentu nak, tapi cukup nak. Orang Cuma dua orang kami nak. Kerjaan sampingan gak ada bapak nak. Ibu Cuma punya Tv nak, tengok lah itu nak model lama pun Tv nya. Ibu udah lama tinggal di sini, mau pindah pun sayang, udah enak di sini. Tetangga uda kayak kayak saudara nak. Nyaman udah nak.

Kondisi perumahan ibu RM sama halnya seperti kondisi pemukiman bantaran sungai pada umumnya, rumah dengan ukuran minim, dengan ruang gerak terbatas, namun kebersamaan mereka dengan tetangga terjalin dengan baik, hal inilah salah satu faktor pendukung ibu RM dan keluarga nyaman tinggal di bantaran sungai. Kemudian keterbatasan aset seperti kepemilikan tanah, dan harta benda juga tampaknya menjadi faktor pemicu utama keluarga ibu RM tinggal di bantaran sungai, yang mana menurut peneliti berbahaya bagi keselamatan mereka, berikut merupakan kutipan wawancara penelitian bersama informan ke empat :

“Ibu kalo gak tinggal di sini mau dimana lagi tinggal, disini ibu sudah lama nak, nyaman ibu rasa sudah, nanti kalau ada rezeky ibu buat ruma tempat lain, tapi ngumpulin uang dahulu memang. Di sini pun aman kok nak, memang ibu sangsi kali kalo banjir tiba-tiba, bisa hanyut rumah kami nak, makanya kalau uda hujan siaga kami nak. Tetangga saling mengingaatkan satu samalain.”


(28)

Analisis data

Menurut hasil analisis peneliti, alasan utama informan ke empat tinggal di bantaran sungai karena kondisinya yang serba keterbatasan, dan salah satu strategi informan ke empat dalam bertahan hidup jika di lihat dari sisi mata pencarian yaitu bedagang, dengan modal seadanya. Dan jika di lihat dari segi sosial yang membuat keluarga mereka bertahan hidup di bantaran sungai adalah orang-orang di sekitar yang ramah, atau tetangga yang sudah seperti saudara sendiri.


(29)

5.2 Analisis Data Informan

Dari empat informan penelitian yang telah di dapatkan di lapangan, rata-rata informan masuk kedalam kategori, Keluarga Pra Sejahtera Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih dari 5 kebutuhan dasarnya (basic needs) Sebagai keluarga Sejahtera I, seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, papan, sandang dan kesehatan. Krena seperti yang kita ketahui di dalam penelitian pada empat informan di atas kondisi rumah rata-rata kurang layak huni, ukurannya yang sempit dan keberadaannya yang tepat di bantaran sungai, dimana hal ini sangat membahayakan nyawa penduduk sekitar. Kemudian jika kita lihat kebutuhan kesehatan juga kurang memadai, sanitasi lingkungan yang kurang baik menurut peneliti hal ini mengganggu kesehatan warga, banyak sampah tergenang, dan jika banjir rumah jadi kotor.

Kemudian mengenai pemenuhan kebutuhan sandang pangan dan papan juga masih kurang memadai, salah satu strategi mengapa mereka bertahan hidup di bantaran sungai adalah mereka menikmati keadaan lingkungan sekitar, dalam kata lin mereka telah beradaptasi dengan kondisi lingkungan, kemudian kebanyakan dari mereka memanfaatkan profesi berdagang untuk bertahan hidup, kemudian biaya hidup di lingkungan tersebut cukup terjangkau. Alasan mereka tinggal di lingkungan itu karena mereka tidak punya pilihan akan tinggal di mana.

Peneliti mengategorikan kemiskinan tersebut kedalam kemiskinan relatif yaitu kemiskinan yang lebih banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan dimana seseorang ataupun keluarga itu tinggal. Sehingga walaupun seseorang atau keluarga itu pendapatnya dapat memenuhi seluruh keperluan primernya, akan tetapi masih tergolong berpendapatan rendah dibandingkan dengan individu lain di masyarakat maka seseorang tersebut disebut mengalami


(30)

kemiskinan relatif. Kemiskinan relatif dapat diperkirakan dengan memperhatikan golongan berpendapatan rendah dari suatu pola pembagian pendapatan.


(31)

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan

Strategi bertahan hidup adalah sebagai rangkaian tindakan yang dipilih secara standar oleh individu dan rumah tangga yang miskin secara sosial ekonomi. Melalui strategi ini seseorang bisa berusaha untuk menambah penghasilan lewat pemanfaatan sumber-sumber lain ataupun mengurangi pengeluaran lewat pengurangan kuantitas dan kualitas barang atau jasa. Cara-cara individu menyusun strategi dipengaruhi oleh posisi Individu atau kelompok dalam struktur masyarakat, sistem kepercayaan dan jaringan sosial yang dipilih, termasuk keahlian dalam memobilitasi sumber daya yang ada, tingkat keterampilan, kepemilikan aset, jenis pekerjaan, status gender dan motivasi pribadi.Berdasarkan analisis data yang telah di uraikan pada Bab V, peneliti membuat kesimpulan sebagai berikut, Bahwa strategi yang di gunakan informan untuk betahan hidup di bantaran sungai adalah mereka memanfaatkan sumberdaya yang ada, seperti sampah yang ada di sungai dapat informan manfaatkan sebahgai penghasilan, kemudian mereka lebih memili alternatif berdagang dalam bidang mata pencarian, dalam bertahan hidup di bantaran sungai mereka beradaptasi dengan lingkungan sekitar, baik itu lingkungan alam yang ekstrim dan lingkungan sosial mereka. Kebanyakan dari informan sudah nyaman dengan lingkungan sosial, hal ini yang menyebabkan informan dapat bertahan hidup di bantaran sungai.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka saran penulis adalahsebagai berikut : 1. Kepada masyarakat.

Kepada masyarakat agar dapat ikut serta melestarikan lingkungan sekitar terutama sungai, jangan membuang sampah ke sungai, akibatnya adalah banjir yang akan merugikan kita


(32)

sendiri, khususnya mereka yang tinggal di bantaran sungai agar tidak membuang sampah sembarangan, dan diharapkan waspada akan bahaya banjir.

2. Kepada Pemerintah

Bagi pemerintah agar melakukan upaya peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat dan melakukan pengentasan kemiskinan yang tepat sasaran. Khususnya masalah kemiskinan yang terjadi di bantaran sungai, agar segera di berikan solusi pengentasan masalah kemiskinan yang baik dan tanpa merugikan siapapun atau warga setempat yang hidup di bantaran sungai.


(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Strategi

Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun pada umumnya orang sering kali mencampuradukkan ke dua kata tersebut. Contoh berikut menggambarkan perbedaannya, "Strategi untuk memenangkan keseluruhan kejuaraan dengan taktik untuk memenangkan satu pertandingan". Pada awalnya kata ini dipergunakan untuk kepentingan militer saja tetapi kemudian berkembang ke berbagai bidang yang berbeda seperti strategi bisnis, olahraga (misalnya sepak bola dan tenis), catur, ekonomi, pemasaran, perdagangan, manajemen strategi, dll.

(https://id.wikipedia.org/wiki/Strategi, diakses pada tanggal 19 september 2015 pukul 10:00 WIB )

Strategi adalah metode atau rencana yang dipilih untuk membawa masa depan yang diinginkan, seperti pencapaian tujuan atau solusi untuk masalah; pengertian strategi adalah seni dan ilmu perencanaan dan memanfaat sumber daya untuk penggunaan yang paling efisien dan efektif. Istilah srategi berasal dari kata Yunani untuk ahli militer atau memimpin pasukan. Menurut Henry Mintzberg (1998), seorang ahli bisnis dan manajemen, bahwa pengertian strategi


(34)

terbagi atas 5 definisi yaitu strategi sebagai rencana, strategi sebagai pola, strategi sebagai posisi (positions), strategi sebagai taktik (ploy) dan terakhir strategi sebagai perpesktif.

1. Pengertian strategi sebagai rencana adalah sebuah program atau langkah terencana (a directed course of action) untuk mencapai serangkaian tujuan atau cita cita yang telah ditentukan; sama halnya dengan konsep strategi perencanaan.

2. Pengertian strategi sebagai pola (pattern) adalah sebuah pola perilaku masa lalu yang konsisten, dengan menggunakan strategi yang merupakan kesadaran daripada menggunakan yang terencana ataupun diniatkan. Hal yang merupakan pola berbeda dengan berniat atau bermaksun maka strategi sebagai pola lebih mengacu pada sesuatu yang muncul begitu saja (emergent).

3. Definisi strategi sebagai posisi adalah menentukan merek, produk ataupun perusahan dalam pasar, berdasarkan kerangka konseptual para konsumen ataupun para penentu kebijakan; sebuah strategi utamanya ditentukan oleh faktor faktor ekternal.

4. Pengertian strategi sebagai taktik, merupakan sebuah manuver spesifik untuk mengelabui atau mengecoh lawan (competitor)

5. Pengertian strategi sebagai perspektif adalah mengeksekusi strategi berdasarkan teori yang ada ataupun menggunakan insting alami dari isi kepala atau cara berpikir ataupun ideologis.

(http://www.apapengertianahli.com/2014/12/pengertian-strategi-menurut-beberapa-ahli.html diakses pada tanggal 19 september 2015 pukul 10:00 WIB )


(35)

1. Strategi Bertahan Hidup

Snel dan Staring dalam Resmi Setia (2005;6) mengemukakan bahwa strategi bertahan hidup adalah sebagai rangkaian tindakan yang dipilih secara standar oleh individu dan rumah tangga yang miskin secara sosial ekonomi. Melalui strategi ini

seseorang bisa berusaha untuk menambah penghasilan lewat pemanfaatan sumber

-sumber lain ataupun mengurangi pengeluaran lewat pengurangan kuantitas dan kualitas barang atau jasa. Cara-cara individu menyusun strategi dipengaruhi oleh posisi Individu atau kelompok dalam struktur masyarakat, sistem kepercayaan dan jaringan sosial yang dipilih, termasuk keahlian dalam memobilitasi sumber daya yang ada, tingkat keterampilan, kepemilikan aset, jenis pekerjaan, status gender dan motivasi pribadi.

Nampak bahwa jaringan sosial dan kemampuan memobilisasi sumber daya yang ada

termasuk didalamnya mendapatkan kepercayaan dari orang lain membantu individu dalam menyusun strategi bertahan hidup.Dalam menyusun strategi, individu tidak hanya menjalankan satu jenis strategi saja, sehingga kemudian muncul istilah multiple survival strategies atau strategi bertahan jamak. Selanjutnya Snel dan Starring mengartikan hal ini sebagai kecenderungan pelaku-pelaku atau rumah tangga untuk memiliki pemasukan dari berbagai sumber daya yang berbeda, karena pemasukan tunggal terbukti tidak memadai untuk menyokong kebutuhan hidupnya. Strategi yang berbeda-beda ini dijalankan secara bersamaan dan akan saling membantu ketika ada strategi yang tidak bisa berjalan dengan baik.

2.Teori Mc Clelland

Dalam teori ini ditekankan mengenai adanya beberapa individu memiliki dorongan yang kuat untuk berhasil. Mereka lebih berjuang untuk memperoleh pencapaian pribadi daripada memperoleh penghargaan. Mereka memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu dengan lebih


(36)

baik atau efisien dibandingkan sebelumnya. Dorongan ini kebutuhan pencapaian (nAch). Mc Clelland dalam Robinson (2007:230)

menemukan bahwa individu dengan prestasi tinggi membedakan diri mereka dari individu lain menurut keinginan mereka untuk melakukan hal-hal dengan lebih baik.

Mereka mencari situasi-situasi dimana bisa mendapatkan tanggung jawab pribadi guna mencari solusi atas berbagai masalah, bisa menerima umpan balik yang cepat tentang kinerja sehingga dapat dengan mudah mereka berkembang atau tidak, dan dimana mereka bisa menentukan tujuan-tujuan yang cukup menantang.

3. Teori Aksi

Dalam teori ini ditekankan bahwa individu menentukan sendiri barang sesuatu yang bermakna bagi dirinya sendiri. Jadi sebagai subyek, manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang memberikan makna baginya.

2.2 Pengertian Kemiskinan

Secara umum istilah miskin atau kemiskinan dapat dengan mudah kita artikan sebagai suatu kondisi yang kurang atau minim. Dalam hal ini konsep kurang maupun minim dilihat secara komparatif antara kondisi nyata kehidupan pribadi atau sekelompok orang di satu pihak dengan kebutuhan pribadi atau sekelompok orang di lain pihak. Pengertian minim di sini bersifat relative, dapat berbeda dengan rentang waktu yang berbeda. Dapat pula berbeda dengan lingkingan yang berbeda.

Suatu kondisi yang ada saat ini mungkin tergolong minim atau kurang, namun di masa lampau kondisi yang sama tidak tergolong minim atau kurang. Kondisi yang ad dapat di kategorikan sebagai minim atau kurang untuk lingkungan tertentu. Namun kondisi yang sama justru dapat di kategorikan cukup untuk ukuran lingkungan yang berbeda. Sebagai contoh


(37)

dengan kondisi tertentu yang dimiliki dan dihadapi seorang atau sekelompok orang di sebuah desa di jawah tengah dapat di kategorikan sebagai kondisi yang cukup atau memadai. Namun kondisi yang sama, yang di miliki dan dihadapi seseorang atau sekelompok orang di Jakarta jelas-jelas di kategorikan sebagai kondisi minim atau kurang.

Selain waktu dan lingkungan, kondisi yang di hadapi dan dialami seseorang atau sekelompok orang juga dapat di bedakan sebagai budaya maupun kelas. Budaya dan kelas dalam masyarakat yang berbeda tentu saja dapat menuntut standar kebutuhan yang berbeda pula. Oleh karena itu generalisasi standar hidup tidak di temukan dalam dunia nyata. ( Siagian Matias ,2012:4-5)

Langkah pertama yang tepat di lakukan dalam upaya memahami ikemiskinan secara holistic adalah dengan melakukan kajian tentang aspek-aspek kemiskinanitu sendiri yaitu :

1. Kemiskinan itu multi dimensi.

Sifat kemiskinan sebagai suatu konsep yang memiliki dimensi berakar dari kondisi kebutuhan manusia yang beraneka ragam. Akibatnya jika kita mengemukakakn seseorang atau suatu kelompok itu miskin, masih akan menimbulkan pertanyaan. Apanya yang miskin atau miskin apa? Sebagai contoh di tinjau dari segi kebijakan umum, maka kemiskinan itu meliputi aspek-aspek primer seperti miskin akan asset-asset, organisasi-organisasi sosial, kelembagaan sosial berbagai pengetahuan serta berbagai keterampilan yang di anggap dapat mendukung kehidupan manusia. Sedangkan aspek skundernya adalah minimnya informasi, jaringan sosial, dan sumber-sumber keuangan yang kesemuaanya merupakan factor-faktor yang dapat di gunakan memperoleh suatu fasilitas yang yang dapat mendukung upaya mempertahankan, bahkan meningkatkan kualitas hidup.


(38)

2. Aspek-aspek kemiskinan saling berkaitan , baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai konsekwensi logisnya, kemajuan atau kemunduran pada salahsatu aspek dapat mengakibatkan kemajuan atrau kemunduran pada aspek lainnya. Justru kondisi seperti inilah yang mengakibatkan tidak mudahnya menganalisis kemiskinan itu menuju pada pemahaman yang komperhensif. Hal lain yang juga harus di pahami sebagai konsekwensi logis dari kondisi kemiskinan seperti ini adalah pemahaman tentang kemiskinan hanya dapat di peroleh jika kita menganalisis kemiskinan itu secara agregat. 3. Kemiskinan itu adalah fakta yang terukur.

Fenomena yang sering kita temui adalah, pendapatan yang di peroleh sekelompok yang bermukim di tempat yang sama boleh sama, namun kualitas individu atau keluarga yang dimiliki mungkin saja berbeda. Keadaan yang demikian sering mengkondisikan kita untuk mengidentifikasi kemiskinan sebagai sesuatu yang serba abstrak dan tidak mungkin di ukur. Cara berfikir seperti ini harus di cegah kareana akan menjauhkan kita dari pemahaman yang bbenar dan holistic tentang kemiskinan itu sehingga kitapun mustahil dapat menemukan solusi.

4. Bahwa yang miskin adalah manusianya, baik secara individual maupun kolektif.

Kita sering mendengar istilah kemiskinan pedesaan, kemiskinan perkotaan, dan sebagainya. Berbagai istilah tersebut bukanlah berarti bahwa yang mengalami kemiskinan itu adalah desa atau kota. Kondisi desa kota itu merupakan penyebab kemiskinan bagi manusia. Yang demikian pihak yang menderita miskin hanyalah manusia, baik secara individu maupun kelompok , dan bukan wilayah. ( Siagian Matias, 2012:13-15)


(39)

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan, dll.

Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:

1. Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.

2. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi. Gambaran kemiskinan jenis ini lebih mudah diatasi daripada dua gambaran yang lainnya.

3. Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia. Gambaran tentang ini dapat diatasi dengan mencari objek penghasilan di luar profesi secara halal. Perkecualian apabila institusi tempatnya bekerja melarang.

Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori , yaitu Kemiskinan absolut dan Kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standar yang


(40)

konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa).

Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dg pendapatan dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari, dg batasan ini maka diperkiraan pada 2001 1,1 miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $2/hari."[1] Proporsi penduduk negara berkembang yang hidup dalam Kemiskinan ekstrem telah turun dari 28% pada 1990 menjadi 21% pada 2001.[1] Melihat pada periode 1981-2001, persentase dari penduduk dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang separuh. Tetapi , nilai dari $1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut.

Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota dan ghetto yang miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhannegara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara berkembang.

Dalam sebuah lingkungan belajar, terutama murid yang lebih kecil yang berasal dari keluarga miskin, kebutuhan dasar mereka seperti yang dijelaskan oleh Abraham Maslow dalam hirarki kebutuhan Maslow; kebutuhan ini beralih ke kemiskinan pada umumnya, yaituefek Matthew.


(41)

Perdebatan yang berhubungan dalam keadaan capital manusia dancapital individual seseorang cenderung untuk memfokuskan kepada akses capital instructional dan capital social yang tersedia hanya bagi mereka yang terdidik dalam sistem formal.

Deklarasi Copenhagen menjelaskan kemiskinan absolut sebagai "sebuah kondisi yang dicirikan dengan kekurangan parah kebutuhan dasar manusia, termasuk makanan, air minum yang aman, fasilitas sanitasi, kesehatan, rumah, pendidikan, dan informasi."

Bank Dunia menggambarkan "sangat miskin" sebagai orang yang hidup dengan pendapatan kurang dari PPP$1 per hari, dan "miskin" dengan pendapatan kurang dari PPP$2 per hari. Berdasarkan standar tersebut, 21% dari penduduk dunia berada dalam keadaan "sangat miskin", dan lebih dari setengah penduduk dunia masih disebut "miskin", pada 2001.

A. Jenis-Jenis Kemiskinan dan Pengaruh Terhadap Pelayanan Kesehatan

1. Kemiskinan strukural

Merupakan kemiskinan yang disebabkan kebijakan-kebijakan pemerintah yang belum pro rakyat. Menurut Lono Lastoro (Dosen Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada), kemiskinan struktural bukan karena kemalasan si miskin atau etos kerja, tetapi karena sistem sosial, politik dan ekonomi negara yang menyebabkan satu atau banyak kelompok termarginalkan.

Kemiskinan struktural yang muncul bukan karena ketidakmampuan si miskin untuk bekerja (malas), melainkan karena ketidakmampuan sistem dan struktur sosial dalam menyediakan kesempatan-kesempatan yang memungkinkan si miskin dapat bekerja. Struktur sosial tersebut tidak mampu menguhubungkan masyarakat dengan sumber-sumber yang tersedia, baik yang disediakan oleh alam, pemerintah maupun masyarakat yang ada disekitarnya. Mereka yang tergolong dalam kelompok ini adalah buruh tani, pemulung,


(42)

penggali pasir dan mereka yang tidak terpelajar dan tidak terlatih. Pihak yang berperan besar dari terciptanya kemiskinan struktural ini adalah pemerintah, karena pemerintah yang memiliki kekuasaan dan kebijakan cenderung membiarkan masyarakat dalam kondisi miskin, tidak mengeluarkan kebijakan yang pro masyarakat miskin, jikapun ada lebih berorientasi pada proyek, bukan pada pembangunan kesejahteraan. Sehingga tidak ada masyarakat miskin yang „naik kelas‟, artinya jika pada awalanya buruh, nelayan, pemulung maka selamanya menjadi buruh nelayan dan pemulung, karena tidak ada upaya dalam menaikan derajat dan kemampuan mereka baik itu dalam kesempatan pendidikan atau pelatihan.

a. Beberapa faktor yang dianggap sebagai penyebab kemiskinan majemuk meliputi tiga aspek yaitu :

1. .Kelembagaan, rakyat miskin tidak punya akses ke pembuat keputusan dan kebijakan, sedangkan kelembagaan yang ada tidak pernah menjaring atau menyalurkan aspirasi yang muncul dari bawah, dan setiap kebutuhan rakyat miskin sudah didefinisikan dari atas oleh kelembagaan yang ada, sehingga kemiskinan tidak dapat terselesaikan.

2. Regulasi, kebijakan pemerintah yang mengutamakan kepentingan ekonomi.Kebijakan ekonomi dalam investasi modal pada sektor-sektor industri yang tidak berbasis pada potensi rakyat menutup kesempatan masyarakat untuk mengembangkan potensinya dan menjadi akar proses pemiskinan.

3. Good governance, tidak adanya transparansi dan keterbukaan pada pembuatan dan pelaksanaan kebijakan yang mengakibatkan kebijakan hanya bisa diakses oleh orang-orang tertentu. Segala bentuk regulasi diputuskan oleh lembaga-lembaga pembuat kebijakan tanpa mengikutkan para pelaku yang terlibat dan tidak memahami aspirasi rakyat miskin sehingga kebijakan yang muncul tidak mendukung rakyat miskin.


(43)

b. Aspek politik yang mengakibatkan kemiskinan yaitu: 1. Tidak ada budaya demokrasi yang mengakar.

2. Keputusan-keputusan politik yang sangat dipengaruhi keputusan dan kepentingan politik dari luar negeri.

3. Tidak ada kontrol langsung dari rakyat terhadap birokrasi.

4. Tidak berdayanya mekanisme dan sistem perwakilan politik menghadapi kepentingan modal.

c. Aspek ekonomi yang mengakibatkan munculnya kemiskinan yaitu: 1. Kebijakan globalisasi atau liberalisasi sistem ekonomi.

2. Rendahnya akses terhadap faktor produksi pembangunan yang berorientasipertumbuhan.

3. Spekulasi mata uang.

d. Aspek sosial budaya yang mengakibatkan kemiskinan yaitu: 1. Hancurnya identitas sosio kultural yang hidup di masyarakat.

2. Hancurnya kemampuan komunikasi antar berbagai kelompok dan gerakan social. 3. Marginalisasi mayoritas rakyat.

4. Lemahnya kelembagaan yang ada.

5. Kuatnya budaya bisu di semua lapisan masyarakat. 2. Kemiskinan Kultural

Sedangkan kebudayaan kemiskinan, merupakan kemiskinan yang muncul sebagai akibat adanya nilai-nilai atau kebudayaan yang dianut oleh orang-orang miskin, seperti malas, mudah menyerah pada nasib, kurang memiliki etos kerja, atau mungkin adanya budaya hedonisme, dan sebagainya. Ciri dari kebudayaan kemiskinan ini adalah masyarakat enggan mengintegrasikan


(44)

dirinya dalam lembaga-lembaga utama, sikap apatis, curiga, terdiskriminasi oleh masyarakat luas. Dalam komunitas lokal ditemui ada rumah yang bobrok, penuh sesak dan bergerombol. Ditingkat keluarga, masa kanak-kanak cenderung singkat, cepat dewasa, cepat menikah. Pada individu mereka ada perasaan tidak berharga, tidak berdaya dan rendah diri akut. Pandangan lain tentang budaya kemiskinan adalah, bahwa kebudayaan kemiskinan merupakan efek domino dari belenggu kemiskinan struktural yang menghinggap masyarakat terlalu lama, sehingga membuat masyarakat apatis, pasrah, berpandangan jika sesuatu yang terjadi adalah takdir, dalam konteks keagamaan disebut dengan pahamJabariah, terlebih paham ini disebarkan dan di doktrinasikan dalam mimbar agama. Contoh kemiskinan ini ada pada masyarakat pedesaan, komunitas kepercayaan atau agama, dan kalangan marginal lainnya.

3. Kemiskinan Rasional

Merupakan suatu kemiskinan yang disebabkan oleh keterbatasan kualitas maupun kuantitas SDA dan SDM, tidak adanya/ hilangnya sumber daya alam yang menguntungkan dan kurangnya keahlian dan kualitas sumber daya manusianya mau tidak mau menjadi penyebab terjadinya kemiskinan rasional. Selain itu pula bisa diakibatkan oleh musibah, bencana alam dan bencana-bencana lainnya, seperti tahun 2004 ketika terjadi tsunami di Aceh, suka tidak suka masyarakat yang terkena tsunami harus kehilangan harta benda mereka dan hidup dengan kekurangan, atau mungkin sama halnya dengan korban amuk massa dan sebagainya. Juga dalam konsep roda kehidupan, dimana ada saatnya seorang pemilik perusahaan yang jatuh miskin dikarenakan perusahaanya merugi, berubahnya seseorang yang kaya menjadi miskin karena sebab dan akibat yang masuk akal.


(45)

2.2.1 Indikator Kemiskinan 2.2.1.1 Menurut BPS

Pengertian kemiskinan antara satu Negara dengan Negara lain tentu berbeda. Di Indonesia, pemerintah melalui Badan Pusat Statistik (BPS) membuat kriteria kemiskinan, agar dapat menyusun secara lengkap pengertian kemiskinan sehinggadapat diketahui dengan pasti jumlahnya dan cara tepat menanggulanginya. Kriteria BPS tersebut adalah:

1. Tidak miskin, mereka yang pengeluaran per orang per bulan lebih dari Rp 350.610. 2. Hampir Tidak Miskin, dengan pengeluaran per bulan per kepala antara Rp 280.488.s/d. –

Rp 350.610.- atau sekitar antara Rp 9.350 s/d. Rp11.687.- per orang per hari. Jumlah masyarakat yang dikategorikan “hampir tidak miskin” mencapai 27,12 juta jiwa.

3. Hampir Miskin, dengan pengeluaran per bulan per kepala antara Rp 233.740.- s/d Rp 280.488.- atau sekitar antara Rp 7.780.- s/d Rp 9.350.- per orang per hari. Jumlah masyarakat yang dikategorikan “hampir miskin” mencapai 30,02 juta.

4. Miskin, dengan pengeluaran per orang perbulan per kepala Rp 233.740.-kebawah atau sekitar Rp 7.780.- kebawah per orang per hari.Jumlah masyarakat yang dikategorikan “miskin” mencapai 31 juta.

5. Sangat Miskin (kronis), tidak ada kriteria berapa pengeluaran per orang per hari. Tidak diketahui dengan pasti berapa jumlah pastinya. Namun, diperkirakan masyarakat yang dikategorikan “sangat miskin” mencapai sekitar 15 juta.

Telah banyak program dari pemerintah untuk penanggulangan kemiskinan. Salah satunya yaitu Program Bantuan Langsung Tunai (BLT). Dalam penetapan keluarga miskin yang berhak menerima bantuan ini, pemerintah menggunakan acuan dari BPS tentang 14 Kriteria Kemiskinan, yaitu:


(46)

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.

2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.

3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain. 5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan. 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah. 8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.

9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun. 10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik. 12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan

0, 5 ha. Buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp 600.000 per bulan. 13. Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat

SD/hanya SD.

14. 500.000, seperti: sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

2.2.1.2 Menurut Bapenas

Indikator kemiskinan menurut Bappenas (2006) adalah: 1. Terbatasnya kecukupan dan mutu pangan


(47)

3. Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan 4. Terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha

5. Lemahnya perlindungan terhadap aset usaha dan perbedaan upah 6. Terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi

7. Terbatasnya akses terhadap air bersih

8. Lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah

9. Memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya alam, serta terbatasnya akses masyarakat terhadap sumber daya alam

10. Lemahnya jaminan rasa aman 11. Lemahnya partisipasi

12. Besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga; 13. Tata kelola pemerintahan yang buruk yang menyebabkan inefisiensi dan inefektivitas

dalam pelayanan publik, meluasnya korupsi, dan rendahnya jaminan sosial terhadap masyarakat.

2.2.1.3 Menurut Keluarga Sejahtera ( KS )

Indikator Keluarga Sejahtera pada dasarnya berangkat dari pokok pikiran yang terkandung didalam undang-undang no. 10 Tahun 1992 disertai asumsi bahwa kesejahteraan merupakan variabel komposit yang terdiri dari berbagai indikator yang spesifik dan operasional. Berikut indikator menurut Keluarga Sejahtera ( KS ) :

a. Keluarga Pra Sejahtera

Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih dari 5 kebutuhan dasarnya (basic needs) Sebagai keluarga Sejahtera I, seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, papan, sandang dan kesehatan.


(48)

b. Keluarga Sejahtera Tahap I

Adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal yaitu:

1. Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga. 2. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 (dua) kali sehari atau lebih.

3. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian.

4. Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah.

5. Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin ber-KB dibawa ke sarana / petugas kesehatan.

c. Keluarga Sejahtera tahap II

Yaitu keluarga-keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kriteria keluarga sejahtera I, harus pula memenuhi syarat sosial psikologis 6 sampai 14 yaitu :

1. Anggota Keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.

2. Paling kurang, sekali seminggu keluarga menyediakan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk.

3. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru per tahun. 4. Luas lantai rumah paling kurang delapan meter persegi tiap penghuni rumah.

5. Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat.

6. Paling kurang 1 (satu) orang anggota keluarga yang berumur 15 tahun keatas mempunyai penghasilan tetap.

7. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa membaca tulisan latin. 8. Seluruh anak berusia 5 - 15 tahun bersekolah pada saat ini.


(49)

9. Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia subur memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil)

d. Keluarga Sejahtera Tahap III

Yaitu keluarga yang memenuhi syarat 1 sampai 14 dan dapat pula memenuhi syarat 15 sampai 21, syarat pengembangan keluarga yaitu :

1. Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.

2. Sebagian dari penghasilan keluarga dapat disisihkan untuk tabungan keluarga untuk tabungan keluarga.

3. Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan itu dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.

4. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. 5. Mengadakan rekreasi bersama diluar rumah paling kurang 1 kali/6 bulan. 6. Dapat memperoleh berita dari surat kabar/TV/majalah.

7. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi yang sesuai dengan kondisi daerah setempat.

e. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus

Keluarga yang dapat memenuhi kriteria 1 sampai 21 dan dapat pula memenuhi kriteria 22 dan 23 kriteria pengembangan keluarganya yaitu :

1. Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materiil.

2. Kepala Keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat.


(50)

Adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi :

1. Paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging/ikan/telor.

2. Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru.

3. Luas lantai rumah paling kurang 8 meter persegi untuk tiap penghuni. g. Keluarga Miskin Sekali

Adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi :

1. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih.

2. Anggota keluarga tidak memiliki pakaian berbeda untuk dirumah, bekerja/sekolah dan bepergian.

3. Bagian lantai yang terluas bukan dari tanah.

2.3 Penyebab Kemiskinan

Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:

1. penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin. Contoh dari perilaku dan pilihan adalah penggunaan keuangan tidak mengukur pemasukan.

2. penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga. Penyebab keluarga juga dapat berupa jumlah anggota keluarga yang tidak sebanding dengan pemasukan keuangan keluarga.


(51)

3. penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar. Individu atau keluarga yang mudah tergoda dengan keadaan tetangga adalah contohnya.

4. penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi. Contoh dari aksi orang lain lainnya adalah gaji atau honor yang dikendalikan oleh orang atau pihak lain. Contoh lainnya adalah perbudakan.

5. penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.

Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari kemalasan, namun diAmerika Serikat (negara terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagaipekerja miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.

2.4. Kebutuhan Manusia

Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkan mahluk hidup dalam aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) bagi setiap individu untuk berusaha. Pada dasarnya,manusia bekerja mempunyai tujuan tertentu,yaitu memenuhi kebutuhan. Kebutuhan tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Selama hidup manusia membutuhkan bermacam-macam kebutuhan. Seperti: makanan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Kebutuhan dipengaruhi oleh kebudayaan, lingkungan, waktu, dan agama. Semakin tinggi tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin tinggi / banyak pula macam kebutuhan yang harus dipenuhi.

Model akademis kebutuhan yang paling terkenal adalah model yang dikembangkan oleh Abraham Maslow, yaitu Teori hierarki kebutuhan Maslow. Dalam model itu, ia menyatakan


(52)

bahwa manusia memiliki berbagai tingkat kebutuhan, mulai dari keamanan sampai aktualisasi diri. Model ini kemudian dikembangkan lagi oleh Clayton Alderfer.

Studi akademis tentang kebutuhan mencapai puncaknya pada tahun 1950-an. Saat ini, studi tentang kebutuhan kurang banyak diminati. Meskipun begitu, ada beberapa studi terkenal yang berhubungan dengan kebutuhan, misalnya studi yang dilakukan oleh Richard Sennett yang meniliti tentang pentingnya rasa hormat. Studi lain yang dipelajari adalah tentang konsep kebutuhan intelektual yang teliti dalam kependidikan.

Model Compassionate Communication, dikenal juga dengan nama Nonviolent Communication (NVC) buatan Marshall Rosenberg menyebutkan tentang adanya perbedaan antara kebutuhan universal manusia (apa yang menopang dan mendorong kehidupan manusia) dengan strategi tertentu untuk memuaskan kebutuhan itu. Bertentangan dengan Maslow, model Rosenberg tidak membagi kebutuhan ke dalam hierarki-hierarki tertentu. Dalam model tersebut, perasaan dijadikan indikator apakah kebutuhan itu telah terpuaskan atau belum. Salah satu tujuan dari model Rosenberg ini adalah mendorong manusia untuk mengembangkan kesadaran bahwa kebutuhan makhluk hidup akan terus bertambah sepanjang hidupnya sehingga manusia harus berusaha mencari strategi yang lebih efektif untuk menutupi kebutuhannya itu.

A. Kebutuhan menurut tingkatan atau intensitasnya :

1. Kebutuhan primer

Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang harus/wajib terpenuhi, artinya apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka manusia akan mengalami kesulitan dalam hidupnya. Contoh: sandang (pakaian), pangan (konsumsi), papan (tempat tinggal),pendidikan dan pekerjaan (sifatnya opsional)


(53)

Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang pemenuhannya setelah kebutuhan primer terpenuhi, namun tetap harus dipenuhi, agar kehidupan manusia berjalan dengan baik. Contoh: pariwisata, rekreasi, hiburan

3. Kebutuhan tersier

Kebutuhan tersier adalah kebutuhan yang dipenuhi setelah kebutuhan primer dan sekunder terpenuhi. Contoh: mobil, sepeda motor, komputer, handphone, tablet, dll.

B. Kebutuhan menurut waktunya

1. Kebutuhan Sekarang

Kebutuhan sekarang adalah kebutuhan yang pemenuhannya tidak bisa ditunda-tunda lagi/kebutuhan yang harus segera dipenuhi. Contoh: makan, minum, sandang, tempat tinggal, dan obat-obatan

2. Kebutuhan yang akan datang/masa depan

Kebutuhan yang akan datang adalah kebutuhan yang pemenuhannya dapat ditunda, tetapi harus dipikirkan mulai sekarang. Contoh: tabungan

3. Kebutuhan tidak terduga

Kebutuhan ini disebabkan sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba / tidak disengaja yang sifatnya insidental. Contoh : konsultasi kesehatan

4. Kebutuhan sepanjang waktu

Kebutuhan sepanjang waktu adalah kebutuhan yang memerlukan waktu lama

C. Kebutuhan menurut sifatnya


(54)

Kebutuhan jasmani adalah kebutuhan yang diperlukan untuk pemenuhan fisik/jasmani yang sifatnya kebendaan. Contoh: makanan, pakaian, olahraga, dan istirahat

2. Kebutuhan rohani

Kebutuhan rohani adalah kebutuhan yang diperlukan untuk pemenuhan jiwa atau rohani. Kebutuhan ini sifatnya relatif karena tergantung pada pribadi seseorang yang membutuhkan. Contoh: beribadah, rekreasi, kesenian, dan hiburan

Kebutuhan menurut subyeknya 3. Kebutuhan individu

Kebutuhan individu adalah kebutuhan yang hanya diperlukan untuk memenuhi kebutuhan seorang saja. Contoh: kebutuhan petani waktu bekerja berbeda dengan kebutuhan seorang dokter

4. Kebutuhan sosial (kelompok)

Kebutuhan sosial adalah kebutuhan yang diperlukan untuk memenuhi kepentingan bersama kelompok. Contoh: siskamling, gedung sekolah, rumah sakit, dan jembatan serta berbagai contoh yang lainnya.

(https://id.wikipedia.org/wiki/Kebutuhan diakses pada tanggal 22 september 2015 pukul 11:00 WIB)

2.5 Peran dan Fungsi Keluarga

A. Fungsi agama

Agama adalah dasar kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang ada sejak dalam kandungan.Keluarga adalah tempat pertama seorang anak mengenal agama. Keluarga juga menanamkan dan menumbuhkan serta mengembangkan nilai-nilai agama, sehingga anak menjadi manusia yang berakhlak baik dan bertaqwa.Setiap manusia mempunyai kewajiban yang berbeda.Kewajiban tersebut disesuaikan berdasarkan umur dan profesinya. Karena itu penting


(55)

bagi maing-masing individu untuk mengetahui dan dasar dengan tanggung jawab yang dipikulnya, termasuk dengan pengetahuan akan eksitensinya sebagai manusia yang dicipta oleh yang Maha Pencipta.

Manusia pada hakekatnya dciptakan tak lain adalah untuk menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena itu sangat pantaslah sekiranya setiap langkah yang akan dituju oleh setiap manusia hanyalah mengharap atas ridho dari Allah SWT. Dalam hidup perjalanan setiap manusia sesungguhnya tak lepas dari sekedar menjalani sebuah skenario yang telah digariskan oleh yang Maha mengatur, sehingga masing-masuing orang satu sama lain baik rezeki, musibah dan takdir pasti tidak akan sama, karena disitulah letak kerahasiaan dari Sang Pencipta. Dalam fungsi agama, terdapat 12 nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga. Dua belas nilai dasar tersebut diantaranya:

1. Iman, yang dimaksud dengan iman yaitu mempercayai akan adanya Allah SWT, Tuhan YME, mengamalkan segala ajaranNya.

2. Taqwa, yang dimaksud dengan taqwa adalah mengamalkan segala sesuatu yang diperintahkan dan menghindari segala yang dilarang Allah SWT.

3. Kejujuran, yang dimaksud dengan kejujuran yaitu menyampaikan apa adanya.

4. Tenggang rasa ditandai dengan adanya kesadaran bahwa setiap orang berbeda dalam setiap sifat dan karakternya.

5. Rajin, maksudnya menyediakan dan tenaga untuk menyelesaikan tugasnya dengan berusaha untuk mendapatkan hasil yang terbaik.

6. Kesalehan, maksudnya memiliki nilai moral yang tinggi dengan melakukan sesuatu yang benar secara konsisten.


(56)

7. Ketaatan, maksudnya dengan segera dan senang hati melaksanakan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.

8. Suka membantu, memiliki kebiasaan menolong dan membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan.

9. Disiplin, maksudnya menepati waktu, mematuhi aturan yang telah disepakati.

10.Sopan santun, maksudnya adalah seseorang yang berperilaku sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai agama.

11.Sabar dan Ikhlas, maksudnya kemampuan seseorang untuk menahan diri dalam menginginkan sesuatu serta dalam menghadapi suatu kesulitan.

12.Kasih sayang, merupakan ungkapan perasaan dengan penuh perhatian, kesadaran dan kecintaan terhadap seseorang.

B. Fungsi Sosial Budaya

Dalam fungsi sosial budaya, terdapat 7 (tujuh) nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga. Tujuh nilai dasar tersebut diantaranya:

1. Gotong royong, melakukan pekerjaan secara bersama-sama yang dilandasi oleh sukarela dan kekeluargaan.

2. Sopan santun, perilaku seseorang yang sesuai dengan norma-norma sosial budaya setempat.

3. Kerukunan, hidup berdampingan dalam keberagaman secara damai dan harmonis. 4. Peduli, mendalami perasaan dan pengalaman orang lain.

5. Kebersamaan, adanya perasaan bersatu, sependapat, dan sekepentingan.

6. Toleransi, bersikap menghargai pendirian yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.


(57)

7. Kebangsaan, kesadaran diri sebagai warga Negara Indonesia harus menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa.

C. Fungsi Cinta dan Kasih Sayang

Dalam fungsi cinta dan kasih sayang terdapat 8 (delapan) nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga, diantaranya adalah:

1. adalah memahami dan mengerti akan perasaan orang lain.

2. Akrab, hubungan yang dilandasi oleh rasa kebersamaan dan kedekatan perasaan 3. Adil, memerlukan orang lain dengan sikap tidak memihak

4. Pemaaf, dapat menerima kesalahan orang lain tanpa perasaan dendam 5. Setia, maksudnya adalah setia terhadap kesepakatan

6. Suka menolong, ditandai dengan tindakan suka menolong dan suka membantu orang lain

7. Pengorbanan, kerelaan memberikan sebagian haknya untuk membantu orang lain 8. Tanggung jawab, mengetahui serta melakukan apa yang menjadi tugasnya. D. Fungsi Perlindungan

Dalam fungsi perlindungan terdapat 5 (lima) nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga. Nilai dasar tersebut diantaranya:

1. Aman, dimaksudkan suatu perasaan yang terbatas dari ketakutan dan kekhawatiran 2. Pemaaf, memberitahukan atau menunjukkan kesalahan seseorang dan memberi

kesempatan untuk memperbaikinya

3. Tanggap, maksudnya mengetahui dan menyadari sesuatu yang akan membahayakan/mengkhawatirkan


(58)

5. Peduli, suatu upaya untuk memelihara, melindungi lingkungan dari kerusakan E. Fungsi Reproduksi

Diantaranya adalah tanggung jawab, sehat, dan teguh.

1. Tanggung jawab, dimaksudkan untuk mengetahui apa yang menjadi tugasnya

2. Sehat, dimaksudkan untuk keadaan sehat secara fisik, fungsi dan system reproduksi serta rohani/emosional, orang yang sehat dalam fungsi reproduksi di cirikan dengan kemampuan seseorang menjaga kebersihan dan kesehatan reproduksinya.

3. Teguh, dimaksudkan untuk keteguhan dalam fungsi reproduksi yaitu kemampuan seseorang mampu menjaga kesucian organ reproduksinya sebelum menikah.

F. Fungsi Sosialisasi dan pendidikan

Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia dalam kehidupannya saling membutuhkan bantuan satu sama lain, hidup secara berkelompok dan bermasyarakat. Setiap manusia memiliki system sosial terkecil yaitu keluarga.Menurut Coleman dan Cressey, Keluarga adalah sekelompok orang yang di hubungkan oleh pernikahan, keturunan atau adopsi yang hidup bersama dalam sebuah rumah tangga.

Orang tua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya.Keluarga selain berfungsi sebagai pendidik juga sebagai pembimbing dan pendamping dalam tumbuh kembang anak, baik secara fisik, mental, sosial dan spiritual.Mendidik anak adalah kewajiban orang tua.

Dalam fungsi sosialisasi dan pendidikan terdapat 7 nilai dasar yang mesti di pahami dan ditanamkan dalam keluarga. Ketujuh nilai dasar tersebut diantaranya :

1. Percaya diri dalam fungsi sosialisasi/pendidikan adalah kebebasan berbuat secara mandiri dengan mempertimbangkan serta memutuskan sendiri tanpa bergantung pada orang lain.


(59)

2. Luwes dalam fungsi sosialisasi dan pendidikan adalah mudah menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi misalnya mudah bergaul dengan siapa saja.

3. Bangga dalam fungsi sosialisasi dan pendidikan, yaitu perasaan senang yang dimiliki, ketika selesai melaksanakan tugas/pekerjaan yang menantang atau berhasil meraih sesuatu yang di inginkan.

4. Rajin dalam fungsi sosialisasi dan pendidikan yaitu menyediakan waktu dan tenaga untuk menyelesaikan tugasnya dengan berusaha untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

5. Kreatif dalam fungsi sosial dan pendidikan

6. Tanggungjawab dalam fungsi sosialisasi danb pendidikan maksudnya mengetahui serta melakukan apa yang telah menjadi tugasnya.

7. Kerjasama dalam fungsi sosialisasi dan pendidikan maksudnya melakukan sesuatu pekerjaan secara bersama-sama.

G. Fungsi Ekonomi

Dalam menjalani kehidupan manusia membutuhkan berbagai jenis dan macam barang-barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhannya diantaranya adalah:

1. Kebutuhan primer

Kebutuhan primer adalah kebutuhan pokok yang benar-benar sangat di butuhkan oleh keluarga dan sifatnya wajib untuk dipenuhi, contohnya kebutuhan sandang, pangan, dan papan. 2. Kebutuhan sekunder

Kebutuhan skunder keluarga adalah kebutuhan yang diperlukan setelah semuakebutuhan pokok terpenuhi, contohnya kebutuhan rekreasi, kebutuhan transportasi, kesehatan dan pendidikan.


(60)

3. Kebutuhan tersier

Kebutuhan tersier keluarga adalah kebutuhan manusia yang sifatnya mewah, tidak sederhana dan berlebihan yang timbul setelah terpenuhinya kebutuhan promer dan kebutuhan skunder, contohnya adalah mobil, computer, apartemen, dan lainsebagainya.

H. Fungsi Lingkungan

Dalam fungsi lingkungan terdapat 2 (dua) nilai dasar yang mesti di pahami dan di tanamkan dalam keluarga. Kedua nilai dasar tersebut diantaranya :

1. Bersih maksudnya suatu keadaan lingkungan yang bebas dari kotoran, sampah dan polusi. 2. Disiplin, maksudnya mematuhi aturan dan kesepakatan yang berlaku (Kurikulum Diklat


(61)

2.6 Kerangka Pemikiran

Persaingan hidup di kota juga semakin keras,setiap orang bersaing belomba-lomba mendapatkan pekerjaan dan membuka peluang usaha.sebagai masyarakat miskin kota yang tidak punya power,aset,sempitnya wawasan,dan tebatasnya jaringan dan lain sebagainya,tentu saja masyarakat miskin tersebut memiliki kendala atau kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga.dalam hal ini sebagai perhatian dari kehidupan sosial peneliti tertarik ingin mengetahui bagaimana strategi masyarakat miskin perkotaan dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga dengan studi kasus di bantaran sungai deli kelurahan jati kecamatan medan maimun..

Strategi Masyarakat Miskin Perkotaan

Bertahan Hidup

-sistem kepercayaan

-jaringan social

-keterampilan Individu -jenis pekerjaan


(62)

2.7 Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah khusus yang di gunakan para ahli dalam upaya menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan di teliti, untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang akan di jadikan objek penelitian. Dengan kata lain, penulis berupaya membawa para pembaca bahwa hasil penelitian ini untuk memaknai konsep sesuai dengan yang di inginkan dan di maksudkan oleh penulis. Jadi definisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang di anut dalam suatu penelitian. (Siagian,2011:138)

Untuk lebih memahami pengertian konsep-konsep yang akan di gunakan, maka penulis membatasi konsep-konsep sebagai berikut :

1. Yang di maksud dengan Strategi dalam penelitian ini adalah metode atau rencana yang dipilih untuk membawa masa depan yang diinginkan, seperti pencapaian tujuan atau solusi untuk masalah

2. Yang di maksud dengan masyarakat miskin perkotaan adalah suatu kondisi hidup yang kurang mampu atau minim yang di alami masyarakat di perkotaan.

3. Yang dimaksud Bertahan Hidup adalah rangkaian tindakan yang dipilih secara standar oleh individu dan rumah tangga yang miskin secara sosial ekonomiuntuk memenuhi kebutuhan hidupnya.


(1)

ii

6. Kepada abang saya ardi dan ricky serta adik saya anisah serta tak lupa pula terimakasih atas motivasinya, semoga mereka di berikan kemudahan untuk menyelesaikan studi nya. 7. Kepada para sahabat tercinta Eka khaparistia ,Sriertina, Sumiharlia S, Sausan Faras,M

Halim, M Fikri, Shilla Shalera,Indah S, Loling, Nancy A, Arina, Heni,Sonia, dan para sahabat yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu per satu, terimakasih atas kerjasamanya selama ini, dukungan serta motivasinya. Semoga mereka di berikan kemudahan dalam menyelesaikan studi dan menjalankan aktivitasnya.

8. Kepada sahabat seperjuangan serta rekan-rekan Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, terimakasih selama ini telah menjadi rekan dan sahabat yang baik, selama ini kita telah berjuang bersama-sama. Semoga kita semua sukses.

9. Kepada Muhammad Rifai terima kasih atas bantuan baik motivasi,tenaga dan waktu yang telah diluangkan

10.Kepada keluarga besar SMA N 2 Payakumbuh, terimakasih telah memberikan dukungan dan inspirasi, semoga kita tetap menjadi sebuah keluarga besar dalam kekerabatan yang utuh selamanya.

11.Kepada IMIKS, Young Peace Maker Community Indonesia, terimakasih telah memberikan pengalaman berharga selama ini. semoga persaudaraan kita tetap terjaga.


(2)

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dengan harapan semoga skripsi ini permanfaat bagi pembaca serta dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi Departemen Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Medan, Januari 2016 Penulis,

(Amelia Fitria Sari) Nim: 110902069


(3)

iv DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN ... xi

ABSTRACK ... xiii

ABSTRAK ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang... 1

1.2Rumusan Masalah... 4

1.3Tujuan dan Manfaat penelitian... 4

1.4Sistematika Penulisan... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Strategi ... 8

2.2 Pengertian Kemiskinan ... ….. 11

2.3 Penyebab Kemiskinan Perkotaan ... ....26

2.4. Kebutuhan Manusia... 27

2.5 Peran dan Fungsi Keluarga...30

2.6 Kerangka Pemikiran... 37

2.7 Definisi Konsep ... 38

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 39

3.2 Lokasi Penelitian ... 39

3.3 Informan ... 39

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 40


(4)

3.5 Teknik Analisa Data ... 41

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Jati…... 42

4.2. Lokasi Penelitian. ... 42

BAB V ANALISIS DATA 5.1. Informan Utama……. ... 46

5.1.1 Informan 1. ... 46

5.1.2..Informan 2. ... 50

5.1.3 Informan 3……… ... 53

5.1.4 Informan 4. ... 58


(5)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1.1 Jumlah Penduduk Kelurahan Jati. ……….…43 Tabel 4.1.2 Jumlah Penduduk Kelurahan Jati Berdasarkan Etnis 2014.. ………...43 Tabel 4.1.3 Jumlah Penduduk Kelurahan Jati Berdasarkan Mata Pencaharian

2014……….………44 Tabel 4.1.4 Jumlah Penduduk Kelurahan Jati Berdasarkan Pendidikan ………...44

Tabel 4.1.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia……….45 Tabel 4.1.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama……….45


(6)

DAFTAR BAGAN