Kebudayaan Sebagai Soft Power

menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya. Kedua, berkembangnya organisasi-organisasi ekonomi. Ketiga, terdapat alat-alat dan lembaga- lembaga maupun petugas-petugas yang bertugas dalam mengelola pendidikan. Keempat, munculnya organisasi kekuatan politik Koentjaraningrat, 2002 : 13. Penjelasan di atas memberikan pemahaman bahwa kebudayaan merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia untuk tetap melangsungkan kehidupan bermasyarakat karena di dalam kebudayaan tersebut terdapat nilai-nilai penting untuk menciptakan keadaan dengan cara-cara yang damai bukan dengan cara-cara paksaan. Oleh karena itu, hal ini juga mempengaruhi arti kebudayaan dalam hubungan internasional di mana perubahan isu tersebut dalam studi ilmu hubungan internasional mulai berkembang di mana cara-cara high politic tidak lagi banyak digunakan oleh sebagian besar negara-negara di dunia. Hal ini karena hampir seluruh negara-negara menginginkan terciptanya perdamaian dan keamanan di seluruh dunia sehingga mulai berkembanglah kebudayaan dalam hubungan internasional sebagai alat untuk mewujudkan cita-cita bersama.

2.1.5.2 Kebudayaan Sebagai Soft Power

Soft power yang dimiliki oleh suatu negara pada dasarnya dapat dilihat dari tiga sumber utama yang tersedia di negara tersebut. Tiga sumber tersebut di antaranya adalah sumber budaya, nilai-nilai politis dan juga kebijakan luar negeri Nye, 2004 : 11. Hal ini jelas terlihat jika dipandang dari pernyataan yang dikemukakan oleh Morgenthau tentang Power yang merupakan “sebuah kekuatan untuk mempengaruhi orang lain sehingga pihak kedua bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan” Morgenthau di dalam Rosenthal, 2002 : 40. Menurut Joseph Jr. S Nye di dalam bukunya yang berjudul soft power : the means to success in world politics bahwa soft power sendiri terdiri dari tiga Jenis pertama adalah adanya kekuatan kebudayaan dengan kata lain adanya ketertarikan negara-negara maupun masyarakat terhadap kebudayaan suatu negara. Kedua, kekuatan politik seperti demokrasi dalam hal ini maksudnya agar negara lain tertarik terhadap negaranya diperlukan sebuah tindakan yang tepat dan benar dalam merefleksikan nilai-nilai politik maupun budaya yang tidak hanya di dalam negeri saja melainkan juga di luar negeri. Ketiga, adalah kebijakan luar negeri yang dapat mempengaruhi negara lain untuk mau menghormati dan memenuhi kebutuhan negara yang membuat kebijakan tersebut. Dalam hal ini dapat dilaksanakan dalam kerangka diplomasi publik public diplomacy dan diplomasi kebudayaan cultural diplomacy sebagai instrumen dan alat dalam kebijakan luar negeri suatu negara Nye, 2004 : 34-35. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan olehnya bahwa soft power merupakan sebuah kemampuan yang dimiliki oleh suatu negara dalam membentuk pola pikir negara lain agar cenderung mengikuti sesuatu yang diinginkan oleh negara dari pelaku soft power tersebut Nye, 2004 : 5. Sedangkan di buku lain yang berjudul soft power and public diplomacy, Joseph S. Nye Jr mengemukakan bahwa ; “soft power adalah sebuah kemampuan untuk mencapai suatu tujuan melalui daya tarik yang tidak melalui paksaan melainkan melalui daya tarik budaya yang dimiliki suatu negara, ide politik suatu negara serta dari kebijakan-kebijakan yang dibuatnya Nye, 2008 : 94. Oleh karena itu, budaya sendiri merupakan sekumpulan dari nilai-nilai dan habbit kebiasaan yang memiliki arti bagi masyarakat di suatu negara. Budaya sendiri memiliki banyak manivestasi yang dapat dibedakan menjadi dua kelompok, diantaranya adalah pertama, high culture seperti karya sastra, seni, dan edukasi yang biasanya ditunjukan bagi kalangan elit. Kedua, adalah popular culture yang biasanya diperuntukkan bagi kalangan umum atau masyarakat umum sehingga ketika budaya tersebut memiliki nilai yang universal serta mempromosikan nilai dan kepentingan yang dibagi secara bersama maka budaya tersebut akan dapat meningkatkan hasil dari yang diinginkan dengan citra yang tercipta Nye, 2004 : 12. Kemudian Mohammad Shoelhi yang menjelaskan tentang keterkaitan antara soft power dan diplomasi seperti yang dijelaskan di dalam bukunya “Diplomasi : Praktik Komunikasi Internasional ”, menurutnya : “Soft power adalah diplomasi dengan mengandalkan kekuatan kerjasama ekonomi dan kebudayaan, sebagai lawan kata dari hard power yang mendasarkan pada kekuatan militer. Dengan kata lain, soft power adalah kemampuan untuk mendapatkan apa yang dikehendaki dengan mengajak dan menarik simpati orang lain, sehingga orang lain bisa bersama-sama mewujudkan keinginan kita Shoelhi, 2011 : 84. Dari beberapa penjelasan di atas maka dapat dipahami bahwa soft power merupakan sebuah resource sumber daya yang dimiliki oleh suatu negara dalam menarik minat atau simpati suatu pemerintahan maupun masyarakat di dunia dengan melakukan berbagai macam aktivitas atau tidak dengan paksaan melainkan memperlihatkan daya tarik budaya yang dimiliki oleh negara tersebut sehingga nantinya mampu menghasilkan berbagai macam kerjasama baik kerjasama yang mencakup aspek-aspek kebudayaan itu sendiri maupun melalui kerjasama ekonomi dan lain-lain Shoelhi, 2011 : 84.

2.1.6 Konsep Peranan Nasional