Peranan Japan International Cooperation Agency (JICA) Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Di Indonesia

(1)

PERANAN JAPAN INTERNATIONAL COOPERATION AGENCY (JICA) DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI INDONESIA (STUDI KASUS: KABUPATEN BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN 2007-2010)

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia

Oleh :

TRI FARIDA IRYANI 44306007

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

BANDUNG 2011


(2)

iii

ABSTRAK

Tri Farida Iryani, NIM 44306007, Peranan Japan International Cooperation Agency (JICA) Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Indonesia (Studi Kasus : Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan 2007-2010). Program studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia, Bandung 2011.

Penelitian ini ialah mengenai sejauh mana peranan Japan International

Cooperation Agency (JICA) dalam meningkatkan kualitas pendidikan di kabupaten

Barru periode 2007-2010. Upaya yang dilakukan oleh JICA bagi Sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam hal meningkatkan kualitas pendidikan yang sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Upaya tersebut diwujudkan dengan dibuatnya suatu program yaitu PRIMA Pendidikan (PRIMA-P).

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini diantaranya ditunjang oleh teori-teori sebagai berikut : Teori Ilmu Hubungan Internasional, serta Kerjasama Internsional. Metode penelitian yang digunakan ialah metode Deskriptif Analitis dimana dengan menggunakan metode ini dapat menggambarkan bagaimana sebuah proses kerjasama internasional serta peran dari organisasi internasional dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di kabupaten Barru dengan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan. Hipotesis yang dihasilkan dari penelitian ini yaitu: Japan International Cooperation Agency memiliki peranan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan yang ditandai dengan meningkatnya kualitas pendidikan dalam hal isi atau ruang lingkup materi, proses pembelajaran, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, serta sarana dan prasarana, pengelolaan serta pembiayaan”.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa JICA memiliki peranan yang penting dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan yang ditunjukkan oleh adanya peningkatan keberhasilan yang signifikan dari program yang dilaksanakan untuk proses peningkatan kualitas pendidikan di Kabupaten Barru. Berdasarkan data-dtaa yang terkumpul serta hasil analisis dari peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis diatas telah teruji.

Kata Kunci: Japan International Coperation Agency (JICA), Kualitas Pendidikan di Indonesia


(3)

iv ABSTRACT

Tri Farida Iryani, NIM 44306007, Role of the Japan International Cooperation Agency (JICA) in Improving the Quality of Education in Indonesia (Case of Study: South Sulawesi Province Barru 2007-2010). The Study Programm is International Relations Science, Faculty of Social and Political Sciences, University Computer Indonesia, Bandung 2011.

This study is the extent to know which the role of the Japan International Cooperation Agency (JICA) in improving the quality of education in the district Barru on period 2007-2010. The Efforts was undertaken by JICA for the Junior High School in terms of increasing community-based management and to increase gross enrollment rates. The effort was realized by establishing a program, it is PRIMA-P.

Framework in this study are supported by the following theories: Theory of International Relations, as well as the international cooperation. The research method is Analytical Descriptive methode where using this method can describe how a process of international cooperation and the role of international organizations to improve the quality of education in the district Barru, with data collection technique which through by literature study. Hypotheses generated from this research is: "Japan International Cooperation Agency has a role in improving the quality of education in Barru district, province of South Sulawesi in content or scope of

learning materials, learning process, the competence of graduates,

educators and educational personnel, facilities, management and financing "

The results of this study indicate that JICA has an important role in improving the quality of education which was demonstrated by the presence of a significant increasing in the success of the program implemented for improving process of the quality of education in Barru. Based on the data-data collected and the analysis of the researchers, it can be concluded that the hypothesis above has been tested.

Keywords: Japan International Coperation Agency (JICA), Quality Education of Indonesian


(4)

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji dan syukur tak hentinya tercurah kepada sang maha pencipta, Allah SWT. Atas segala karunia yang selalu Kau berikan dan setiap anugrah sampai saat ini dan hingga akhir nanti, sehingga peneliti senantiasa mendapatkan semangat, kesabaran serta kekuatan untuk menyelesaikan skripsi dengan judul, “ Peranan Japan International Cooperation Agency (JICA) Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Di Indonesia (Studi Kasus: Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan 2007-2010)”.

Penelitian ini berjalan dengan lancar berkat dukungan dari semua pihak terutama dari ayahanda serta ibunda tercinta, dengan segala rasa hormat peneliti ucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada ayahanda Parni M Zoni atas doa, dukungan, kasihsayang, perjuangan, kesabaran serta keikhlasannya, serta untuk Ibunda May Surya terimakasih atas doa, pengertian, kasihsayang, serta kesabaran yang tak pernah ada batasnya, mungkin semuanya belum terbayar dan tidak akan pernah bisa terbayar, namun peneliti berharap mudah-mudahan ini semua bisa menggantikan airmata menjadi tawa diwajah kalian. Dan dengan segala ketulusan serta kerendahan hati, peneliti juga turut menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bpk. DR. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.


(5)

vi

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Aelina Surya, Dra, selaku Pembantu Rektor III, Universitas Komputer Indonesia. Terimakasih Bu atas segala ilmu yang telah diberikan kepada peneliti selama peneliti menempuh perkuliahan. 3. Bpk. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A. selaku Dekan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia. Atas segala kemudahan dalam perijinan bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian. 4. Bpk. Andrias Darmayadi, S.IP, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Hubungan Internasional, terimakasih untuk segala ilmu dan didikan yang bapak berikan untuk kami. Bapak adalah pengajar, orang tua dan sahabat bagi kami semua.

5. Ibu Yesi Marince, S.IP., M.Si, selaku pembimbing utama peneliti. Terimakasih atas segala bimbingannya, nasehat, dukungan, serta atas ilmu yang telah diberikan dalam penyusunan penelitian ini,.

6. Keluarga besar HI UNIKOM, Bapak Budi Mulyana, S.IP., M.Si selaku Dosen wali kami, Ibu Dewi Triwahyuni, S.IP., M.Si, Ibu Sylvia Octa Putri, S.IP, atas segala bimbingan dan pengetahuan yang diberikan terutama yang mendukung penelitian ini serta Dwi Endah Susanti, S.E, atas segala kemudahan peneliti dalam hal administrasi selama perkuliahan. 7. Seluruh dosen pengajar pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, terimakasih atas semua ilmu yang telah di berikan selama peneliti berkuliah di UNIKOM.

8. Keluarga besar peneliti yang tak pernah bosan memberi dukungan serta doanya, kk “Hengki Firmansyah” terimakasih atas doa, dukungan serta


(6)

vii

kepercayaannya bahwa peneliti bisa menjalani semua ini hingga akhir, “Yanti Handayani” yang selalu brsedia mendengarkan curhatan peneliti, makasih ya udah ngasih keponakan yang “luar biasa” yang selalu bisa bikin peneliti tersenyum…dd “Atur Sepri Mardani” ayo berjuang bikin orang tua kita bangga… “Yopi Endriyuka” makasih buat dukungannya selama ini…. buat semuanya maaf lulusnya lama makasih buat kesabaran, dukungan, dan pengertian kalian semoga peneliti bisa menjadi adik serta kk yang bisa kalian banggakan

9. Ega Januar Supit makasih buat pengorbanan waktu dan tenaganya selama menemani penelitian semua ini ga akan berjalan lancar tanpa bantuan kamu, makasih juga buat pengertian, dukungannya dan semua petualangannya, makasih banyak ya jelek… jangan males kuliah ya 

believe that two is better than one

10.Untuk Nopi Jusarohwati “ay” terimakasih telah menjadi teman, sahabat, serta keluarga thanks ya buat kebersamaannya yang penuh tawa, canda, dan air mata, you know me so well deh, tetep percaya kalo luw pasti bisa ngejalanin apapun..

11.Susi Pesta (thanks udah nerima gw jadi temen luw, maaf ya sering minta tolong…thanx juga buat begadang barengnya ), Ira Merdeka “wati” (thanx buat tumpangan selama penelitian di Jakarta, jangan lupa petualangan mengejar “56”, two thumbs up buat semangat luw, tetep jadi istri dan ibu yang baik buat keluarga kecil luw), Anggy Cintami “ndut” (angkatan 2006 jadi-jadian…big is beautiful temen mangkal di took buku


(7)

viii

thanx buat keceriaannya), Ciptani Sita Permana S.IP (thanx buat traktiran dan pulsanya ya heheheh,, sukses terus ya), Adyt N Saputra, Taufik Rizaka “opik”, Tria W S “cece” (thanx buat ke”gokil”an, ke”jail”an, ke”ceria”an, sampe ke”bodoh”an kalian yang selalu jadi hiburan dan bikin kita-kita ketawa disaat setres, galau, dan lagi ga punya duit, itu bikin kalian susah dilupain ), dan buat Putri Cahaya Kemala S.IP “putaw”, Adhi Rusdinsyah S.IP (kalian ga solider ah…lulusnya ga barengan…  sukses ya buat kalian, thanx buat kebersamaannya) dan buat penghuni HI 2006 lainnya Intan Sarah “jumi” maaf suka minta tolong, Amir Mubarak, dua sejolinya 2006 Miranti Purnama Sari & M Bayu S, Hario R (stop panggil gw anak kecil, karena sekarang gw udah lulus hehe), Imanuel Philip “el”, Luiza “alu”, Helder, dan buat kalian yang namanya ga kesebut maaf ya, thanx buat kegilaannya selama ini tetep semangat ya guys

12.Terimakasih juga buat keluarga Ibu Hj. Ati Kusmiati Supit S.Pd atas perhatian dan doanya, Fajar Juliandri Supit S.Hut atas bantuannya selama ini, juga untuk Mareta Safitri Supit makasih ya bisa nerima Tri dikeluarga kalian.

13.Buat anak-anak kupu-kupu gokil Landung “kiting” (thanx ya buat perjuangan selama di HIMA, maaf sering bikin luw kena masalah ), Panji Permata R “item” (thanx buat semua sindirannya yang ga akan pernah gw lupa) Adhi Wardana ( kuliah yang serius luw jangan maen game aja, thanx buat pinjeman si mungil nokia…) “Didit & Imam” (maaf ya gw pernah bikin kalian repot…) kalian emang “GOKIL” !!!


(8)

ix

14.Buat ade jadi-jadian Angga Reksa Nugraha “anggrek” (makasih udah mau dengerin semua curhatan kk, semangat buat kuliahnya biarpun jauh dari rumah ), Lusiana Syawali “usoii” (hey juragan ayam maaf ya kk suka bikin repot), Abraham Namaskara “bram” (makasih buat kebersamaannya ya), jadilah anak-anak yang baik ya seneng bisa kenal kalian semua

15.Terimakasih juga buat semua keluarga besar HI atas kebersamaannya selama ini buat 2007 Lusiana Simbolon “lusi” (akhirnya perjuangan bimbingan kita selama ini kebayar juga ya), Rica Hadam “ica”, Maria “vina”, buat 2008 Krisnanta “de ndut”, Rizki Rakhmawati “qq”, Ira Karmina, Wenaldy “anda”, 2009, 2010 dan buat semua yang ga bisa disebutin satu persatu tetep semangat membangun prodi Ilmu Hubungan Internasional kita tercinta ya 

16.Terimakasih juga untuk Ibu Monika Sindu Utami serta Mis. Tomoko Masuda atas segala bantuannya serta kemudahannya dalam memperoleh data yang berguna bagi penelitian ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu peneliti akan sanngat berterimaksih pada siapapun yang telah memberikan kritik dan saran agar skripsi ini menjadi lebih baik.

Bandung, Agustus 2011


(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pasca perang Dunia II, Jepang telah menekankan kawasan Asia sebagai salah satu fokus dari kebijakan diplomatik khususnya kawasan Asia Tenggara. Hingga saat ini, Jepang telah banyak bekerjasama dengan negara-negara yang berada dikawasan Asia Tenggara seperti kerjasama dalam bidang ekonomi. Sebagaimana Jepang merupakan mitra ekonomi terbesar di kawasan ini. Selain itu, Jepang juga aktif dalam memberikan bantuan bagi proses pembangunan negara-negara berkembang.

Dalam melaksanakan berbagai kerjasama dengan memanfaatkan dana dan teknologi yang dimiliki, pemerintah Jepang merumuskannya dalam kerangka Bantuan Pembangunan Resmi atau dikenal dengan Official Development

Assistance (ODA). ODA merupakan komitmen pemerintah Jepang yang bersifat

global dalam memberikan bantuan luar negerinya terhadap negara-negara berkembang. Pada awal kemunculannya, pinjaman ODA dinilai hanya akan menguntungkan pihak Jepang saja. Isu inilah yang dinilai dapat menjadi tantangan bagi Jepang dalam memberikan bantuannya. Ditengah persaingan global dalam memberikan bantuan dengan Amerika Serikat, Jepang terus memperbaiki citranya dengan menunjukkan perhatian yang lebih baik terhadap negara-negara berkembang dengan tujuan untuk memberikan sumbangsih serta peningkatan kesejahteraan masyarakat bagi negara-negara tersebut.


(10)

2

Dalam pelaksanaannya, ODA Jepang memiliki beberapa bentuk kerjasama baik melalui institusi pemerintahan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan Organisasi Internasional. Selanjutnya berdasarkan penyaluran bantuannya, ODA Jepang terbagi ke dalam dua bentuk kerjasama yaitu dalam bentuk bantuan bilateral dan bantuan multilateral. Bantuan Multilateral diberikan melalui organisasi internasional salah satunya ialah penyaluran bantuan melalui Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

Sedangkan untuk bantuan bilateral diberikan langsung kepada negara-negara berkembang, dengan maksud untuk memberikan kontribusi dalam membina hubungan Jepang dengan masing-masing negara berkembnag melalui bantuan yang dirancang berdasarkan kesepakatan bersama antara kedua belah pihak. Selanjutnya, bantuan Bilateral kemudian terbagi kedalam 3 kategori yaitu Bantuan Hibah, Kerjasama Teknik, dan Pinjaman ODA.

Semua bantuan tersebut disalurkan oleh suatu lembaga kerjasama yang disebut Japan International Cooperation Agency (JICA). JICA telah banyak memberikan bantuannya ke beberapa negara baik negara diluar dikawasan Asia ataupun negara yang berada di kawasan Asia dan salah satunya ialah Indonesia.

Kerjasama bilateral yang dibangun oleh Jepang dengan Indonesia telah terjalin sejak tahun 1954 jauh sebelum dibentuknya JICA yaitu dengan adanya program pelatihan di Jepang dan penugasan tenaga ahli Jepang di Indonesia. Hingga pada tahun 1958 dimulainya pemberian bantuan dalam bentuk pampasan perang dengan tujuan membantu pembangunan Indonesia usai dijajah. Komitmen Jepang dalam membantu pembangunan di Indonesia sejak awal di fokuskan dalam


(11)

3

membantu peningkatan perekonomian seperti dibentuknya dana kerjasama ekonomi luar negeri yang merupakan pengembangan dari dana kerjasama pembangunan Asia Tenggara. Selanjutnya dibentuklah Badan Kerjasama Teknik Luar Negeri yang kemudian berubah menjadi Badan Kerjasama Internasional Jepang atau Japan International Cooperation Agency (JICA) (Bulletin JICA di Indonesia 2008: 21).

Kerjasama yang dibangun oleh pemerintah Jepang melalui JICA di Indonesia diharapkan dapat menjalin hubungan yang baik. Lembaga kerjasama JICA telah ada di Indonesia sejak tahun 1974. Dalam merealisasikan bantuannya untuk membantu proses pembangunan negara-negara berkembang, JICA merumuskan program bantuannya yang kemudian disebut Country Assistance Strategy.

Country Assistance Strategy merupakan rumusan program prioritas yang

diberikan oleh JICA kepada tiap-tiap negara penerima bantuan. Untuk Indonesia sendiri, bidang kerjasama yang menjadi prioritas JICA, diantaranya:

1. Kesinambungan pertumbuhan ekonomi yang digerakkan oleh sektor swasta

2. Menciptakan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan 3. Perdamaian dan stabilitas

4. Lingkungan

(Sumber: Bulletin JICA di Indonesia, hal. 11)

Dari ke-4 program yang menjadi bidang prioritas JICA di Indonesia, maka peneliti memfokuskan penelitian pada bidang Menciptakan Masyarakat yang


(12)

4

Demokratis dan Berkeadilan. Dimana hal tersebut merupakan salah satu faktor penting dalam suatu proses pembangunan selain itu juga sesuai dengan cita-citang bangsa Indonesia. Dalam menjalankan program tersebut, JICA membaginya kedalam beberapa hal misalnya saja bantuan terhadap peningkatan pendidikan dasar dan menengah, peningkatan pelayanan kesehatan dan medis, penyediaan air bersih dan sanitasi, serta stabilitas penyediaan pangan.

Dalam upaya membantu meningkatan pendidikan Indonesia, pemerintah Jepang sendiri telah melaksanakan proyek kerjasama antara lain Program Pengembangan dan Peningkatan Pendidikan Regional atau Regional Education

Development and Improvement Program (REDIP), Proyek Pendidikan Pengajar

Matematika dan Sains Indonesia atau Indonesia Mathematics and Science

Teacher Education Project (IMSTEP), dan Pelatihan Penguatan Pelayanan

Pendidikan Bidang Matematika dan Sains di tingkat Sekolah Menengah Pertama

atau Streingthening In-Service Teacher Training of Mathematics and Science

Teacher Education at Junior Secondary Level (SISTTEMS). Kesemua program

tersebut, memperoleh tanggapan yang sangat baik. Melihat keberhasilan yang telah dicapai, maka hal tersebut dijadikan sebagai landasan dibuatnya perencanaan dan pelaksanaan program PRIMA-P.

Program PRIMA-P dikhususkan pada Peningkatan Pendidikan Menengah Pertama. Program ini terfokus pada tiga prinsip sama seperti prinsip Dasar Kementrian Pendidikan Nasional yaitu: Desentralisasi, Manajemen Berbasis Sekolah dan Partisipasi Masyarakat. Bantuan JICA melalui PRIMA-P telah berjalan di Indonesia sejak bulan Desember tahun 2007.


(13)

5

Sebagaimana yang kita tahu, pendidikan merupakan hal yang penting dalam proses pembangunan suatu negara terlebih bagi negara berkembang seperti Indonesia maka dari itu, Indonesia menjadikan pendidikan sebagai salah satu prioritas utamanya seperti yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 “…mencerdaskan kehidupan bangsa…”. Sumber daya manusia yang bermutu, yang berpendidikan, merupakan kunci keberhasilan pembangunan suatu negara. Dalam mewujudkan cita-cita bangsa, pada saat ini pemerintah Indonesia telah menetapkan kriteria kualitas pendidikan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Sistem Pendidikan. Dalam peraturan pemerintah tersebut, pada pasal 1 kriteria mengenai kualitas pendidikan dilihat dari beberapa hal seperti standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, serta standar penilaian pendidikan.

Keseluruhan standar yang telah diuraikan diatas, dibuat oleh pemerintah dengan tujuan mampu meningkatkan kualitas pendidikan di setiap tingkat pendidikan dari mulai tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), serta Sekolah Menengah Umum (SMU). Pada kenyataannya, kriteria mengenai kualitas pendidikan yang telah ditetapkan oleh pemerintah tidak mampu meningkatkan kualitas pendidikan secara merata di seluruh wilayah di Indonesia.

Ketidakmerataan pencapaian peningkatan pendidikan di beberapa provinsi di Indonesia dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya :

a. Perbedaan tingkat sosial ekonomi masyarakat b. Perbedaan fasilitas pendidikan


(14)

6

c. Sebaran sekolah tidak merata

d. Nilai masuk sebuah sekolah dengan standar tinggi e. Rayoniasi

(Riffai, 2011:37)

Menyadari akan hal tersebut pemerintah terus berupaya meningkatkan fasilitas pendidikan di seluruh sekolah, salah satunya yaitu dengan berusaha meningkatkan fasilitas penunjang pendidikan seperti pengadaan laboratorium serta komputer agar dapat meningkatkan kegiatan pendidikan di sekolah. Dengan melakukan upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendidikan di beberapa provinsi yang tingkat pendidikannya masih rendah dan salah satunya yaitu provinsi Sulawesi Selatan.

Provinsi Sulawesi Selatan terletak di bagian Selatan pulau Sulawesi. Propinsi ini beribukota di Makassar. Provinsi Sulawesi Selatan dibentuk pada tahun 1960 dengan UU Nomor 47 Tahun 1960 tentang pembentukan daerah tingkat I Sulawesi Selatan Tenggara Dan Daerah Tingkat I Sulawesi Utara Tengah yang mengesahkan terbentuknya Sulawesi Selatan dan Tenggara. Dan melalui UU Nomor 13 Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah Dan Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara, pemerintah memisahkan Sulawesi Tenggara dari Sulawesi Selatan. Pada tahun 2004, pemerintah memecah Sulawesi Selatan, berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2004 tentang Pembentukan Provinsi Sulawesi Barat. Provinsi Sulawesi Selatan memiliki posisi yang strategis di Kawasan Timur Indonesia memungkinkan Sulawesi Selatan dapat berfungsi sebagai pusat pelayanan, baik bagi Kawasan Timur Indonesia maupun untuk skala


(15)

7

internasional. Luas wilayah provinsi Sulawesi Selatan ialah 62.482,54 Km2

dengan jumlah penduduk 8.233.375 Jiwa

(http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Selatan) (diakses tanggal 8 Maret 2010). Dalam upaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sekitar delapan juta jiwa, maka pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan telah menetapkan target untuk tahun 2009, yaitu peningkatan pada tingkat pendidikan dasar, maka Rencana Pembangunan Daerah pun mengutamakan peningkatan pendidikan dasar dari segi pengembangan sumber daya manusia yang mendukung pencapaian keperluan dasar dan perkembangan industri daerah. Ketimpangan pencapaian kualitas pendidikan pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di provinsi Sulawesi Selatan dilihat dari beberapa hal yang mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 seperti dari segi standar isi, proses, tenaga pendidik, kompetensi lulusan, sarana dan prasarana, pembiayaan serta pengelolaan yang masih minim. Sedangkan, nilai rata-rata Ujian Nasional telah mencapai angka yang lebih tinggi daripada standar nasional, maka pendidikan di provinsi Sulawesi Selatan perlu ditingkatkan lagi dengan membangun kerjasama antara masyarakat, sekolah, dan pengembangan administrasi pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang sesuai dengan standar sistem pendidikan (http://www.jica.go.jp/english/sitemap/index.html) (diakses tanggal 17 Februari 2010).

Rendahnya kualitas pada tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang terjadi di provinsi Sulawesi Selatan mendapat perhatian dari JICA dengan membuat program untuk SMP yang disebut program PRIMA Pendidikan


(16)

8

(PRIMA-P) yang fokuskan pada tiga kabupaten yaitu Kabupaten Barru, Kabupaten Jeneponto, dan Kabupaten Wajo dengan jangka waktu pelaksanaan selama 3 tahun yaitu mulai Desember 2007 sampai dengan November 2010 (http://www.jica.go.jp/english/contact/index.html) (diakses tanggal 17 Februari 2010).

Kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah provinsi Sulawesi Selatan dengan JICA tidak terlepas dari adanya otonomi daerah. Sejak tahun 1999, pemerintah Indonesia mulai memberlakukan otonomi daerah. Dengan diberlakukannya otonomi daerah maka pemerintah pusat memberikan kesempatan bagi pemerintah daerah untuk dapat membangun serta mengoptimalkan potensi daerah yang dimiliki. Otonomi daerah diartikan sebagai hak serta kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan adanya otonomi daerah maka setiap daerah akan berupaya untuk dapat membenahi daerahnya, mengembangkan kemampuan yang dimiliki sehingga setiap daerah dapat ikut secara aktif dan produktif dalam membangun kerjasama dengan negara lain. Kerjasama yang terjalin dapat mempercepat pembangunan di daerah-daerah dengan begitu, dapat pula mempercepat pembangunan nasional.

Kerjasama yang terjalin di daerah bukan hanya kerjasama dalam bidang ekonomi, tetapi juga di dalam bidang kebudayaan serta bidang pendidikan. Dengan adanya otonomi daerah yang bertanggungjawab, dapat mempermudah birokrasi misalnya saja dalam pengaturan keuangan atau keseimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Dalam UU No 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah


(17)

9

pada pasal 21 dijelaskan mengenai hak daerah dalam menjalankan otonominya salah satunya ialah mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah. Dan pada pasal 22 disebutkan pula apa saja yang menjadi kewajiban daerah dalam menjalankan otonominya salah satunya yaitu meningkatkan pelayanan pendidikan dasar. Kerjasama yang terjalain dalam bidang pendidikan seperti yang dilakukan oleh pemerintah provinsi Sulawesi Selatan dengan pihak JICA, merupakan suatu upaya pemerintah provinsi Sulawesi Selatan dalam menjalankan otonomi daerah serta membangun daerahnya dari segi pendidikan (http://semende.wordpress.com/2007/06/23/kutipan-undang-undang-tentang-otonomi-daerah/) Diakses tanggal 27 April 2010.

Kondisi pendidikan di Provinsi Sulawesi Selatan sebagian besar dinilai masih memiliki kekurangan dilihat dari segi sarana dan prasarana yang masih minim, proses pelaksanaan pembelajaran, kompetensi lulusan, serta dari segi pengelolaan kegiatan pendidikan. Kondisi tersebut tentu dapat menghambat pencapaian peningkatan kualitas pendidikan di provinsi Sulawesi Selatan yang terdiri dari beberapa kabupaten dan salah satunya ialah kabupaten Barru.

Dengan melihat tiga prinsip pada program PRIMA Pendidikan yang dapat mendukung dalam meningkatkankualitas pendidikan di kabupaten Barru provinsi Sulawesi Selatan, maka diharapkan kehadiran JICA dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan di kabupaten Barru provinsi Sulawesi Selatan, dan diharapkan juga dapat membantu pemerintah Indonesia dalam meningkatan pendidikan pada tingkat nasional.


(18)

10

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :

Peranan Japan International Cooperation Agency (JICA) Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Indonesia”. Studi Kasus: Kab. Barru Provinsi Sulawesi Selatan (2007-2010)

Ketertarikan penulis terhadap penelitian ini didukung oleh beberapa matakuliah pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia, antara lain :

1. Pengantar Hubungan Internasional, mata kuliah ini membahas mengenai adanya interaksi antara aktor dalam pola hubungan internasional baik aktor itu merupakan suatu negara, organisasi internasional ataupun individu. Dalam penelitian ini terdapat suatu interaksi antara lembaga kerjasama dalam hal ini JICA dengan suatu negara dalam hal ini negara Indonesia. 2. Hubungan Internasional Asia Pasifik, inti dari mata kuliah ini yaitu

menjelaskan pola hubungan internasional dilihat dari pemetaan secara letak geografis yang berada dalam satu kawasan lebih spesifik lagi yaitu kawasan Asia Pasifik. Dalam penelitian ini, baik negara Jepang ataupun negara Indonesia sama-sama berada pada kawasan Asia Pasifik sehingga memungkinkan terciptanya kerjasama bilateral diantara keduanya dan ini merupakan bagian dari penelitian.

3. Politik Luar Negeri, pembahasan pada mata kuliah ini yaitu mengenai bagaimana kebijakan suatu negara terhadap negara lain dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan nasionalnya serta mencapai kepentingan


(19)

11

negaranya dapat memberikan pengaruh terhadap negara lain. Dalam hal ini JICA dapat dikatakan sebagai salah satu alat dari kebijakan luar negeri dari pemerintah Jepang.

1.2 Permasalahan 1.2.1 Identifikasi Masalah

Untuk mengidentifikasi masalah tersebut, maka peneliti merangkumnya dalam beberapa pertanyaan :

1. Program apakah yang dilaksanakan oleh pihak Japan International

Cooperation Agency dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan

di Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan?

2. Kendala apakah yang dihadapi oleh Japan International Cooperation

Agency dalam merealisasikan program tersebut?

3. Upaya apakah yang dilakukan oleh pihak Japan International

Cooperation Agency untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam

melaksanakan program tersebut?

4. Sejauhmana peranan Japan International Cooperation Agency dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan?

1.2.2 Pembatasan Masalah

Berdasarkan pemaparan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis akan membatasi permasalahan pada pemberian bantuan


(20)

12

teknis serta bantuan dana yang diberikan oleh Japan International Cooperation

Agency (JICA) dalam meningkatkan kualitas pendidikan Sekolah Menengah

Pertama (SMP) melalui program PRIMA Pendidikan yang dilaksanakan di Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan selama kurun waktu 3 tahun yaitu dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010. Pembatasan waktu dilakukan karena program PRIMA-P yang dilaksanakan di Kabupaten Barru dimulai pada tahun 2007 dan berakhir pada tahun 2010 dan hanya difokuskan pada tingkat pendidikan SMP.

1.2.3 Perumusan Masalah

Untuk memudahkan penelitian yang didasarkan pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka penulis mengajukan perumusan masalah sebagai berikut :

“Sejauhmana peranan JICA dalam meningkatkan kualitas pendidikan di kabupaten Barru provinsi Sulawesi Selatan melalui program PRIMA-P ?”

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui program yang telah dilakukan oleh Japan

International Cooperation Agency dalam membantu meningkatkan

mutu pendidikan di Sulawesi Selatan.


(21)

13

Cooperation Agency dalam merealisasikan programnya.

3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh pihak Japan

International Cooperation Agency dalam mengatasi kendala yang

dihadapi dalam melaksanakan program tersebut.

4. Untuk mengetahui Sejauhmana peranan Japan International

Cooperation Agency dalam meningkatkan kualitas pendidikan di

Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan penelitian ini secara teoritis ialah dengan adanya penelitian ini diharapkan muncul pemikiran-pemikiran baru sesuai dengan apa yang telah dicapai. Hasil dari penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya ilmu hubungan internasional.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan mengenai pendidikan yang baik sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

3. Secara praktis hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran dan pengetahuan bagi berbagai pihak yang berminat atau yang sedang mangadakan penelitian mengenai peningkatan mutu pendidikan serta manajemen pendidikan.


(22)

14

1.4 Kerangka Pemikiran, Hipotesis dan Definisi Operasional 1.4.1 Kerangka Pemikiran

Pada awal kemunculannya Hubungan internasional merupakan interaksi dimana aktornya suatu negara dengan negara lainnya. Dalam perkembangannya hubungan internasional tidak terbatas hanya pada hubungan antar negara saja, tetapi juga merupakan hubungan antar individu dengan kelompok-kelompok kepentingan. Selanjutnya hubungan internasional didefinisikan sebagai berikut :

”Hubungan Internasional merupakan bentuk interaksi antara aktor atau anggota masyarakat yang satu dengan aktor atau anggota masyarakat lain yang melintasi batas-batas negara. Terjadinya hubungan internasional merupakan suatu keharusan sebagai akibat adanya saling ketergantungan dan bertambah kompleksnya kehidupan manusia dalam masyarakat internasional sehingga interdependensi tidak memungkinkan adanya suatu negara yang menutup diri terhadap dunia luar” (Perwita & Yani, 2006: 3-4).

Berdasarkan definisi mengenai hubungan internasional tersebut, maka ada yang di sebut dengan interaksi internasional. Bentuk-bentuk interaksi dapat dilihat melalui beberapa cara salah satunya ialah mengklasifikasikan pola interaksi dilihat dari kecenderungan sikap dan tujuan pihak-pihak yang melakukan hubungan timbal balik, maka pola interaksi dibedakan menjadi pola kerjasama, persaingan, dan konflik (Perwita & Yani, 2006:42). Berdasarkan pola-pola tersebut, maka bentuk interaksi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dengan pemerintah Jepang ialah pola kerjasama.

Kerjasama internasional terbentuk sebagai solusi atas munculnya berbagai macam kepentingan nasional dari berbagai negara dan bangsa yang tidak dapat dipenuhi di dalam negerinya sendiri. Kerjasama internasional meliputi berbagai


(23)

15

bidang seperti ideology, politik, ekonomi, sosial, lingkungan hidup, kebudayaan, pertahanan dan keamanan (Perwita & Yani, 2006:33-34)

Berdasarkan teori tersebut, maka interaksi antara pemeirntah Indonesia dengan pemerintah Jepang dikatakan sebagai interaksi dalam bentuk kerjasama internasional. Disebut demikian karena interaksi tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing negara dan melewati batas negara dimana secara letak geografisnya Indonesia dan Jepang berada di kawasan yang berbeda.

Dalam kerjasama internasional terdapat bentuk-bentuk kerjasama yaitu bentuk kerjasama bilateral, trilateral, multilateral serta bentuk kerjasama unilateral. Adapun perbedaan diantara bentuk kerjasama tersebut yaitu pada jumlah negara yang melakukan kerjasama. Kerjasama bilateral ialah kerjasama internasional yang dilakukan oleh dua negara dengan adanya kesepakat diantara dua negara tersebut. Sedangka pada kerjasama trilateral, multilateral dan unilateral, merupakan kerjasama internasional yang dilakukan oleh lebih dari dua negara.

Kerjasama bilateral dapat diartikan sebagai kerjasama yang dilakukan oleh dua negara dimana masing-masing negara memiliki kepentingan nasionalnya serta dilakukan dalam upaya memenuhi kebutuhan negaranya. Secara lebih jelas lagi dalam buku “Pengantar Ilmu Hubungan Internasional”, Perwita dan Yani mengartikan hubungan bilateral merupakan keadaan yang menggambarkan hubungan timbal balik antara dua pihak yang terlibat, dan aktor utama dalam pelaksanaan hubungan bilateral ini adalah negara (2006:33).


(24)

16

pemerintah secara langsung ataupun direpresentasikan oleh lambaga kerjasama sebagai kepanjangan pemerintah dari suatu negara seperti kerjasama bilateral yang dilakukan oleh pemerintah Jepang dengan pemerintah Indonesia. Pemerintah Jepang tidak secara langsung melakukan kesepakatan dalam melakukan kerjasama dengan pemerintah Indonesia tetapi di jalankan oleh suatu lembaga kerjasama yang dibentuk oleh pemerintah Jepang. Lembaga kerjasama yang dimaksud dalam hal ini ialah Japan International Cooperation Agency (JICA) yang merupakan :

“Sebuah lembaga kerjasama internasional bagi pengembangan ekonomi dan sosial negara-negara berkembang yang dilaksanakan melalui bantuan bilateral antara pemerintah Jepang

dengan negara penerima bantuan”

(http://www.jica.go.jp/english/contact/index.html) (diakses tanggal 17 Februari 2010).

JICA merupakan suatu lembaga kerjasama yang dibentuk oleh pemerintah Jepang yang memiliki fungsi dalam memberikan bantuan berupa dana ataupun bantuan berupa teknis dalam proses pembangunan negara lain khususnya negara-negara berkembang kawasan Asia. Hingga saat ini telah banyak negara-negara yang mendapat bantuan luar negeri dari negara Jepang melalui JICA. Bantuan luarnegeri yang diberikan secara bilateral memiliki ikatan politi yang lebih kuat daripada bantuan yang diberikan secara multilateral.

Secara umum bantuan luar negeri dapat didefinisikan sebagai transfer sumber daya dari satu pemerintah ke pemerintah lain yang dapat berbentuk barang atau dana. Bantuan luar negeri umumnya tidak ditujukan untuk kepentingan politik jangka pendek melainkan untuk prinsip-prinsip kemanusiaan atau pembangunan ekonomi jangka panjang. Program bantuan luar negeri ini biasanya menguntungkan kedua belah pihak (Perwita & Yani, 2006:81-83).


(25)

17

Holsti dalam buku “Pengantar Ilmu Hubungan Internasional” karangan Perwita dan Yanyan membagi program bantuan luar negeri ke dalam empat jenis, yaitu :

1. Bantuan militer 2. Bantuan teknis

3. Grant dan program komoditi impor

4. Pinjaman pembangunan (2006:83)

Dari ke empat jenis bantuan yang dikemukakan oleh Holsti maka bantuan yang diberikan oleh pemerintah Jepang melalui JICA termasuk kedalam jenis bantuan teknis. Bantuan teknis merupakan bantuan yang berkaitan dengan pengetahuan serta keahlian. Bantuan tersebut berupa pengiriman personil dengan kualifikasi khusus dari negara industri kepada negara berkembang yang terbelakang, untuk memberikan arahan kepada berbagai proyek dengan maksud menyebarkan pengetahuan dan keahlian.

Bantuan teknis yang diberikan oleh JICA terhadap Indonesia ialah berupa pelatihan-pelatihan manajemen pendidikan yang baik bagi pengajar serta instansi terkait dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Segala macam bentuk bantuan yang telah diberikan oleh JICA terhadap Indonesia merupakan wujud nyata dari peranan JICA sebagai suatu lembaga kerjasama yang bertujuan untuk membantu pembangunan negara-negara di dunia khususnya negara-negara berkembang.

Secara umum peranan dapat dilihat sebagai tugas atau kewajiban atas suatu posisi sekaligus hak atas suatu posisi, peranan memiliki sifat saling tergantung. Peranan juga dikatakan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan


(26)

18

dari sesorang atau struktur tertentu yang menduduki suatu posisi di dalam suatu system. Suatu organisasi organisasi memiliki struktur organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah disepakati bersama. Apabila struktur tersebut telah menjalankan fungsi-fungsinya, maka organisasi itu telah menjalankan peranan tertentu. Dengan demikian peranan dapat dianggap sebagai fungsi dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan kemasyarakatan (Perwita & Yani, 2006: 30).

Bantuan yang diberikan oleh JICA terhadap Indonesia merupakan suatu bentuk nyata dari fungsinya sebagai lembaga kerjasama yang bertujuan untuk memberikan bantuan terhadap pembangunan negara-negara berkembang. Bantuan yang diberikan oleh JICA terhadap Indonesia lebih di fokuskan pada pembangunan masyarakat salah satunya ialah dengan membantu dalam hal peningkatan pendidikan di Indonesia. Definisi mengenai pendidikan dijelaskan oleh pemerintah dalam Undang-Undang.

Menurut Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional :

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,bangsa, dan negara” (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003).

Menurut Departemen Pendidikan Nasional, secara umum kualitas atau mutu adalah karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam mamuaskan kebutuhan yang diharapkan atau tersirat. Upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan diwujudkan dengan


(27)

19

dibuatnya beberapa kriteria mengenai kualitas pendidikan.

Pendidikan yang berkualitas menurut Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 dapat dilihat dari beberapa hal seperti standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

Hal-hal tersebut belum dicapai oleh seluruh wilayah Indonesia, maka untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah Sulawesi Selatan bekerjasama dengan pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA). Dengan adanya bantuan dari JICA dalam bidang pendidikan tentu dapat meringankan tugas pemerintah dan diharapkan pendidikan di provinsi Sulawesi Selatan dapat lebih meningkat dan mencapai target yang ditentukan oleh pemerintah.

Dalam merelisasikan bantuannya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Sulawesi Selatan, JICA membuat suatu progam yang disebut program PRIMA-Pendidikan. Program PRIMA-Pendidikan ini difokuskan pada tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di provinsi Sulawesi Selatan dan dikhususkan pada tiga kabupaten yaitu kabupaten Barru, kabupaten Jeneponto, dan kabupaten Wajo. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitiannya pada kabupaten Barru.

Program PRIMA-Pendidikan (PRIMA-P) menerapkan 2 metode yaitu

Regional Education Development and Improvement Program (REDIP) serta

Lesson Study. Metode REDIP bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan


(28)

20

Sedangkan metode Lesson Study memiliki tujuan dalam meningkatkan kualitas pendidikan dari segi proses pembelajaran yang lebih baik, dengan begitu dapat meningkatkan kompetensi lulusan.

Bantuan dana yang diberikan oleh JICA juga memberikan peningkatan terhadap peningkatan sarana dan prasarana, serta dalam hal pembiayaan. Dengan adanya bantuan yang diberikan oleh JICA melalui program PRIMA-Pendidikan beberapa keberhasilan telah dicapai di kabupaten Barru diantaranya seperti meningkatnya isi atau ruang lingkup yang berkaitan dengan materi, proses pembelajaran, meningkatnya kompetensi lulusan, meningkatnya tenaga kependidikan, meningkatnya sarana dan prasarana, meningkatnya pengelolaan, serta dari segi pembiayaan.

1.4.2 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan di atas, penulis menarik sebuah hipotesis sebagai berikut :

Japan International Cooperation Agency memiliki peranan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan yang ditandai dengan meningkatnya kualitas pendidikan dalam hal isi atau ruang lingkup yang berkaitan dengan materi, proses pembelajaran, meningkatnya kompetensi lulusan, meningkatnya tenaga kependidikan, meningkatnya sarana dan prasarana, meningkatnya pengelolaan, serta dari segi pembiayaan”


(29)

21

1.4.3 Definisi Operasional

Sesuai dengan rumusan hipotesis diatas, maka terdapat beberapa definisi operasional yang berhubungan dengan hipotesis tersebut, diantaranya yaitu :

1. Japan Internasional Cooperation Agency merupakan suatu lembaga

kerjasama yang dibentuk oleh pemerintah Jepang yang berfungsi sebagai penyalur bantuan secara bilateral baik itu bantuan yang berupa teknis, bantuan ODA Jepang serta bantuan Hibah.

2. Kualitas ialah pencapaian pendidikan yang lebih baik dengan didukung oleh faktor-faktor penunjang dalam proses pendidikan seperti sarana prasarana dan sumber daya lainnya.

3. Isi atau ruang lingkup materi dalam hal ini berkaitan dengan kesiapan materi yang diberikan seperti adanya silabus pembelajaran dalam penyelenggaraan pendidikan pada tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP). 4. Proses pembelajaran diartikan sebagai pelaksanaan kegiatan pembelajaran

pada tingkat pendidikan tertentu dalam penelitian ini yaitu kegiatan pembelajaran pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).

5. Kompetensi lulusan merupakan kriteria atau kualifikasi tertentu yang harus dimiliki oleh peserta didik ketika lulus dari tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

6. Pendidik dan tenaga kependidikan merupakan kriteria yang harus dimiliki oleh seorang tenaga pendidik di setiap tingat pendidikan.

7. Sarana dan prasarana merupakan criteria minimal yang harus dimiliki oleh lembaga pendidikan dalam menunjang proses pembelajaran di setiap tingkat


(30)

22

pendidikan tertentu.

8. Pengelolaan dalam hal ini meliputi perencanaan, pelaksanaan, serta pengawasan dalam kegiatan tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

9. Pembiayaan merupakan pengaturan terhadap biaya bagi kegiatan pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).

1.5 Metodologi Penelitian 1.5.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah metode penelitian analisis deskriptif. Metode penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa yang ada atau apa yang sudah ada. Menerangkan suatu masalah yang diteliti serta berupaya untuk menyampaikan fakta-fakta dengan jelas serta telititi. Penelitian dengan metode ini juga menggambarkan suatu proses mekanisme dan keterkaitan variable-variabel yang ada dalam situasi tertentu.

Pelaksanaan penelitian dengan metode deskriptif ini tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan dan penyususnan data, tetapi juga meliputi analisis dan interpretasi tentang arti dari data tersebut. Dalam analisis yang akan dilakukan dalam penelitian ini, penelliti menggunakan deskriptif analitis yang bertujuan untuk mengetahui status dan mendeskripsikan aplikasi program yang berjalan di suatu negara berdasarkan data yang terkumpul. Dengan metode ini diharapkan peneliti dapat menggambarkan dan menelaah serta menganalisa fenomena yang ada untuk dituangkan ke dalam pembahasan yang bersifat ilmiah.


(31)

23

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan melalui studi kepustakaan (library research). Dengan teknik ini, data-data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari dokumentasi dan publikasi. bentuk data-data tersebut dapat ditemui pada buku refrensi, jurnal, majalah atau laporan dari instansi terkait, disamping pemanfaatan sumber-sumber tulisan lainnya seperti pemanfaatan fasilitas dan jasa internet untuk mendapatkan data tertulis yang telah didokumentasikan.

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.6.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan dibeberapa perpustakaan serta instansi terkait guna mencari bahan serta data-data yang sesuai dengan penelitian, diantaranya :

1. Perpustakaan Universitas Komputer Indonesia, Jl. Dipati Ukur. Bandung. 2. Perpustakaan FISIP Universitas Pasundan, Jl. Lengkong Besar. Bandung. 3. Perpustakaan FISIP Universitas Parahyangan, Jl. Ciumbuleuit. Bandung. 4. Perpustakaan FISIP Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Jatinangor.

Sumedang.

5. JICA Indonesia, Sentral Senayan II, Lantai 14, Jl. Asia Afrika No.8 Gelora Bung Karno – Senayan Jakarta Pusat.

6. Departemen Pendidikan Nasional, Jl. Jend. Sudirman Senayan, Jakarta Pusat.

7. Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Jl. Taman Suropati, Jakarta Pusat.


(32)

24

1.6.2 Waktu Penelitian

Waktu yang dibutuhkan oleh peneliti dalam melakukan penelitian yaitu dimulai sejak bulan Januari 2010 dan direncanakan selesai pada bulan Juli 2011 seperti yang dijelaskan dalam tabel.

Tabel 1.6.2 Tabel Waktu Penelitian

No Aktivitas

Waktu penelitian

2010 2011

Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agts Mar Apr Mei Juni Juli

1 Pencarian data

2 Pengajuan Judul

3 Pembuatan Usulan

Penelitian

4 Seminar Usulan

Penelitian

5 Pengumpulan Data

6 Penelitian

7 Bimbingan Skripsi

8 Rencana Sidang

1.7 Sistematika Penulisan

Peneliti mencoba menjabarkan sistematika penulisan yang akan dilakukan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran yang terdiri dari kerangka konseptual


(33)

25

dan hipotesis, metode penelitian dan teknik pengumpulan data, lokasi dan waktu penelitian serta sistematika pembahasan.

BAB II Tinjauan Pustaka

Pada bab ini peneliti menjelaskan teori-teori yang berkaitan dengan subjek yang diteliti, seperti Hubungan Internasional, Kerjasama Internasional, Hubungan Bilateral, Bantuan Luar Negeri, serta Pendidikan. Tinjauan pustaka ini dapat pula berisi uraian tentang data sekunder yang diperoleh dari jurnal-jurnal ilmiah atau hasil penelitian yang dapat dijadikan asumsi yang memungkinkan penalaran untuk menjawab masalah yang diajukan dalam penelitian ini.

BAB III Objek Penelitian

Dalam bab ini peneliti menjelaskan gambaran umum tentang bagaimana pendidikan di Sulawesi Selatan. Menjelaskan gambaran umum mengenai JICA, yang terdiri dari latar belakang pembentukan, struktur organisasi dan keanggotaan; kerjasama yang dibangun antara JICA dengan Indonesia dalam meningkatkan pendidikan dan meliputi juga upaya-upaya yang ditempuh oleh keduanya.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam bab ini peneliti menjelaskan hasil dari program PRIMA-P yang dicanangkan oleh JICA di Provinsi Sulawesi Selatan, meliputi juga upaya-upaya yang ditempuh oleh Pemerintah Indonesia dalam mendukung penuh program-program yang dicanangkan oleh JICA, serta bagaimana prospek peningkatan kualitas pendidikan di Sulawesi Selatan setelah berakhirnya program PRIMA-P.


(34)

26

BAB V Penutup

Dalam bab ini peneliti menjelaskan isi skripsi yang berupa kesimpulan dan saran penelitian yang dilakukan, penolakan atau penerimaan hipotesis yang telah disusun sebelumnya. Kemudian akan diberikan saran-saran bagi peneliti lain yang berminat untuk melanjutkan atau mengoreksi penelitian ini.


(35)

27 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hubungan Internasional

Studi hubungan internasonal merupakan studi tentang segala bentuk interaksi antar aktor-aktor dalam hubungan nternasional. Aktor-aktor yang saling berinteraksi tersebut tidak hanya negara saja ada pula individu, ataupun organisasi-organisasi internasional. Menurut Menurut Perwita dan Yani, Hubungan Internasional adalah :

”Hubungan Internasional merupakan bentuk interaksi antara aktor atau anggota masyarakat yang satu dengan aktor atau anggota masyarakat lain yang melintasi batas-batas negara. Terjadinya hubungan internasional merupakan suatu keharusan sebagai akibat adanya saling ketergantungan dan bertambah kompleksnya kehidupan manusia dalam masyarakat internasional sehingga interdependensi tidak memungkinkan adanya suatu negara yang menutup diri terhadap dunia luar” (2005: 3-4).

Pada perkembangannya yang menjadi sorotan dalam studi hubungan internasional bukan hanya aktor-aktor yang berinteraksi tetapi juga bidang-bidang yang termasuk didalamnya. Saat ini, tidak hanya mencakup bidang politik saja, tetapi juga mencakup unsur-unsur ekonomi, sosial, budaya, hankam dan sebagainya.

Studi hubungan internasional merupakan ilmu yang bersifat interdisipliner yang memiliki pengertian bahwa studi hubungan internasional dalam pendekatannya berkaitan dengan cabang ilmu lainnya. Dalam hubungan atau interaksi antar negara diperhatikan peristiwa-peristiwa, perjanjian-perjanjian,


(36)

28

interaksi yang bersifat konflik serta interaksi yang berbentuk kerjasama. Pada dasarnya, pola hubungan atau interaksi internasional dapat berupa kerjasama (cooperation), persaingan (Competition), dan pertentangan (Conflict).

Hubungan internasional adalah interaksi aktor-aktor yang tindakan dan kondisinya memiliki konsekuensi penting terhadap aktor lain, maka dapat dikatakan bahwa negara bangsa dapat dipandang sebagai pelaku utama dari hubungan internasional. Hal itu karena yang melakukan tindakan dan dampak dari tindakan itu adalah unit politik walaupun tidak tertutup kemungkinan yang melakukan tindakan itu adalah aktor-aktor non-negara.

Dilihat dari penjelasan diatas, dapat diartikan bahwa meski negara merupakan aktor utama dalam dalam hubungan internasional tetapi bisa saja yang melakukan tindakan merupakan aktor non-negara. Aktor non-negara yang dimaksud yaitu JICA yang dapat dikatakan sebagai suatu alat dari pemerintah Jepang dalam melakukan kerjasama bilateral dengan negara-negara lain. Meski yang melakukan bukan dari aktor negara secara langsung, tetapi diwakilkan oleh suatu lembaga kerjasama akan tetapi seperti yang telah disebutkan diatas, tetap saja memiliki konsekuensi terhadap unit politik yang menjadi partner dalam bekerjasama.

Pola Interaksi dalam hubungan internasional tidak dapat dipisahkan dengan segala bentuk interaksi yang berlangsung dalam pergaulan masyarakat internasional, baik yang dilakukan oleh aktor-aktor internasional, seperti individu, negara, maupun organisasi-organisasi internasional yang sifatnya lintas batas negara (Perwita dan Yani, 2006:7).


(37)

29

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa tujuan utama studi hubungan intenasional adalah mempelajari perilaku internasional, seperti perilaku aktor, baik negara maupun aktor non-negara, dalam arena internasional. Perilaku-perilaku aktor meliputi beberapa konsep umum seperti peranan, kerjasama, aktivitas sistem, dan pengaruh. Hal tersebut secara keseluruhan dapat mengakibatkan pelaksanaan maupun pergeseran bentuk-bentuk hubungan dari bentuk-bentuk kerjasama, pembentuk-bentukan aliansi, interaksi dalam organisasi dalam organisasi internasional kearah konflik maupun sengketa.

2.2 Kerjasama Internasional

Dalam hubungan internasional dikenal apa yang dinamakan kerjasama internasional. Kerjasama internasional terbentuk karena adanya berbagai macam kepentingan nasional dari masing-masing negara yang tidak dapat dipenuhi dari dalam negerinya sendiri. Kerjasama internasional meliputi berbagai bidang seperti ideology, politik, ekonomi, sosial, lingkungan hidup, kebudayaan, pertahanan, dan keamanan.

Menurut Muhadi Sugiono ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam kerjasama internasional :

1. Pertama, negara bukan lagi sebagai aktor eksklusif dalam politik internasional melainkan hanya bagian dari jaringan interaksi politik, militer, ekonomi dan kultural bersama-sama dengan aktor-aktor ekonomi dan masyarakat sipil.


(38)

30

2. Kedua, kerjasama internasional tidak lagi semata-mata ditentukan oleh kepentingan masing-masing negara yang terlibat di dalamnya, melainkan juga oleh institusi internasional, karena institusi internasional seringkali bukan hanya bisa mengelola berbagai kepentingan yang berbeda dari negara – negara anggotanya, tetapi juga memiliki dan bisa memaksakan kepentingannya sendiri. (Sugiono, 2006: 6).

Kerjasama internasional diwujudkan dalam suatu perjanjian atau kesepakatan dengan tujuan dapat merangkum masing-masing kepentingan aktor internasional. Kerjasama internasional merupakan suatu perwujudan kondisi masyarakat yang saling tergantung satu dengan yang lain. Dalam melakukan kerjasama ini dibutuhkan suatu wadah yang dapat memperlancar kegiatan kerjasama tersebut. tujuan dari kerjasama ini ditentukan oleh persamaan kepentingan dari masing-masing pihak yang terlibat. Kerjasama internasional dapat terbentuk karena kehidupan internasional meliputi bidang, seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial, lingkungan hidup, kebudayaan, pertahanan dan keamanan (Perwita dan Yani, 2006: 34).

Perwita dan Yani memaparkan bahwa dalam suatu kerjasama internasional bertemu berbagai macam kepentingan nasional dari berbagai negara dan bangsa yang tidak dapat dipenuhi di dalam negerinya sendiri. Kerjasama internasional adalah sisi lain dari konflik internasional yang juga merupakan salah satu aspek dalam hubungan internasional. Isu utama dari kerjasama internasional yaitu berdasarkan pada sejauh mana keuntungan bersama yang diperoleh melalui


(39)

31

kerjasama tersebut dapat mendukung konsepsi dari kepentingan tindakan yang unilateral dan kompetitif. Kerjasama internasional terbentuk karena kehidupan internasional meliputi berbagai bidang seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan (2006: 33-34).

Dari beberapa bentuk kerjasama yang telah dipaparkan diatas, maka kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dengan JICA termasuk kedalam bentuk kerjasama regional yang memiliki pengertian bahwa kerjasama ini dilakukan oleh negara-negara yang berada dalam satu wilayah. Dalam hal ini, Indonesia dengan JICA yang mewakili negara Jepang berada dalam satu wilayah Asia.

Bentuk kerjasama internasional tidak hanya dilihat berdasarkan bentuk-bentuk yang telah dipaparkan diatas, namun dapat juga dilihat dari segi kecenderungan sikap dan tujuan pihak-pihak yang melakukan hubungan timbal balik. Dalam hubungan internasional terdapat beberapa bentuk interaksi dilihat dari banyaknya pihak yang melakukan hubungan antara lain hubungan bilateral, trilateral, regional, multilateral/ internasional.

2.2.1 Kerjasama Bilteral

Kerjasama internasional terbentuk karena adanya beragam kepentingan nasional yang tidak dapat dipenuhi oleh negaranya sendiri. Bentuk kerjasama internasional yang dibedakan berdasarkan pihak yang melakukan hubungan antar negara yaitu, kerjasama bilateral, kerjasama trilateral, serta kerjasama multilateral. Seperti apa yang diungkapkan oleh Kishan S.Rana mengenai kerjasama bilateral yang diartikan sebagai:


(40)

32

“Dalam diplomasi bilateral konsep utama yang digunakan adalah sebuah negara akan mengejar kepentingan nasionalnya demi mendapatkan keuntungan yang maksimal dan cara satu-satunya adalah dengan membuat hubungan baik dan berkepanjangan antar negara” (2002:15-16).

Dalam buku “Pengantar Imu Hubungan Internasional”, Perwita dan Yani mengartikan hubungan bilateral merupakan keadaan yang menggambarkan hubungan timbal balik antara dua pihak yang terlibat, dan aktor utama dalam pelaksanaan hubungan bilateral ini adalah negara (2006:28)

Sebagai contoh dari bentuk kerjasama bilateral ialah kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dengan pemerintah Jepang. Dalam kerjasama ini pemerintah Jepang tidak secara langsung berhubungan dengan pemerintah Indonesia namun direpresentasikan oleh lembaga kerjasama yaitu

Japan International Cooperation Agency (JICA).

2.2.2 Konsep Peranan

Peran JICA dapat dikatakan sebagai upayanya dalam menjalankan fungsinya sebagai suatu lembaga kerjasama yang memberikan bantuan bagi negara-negara berkembang dalam menjalankan proses pembangunan yang lebih dikhususkan pada pembangunan sumberdaya manusia secara intelektualitasnya. Peranan JICA tersebut tentu tidak dapat dipisahkan dari peranan nasional negara yang mendirikannya.

Konsep peranan nasional berkaitan dengan orientasi politik luar negeri. Peranan juga merefleksikan kecenderungan pokok terhadap variable sistematik, geografi dan ekonomi. Peranan nasional juga merupakan posisi yang diambil


(41)

33

aatau dijalankan. Hubungan antara unit-unit nasional dalam system internasional tidak dapat dipahami hanya dengan melihat tindakan yang dilaukannya seperti pengiriman surat atau pernyataan perang. Pemerintah negara menyadari hubungan mereka dengan lingkunagn itu lebih luas dari sekedar pertimbangan kondisi tertentu yang mempengaruhi mereka. Perlua ada sikap atau posisi yang disebut peranan. Dua komponen kebijakan luar negeri yang merefleksikan pertimbangan tertentu ialah orientasi dan peanan. Kedua komponen ini dapat menjelaskan mengapa suatu negara beserta pemerintahannya menjalin hubungan dengan dunia luar. Dari jalinan hubungan ini dapat terlihat perilaku dasar dan kebutuhan nasional yng bermain didalamnya juga kondisi eksternal yang melingkupinya.

Dalam hubungan internasional, peranan merupakan tugas utama yang harus dijalankan oleh aktor-aktor seperti individu, negara, maupun organisasi internasional. Peranan (role) juga merupakan perilaku yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang yang menduduki suatu posisi.

Menurut Perwita dan Yani, peranan juga dapat diartikan sebagai pelaksanaan dari fungsi oleh struktur-struktur tertentu. Peranan dapat dikatakan ebagai aspek fisiologis organisasi yang meliputi fungsi, adaptasi, dan proses. Peranan dapat diartikan sebagai orientasi atau konsepsi dari bagian yang dimainkan oleh suatu pihak dalam posisi sosialnya. Dengan peranan tersebut, para pelaku peranan baik individu maupun organisasi akan berperilaku sesuai dengan harapan orang maupun lingkungannya. Dalam hal ini peranan menjalankan konsep melayani untuk menghubungkan harapan-haraan yang terpola dari orang


(42)

34

lain atau lingkungan engan hubungan dan pola yang menyusus struktur sosial (2006:31).

Dari konsep peranan yang telah dijelaskan diatas, maka dapat dikatakan bahwa peranan merupakan pelaksanaan dari fungsi-fungsi oleh struktur-struktur tertentu. Peranan ini tergantung juga pada posisi atau kedudukan struktur itu dan harapan lingkungan sekitar terhadap struktur tadi. Peranan juga dipengaruhi oleh situasi dan kondisi serta kemampuan dari aktor tersebut.

2.3 Bantuan Luar Negeri

Bantuan luar negeri merupakan salah satu instrument kebijakan yang sering digunakan dalam hubungan luar negeri. Secara umum, bantuan luar negeri dapat didefinisikan sebagai transfer sumber daya dari satu pemerntah ke pemerintah lain yang berupa barang atau dana. Bantuan luar negeri umumnya tidak ditujukan untuk jangka pendek melainkan untuk prinsip kemanusiaan atau pembangunan ekonomi jangka panjang.

Pengertian bantan luar negeri dalam Perwita dan Yani bahwa bantuan luar negeri pada umumnya tidak ditujukan hanya untuk kepentingan jangka pendek, melainkan untuk prinsip-prinsip kemanusiaan dan pembangunan ekonomi jangka panjang. Ada dua syarat aliran modal dari luar negeri merupakan bantuan luar negeri, yaitu :

1. Aliran modal dari luar negeri tersebut bukan didorong untuk mencari keuntungan


(43)

35

2. Aliran modal dari luar negeri atau dana tersebut diberikan kepada negara penerima atau dipinjamkan dengan syarat yang lebih ringan daripada yang berlaku dalam pasar internasional (2006:83 )

Bantuan luar negeri merupakan salah satu instrument kebijakan luar negeri. Bantuan luar negeri merupakan tindakan ekonomi yang memiliki sifat dan efektifitas yang berbeda dibandingkan diplomasi dan propaganda. Adapun pengertian mengenai bantuan luar negeri menurut Yanuar Ikbar yaitu :

“Bantuan luar negri (foreign aid) dapat diartikan sebagai tindakan-tindakan negara, masyarakat (penduduk), atau lembaga-lembaga masyarakat atau lembaga-lembaga lainnya yang berada pada suatu negara tertentu di luar negri, memberikan bantuan berupa pinjaman, memberikan hibah atau pula penanaman modal mereka terhadap pihak tertentu di negara lainnya” (2007 : 188).

Menurut Rix Alan dalam buku “Pengantar Ilmu Hubungan Internasional” karangan Perwita dan Yani ada empat motivasi dari negara para pemberi bantuan atau negara donor dalam memberikan bantuan, diantaranya :

1. Motif kemanusiaan yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan di negara-negara dunia ketiga melalui dukungan kerjasama ekonomi 2. Motif politik yang memusatkan tujuan untuk meningkatkan image

negara donor. Peraihan pujian menjadi tujuan dari pemberian bantuan luar negeri baik dari politik domestik dan hubungan luar negeri negara donor

3. Motif keamanan nasional, yang mendasarkan pada asumsi bahwa bantuan luar negeri dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang akan mendorong stabilitas politik dan akan memberikan keuntungan


(44)

36

pada kepentingan negara donor. Dengan kata lain, motif keamanan memiliki sisi ekonomi

4. Motif yang berkaitan dengan kepentingan nasional negara donor (2006: 84).

Menurut Michael Todaro dalam buku Yanuar Ikbar, bantuan luar negeri adalah bantuan yang meliputi semua pinjaman konsesional (suku bunga dan jangka pembayaran kembali modal yang dipinjamkan secara lunak dibandingkan dengan syarat-syarat yang berlaku bagi pinjaman komersial) dan bantuan pemerintah dalam bentuk uang atau barang, mengalihkan sumber-sumber dari negara kaya ke negara dunia ketiga dengan tujuan untuk pembangunan atau pemerataan pendapatan (Ikbar, 2007: 58)

Bantuan luar negeri merupakan salah satu instrumen kebijakan yang sering dan telah digunakan dalam hubungan luar negeri selama berabad-abad pada masa lampau, instrumen ini terutama tidak digunakan untuk permasalahan politik jangka pendek melainkan untuk prinsip-prinsip kemanusiaan atau pembangunan ekonomi jangka panjang. Dalam jangka panjang, bantuan luar negeri dimaksudkan untuk membantu menjamin beberapa tujuan politik negara donor yang tidak dapat dicapai hanya melalui diplomasi, propaganda atau kebijakan publik.

Berdasarkan paparan mengenai konsep bantuan diatas, jelas bahwa bantuan yang diberikan oleh negara Jepang melalui Japan International

Cooperation (JICA) kepada pemerintah Indonesia yang dalam penelitian ini lebih


(45)

37

bantuan pembangunan. Bantuan yang diberikan diharapkan dapat benar-benar membantu pembangunan dari segi sumber daya manusia.

2.4 Pendidikan

Fenomena hubungan internasional kini semakin mengarah pada persoalan sehari-hari penduduk dunia termasuk Indonesia. Hal tersebut tentu berpengaruh pada pembangunan suatu negara. Maka keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan seperti pendidikan, sangat ditentukan oleh fenomena yang terjadi dalam perubahan sistem internasional.

Konteks pendidikan dalam hubungan internasional yang dijelaskan dalam buku “Refleksi Teori Hubungan Internasional : dari Tradisional ke Kontemporer” yang ditulis oleh Asrudin dan Mirza Jaka Suryana tahun 2009.

“dalam beberapa waktu ini, fenomena hubungan internasional telah dan akan terus menunjukkna kompleksitas yang semakin tinggi. Hal ini ditunjukkkan bukan saja pada semakin beragamnya aktor hubungan internasional yang saling berinteraksi (the actors), tetapi juga ditunjukkan dengan semakin bervariasinya isu (the

issues) yang diperbincangkan dalam hubungan internasional serta

semakin rumitnya proses interaksi (the process) seprti isu mengenai kemiskinan, pendidikan dasar secara universal, kesetaraan jender dan memberdayakan perempuan, HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya, pembangunan lingkungan, dan kemitraan global untuk pembangunan yang trejadi antar berbagai aktor hubungan internasional.” (2009: 34)

Dalam upaya mengatasi persoalan pembangunan yang salah satunya ialah pendidikan, maka masyarakat internasional membentuk suatu komitmen pembangunan bersama yaitu strategi pembangunan dalam Millennium


(46)

38

pengembangan tujuan pembangunan bersama untuk mengembangkan negara berkembang dengan bantuan dari negara maju agar dapat memberikan kontribusi untuk peningkatan sumber daya manusia.

Millenium Development Goals (MDGs) merangkum aspirasi

pembanguunan dunia secara menyeluruh. Tapi apsirasi ini bukn sebagai tujuan pembangunan semata, namun juga mencakup nilai dan hak universal manusia seperti bebas dari kelaparan, hak untuk mendapatkan pendidikan dasar, hak akan kesehatan dan sebuah tanggungjawab kepada generasi mendatang. Kita telah mencapai kemajuan yang penting menuju ke delapan tujuan tersebut, tapi kita masih belum barada di jalur yang tepat untuk menyelasaikan komitmen tersebut.” (2008:2)

Selanjutnya pemerintah Indonesia mengatur pendidikan nasional dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Dalam pasal 1 pendidikan didefinisikan sebagai :

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.” (2003 :2)

Pendidikan dasar menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 17 adalah :

1) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

2) Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat .


(47)

39

3) Ketentuan mengenai pendidikan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. (2003:8)

2.4.1 Kualitas Pendidikan

Menurut Departemen Pendidikan Nasional, secara umum kualitas atau mutu adalah dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam mamuaskan kebutuhan yang diharapkan atau tersirat. (2001:7)

Mutu pendidikan yang dijelaskan oleh Suryusubroto dapat dilihat dalam dua hal, yakni mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Proses pendidikan yang bermutu apabila seluruh komponen pendidikan terlibat dalam proses pendidikan itu sendiri. Faktor-faktor dalam proses pendidikan adalah berbagai input, seperti bahan ajar, metodologi, saran sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana kondusif. Sedangkan, mutu pendidikan dalam konteks hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (2004:210-211).

Pengertian kualitas atau mutu dapat dilihat juga dari konsep secara absolute serta relative. Dalam diterapkan dalam dunia pendidikan konsep kualitas absolute ini bersifat elitis Karena hanya sedikit lembaga pendidikan yang akan mampu menawarkan kualitas tertinggi kepada peserta didik dan hanya sedikit siswa yang akan mampu membayarnya. Sedangkan dalam konsep relative,


(48)

40

kualitas berarti memenuhi spesifikasi yang diterapkan dan sesuai dengan tujuan (fit for their purpose) (Nurkholis, 2003: 68).

Menurut Admodiwirio, peningkatan kualitas pendidikan sangat menekankan pentingnya peranan sekolah sebagai pelaku dasar utama yang otonom, dan peranan orangtua dan masyarakat dalam mengembangkan pendidikan. Sekolah perlu diberikan kepercayaan untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan pelanggan. Sekolah sebagai institusi otonom diberikan peluang untuk mengolah dalam proses koordinasi untuk mnecapai tujuan-tujuan pendidikan (2000: 5-6).

2.4.2 Standar Nasional Pendidikan

Standar nasional pendidikan ialah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum negara kesatuan Republik Indonesia. Yang merupakan kriteria dari standar nasional pendidikan sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 ialah sebagai berikut:

1. Standar isi

Standar isi menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 pasal 1:

“standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu”.


(49)

41

2. Standar proses

Standar proses menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 pasal 1:

“standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan unutk mencapai standar kompetensi lulusan”

3. Standar kompetensi lulusan

Standar kompetensi lulusan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 pasal 1:

“standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan”.

Kompetensi lulusan Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah menurut Depdiknas (2002). Tamatan sekolah menengah pertama dan madrasah tsanawiah diharapan memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Meyakini, memahami, dan menjalankan ajaran agama yang diyakini dalam kehidupan

2. Memahami dan menjalankan hak serta kewajiban untuk berkarya dan memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab

3. Berpikir secara logis, kritis, kreatif inovatif, memecahkan masalah, serta berkomunikasi melalui berbagai media.

4. Menyenangi dan menghargai seni


(50)

42

6. Berpartisipasi dalam kehidupan sebagai cermin rasa cinta dan bangsa terhadap bangsa dan tanah air.

( Mulyasa, 2002:29)

4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan.

Standar pendidik dan tenaga kependidikan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 pasal 1:

“standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah criteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.”

5. Standar sarana dan prasarana.

Standar sarana dan prasarana menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 pasal 1:

“standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yan berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan unutk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi”.

6. Standar pengelolaan.

Standar pengelolaan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 pasal 1:

“standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan


(51)

43

pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercipta efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pendidikan”.

7. Standar pembiayaan.

Standar pembiayaan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 pasal 1:

“standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun”.

8. Standar penilaian pendidikan.

Standar penilaian pendidikan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 pasal 1:

“standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik” (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005).

Untuk penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan sesuai dengan standar nasional pendidikan dilakukan evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi. Standar nasional pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Standar nasional pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.


(52)

44

Standar tersebut merupakan acuan dasar sekaligus rambu-rambu hukum untuk meningkatkan mutu berbagai aspek pendidikan nasional termasuk mutu pendidik dan tenaga kependidikan, mutu sarana dan prasarana pendidikan, kompetensi lulusan, pembiayaan pendidikan dan penilaian pendidikan. Dengan acuan tersebut diharapkan pada tahun-tahun yang akan datang tidak lagi ditemukan pelayanan pendidikan yang tidak memenuhi standar nasional. Dengan demikian, upaya untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat menjadi lebih jelas.


(53)

45 BAB III

OBJEK PENELITIAN

3.1 Japan International Cooperation Agency (JICA) 3.1.1 Latar Belakang Terbentuknya JICA

Sejak keikutsertaannya dalam Colombo Plan pada tahun 1954, pemerintah Jepang terus meningkatkan berbagai kerjasama dengan memanfaatkan dana dan teknologi yang dimilikinya melalui kerangka Bantuan Pembangunan Resmi atau

Official Development Assistance (ODA). Bantuan tersebut diberikan kepada

negara yang dikategorikan sebagai negara berkembang dengan berbagai masalah yang dihadapi seperti kelaparan dan kemiskinan serta kurangnya pelayanan pendidikan dan kesehatan. Berbagai kerjasama teknik yang dilakukan oleh pemerintah Jepang dengan negara-negara lain salah satunya yaitu Indonesia.

Seiring dengan berjalannya waktu, kerangka kerjasama teknik lebih terstruktur dan akhirnya pemerintah mendirikan Japan International Cooperation

Agency (JICA) pada 1 Agustus 1974. JICA merupakan institusi resmi Jepang yang

bertanggungjawab atas pelaksanaan kerjasama teknis dengan negara-negara berkembang berdasarkan atas kesepakatan bilateral antar pemerintah secara resmi. Pada awal berdirinya JICA hanya memiliki fungsi sebagai lembaga kerjasama yang secara khusus bertugas untuk menyalurkan bantuan teknik saja namun pada bulan Oktober 2008, JICA melakukan merjer dengan bagian operasi kerjasama ekonomi luar negeri dari Japan Bank for International Cooperation (JBIC) menjadi JICA baru. Sejak saat itu JICA mendapatkan tugas untuk melaksanakan


(1)

110

hasil yang telah disepakati. Indikator keberhasilan program PRIMA-P dalam

meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Barru dapat dilihat dari

pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang dimulai sejak tahun 2007. Dimana sampai

dengan tahun 2009, telah banyak kemajuan yang dicapai oleh setiap kegiatan

dalam upaya peningkatan pendidikan di Kabupaten Barru.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Substansial

Berdasarkan analisis dan evaluasi pelaksanaan program PRIMA-P yang

dilaksanakan pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2010. Proses implementasi

program peningkatan pendidikan menengah pertama di Provinsi Sulawesi Selatan

telah menjelaskan sejumlah permasalahan untuk membangun pendidikan yang

lebih berkualitas karena masih banyak wilayah terpencil yang belum mendapat

pelayanan pendidikan menengah pertama yang berkualitas. Untuk itu, pemerintah

Indonesia sebagai pemegang kekuasaan dan pembuat kebijakan diharapkan dapat

membuat kebijakan strategis dan kebijakan operasional yang dijadikan sebagai

landasan penyusunan program dan sasaran pembangunan pendidikan nasional,

sehingga implementasi dimasyarakat yang dilakukan bisa lebih efektif dan tepat

sasaran.

Setelah berakhirnya program PRIMA-P diharapkan pemerintah serta

pihak-pihak yang bertanggungjawab atas peningkatan pendidikan dapat


(2)

111

Provinsi Sulawesi Selatan. Kurangnya komunikasi yang dapat menyebabkan tidak

berjalannya program secara maksimal dapat dengan segera diatasi.

5.2.2 Saran Metodologis

Dalam penelitian ini dirasakan masih banyak terdapat kekurangan terutama dalam hal penyajian data yang valid dan akurat. Oleh karena itu, bagi pihak yang hendak melakukan penelitian dengan menggunakan objek penelitian yang sama, diharapkan dapat lebih menyajikan data-data yang lebih valid dan akurat. Metode penelitian dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dan studi kepustakaan, oleh karenanya diharapkan bagi pihak yang akan melakukan penelitian dengan objek yang sama dapat menggunakan metode penelitian dan teknik pengumpulan data serta sudut pandang yang berbeda agar kelak dapat memperluas khasanah pengetahuan bagi peneliti dan pembaca.


(3)

112

DAFTAR PUSTAKA

Buku Teks

Admodiwirio. 2000. Manajemen Pendidikan Indonesia. Ardadizya Jaya.

Ikbar, Yanuar. 2007. Ekonomi Politik Internasional 2 : Implementasi Konsep dan Teori. PT. Rafika Aditama.

Kishan, S. Rana. 2002. Bilateral Diplomacy. New Delhi. Manas Publications.

Muhadi Sugiono, 2006. Coorperation Among Nations : Europe, America and Nontariff Barriers to Trade.

Mulyasa, Enco, 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nurkholis, 2003. Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model, dan Aplikasi. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Perwita, Anak Agung Banyu dan Yanyan Mochamad Yani. 2006. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rifai, Muhammad. 2011. Poltik Pendidikan Nasional. Ar-ruzzmedia. Jogjakarta.

Rohman, Arif. 2009. Politik Ideologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Suryana, Mirza Jaka dan Asrudin. 2009. Refleksi Teori Hubungan Internasional : dari Tradisional ke Kontemporer”

Suryosubroto. 2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta. Rieneka Cipta.

Syarif Ikhwanudin dan Dodo Murtaldo (Ed). 2002. Pendidikan untuk Masyarakat Indonesia Baru 70 Tahun Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc. Ed. Jakarta: Grasindo.


(4)

Daftar Dokumen

Bahan Seminar Peningkatan Pendidikan Menengah Pertama Kabupaten Barru. 2010

Berita PRIMA-P. Siklus 2. 2009.

Buletin JICA di Indonesia. 2008

Integrated Plan for Junior Secondary Education Improvement In South Sulawesi (PRIMA Pendidikan). Baseline Survey Report. 2008

Integrated Plan for Junior Secondary Education Improvement In South Sulawesi (PRIMA Pendidikan). Inception Report.

Integrated Plan for Junior Secondary Education Improvement In South Sulawesi (PRIMA Pendidikan). Progress Report 3. 2009

Integrated Plan for Junior Secondary Education Improvement In South Sulawesi (PRIMA Pendidikan). Project Completion Report.

Millennium Development Goals (MDGs). 2008 Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005

Rencana Terpadu Peningkatan Pendidikan Menengah Pertama Di Povinsi Sulawesi Selatan (PRIMA Pendidikan). 2008

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2005-2010.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003

Daftar Website


(5)

114

http://www.barru.go.id/index.php. Diakses tanggal 8 Maret 2010.

http://www.sulsel.go.id/indo/index.php. Diakses tanggal 8 Juni 2010.

http://barru.dapodik.org/index.php (diakses tanggal 23 Juni 2011)

http://www.jica.go.jp (diakses pada 5 April 2010).

http://www.google.co.id/search?sa=N&hl=id&tab=Tw. Di akses tanggal 17 Februari 2010.

http://www.jica.go.jp/english/contact/index.html. Di akses tanggal 17 Februari 2010).

http://www.antaranews.com/peristiwa. Di akses tanggal 17 Februari 2010.

http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Selatan. Di akses tanggal 8 Mare 2010.

http://www.jica.go.jp/english/sitemap/index.html. Di akses tanggal 17 Februari 2010.

http://www.jica.go.jp/english/contact/index.html. Di akses tanggal 17 Februari 2010.

http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/web/arah.html. Diakses tanggal 29 Maret 2010.

http://www.jica.go.jp/english/sitemap/index.html. Di akses tanggal 17 Februari 2010.

http://semende.wordpress.com/2007/06/23/kutipan-undang-undang-tentang-otonomi-daerah/. Diakses tanggal 27 April 2010


(6)

1. Nama : Tri Farida Iryani

2. Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 12 Oktober 1988

3. Nomor Induk Mahasiswa : 44306007

4. Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional

5. Jenis Kelamin : Perempuan

6. Kewarganegaraan : Indonesia

7. Agama : Islam

8. Alamat di Bandung : Kp. Pasir Manggu RT 01/RW 06

Ds. Cipada Kec. Cikalong Wetan, Bandung Barat

9. Telepon : 081321234766

10. Status Marital : Belum Menikah

11. Orang Tua

a. Nama Ayah : H. Parni M Z

Pekerjaan : Pegawai Swasta

b. Nama Ibu : May Surya

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

c. Alamat Orang Tua : Kp. Pasir Manggu RT 01/RW 06

Ds. Cipada Kec. Cikalong Wetan, Bandung Barat.

12. Hobi : Nonton

13. Pendidikan : SD Negeri Karya Bakti (1994-2000)

SMP Negeri 1 Padalarang (2000-2003) SMA Negeri 2 Cimahi (2003-2006) Ilmu HI FISIP UNIKOM - Bandung (2006-2011)