Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Danau Toba (studi deskriptif di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)

(1)

DOKUMENTASI PENELITIAN di KELURAHAN PARAPAT

Gambar 1. Peta Kelurahan Parapat Gambar.2. Keterangan Peta Parapat

Gambar 3. Kondisi Penjual Souvenir Gambar 4. Informan : Benny Napitupulu


(2)

(3)

Gambar 8. Kondisi Jalan yang kurang baik

Gambar 9. Masyarakat yang bergotong royong membersihkan jalan

Gambar 10. Keramba di sekitar Danau Toba


(4)

Budiman, Arief. 2000. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Bungin, Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta. Kencana.

Daniel, Mochar, dkk. 2006. PRA Participation Rural Appraisal Pendekatan Efektif Mendukung Penerapan Penyuluhan Partisipasi dalam Upaya Percepatan Pembangunan Pertanian. Jakarta : Bumi Aksara.

Damanik, Janianton dan F. Weber, Helmut. 2006. Perencanaan Ekowisata dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta : Puspar UGM dan Andi Offset

Damanik, Janianton. 2006. Perencanaan Ekowisata. Yogyakarta : Pusat Studi Pariwisata dan Andi.

Dapertemen Kebudayaan dan Pariwisata RI. 2005. Rencana Strategis Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata Nasional 2005-2009. Jakarta Dumasari, 2014. Dinamika Pengembangan Masyarakat Partisipatif. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar

Jim Ife dan Frank Tesoriero.2008. Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi Community Development. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Nasution, M. Arif. 2008. Metodologi Penelitian. Medan: Fisip USU Press.

Ndraha,Taliziduhu.2005. Pembangunan Masyarakat,Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas (Edisi cetakan ke Tiga).Jakarta: Bina Aksara

Pendit, I Nyoman, S. 1999. Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : PT Pradnya Paramita

Pitana, I Gde dan G. Gayatri, Putu. 2005. Sosiologi Pariwisata ( Kajian Sosiologis Terhadap Struktur, Sistem dan Dampak-Dampak Pariwisata). Yogyakarta. Andi Offset.

Pitana, I Gde.2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Andi.

Poloma, M Margaret.2004. Sosiologi Kontemporer. Jakarta : PT RajaGrafindo Soetomo,2010. Stratei-strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta. Pustaka

Pelajar

Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tonny Nasdian,Fredian, 2015. Pengembangan Masyarakat. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Rukminto, Adi Isbandi. 2008. Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada

Warpani, suwardjoko.2007. Pariwisata Dalam Tata Ruang Wilayah. Bandung: Penerbit ITB

Zubaedi. 2007. Wacana Pembangunan Alternatif Ragam Persfektif Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta : Ar-ruz Media.


(5)

Sumber Jurnal :

Damanik, Janianton. 2005. Kebijakan Publik dan Praktis Democratic Governance di Sektor Pariwisata. Volume 8, Nomor 3 Maret 2005

Jantra. Jurnal Sejarah dan Budaya. Vol .V, No 9. Juni 2010

Kuswara. Arahan Pengembangan Pemukiman Di Kawasan Daerah Tangkapan Danau Toba. Pusat Litbang Pemukiman.

Lumbanraja , Victor. 2012. Tourism Area Life Cycle in Lake Toba. Vol.44, Nomor 2, Desember 2012.

Sinamo, Jansen Hulman. Masa Depan Danau Toba. 2005

Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata dan Pemberdayaan Masyarakat disekitar 15 danau Prioritas. Malang. Wonderfull Indoneesia

Siregar, Hasrul dkk. 2010. Tinjauan Tentang Kebijakan Pemerintah Daerah Terkait Pengembangan Kepariwisataan di Sumatera Utara.

Sumber Internet

17:36)


(6)

(diakses 1 april 2015 .Pukul 12:44 wib)


(7)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam mendukung tercapainya tujuan penelitian ini maka harus dilengkapi dengan metode penelitian yang tepat dan sesuai dengan permasalahan penelitian yang akan di bahas. Dalam arti luas, metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis untuk menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud mendapatkan informasi untuk digunakan sebagai solusi atas masalah tersebut. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian atau metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan melakukan pendekatan deskriptif. Menurut Creswell (dalam Prambudi,2014), metode kualitatif adalah metode untuk mengekplorasi dan memahami makna yang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan oleh sejumlah individu atau sekelompok orang. Menurut Somantri (dalam Mustofa,2013), penelitian kualitatif sangat memperhatikan proses, peristiwa dan otentisitas. Nilai peneliti bersifat eksplisit dalam situasi yang terbatas dan melibatkan subyek dengan jumlah yang relatif sedikit. Peneliti kualitatif biasanya terlibat dalam interaksi dengan realitas yang ditelitinya. Peneliti kualitatif menjalani interaksi secara intens dengan obyek penelitiannya.

Peneliti memilih pendekatan deskriptif karena penelitian yang memiliki tujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala tau kelompok tertentu di dalam masyarakat. Peneliti berusaha menggali dan


(8)

menjelaskan partisipasi-partisipasi masyarakat dalam pengelolaan pariwisata Danau Toba di lokasi penelitian.

Sebelum melakukan penelitian langsung, peneliti terlebih dahulu mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam penelitian ini seperti halnya mengumpulkan referensi yang berhubungan dengan penelitian ini dalam bentuk jurnal, penelitian terdahulu, hasil skripsi , serta hal-hal lain yang dapat menambah wawasan peneliti sebelum melakukan penelitian lapangan.

Peneliti juga mempersiapkan pencarian data-data yang dibutuhkan sebelum penelitian dilakukan seperti halnya data jumlah penduduk umum, jumlah fasilitas umum yang ada di lokasi penelitian, letak geografis hingga batas-batas wilayah Kelurahan Parapat. Data tersebut peneliti temukan dari Kantor Kelurahan Parapat.

3.2. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memilih lokasi penelitian di Desa Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di tempat tersebut karena daerah tersebut merupakan salah satu obyek wisata Danau Toba yang memiliki banyak pengunjung setiap tahunnya.

3.3. Unit Analisis dan Informan

3.3.1. Unit Analisis

Unit analisis data adalah hal-hal yang diperhitungkan menjadi subyek peneliti unsure yang menjadi fokus penelitian (Bungin,2007:76). Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah masyarakat Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.


(9)

3.3.2. Informan

Informan merupakan subyek yang memahami permasalahan penelitian sebagai pelaku maupun orang yang memahami permasalahan penelitian (Bungin,2007). Informan dalam penelitian ini adalahh informan kunci dan informan biasa, informan kunci yaitu yang memiliki kriteria yaitu penduduk asli dan pendatang yang sudah lama tinggal di Kelurahan Parapat yang ikut terlibat dalam pengelolaan wisata alam Danau Toba, Aparat desa atau kelurahan.Sementara informan biasa adalah tokoh masyarakat ataupun ketua adat. Di dalam pemilihan informan digunakan metode snowballing. Adapun informan yang menjadi subjek penelitian adalah para masyarakat dan tokoh desa/kelurahan di kelurahan Parapat. Dari masyarakat dan tokoh desa ini peneliti akan menggali informasi mengenai partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wisata alam Danau Toba. Dari kriteria di atas telah ditemukan Sembilan orang informan yaitu : Benny Napitupulu, Marudut Panggabean, Bagus Napitupulu, Eldo Sirait, Simanjuntak, Andre Sinaga, D. Herbet Sinaga, Parningotan Girsang.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan data primer dan data sekunder yaitu sebagai berikut:

3.4.1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari subyek penelitian menggunakan alat pengumpulan data secara langsung. Pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan cara :


(10)

3.4.1.1.Observasi Partisipasi

Observasi yaitu metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan (Bungin,2007:115). Metode observasi langsung dilakukan melalui pengamatan gejala-gejala yang tampak pada obyek penelitian pada saat peristiwa yang sedang berlangsung dilapangan.Observasi dilakukan dengan mengamati masyarakat parapat yang berpartisipasi dalam pengelolaan wisata Danau Toba.

Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi partisipatif pasif. Dimana metode observasi merupakan suatu pencatatan hasil penelitian yang bukan hanya mencatat tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian kedalam suatu skala bertingkat. Dengan melaksanakan observasi partisipatif pasif berarti peneliti ikut terjun dan melakukan kegiatan sesuai tema yang menjadi objek penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti ikut terjun menjadi wisatawan guna mengetahui sikap masyarakat setempat terhadap wisatawan yang datang.

3.4.1.2.Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam (Deep Interview) atau kuisioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh peneliti terhadap informan penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui informasi mengenai permasalahan penelitian lebih mendalam, lebih lengkap dan rinci dari informan.


(11)

Wawancara dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada informan secara spesifik dengan panduan interview guide (Bungin,2007)

Teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah teknik wawancara terstruktur dimana draft pertanyaan telah peneliti siapkan untuk mempermudah peneliti ketika sedang mewawancarai informan. Draft pertanyaan tersebut dipersiapkan bertujuan agar pertanyaan yang akan ditanyakan terstruktur dan meminimalkan pertanyaan yang tidak diperlukan dalam penelitian, terlebih agar pewawancara tidak lupa dengan apa yang harusnya ditanyakan kembali mengingat daya keterbatasan ingatan manusia.

3.4.2.Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh dari sumber kedua atau pihak lain terkait dengan permasalahan penelitian. Data ini diperoleh melalui sumber-sumber bacaan seperti buku, majalah, surat kabar, dokumen-dokumen serta laporan penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian yang dianggap relevan dan keabsahan dengan masalah yang diteliti.

3.5.Interpretasi Data

Interpretasi data adalah upaya yang dilakuakan dengan bekerja oleh data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskan, membuat ikhtisarnya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dipelajari dan memutuskan apa yang diceritakan orang lain. Dalam penelitian kualitatif, tahap analisis dan interpretasi data diawali dengan proses observasi dan wawancara mendalam yang berkenaan dengan masalah


(12)

penelitian sehingga data yang didapat akan dikategorikan dan dikaitkan satu dengan yang lainnya agar dapat diinterpretasikan secara kualitatif.

Data-data yang diperoleh dari lapangan akan diatur, diurutkan, dikelompokkan kedalam kategori, pola atau uraian tertentu. Disini peneliti akan mengelompokkan data-data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan sebagainya yang selanjutnya akan dipelajari dan ditelaah secara seksama agar diperoleh hasil atau kesimpulan dengan baik. (Faisal,2007:275)

3.6. Jadwal Kegiatan

N o

Kegiatan Bulan Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi √

2 Acc Judul Penelitian √

3 Penyusunan Proposal Penelitian √ √ √ 4 Seminar Proposal Penelitian √ 5 Revisi Proposal Penelitian √ 6 Penelitian Lapangan dan

Interpretasi data

√ √ √ √

7 Penilisan Laporan Akhir √ √ √

8 Bimbingan √ √ √


(13)

3.7 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti dalam melakukan penelitian ilmiah. Keterbatasan dalam penelitian ini mencakup keterbatasan yang muncul dari dalam diri peneliti, keterbatasan pengetahuan peneliti dalam melakukan analisis data penelitian pada penelitian ini menjadi salah satu keterbatasan internal peneliti. Sedangkan keterbatasan lainnya yaitu keterbatasan eksternal. Keterbatasan eksternal adalah keterbatasan yang ditemukan dari luar diri peneliti.

Keterbatasan eksternal yang dimaksud oleh peneliti adalah keterbatasan data sekunder yang menjadi referensi dalam penelitian ini. Keterbatasan waktu juga merupakan salah satu keterbatasan eksternal, karena yang menjadi objek kajian penelitian peneliti berada di Kelurahan Parapat yang jauh dari kota Medan. Hal itu membuat peneliti benar-benar harus membagi waktu sebaik mungkin dalam membuat janji kepada calon informan dalam melakukan wawancara.

Lebih jauh lagi, hal yang paling menjadi keterbatasan dalam penelitian ini adalah kesulitan untuk mewawancarai masyarakat yang berpartisipasi di dalam penjualan souvenir. Sebagian besar dari mereka menolak untuk melakukan wawancara dengan berbagai alasan. Namun, peneliti telah melakukan antisipasi dengan cara berbelanja dahulu sehingga mereka pada akhirnya mau melakukan wawancara dengan peneliti.


(14)

BAB IV

DESKRIPSI DAN HASIL ANALISIS DATA

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Kelurahan Parapat

Pemerintah Kelurahan adalah pemerintahan terendah ditingkat kecamatan sebagai perpanjangan Pemerintah kecamatan untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan sosial kemasyarakatan. Pemerintahan kelurahan dipimpin oleh Kepala Kelurahan dan bertanggung jawab kepada Camat selaku atasan langsung yang dibantu oleh Perangkat Kelurahan sebagai berikut :

1. Kepala Kelurahan : Parningotan Girsang 2. Sekretaris Kelurahan : Riemsi Manik

3. Kepala Seksi Pemerintahan : Rohana Sampetua Sinaga, SH 4. Kepala seksi Ekonomi Pembangunan (Ekbang) : ---- 5. Kepala Seksi Kemasyarakatan : Ramasa, S.Pd 6. Bendahara : Jan Bonator Panjaitan

Dalam rangka pelaksanaan pembinaan terhadap masyarakat, Kepala Kelurahan bekerja sama dengan pengurus lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) Kelurahan sebagai mitra Pemerintahan Kelurahan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta tim penggerak PKK selaku mitra dalam pelaksanaan 10 program PKK di Kelurahan Parapat. Berikut ini bagan organisasi kelurahan Parapat.


(15)

BAGAN ORGANISASI KELURAHAN PARAPAT

PERDA KABUPATEN SIMALUNGUN

NOMOR 17 TAHUN 2015

Bagan 4.1. Bagan Organisasi Kelurahan Parapat

4.1.2 Letak Geografi

Parapat terletak di Kecamatan Girsang Sipanganbolon Kabupaten Simalungun terletak antara 02036’-03017’ Lintang Utara dan 98032’-99035’ Bujur Timur. Luas wilayah Kecamatan Girsang Sipanganbolon 123 km2 dengan ratio terhadap luas wilayah kabupaten Simalungun 0,03,

Sekretaris Lurah Riemsi Manik

Bendahara Barang Veronika Sagala Bendahara Pengeluaran

Jan Bonator Panjaitan

Lurah

Parningotan Girsang

Kasi Pemerintahan Rohana Sinaga, SH

Kasi Ekbang --- Kasi Kesra Ramasa S.Pd Kepling I Alter Silalahi Kepling II Yul Bryner Pakpahan Kepling III Ramses Sidabutar Kepling IV Jamian Sigiro Kepling V Huala Sinaga Kepling VI Wilman Sagala Kepling VII Posder Sirait


(16)

memiliki 3 kelerengan 2-15% = 1.745; kelerengan 15-40% = 6.090; kelerengan >40% = 22.120, dan berada antara 751 mdpl – 1400 mdpl.

Kelurahan Parapat adalah salah satu dari 3 (tiga) Kelurahan dan 2 (dua) Nagori yang ada di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun yang terletak pada ketinggian 910 meter dari permukaan laut.Secara umum Kelurahan Parapat beriklim dingin dan sejuk dengan batas-batas sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan : Kecamatan Dolok Panribuan

- Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kelurahan Tigaraja/Kabupaten Tobasa

- Sebelah Timur berbatasan dengan : Kelurahan Girsang - Sebelah Barat berbatasan dengan : Nagori Sibaganding

Kelurahan Parapat mempunyai topografi yang bervariasi yaitu : datar, bergelombang dan berbukit hingga kemiringan 750 .

4.1.3 Luas Wilayah

Kelurahan Parapat terbentuk dari 7 lingkungan (dusun), memiliki luas wilayah 1.452 hektar, dengan perincian sebagai berikut :

Tabel 4.2

Tabel Prasarana Umum Berdasarkan Luas Wilayah

No Prasarana Umum Luas Wilayah

1 Pemukiman Umum 192 Ha

2 Perkantoran 3 Ha

3 Pertokoan/Perdagangan 3 Ha

4 Sekolah 6 Ha

5 Terminal 2,5 Ha

6 Peribadatan/Mesjid,Gereja,Vihara 14 Ha

7 Kuburan 1,5 Ha

8 Sawah pengairan ½ teknis 6 Ha


(17)

sumber :RPJM Kelurahan Parapat 2015

Kelurahan Parapat terdiri dari 7 (tujuh) lingkungan/nagori sebagai berikut :

1. Lingkungan I meliputi : Jl. Anggarajim, Jl. Sisingamangaraja sampai parit ganjang.

2. Lingkungan II meliputi : Terminal, Jl. Bangun dolok,Sososr Saba dan Jl. Sisisngamangaraja atas.

3. Lingkungan III meliputi : Kampung Bangun Dolok dan Bantu Malangsa.

4. Lingkungan IV meliputi : Jl. Pemuda, Jl. Jonatan Sinaga, Jl. Josep Sinaga, Buntu Pasir Tigarihit.

5. Lingkungan V meliputi : Jl. Merdeka, Jl. Gotong Royong, Pangasean, Jl. SM. Raja atas dan Sosor Tolong.

6. Lingkungan VI meliputi : Jl. Merdeka, Jl. Josep Sinaga, Jl. Pendidikan dan Jl. Pembangunan.

7. Lingkungan VII meliputi : Kampung Simangaratuk, Jl. RSU, Jl. SM Raja Atas batas lapangan golf.

10 Ladang/Tegalan 58 Ha

11 Perkebunan Rakyat 20 Ha

12 Hutan Asli 1,116 Ha

13 Tempat Rekreasi 2 Ha

14 Rekreasi Olahraga 2 Ha

15 Danau 6 Ha

16 Padang/Ilalang 3 Ha

17 Padang Rumput 2 Ha


(18)

4.1.4 Kependudukan

Kelurahan Parapat terbagi kedalam 7 (tujuh) lingkungan, dengan jumlah penduduk kurang lebih 6.863 jiwa dari 1.481 Kepala Keluarga, yang terdiri dari laki-laki : 3.447 jiwa, dan perempuan : 3.416 jiwa.

Tabel 4.3

Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah/jiwa

1 Laki-laki 3.447jiwa

2 Perempuan 3.416jiwa

Jumlah 6.863 jiwa

Sumber Data :Laporan Kependudukan Mei 2015

Berdasarkan data kependudukan Kelurahan Parapat hingga mei tahun 2015 jumlah penduduk adalah 6.863 jiwa. Penduduk kelurahan Parapat mayoritas suku batak toba, sedangkan sisanya suku lain (campuran), dan 80% beragama Kristen Protestan dan sisanya adalah agama dan kepercayaan lainnya.Berikut rincian jumlah penduduk berdasarkan agama atau kepercayaan.

Tabel 4.4.

Jumlah penduduk berdasarkan agama atau kepercayaan

No Agama Jumlah/jiwa

1 Islam 395 jiwa

2 Kristen Protestan 3.686 jiwa

3 Katholik 810 Jiwa

4 Budha 35 jiwa

5 Hindu -

Sumber Data : Kantor Penghulu/Kelurahan Kec. Girsang Sipangan Bolon

Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Kelurahan Parapat ber-agama Kristen Protestan dengan jumlah 3.686 jiwa dan masyarakat yang menganut agama Budha sebagai minoritas dengan jumlah 35 jiwa. Masyarakat Kelurahan Parapat yang


(19)

menganut agama Islam sebanyak 395 jiwa dan Katholik sebanyak 810 jiwa.

Selanjutnya jika ditinjau dari segi pekerjaan penduduk kelurahan Parapat mayoritas berprofesi sebagai wiraswasta, selainnya adalah petani, PNS, TNI/POLRI dan lain-lain.Berikut adalah tabel jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian.

Tabel 4.5.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah/jiwa

1 Bertani 769 jiwa

2 Wiraswasta 1.985 jiwa

3 TNI/POLRI 13 jiwa

4 PNS 142 jiwa

5 Dan lain-lain 850 jiwa

Sumber : BPS Kabupaten Simalungun 2012

Berdasarkan jumlah penduduk, masyarakat Kelurahan Parapat berdasarkan kelompok pekerjaan yang sesuai dengan kondidi topografi dan atraksi wisata yang ada maka didapatkan presentasi kelompok pekerjaan didominasi oleh wiraswasta sebanyak 1.985 jiwa, disusul dengan kelompok pekerjaan bertani dan PNS masing-masing 769 jiwa dan 142 jiwa. Selain itu, kelompok pekerjaan selanjutnya adalah TNI/POLRI sebanyak 13 jiwa.

4.1.5. Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana desa adalah suatu kelengkapan desa yangberfungsi sebagai fasilitas masyarakat dalam menjalankan aktivitas


(20)

dan fungsinya di desa. Adapun yang menjadi sarana dan prasarana di desa/ kelurahan ini akan dijelaskan lebih rinci di bawah ini.

a. Sarana Pendidikan

Di Kelurahan Parapat terdapat berbagai sarana dan prasarana yang antara lain adalah sekolah. Berikut tabel jumlah sekolah, guru, kelas dan murid SD (Sekolah Dasar) Negeri/Swasta di Kelurahan Parapat :

Tabel 4.7

Jumlah Sekolah, Guru, Kelas dan Murid SD Negeri/Swasta di Kelurahan Parapat

No Kategori Jumlah

1 Sekolah 6

2 Guru 42

3 Kelas 37

4 Murid 1288

Sumber Data : UPTD pendidikan Kec. Girsang Sipangan Bolon b. Sarana Peribadatan

Sarana peribadatan merupakan tempat yang digunakan oleh umat beragama untuk beribadah sesuai dengan ajaran agama mereka masing-masing. Di Kelurahan Parapat, terdapat beberapa sarana peribadatan, yaitu sebuah Masjid, 4 (empat) buah Gereja dan sebuah Vihara. Jumlah tempat peribadatan dapat dilihat lebih jelas pada tabel berikut:

Tabel 4.8

Jumlah Tempat Ibadah di Kelurahan Parapat

No Tempat Ibadah Jumlah

1 Masjid/Musholla 1

2 Gereja 4

3 Pura -

4 Vihara 1


(21)

c. Sarana Kesehatan

Di Kelurahan Parapat juga terdapat berbagai sarana kesehatan, yang berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Jumlah sarana kesehatan yang terdapat di Kelurahan Parapat adalah sebagai tabel dibawah ini :

Tabel 4.9

Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kelurahan Parapat

No Fasilitas Kesehatan Jumlah

1 Rumah Sakit 1

2 Puskesmas 1

3 Puskesmas Pembantu -

4 Klinik -

5 Posyandu 11

Sumber Data : Puskesmas Parapat

d. Sarana Jalan

Jalan merupakan sarana yang sangat vital dalam pengelolaan pariwisata Danau Toba. Apabila jalan tidak bagus maka hal tersebut akan menyebabkan wisatawan malas untuk berkunjung. Berikut kondisi jalan di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon :

Tabel 4.10

Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Tahun 2009-2011 (km)

No Kondisi Jalan 2009 2010 2011

1 Baik 26,2 46,79 5,24

2 Sedang 7,6 - 21,51

3 Buruk 1,94 - 14,58

4 Sangat Buruk 1,46 - 5,46

Sumber Data : Dinas PU Bina Marga Kab. Simalungun

Berdasarkan tabel diatas maka dapat kita simpulkan bahwa kondisi jalan dari tahun ke tahun semakin buruk. Pada tahun 2009


(22)

kondisi jalan hanya mengalami kondisi sangat buruk sekitar 1,46 km, kemudian pada tahun 2011, kondisi jalan yang sangat buruk bertambah menjadi 5,46 km.

Di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon terdapat 4 (empat) jenis jalan, yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.11

Panjang Jalan Menurut Jenis Jalan di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Tahun 2009-2011 (km)

No Jenis Jalan 2009 2010 2011

1 Aspal 18,3 19,88 46,79

2 Lapen 12,2 11,92 -

3 Kerikil 6,3 13,29 -

4 Tanah - 1,7 -

Sumber Data : Dinas PU Bina Marga Kab. Simalungun

Berdasarkan tabel diatas maka dapat kita ketahui bahwa jalan aspal dominan di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon. Hal ini tampak jelas dikarenakan pada tahun 2011 jalan aspal mengalami peningkatan yang sangat drastis yaitu menjadi 46,79 km , sedangkan pada tahun sebelumnya hanya 19,88 km.

e. Lapangan Usaha

Kelurahan Parapat sebagai Daerah Tujuan Wisata memiliki penduduk yang mayoritas bekerja di sektor swasta/wiraswasta. Adapun jenis-jenis lapangan usaha yang ada di Kelurahan Parapat adalah sebagai berikut :


(23)

Tabel 4.12

Jumlah Usaha Menurut Lapangan Usaha di Kelurahan Parapat

No Lapangan Usaha/ sector Jumlah

1 Pertambangan dan Penggalian -

2 Industri Pengolahan 3

3 Listrik, Gas dan Air 2

4 Konstruksi -

5 Perdagangan Besar dan Eceran 342 6 Akomodasi & Makan Minum 689 7 Transportasi, Penggudangan &

Komunikasi

183

8 Perantara Keuangan 27

Sumber Data : BPS Kab. Simalungun

Selain lapangan usaha diatas, Kelurahan Parapat juga mempunyai rumah makan ataupun restoran yang akan memenuhi kebutuhan wisatawan. Dikelurahan Parapat terdapat 5 restoran berbadan hukum dan 12 rumah makan. Adapun rinciannya sebagai table berikut :

Tabel 4.13

Jumlah Rumah Makan di Kelurahan Parapat

No Kategori Jumlah

1 Restoran Berbadan Hukum 5

2 Rumah Makan 12

Sumber Data ; BPS Simalungun f. Objek Wisata

Parapat memiliki 11 lokasi wisata alam dan 1 lokasi agrowisata. Kawasan Danau Toba Pengelolaan kawasan Danau Toba telah dituangkan dalam Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara No. 1 Tahun 1990 tentang Penataan Kawasan Danau Toba. Proses pemaduserasian berdasarkan SK Gubernur Sumatera Utara No. 650/458/BPSU/97 untuk menanggapi realisasi kawasan lindung yang


(24)

tidak mencapai luasan sebagaimana potensi yang teridentifikasi. Untuk kabupaten Tobasamosir, Tapanuli Utara, Simalungun, Karo, dan Dairi yang merupakan daerah tangkapan air, tercatat potensi kawasan lindung seluas 578.332 hektar. Berikut tabel jumlah objek wisata di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon.

Tabel 4.14

Jumlah Objek Wisata dan Jenisnya Menurut Kelurahan di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon

No Kelurahan Nama Objek Wisata Jenis Objek Wisata 1 Sipangan Bolon Tanaman Nenas,

Dolok Sae-sae, Liang Majontik, Liang Bolon, Mual Bolon

Wisata Agro dan Wisata Alam

2 Girsang Air Terjun

Halimbingan

Wisata Alam

3 Parapat Danau Toba Wisata Alam

4 Tigaraja Danau Toba Wisata Alam

5 Sibaganding Batu Gantung, Huta Sibatuloting Parherekan, Batu

Lubang

Wisata Alam

Sumber Data : BPS Kab. Simalungun g. Penginapan

Penginapan merupakan jenis tempat tinggal dalam perjalanan dimana orang yang harus tinggal jauh dari rumah lebih dari satu hari keperluan untuk tidur, istrahat, keselamatan, tempat berteduh dan lain-lain. Penginapan dapat dilakukan pada hotel, resor, apartemen, hostel, dan lain-lain.

Kelurahan Parapat sebagai Daerah Tujuan Wisata memiliki berbagai jenis penginapan, mulai dari hotel berbintang 4, bintang 3,


(25)

bintang 2, bintang 1, serta melati dan penginapan lainnya. Jenis penginapan yang ada di Kelurahan Parapat adalah sebagai berikut :

Tabel 4.15

Jumlah Hotel Berbintang , Melati dan Penginapan di Kelurahan Parapat

No Kategori Nama Hotel

1 Bintang 4 Surya Niagara Indah

2 Bintang 3 Natour Parapat/ Inna Parapat 3 Bintang 2 Atsari Hotel, Parapat view, Patra

Jasa Hotel, Quality Parapat Siantar Hotel, Wisata Bahari. 4 Bintang 1 Danau Toba International

Cottage, Tara Bunga 5 Melati & Penginapan Soloh Jaya, Toba Hotel, Budi

Mulya Hotel, New Cendrawasih, Mars Family Hotel, Star inn, Aek Sere Hotel, I & You, Pandu Lake Side, Sedayu Hotel, Singgalang Hotel, Pelangi Hotel, Toba Nauli

Inn, Lilis Inn, Charlie Inn, Baringin Tua, Wisma Gurning,

Dolly Bunga Low, 0, Samosir Pakpahan Motel, Spadia, Romeos,

Andilo, Pekanbaru, Santai, Elli Bungalow, Saur Losmen, Sondang Inn, Penginapan Happy,

Wisma Riatur. Sumber Data : BPS Kab. Simalungun

4.1.6Dasar Pelaksanaan Kelurahan Parapat

1. UU No.7 tahun 1956 tentang pembentukan daerah otonomi Kabupaten dalam lingkungan Provinsi Sumatera Utara (L.N. RI Tahun 1956 No.58 tambahan LN.No.1992).

2. UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (LN.RI tahun 2004 No. 126 tambahan LN. No. 4437).

3. UU No.32 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara RI tahun 2004 No.126 tambahan LN.RI.4438).


(26)

4. Keputusan Mentri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah No.53 tahun 2000 tentang Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga. 5. Keputusan Mentri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah No.64 tahun

1999 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa.

6. Peraturan Pemerintah No.72 tahun 2005 tentang Desa (LN.RI tahun 2005 No.1525 tambahan LN.RI.No.4587).

7. Peraturan Pemerintah No.73 tahun 2005 tentang kelurahan (LN.RI. tahun 2005 No.1529, tambahan LN.RI No.4588).

8. Peraturan Dalam Negeri No.13 tahun 2007 tentang penyelenggaraan Perlombaan Desa dan Kelurahan.

9. Peraturan Daerah Kabupaten Simalungun No.17 tahun 2008 tentang Bagan Struktur Kelurahan Kabupaten Simalungun.

10. Keputusan Bupati Simalungun No : 188,45/470/BPMN/2012 tentang penetapan Nagori/ Kelurahan Percontohan PKK Kabupaten Simalungun tahun 2012.

11. Perda Kabupaten Simalungun No.1 tahun 2008 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Simalungun T.A. 2008 (Lembaran Daerah Kabupaten tahun 2008 Nomor seri “D” Nomor 1)

12. Surat Keputusan Bupati Simalungun No: 18845/1458-Orta tanggal 6 Februari 2006 tentang pendegelasian wewenang kepada Sekretaris Daerah Kabupaten Simalungun untuk Penandatanganan Keputusan Bupati Simalungun mengenai Pembentuakan Tim/Panitia/Kelompok Kerja di Lingkungan Kabupaten Simalungun.


(27)

13. Keputusan Camat Girsang Sipangan Bolon No. 556/717/GSB tanggal 22 Agustus 2011 tentang Penetapan Nagori/Kelurahan Percontohan PKK Kecamatan Girsang Sipangan Bolon tahun 2012.

4.1.7Maksud dan Tujuan

1. Untuk mendorong dan memacu masyarakat agar lebih mengenal dan mengetahui gerakan pelaksanaan 10 program PKK

2. Mendorong masyarakat agar lebih aktif dalam pelaksanaan kegiatan 10 program PKK melalui gerakan PKK.

3. Memasyarakatkan Gotong Royong melalui swadaya masyarakat untuk membangun Nagori/Kelurahan dengan kekuatan sendiri maupun secara bersama-sama.

4. Mendorong dan memacu masyarakat agar lebih menyadari pentingnya 5 (lima) K yaitu:

- Keamanan - Ketertiban - Keindahan - Kebersihan - Kesejukan

4.1.8 Tugas-Tugas yang dilaksanakan

1. Bidang Pemerintahan

a. Menyelesaikan masalah sengketa tanah antar masyarakat.

b. Menerbitkan surat Pengurusan KTP, Kartu Keluarga, Surat Keterangan Pindah dan surat-surat lainnya yang diperlukan Masyarakat.


(28)

c. Penertiban Administrasi Pertahanan. d. Pembuatan laporan Mutasi Mutandis. 2. Bidang Pembangunan

a. Melakukan Penyuluhan terhadap seluruh warga masyarakat Kelurahan Parapat tentang keamanan dan kebersihan lingkungan disetiap lingkungan.

b. Melaksanakan gerakan gotong royong setiap minggu pada hari jumat.

c. Mengawasi pelaksanaan pembangunan yang sumber dananya dari APBD Pemerintah Kabupaten Simalungun dan APBD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara maupun pelaksanaan PNPM-VISEW.

3. Bidang Sosial Kemasyarakatan

a. Penyuluhan dan pembinaan program 10 Program PKK kepada masyarakat.

b. Penyuluhan dan Pendidikan Bela Negara.

c. Penyuluhan tentang arti pentingnya tenggang rasa antar pemeluk Agama di Kelurahan Parapat.

d. Penyuluhan Sapta Pesona.

4.1.9. Kondisi Sosial Ekonomi dan BudayaMasyarakat di Kelurahan Parapat

Kehidupan sosial ekonomi merupakan segala aspek yang berkaitan dengan keberadaan individu secara sosial (hubungan dengan individu lainnya) dan ekonomi (upaya pemenuhan kebutuhan seperti sandang,


(29)

pangan dan papan) yang dilakukan dengan berbagai cara dan memiliki proses yang panjang dan berkelanjutan.

Kelurahan Parapat merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang ada di Sumatera Utara.Maka hasil ekonomi warga dan mata pencaharian warga sebagian besar berpusat pada bidang pariwisata seperti wiraswasta (penyedia akomodasi pariwisata, makan dan minum wisatawan, transportasi, perantara keuangan, jasa guide dan lain-lain), dari jumlah masyarakat (6.863 jiwa) adalah wiraswasta. Selebihnya adalah bertani, PNS,TNI/POLRI dan lain-lain. Masyarakat Kelurahan Parapat sebagian besar dikategorikan sejahtera karena memiliki rumah yang cukup besar dan terbuat dari beton.Selain itu masyarakat Kelurahan Parapat mayoritas mempunyai usaha sendiri seperti rumah makan, akomodasi penginapan, salon, tempat rekreasi yang memadai.

Penduduk Kelurahan Parapat mayoritas suku batak toba, dan tetap menjalankan kehidupan sehari-hari berdasarkan adat- istiadat dan kebiasaan penduduk.Kehidupan masyarakat kelurahan Parapat sangat kental dengan tradisi-tradisi peninggalan leluhur.Upacara-upacara adat yang berhubungan dengan siklus hidup manusia (lahir-dewasa/berumah tangga-mati), seperti upacara kelahiran, perkawinan dan upacara-upacara yang berhubungan dengan kematian, hamper selalu dilakukan oleh warga masyarakat.

Berdasarkan observasi peneliti, kegiatan gotong royong masyarakat masih terlaksana dengan baik misalnya kebiasaan “jumat bersih” yang dilakukan oleh aparat desa bersama masyarakat seperti perbaikan jalan, bersih-bersih desa, irigasi masih tetap dilakukan dan berjalan terus menerus.


(30)

Secara sosiologis, masyarakat Kelurahan Parapat dikategorikan sehat, karena masyarakat dapat melaksanakan peran dan tugasnya yang telah dipelajari melalui proses sosialisasi, lepas dari soal apakah secara ilmu kesehatan masyarakat atau tidak. Menurut Parson, kesehatan sosiologis seseorang bersifat relatif karena tergantung pada peran yang dijalankan dalam masyarakat.

Sarana transportasi yang paling banyak dipergunakan warga masyarakat adalah angkutan umum (angkot), sepeda motor, bus, dan mobil. Para wisatawan juga pada umumnya jika ingin berkeliling Parapat bisa menggunakan sepeda motor ataupun angkot sebagai alat transportasi.

4.2. Profil Informan

a. Benny Napitupulu, SE

Peneliti cukup mudah menemui informan berikut, dikarenakan tempat tinggal Bapak Benny cukup dekat dengan kios souvenirnya. Bapak Benny berperawakan lumayan gemuk dan berusia 54 tahun. Ia terlihat sangat ramah ketika peneliti memperkenalkan diri dan mengutara4kan maksud dan tujuan dari kedatangan peneliti ke tempat ia berjualan souvenir.

Benny Napitupulu merupakan salah satu warga Kelurahan Parapat yang berpartisipasi di bidang penjualan souvenir. Benny Napitupulu merupakan alumni Manajemen dari Universitas Sumatera Utara. Ia sudah menikah dan mempunyai 3 (tiga) putra. Sesi wawancara peneliti dimulai dengan menanyakan seputar keadaan pariwisata diParapat. Bapak Benny mengatakan bahwa perkembangan pariwisata di Parapat sangat monoton


(31)

atau tidak ada perkembangan sama sekali. Ia sangat menyayangkan keindahan Danau Toba yang tidak di kembangkan oleh Pemerintah Daerah setempat.

b. Marudut Panggabean

Informan ini merupakan penduduk asli yang sudah turun temurun berada atau tinggal di Keluarahan Parapat. Bapak Panggabean telah berusia 53 tahun perempuan dan seorang anak laki-laki. Bapak Marudut Panggabean berprofesi sebagai penjual souvenir. Tokonya berukuran 4 x 5 meter yang. Ia sudah menikah dan mempunyai 3 (tiga) orang anak yaitu 2 (dua) orang dinamai dengan “Panggabean Souvenir Shop”.

Ketika peneliti mendatangi Bapak Panggabean, ia terlihat duduk termenung di kiosnya. Kiosnya sangat sepi bahkan tidak ada pengunjung sama sekali. Ia mengatakan bahwa hal ini sudah lumayan lama terjadi. Beberapa tahun belakangan ini wisatawan yang datang ke Parapat sangat sepi.

Bapak Panggabean ini juga menjelaskan bahwa perkembangan pariwisata di Parapat sangat buruk. Dari tahun ke tahun begitu-begitu saja. Tidak ada pembangunan dari Pemerintah Daerah setempat. Jalanan rusak dan berlobang, sampah berserakan dimana-mana. Bapak Panggabean juga menjelaskan dengan geram bahwa Pemerintah Daeah hanya memusatkan perhatian ke daerah Raya karena Raya merupakan tempat kantor Bupati berada.


(32)

Informan juga mengatakan, Pemerintah Daerah Parapat dan Simalungun malah membangun sesuatu yang dianggap kurang penting yaitu gerbang gapura lapangan dan wisma yang ada disitu. Menurutnya, anggaran dana untuk membangun gerbang tersebut lebih baik digunakan untuk pengadaan tong sampah supaya daerah sekitar Danau Toba bebas dari sampah atau dialokasikan untuk memperbaiki jalan yang sudah sangat rusak.

c. Bagus Napitupulu

Informan ini bernama lengkap Bagus Napitupulu, dengan usia 37 Tahun. Ia adalah seorang warga penduduk asli Kelurahan yang berprofesi atau berpartisipasi dalam bentuk penyediaan penginapan dan agent travel dengan nama ” Hotel Toba Nauli (TOBALI) dan PT.Bagus Taxy/Travel”. Usaha ini merupakan usaha turun-temurun yang dilakukan oleh keluarganya. Namun untuk usaha agent travel ia buka sejak 10 (sepuluh) tahun yang lalu.

Pada saat peneliti menemuinya, beliau sedang duduk di bagian agent travelnya. Ia mengaku bahwa taxy yang ia jalankan sangat sepi. Begitu juga dengan hotelnya. Hotel Toba Nauli (Tobali) memiliki 10(sepuluh) kamar. Dan ketika peneliti datang, ia mengaku bahwa tidak ada satupun wisatawan yang menginap di hotelnya. Bapak Bagus mengatakan bahwa kemungkinan wisatawan atau pengunjung ramai pada hari lebaran. Harga sewa kamar di hotel Toba Nauli berkisar Rp.150.000,- dan pada hari libur seperti Lebaran, Natal dan Tahun Baru akan naik dua


(33)

kali lipat menjadi Rp.300.000,-. Hal ini sudah menjadi hal yang lazim dan hampir semua hotel melakukan hal tersebut.

d. Eldo Sirait

Informan yang satu ini bernama Eldo Sirait. Ia lahir pada tanggal 06 Desember 1978. Eldo Sirait sudah menikah dan mempunyai 2 (dua) orang anak. Istrinya boru Hutapea. Eldo bekerja sehari-hari menjadi guide. Ia merupakan tamatan dari Akademi Kepariwisataan Medan pada tahun 2011. Setelah ia selesai kuliah, ia di tempatkan bekerja di Malaysia pada bagian perhotelan. Setelah itu ia kembali ke Indonesia dan menjadi guide di Bali dan Bintan. Hingga pada akhirnya kembali ke Parapat dan menjadi guide. Eldo Sirait menguasai bahasa asing terutama bahasa Inggris.

Informan merupakan masyarakat asli Kelurahan Parapat.Ia menjadi guide Parapat sudah hampir 2(dua) tahun.Pada saat peneliti menanyakan seputar perkembangan pariwisata Parapat ia dengan cepat mengatakan bahwa tidak ada perkembangan. Pemerintah sama sekali tidak memperhatikan masyarakat. Eldo sebagai guide tidak pernah di undang dalam musyawarah mengenai perkembangan pariwisata. Ia tidak pernah juga mendapat pelatihan atau arahan dari pemerintah, justru organisasi yang membantunya yaitu OPS (Organisasi Perkapalan Sekitar).

e. Simanjuntak

Informan ini bermarga Simanjuntak merupakan bukan penduduk asli Parapat. Ia berasal dari kota Medan. Ia bekerja di Parapat sebagai penjual mangga dan membuka warung kelontong. Bapak Simanjuntak


(34)

sudah menikah dan mempunyai 1 (satu) orang anak. Ia berperawakan kurus dan berusia kurang lebih 43 tahun.

Peneliti cukup mengalami kesulitan dalam mewawancarai informan karena ia sibuk dan pada awalnya tidak mau diwawancarai. Bapak Simanjuntak mengaku sudah lima tahun berjualan mangga dan kelontong di Parapat. Ia membeli mangga dari Siantar sebanyak 7 (tujuh) karung untuk dijual kembali di Parapat. Harga mangga yang di jualnya berkisar Rp 10.000,- sampai dengan Rp 15.000,-. Ia mengaku sering kali mengalami kerugian karena mangga yang tidak laku akan busuk dan tidak bisa dijual lagi.

f. Andre Sinaga

Informan ini bernama Andre Sinaga. Ia bekerja sebagai penjual souvenir. Andre masih cukup muda dan berusia 35 tahun. Ia sudah menikah dan mempunyai anak. Andre merupakan penduduk asli Parapat namun istrinya berasal dari Medan.

Kios yang dimiliki Andre berukuran 3 x 4 meter. Ia menjual pakaian, sendal, topi, gantungan kunci, kaca mata dan lain sebagainya. Harga souvenir yang ada di kios Andre dapat dikatakan cukup mahal. Karna untuk satu kaos oblong saja dipatok harga Rp. 80.000,-. Andre menjelaskan bahwa Danau Toba sekarang ini sudah tercemar dan sangat kotor. Ditambah lagi dengan hadirnya PT.Aquafarm yang merusak ekosistem Danau Toba. Selain dari pada itu infrastruktur daerah pun tidak


(35)

memadai. Jalanan sudah rusak dan berlubang namun tidak di perbaiki oleh Pemerintah.

g. D. Herbet Sinaga

Herber Sinaga merupakan salah satu tokoh adat atau ketua adat yang sangat berpengaruh di Parapat. Beliau sudah berusia 79 tahun. Bapak Herbet mengaku bahwa pada awalnya yang membangun pariwisata di Parapat adalah Oppung (kakek)nya. Sehingga sampai pada hari ini ia masih sering di libatkan dalam rapat (musyawarah) daerah dalam rangka membicarakan pembangunan pariwisata.

Informan mengaku bahwa ia tidak mengecap pendidikan dengan cukup. Ia bahkan tidak tamat SR (Sekolah Rakyat). Tetapi walaupun ia tidak mendapat pendidikan dengan cukup, ia memiliki wawasan yang sangat luas. Ia menguasai tiga bahasa asing selain Bahasa Indonesia dan Bahasa Batak Toba. Bahasa asing yang dikuasainya antara lain Bahasa Inggris, Bahasa Belanda dan Bahasa Jepang.

Proses wawancara dengan Bapak Herbet sangat menyenangkan karena ia suka bercanda, Ia juga sempat menawarkan wawancara dengan peneliti dengan menggunakan Bahasa Inggris. Sesi wawancara dilakukan di rumah beliau pada pagi hari pukul 10.00 Wib. Beliau mengaku sangat senang karena kedatangan peneliti untuk meneliti tentang perkembangan pariwisata di Parapat.


(36)

Informan ini bernama lengkap Parningotan Girsang. Ia merupakan kepala Kelurahan Parapat yang menjabat hingga saat ini.Saat ini bapak Parningotan berusia 53 tahun. Pria berperawakan kurus ini merupakan penduduk asli Kelurahan Parapat. Beliau kini telah berumah tangga dan memiliki 5 (lima) anak perempuan. Istri beliau bernama Pesta Sitorus.

Bapak Parningotan menyatakan bahwa masyarakat Kelurahan Parapat memiliki tingkat kesadaran yang sangat rendah.Sebagian masyarakat memang berperan aktif dalam pembangunan pariwisata.Masyarakat Kelurahan Parapat juga kebanyakan sudah beralih profesi. Yang dulunya ia bekerja sebagai penjual kebutuhan wisatawan sekarang beralih menjadi petani. Hal ini disebabkan karena berkurangnya jumlah wisatawan yang datang berwisata ke Parapat.

Matriks 4.1. Data Informan Berdasarkan Nama, Jenis Kelamin, Suku, Usia, Pekerjaan, Pendidikan Terakhir dan Agama

No N am a Je n is k elam in Suk u U sia/ T ah un P ek erj aan P endi di ka n terk ah ir A gam a

1 Benny Napitupulu

Laki-laki Batak Toba

54 Penjual souvenir

Sarjana Kristen Protestan 2 Marudut

Panggabean

Laki-laki Batak Toba

53 Penjual souvenir

SMA Kristen Protestan 3 Bagus

Napitupulu

Laki-laki Batak Toba

37 Penyedia hotel dan agent travel

Sarjana Kristen Protestan 4 Eldo Sirait Laki-laki Batak

Toba

37 Guide D3 Khatolik 5 Simanjuntak Laki-laki Batak

Toba

43 Penjual warung klontong

SMA Kristen Protestan 6 Andre Sinaga Laki-laki Batak

Toba

35 Penjual souvenir

D3 Kristen Protestan 7 Herbet Perempuan Batak 79 Wiraswasta SD Kristen


(37)

Sinaga Toba Protestan 8 Parningotan

Girsang

Laki-laki Batak Toba

53 PNS Sarjana Kristen Protestan

4.3. Penyajian dan Analisis Data

4.3.1. Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat di Kelurahan Parapat

Partisipasi merupakan sebuah konsep sentral, dan prinsip dasar dari pengembangan masyarakat karena diantara banyak hal partisipasi terkait erat dengan gagasan HAM. Dalam penjelasan ini partisipasi adalah suatu tujuan dalam dirinya sendiri. Artinya partisipasi mengaktifkan ide HAM, hak untuk berpartisipasi dalam demokrasi. Sebagai suatu proses dalam pengembangan masyarakat, partisipasi berkaitan dengan HAM dengan cara lain. Berjalannya proses-proses dalam pengembangan masyarakat secara partisipatif adalah suatu kontribusi signifikan warga negaranya merupakan proses yang diharapkan dan normal dalam suatu upaya pembuat keputusan. Sebagai sebuah tujuan partisipasi menghasilkan pemberdayaan yakni setiap orang berhak menyatakan pendapat dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupannya.

Pada masyarakat kelurahan Parapat terdapat beberapa bentuk partisipasi masyarakat atau kegiatan masyarakat di dalam bidang pariwisata. Partisipasi masyarakat yang ada khususnya untuk memenuhi apa-apa saja yang diperlukan dibidang pariwisata. Berdasarkan pada tingkatan organisasi partisipasi pada masyarakat kelurahan Parapat bentuk partisipasi ini seperti bentuk partisipasi dalam penyedian akomodasi


(38)

perhotelan, transportasi, penjual souvenir, penyedia makan dan minum (restoran), jasa guiding , menjaga kebersihan lingkungan dan lain-lain. Pada umumnya masyarakat kelurahan Parapat mayoritas terlibat dalam hal ini. Masalah bentuk partisipasi masyarakat yang dilakukan masyarakat dalam pengelolaan wisata alam Danau Toba yang ada dikelurahan Parapat ini juga disampaikan oleh seorang informan peneliti : Benny Napitupulu, Laki-laki 54 tahun.

“Yaaa berjualan produk wisata, menjaga kebersihan lingkungan, menyambut para tamu yang datang....”

Hal tersebut juga senada dengan perkataan dari salah seorang informan peneliti yaitu : Eldo Sirait, laki-laki, 37 tahun.

“saya ini sebagai guide dan partisipasi lainnya bagian penyelamatan wisatawan...”

Hal tersebut juga senada dengan pernyataan informan yaitu Marudut Panggabean, laki-laki, 53 tahun.

“iya.. saya berjualan selain menyambung hidup kan juga sebagai memberikan produk wisata kepada masyarakat. Tidak membuang sampah sembarangan juga”

Pada masyarakat kelurahan Parapat terdapat juga bentuk partisipasi yang dilakukan oleh bawahan dengan atasan, antar kliean dan antar patron, atau antara masyarakat dengan pemerintah. Bentuk kerja sama yang dilakukan masyarakat Parapat dengan pemerintah seperti partisipasi masyarakat dalam pelaksaan Pesta Rakyat Danau Toba. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan Herbet Sinaga, Ketua Adat, 79 tahun:


(39)

Au do mambaen PRDT , au do mencetushon pesta rakyat danau toba.... (Artinya adalahSaya yang mencetuskan PRDT atau Pesta Rakyat Danau Toba....”

Melalui hasil wawancara dilokasi penelitian dengan para informan, diperoleh data bahwa terdapat suatu jawaban atau pandangan yang sama dari para informan mengenai partisipasi mereka dalam pengelolaan wisata alam Danau Toba. Seperti pernyataan yang dikemukakan oleh bapak Bagus Napitupulu (Laki-laki :37 tahun)

“Bisa dibilang saya berpartisipasi dalam bentuk akomodasilah kayaknya ya dek. Soalnya kan saya menyediakan penginapan dan agent travel. Ini sebenarnya usaha keluarga dari dulu yang turun-temurun. Nama penginapan saya TOBALI atau Hotel Toba Nauli dan PT. Bagus Taxy/Travel....”

Matriks 4.2. Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat

Bentuk-bentuk Partisipasi Mayarakat Informan

Benny

Napitupulu (54)

1. Menjual Souvenir

2. Menjaga Kebersihan Lingkungan

Informan Marudut

Panggabean (53)

1.Menjual Souvenir

2. Menjaga Kebersihan Lingkungan

Informan Bagus (37)

1. Penyedia penginapan (Hotel)

2. Penyedia Agent Travel ( Transportasi) 3. Menjaga kebersihan lingkungan Informan

Eldo Sirait (37)

1. Sebagai Pemandu wisata (Guide) 2. Menjaga Kebersihan Lingkungan

Informan Herbet Sinaga

1. Sebagai Ketua Adat di Kelurahan Parapat

2. Sebagai pencetus acara-acara seperti PRDT (Pesta Rakyat Danau Toba)


(40)

4.3.2. Cara Meningkatkan atau Menggerakkan Partisipasi Masyarakat Kelurahan Parapat

Kondisi-kondisi yang mendorong dan menggerakkan partisipasi adalah sebagai berikut; Pertama, orang akan berpartisipasi apabila mereka merasa bahwa isu atau aktivitas tersebut penting. Cara seperti ini dapat efektif jika masyarakat sendiri telah mampu menentukan isu atau aksi, dan telah menominasi kepentingannya bukan berdasarkan pada kepentingan orang luar yang memberi tahu mereka apa yang harus dilakukan. Kunci keberhasilan tertumpu pada pengorganisasian masyarakat adalah bagaimana pemilihan isu untuk diurus dalam pengembangan masyarakat. Hal semacam ini menekankan pentingnya bagi seorang pekerja masyarakat untuk membuat definisi akan kebutuhan dan prioritas yang muncul dari pikiran masyarakat itu sendiri, bukan terperangkap dalam mencarinya sendiri serta memaksakannya kepada masyarakat. Hal ini di dukung oleh pernyataan dari informan yaitu bapak Benny yang berpartisipasi di bidang penjualan souvenir.

“ Saya bekerja sebagai penjual souvenir. Ini bisa dikatakan sebagai bentuk dari pengelolaan wisata. Soalnya kan pariwisata bukan hanya soal alam tapi juga produk wisata….” (Benny,Laki-laki 54 tahun)

Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Bagus :

“Saya membuka agent travel sudah hampir sepuluh tahun. Saya merasa apabila dengan adanya agent perjalanan maka tamu pun akan dengan gampang memasuki wilayah Parapat ini…..” (Bagus, Laki-laki,37 tahun)

Kedua,Orang harus merasa bahwa aksi mereka akan membuat perubahan. Masyarakat mungkin telah menentukan pekerjaan sebagai prioritas utama, tetapi jika orang tidak percaya bahwa aksi masyarakat


(41)

akan membuat perubahan terhadap prospek peluang kerja lokal. Maka akan kecil inisiatif untuk berpartisipasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan berikut :

“sebenarnya membantu tapi juga kan harus dibarengi dengan perhatian pemerintah. Seperti misalnya sampahlah.. kehadiran aquafarmn itukan merusak Danau Toba. Dulu tahun 85 kita semua ikut dengan dirjen Om dia sangat perhatian sekali mengenai lingkungan hidup dan apa namanya kebersihan di Danau Toba ini biar jangan terkontaminasi dengan sampah, bakteri, kotoran atau oli-oli dari perkapalan. Dulu diadakan tank penampung minyak solar kapal, jeregen dan tempat sampah untuk setiap rumah, entah apa-apa aja. Banyaklah bantuannya tapi sekarang ya udah ngak ada lagi. Saya malas lah apalagi Bupati kita ini perhatiannya cuman ke Raya, semua di distribusikan kesana…..” (Benny, Laki-laki, 54 tahun)

Perlu dibuktikan bahwa masyarakat dapat memperoleh sesuatu yang akan membuat perbedaan dan hal tersebut akan menghasilkan perubahan yang berarti. Masyarakat harus merasa bahwa aksi yang dikerjakan akan membuat perbedaan pada tingkat individu. Masyarakat harus percaya bahwa suatu isu penting dan aksinya dapat menghasilkan sesuatu seperti yang diungkapkan oleh Bapak Marudut Panggabean :

“Harusnya sih iya yaa .Namun saya tidak pernah mendapat dukungan dari pemerintah. Pokoknya ya gitulah ngak pernah diperhatikan. Dulukan pernah saya gagasi, dulu kan belum di Raya masih di Siantar kantor Bupati. Kadisnya itu kan layak di tempatkan di Parapat. Coba anda bayangkan Kadis pariwisatanya di Raya, objek kerjanya di Parapat gimanalah jangkauan dia kemari sehari-hari. Apa potensi Parapat itu, apa kekurangan Parapat itu,diakan ngak tau .. orang kantornya di Raya. Dulu pernah ku usulkan dulu masih Jabanten dulu itu alangkah baiknya kantor Dinas Pariwisata itu diletakkan di Parapat karena supaya bias memantau apa kekurangan apa kelebihan apa potensi, iyakan?Jadi orang itu di Kabupaten ya Kabupatenlah. Jadi udah kaku kayaknya….” (Marudut Panggabean)


(42)

Ketiga, Berbagai bentuk partisipasi harus diakui dan dihargai. Partisipasi masyarakat sering dipandang sebagai keterlibatan dalam kepengurusan, pertemuan resmi dan prosedur-prosedur lainnya. Proses semacam itu busa saja penting, banyak macam partisipasi masyarakat lain yang sama berharganya. Dalam kisaran luas dari kegiatan-kegiatan pengembangan masyarakat. Ada banyak peran seorang anggota masyarakat dapat dan sebenarnya harus berperan. Hal semacam ini perlu dikenali dan dihargai supaya berbagai variasi aktifitas dipandang sebagai bentuk penting dari partisipasi dan dihargai. Partisipasi masyarakat haruslah sesuatu buat semua orang dan variasi ketrampilan, bakat dan minat orang juga harus diperhitungkan.

Keempat, Orang harus bisa berpartisipasi, dan didukung dalam berpartisipasinya. Hal ini berarti bahwa isu-isu seperti tranportasi, keamanan, waktu dan lokasi kegiatan serta lingkungan tempat kegiatan dilaksanakan sangatlah penting dan perlu diperhitungkan dalam perencanaan proses-proses yang berbasis masyarakat. Kegagalan melakukan hal tersebut akan berakibat beberapa bagian dari masyarakat (biasanya perempuan dan etnis atau ras minoritas) tidak dapat berpartisipasi, meskipun mereka sangat menginginkannya.

Seperti misalnya sampahlah.. kehadiran aquafarmn itukan merusak Danau Toba. Dulu tahun 85 kita semua ikut dengan dirjen Om dia sangat perhatian sekali mengenai lingkungan hidup dan apa namanya kebersihan di Danau Toba ini biar jangan terkontaminasi dengan sampah, bakteri, kotoran atau oli-oli dari perkapalan. Dulu diadakan tank penampung minyak solar kapal, jeregen dan tempat sampah untuk setiap rumah, entah apa-apa aja. Banyaklah bantuannya tapi sekarang ya udah ngak ada lagi. Saya malas lah apalagi


(43)

Bupati kita ini perhatiannya cuman ke Raya, semua di distribusikan kesana”…. ( Benny Napitupulu, 54 tahun)

Pernyataan diatas juga didukung oleh pernyataan dari Ketua Adat di Keluarahan Parapat :

“Bohama dokkonon, Pokoknya so ma sude. Aturanna kan molo adong pandangan yang baik jou on na ma masyarakat. Mari berkumpul membuat bagaimana biar wisata ini makin baik, on daong.. dangadong. Pemerintah tidak pernah menyuluh, mengatur, mengayomi dangadong. Jadi akhirnya tidak seperti tujuan wisata padahal begitu indah kan . Au do mambaen PRDT , au do mencetushon Persakarsa pesta rakyat danau toba. Meledak hape dang di sambut, tahun 2001 mai. Banyak pertunjukan kita bikin...” (Herbet Sinaga, Ketua Adat Parapat)

Artinya adalah :

“Bagaimanalah cara mengatakannya, pokoknya semua berhenti. Seharusnya kan jika ada pandangan yang baik dari pemerintah maka masyarakat dipanggil untuk berkumpul. Mari kita berkumpul membuat bagaimana biar pariwisata ini makin baik, tapi ini tidak ada. Pemerintah tidak pernah menyuluh, mengatur, mengayomi jadi pada akhirnya tidak menjadi tujuan wisata padahal begitu indahkan. Dulu saya yang mencetuskan PRDT ( Pesta Rakyat Danau Toba ). Meledak tapi ngak disambut oleh pemerintah. Itu sekitar tahun 2001....”

Kelima, Struktur dan proses tidak boleh mengucilkan. Dalam setiap pertemuan dengan masyarakat dan pengambilan keputusan sering bersifat mengucilkan bagi banyak orang, khususnya bagi mereka yang tidak bisa berpikir cepat, tidak ingin menginterupsi, kurang percaya diri atau tidak memiliki kemahiran dalam berbicara. Prinsip yang paling penting kaitannya dengan isu struktur dan proses adalah masyarakat itu sendiri yang harus mengontrol struktur dan proses, dan harus menentukan bentuk mana yang akan diadopsi. Gaya yang berbeda akan cocok untuk masyarakat yang berbeda, dan tidak ada satupun cara benar yang berlaku


(44)

bagi semua. Gaya yang dipaksakan dari luar akan hampir pasti tidak berhasil, dan meskipun bermanfaat dan boleh-boleh saja bagi seorang pekerja masyarakat untuk membuat orang peduli akan kemungkinan cara alternatif dalam melakukan sesuatu, keputusan harus dilakukan oleh masyarakat itu sendiri.

Matriks 4.3. Cara Meningkatkan Partisipasi Masyarakat

Cara Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Informan

Andre Sinaga (37)

Adanya penyuluhan dari pemerintah. Melihat dan memperhatikan apa yang kurang di masyarakat.

Informan Benny

Napitupulu (54)

Hal-hal yang dilakukan oleh masyarakat harusnya dibarengi dengan perhatian pemerintah

Informan Marudut

Panggabean (53)

1. Masyarakat harusnya mendapat dukungan dari pemerintah.

2. Pemerintah lokal menampung aspirasi masyarakat sehingga ia merasa idenya diakui dan dihargai.

Informan

Herbet Sinaga (79)

Masyarakat dilibatkan dalam pengambilan keputusan serta menindak lanjuti aspirasi yang telah disampaikan masyarakat.

4.3.3.Faktor Penghambat Partisipasi Masyarakat Kelurahan Parapat

1. Kurangnya dukungan pemerintah

Hambatan-hambatan intrinsik berkaitan dengan ciri birokrasi dan profesionalisme.Mereka mencakup beberapa aturan dan peraturan dari suatu organisasi, strukturnya memiliki sifat seperti labirin dan ketegangan-ketegangan antara tujuan birokrasi dan tujuan masyarakat.Organisasi


(45)

mungkin tidak dapat diakses secara optimal oleh rakyat.Bahasa yang digunakan oleh staf mungkin bersifat mengintimidasi dan mengasingkan rakyat setempat.Rakyat setempat mungkin ragu-ragu untuk terlibat dalam suatu organisasi.Meraka mungkin melihat suatu perbedaan kekuatan besar antara mereka sendiri dengan anggota suatu organisasi. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dilokasi penelitian dengan informan, diperoleh data bahwa terdapat suatu jawaban atau pandangan yang sama dari informan. Seperti pernyataan yang dikemukakan oleh Bapak Benny Napitupulu (Laki-laki, 54) :

“Harapan saya maunya pemerintah pedulilah sama Parapat ini karena bagaimanapun pembangunan pariwisata di Simalungun atau Parapat ini sudah ketinggalan kan..Banyak sekarang tempat yang di buka seperti Pasir Putih dan Hotspring di Samosir. Bahkan Samosir itu akan seperti pulau Bali dan Parapat hanya sebagai persinggahan atau pulau transit. Jadi kalau pemerintah tidak mengambil sikap ya ‘good bye’ lah Parapat.Saya sudah malaslah sebenarnya karena pihak pemerintah hanya janji palsu saja. Seperti yang kita tahukan Bupati kita JR Saragih, Ia hanya fokus pada pembangunan di Raya……(Benny Napitupulu,54)

Hal senada juga juga disampaikan oleh salah satu informan yaitu Bapak Panggabean. (Laki-laki,53 tahun) :

“Pembangunan Parapat ya ngak ada.Ngak jelas.Ngak ada himbauan dari Pemerintah tapi biarlah dulu. Dari tahun ke tahun ngak ada peningkatan pembangunan pariwisata .Apalagi sekarang inikan Pemerintah Simalungun ini yaa itulah ke Raya nya semua pembangunan.Harusnya pemerintah daerah Parapat musti punya nilai ganda lah pengetahuan pariwisata, pengetahuan pamong praja. Mesti ada plusnya karena Parapat mempunyai nilai plus.” (Panggabean, 53 tahun).


(46)

Hal ini sesuai dengan pernyataan salah satu informan peneliti yaitu Bapak Herbet Sinaga, Ketua Adat Kelurahan Parapat.

“Tidak ada topangan dari pemerintah jadi pertunjukan apa yang mau dibuat ngak ada yang menopang....”(Herbet Sinaga, Ketua Adat Parapat)

Posisi struktural orang-orang dalam masyarakat dapat memengaruhi siapa yang berpartisipasi dan siapa yang tidak.Kweit mencatat bahwa pada umumnya orang-orang dengan status sosial ekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih berpartisipasi.Orang-orang muda umumnya kurang berpartisipasi dibandingkan orang-orang tua.Pernyataan ini sesuai dengan data yang ditemukan peneliti di lapangan, dimana masyarakat yang berpartisipasi cenderung masyarakat yang mempunyai ekonomi tinggi dan juga masyarakat yang sudah berusia diatas 30 tahun. Kekuatan masyarakat dan modal sosial yang ada dalam masyarakat juga sangat memengaruhi dalam tingkat (kadar) dan efektivitas partisipasi.

2. Kurangnya sinergitas antara pemerintah dan masyarakat

Dalam uraian sebelumnya telah dinyatakan bahwa partisipasi masyarakat boleh dikatakan merupakan unsur yang mutlak dalam pelaksanaan strategi pengelolaan sumber daya berbasis komunitas. Melalui pendekatan tersebut, banyak terdengan permasalahan bahwa pemerintah atau penguasa seringkali terlalu memaksakan program yang sudah dirancang secara terpusat tanpa melakukan konsultasi dengan masyarakat yang akan menjadi sasaran program.Dipihak lain juga ditemukan kenyataan bahwa walaupun sudah dibuka kesempatan kepada masyarakat


(47)

dan diberi sarana serta media untuk melakukan partisipasi terutama dalam perencanaan, masyarakat tidak menggunakan kesempatan dan peluang tersebut dan tidak menutup kemungkinan persoalannya terletak pada rendahnya keinginan masyarakat untuk berpartisipasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan peneliti : Parningotan Girsang, laki-laki, 53 tahun.

“Pada dasarnya masyarakat Parapat belum efektif dalam berperan serta. Memang sebagian ada yang baik, sebagian lagi kurang peduli atau kurang merasa ini penting. Masyarakat ini kadang kurang mendukung apa yang dilakukan oleh pemerintah. Kayak ceremonial atau pesta yang dilakukan pemerintah. Padahalkan itu dibuat untuk masyarakat juga....”

Sebagaimana diketahui untuk keperluan pelaksanaan pembangunan tidak jarang pemerintah menciptakan lembaga baru. Namun, dalam kenyataannya jarang dari lembaga ini yang berhasil mengakar dalam kehidupan masyarakat sehingga menjadi tidak dapat berfungsi sebagaimana diharapkan. Disamping itu suasana dan iklim dalam forum yang diciptakan mungkin juga kurang mendukung. Suasana yang terlalu formal seringkali juga membuat komunikasi menjadi macet oleh karena masyarakat terbiasa mengemukakan aspirasi dan pendapat dalam situas ang informal.

Faktor struktural dan kultural masyarakat yang bersangkutan seringkali juga dipertimbangkan dalam mendorong munculnya partisipasi warga masyarakat terutama dalam proses pengambilan keputusan. Tidak jarang aspirasi ide pendapat dan usulan dari warga masyarakat tidak muncul dalam forum yang juga dihadiri oleh pimpinan dan elit lokal.


(48)

Bukannya mereka tidak mempunyai ide dan aspirasi, tetapi suasana struktural cenderung mendorong mereka mengikuti dan menyetujui apa yang sudah disampaiakan oleh elit dan pimpinannya. Hal ini sesuai dengan pertanyaan yang disampaikan oleh para informan sebagai berikut :

Dulu pernah ada dan diundang. Tetapi sekarang ngak ada lagi. Udah beberapa tahun terakhir ini ngak ada dan saya tidak pernah mendapatkan undangan lagi... Sangat sering. Saya sering itu menyarankan tentang kebersihan parapat ini trus biar dibikinnya entah selamat datang disini seperti di Bali kan?! Entah di bikin patung oppung kita atau tunggal panaluan di kampung Parapat. Jadi orang pun pingin mau berfoto entah dari singapur ada iconnya. Itulah harapan saya...(Benny Napitupulu, Laki-laki, 54 tahun)

Hal serupa juga dikatakan oleh informan berikut :

Saya ngak pernah di undang, sama sekali ngak pernah . Dulukan pernah saya gagasi, dulu kan belum di Raya masih di Siantar kantor Bupati. Kadisnya itu kan layak di tempatkan di Parapat. Coba anda bayangkan Kadis pariwisatanya di Raya, objek kerjanya di Parapat gimanalah jangkauan dia kemari sehari-hari. Apa potensi Parapat itu, apa kekurangan Parapat itu,diakan ngak tau .. orang kantornya di Raya. Dulu pernah ku usulkan dulu masih Jabanten dulu itu alangkah baiknya kantor Dinas Pariwisata itu diletakkan di Parapat karena supaya bias memantau apa kekurangan apa kelebihan apa potensi, iyakan?Jadi orang itu di Kabupaten ya Kabupatenlah. Jadi udah kaku kayaknya...(Marudut Panggabean, Laki-laki, 53 tahun)

Dorongan untuk berpartisipasi bagi warga masyarakat sering dipengaruhi oleh masa lalu. Apabila warga masyarakat memilik kesan bahwa apa yang mereka sampaikan dalam berbagai forum untuk mengidentifikasi masalah dan kebutuhan ternyata kemudian tidak menetas menjadi program yang akan dilaksanakan, maka kenyataan itu akan membuat warga masyarakat menjadi segan untuk berpatisipasi dalam hal yang sama untuk periode berikutnya. Pada tingkat lokal tidak jarang ide,


(49)

aspirasi dan usulan dari warga masyarakat terganjal oleh kepentinan elit lokal yang mempunyai akses dalam proses pengambilan keputusan. Oleh karena itu, pengambilan keputusan pada tingkat lokal harus melibatkan semua kalangan yang ada dan tidak didominasi oleh elit lokal. Berdasarkan temuan dilapangan, masyarakat Parapat tidak pernah lagi terlibat dalam pengambilan keputusan dalam pengelolaan pariwisata. Hal tersebut disampaikan oleh Herbet Sinaga, ketua adat Kelurahan Parapat.

tidak pernah lagi. Tidak pernah di undang dan tidak pernah ada. Bohama dokkonon, Pokoknya so ma sude. Aturanna kan molo adong pandangan yang baik jou on na ma masyarakat. Mari berkumpul membuat bagaimana biar wisata ini makin baik, on daong.. dangadong. Pemerintah tidak pernah menyuluh, mengatur, mengayomi dangadong. Jadi akhirnya tidak seperti tujuan wisata padahal begitu indah kan . Au do mambaen PRDT , au do mencetushon pesta rakyat danau toba. Meledak hape dang di sambut, tahun 2001 mai. Banyak pertunjukan kita bikin. ... (Herbet Sinaga, Laki-laki, 79 tahun)

Artinya :

Tidak pernah lagi. Tidak pernah diundang dan tidak pernah ada. Bagaiamanalah mengatakannya, pokoknya semua berhenti. Harusnya kan kalau ada pandangan yang baik dari pemerintah, diundanglah masyarakat. Mari berkumpul membuat bagaimana biar wisata ini makin baik, ini tidak ada. Pemerintah tidak pernah menyuluh, mengatur, dan mengayomi. Jadi akhirnya tidak seperti tujuan wisata padahal begitu indah kan.. saya yang membuat PDRT. Saya yang mencetuskan pesta rakyat danau toba. Meledak..tapi tidak disambut, itu tahun 2001. Banyak pertunujukan kita bikin.

Berdasarkan temuan yang ditemukan oleh peneliti di lapangan, peneliti berpendapat bahwa birokrasi atau pihak pemerintahan daerah tidak berjalan dengan baik. Tidak adanya pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk memperbaiki Pariwisata Danau Toba membuat masyarakat enggan dan malas dalam mengelola alam ataupun


(50)

memperindah alam yang sudah indah. Belum efektifnya pengelolaan objek wisata Danau Toba di Parapat disebabkan karena anggapan masyarakat Parapat bahwa pemerintahlah yang mempunyai peran penting dalam melaksanakan pembangunan pariwisata. Padahal partisipasi masyarakat juga tidak kalah penting dalam pelaksanaan pembangunan pariwisata. Pemerintah dan masyarakat harus saling bantu membantu dalam meningkatkan pariwisata di Parapat.

3. Karakteristik Masyarakat Parapat

Karakteristik masyarakat yang ramah tamah sangat diperlukan dalam mendukung perkembangan daerah tujuan wisata. Aspek ini menjadi sangat penting karena pada umumnya wisatawan yang datang ingin merasakan suasana yang nyaman yang salah satunya didapatkan melalui interaksi yang menyenangkan antara masyarakat setempat dengan wisatawan itu sendiri.

Parapat sebagai daerah tujuan wisata sudah seharusnya memperhatikan aspek ini agar pariwisata dapat berkembang dengan cepat, karena masyarakat Parapat yang pada umumnya adalah mayoritas bersuku Batak Toba memiliki kultur yang “keras” dalam berbahasa dan bertutur kata. Hal ini membuat para wisatawan tidak nyaman ketika berinteraksi dengan masyarakat lokal. Disamping itu, perilaku masyarakat yang kurang baik seperti ketidakpastian harga suatu produk lokal dan biaya akomodasi yang sering berubah-ubah. Ketidakpastian ini menyebabkan para wisatawan takut tertipu apabila melakukan transaksi dengan masyarakat


(51)

setempat. Hal itu senada dengan pernyataan informan peneliti yaitu Herbet Sinaga, Ketua Adat, 79 tahun yang menjelaskan tentang realita tersebut:

“Jadi banyak permasalahnnya ini. Masyarakat kita tidak pantas dan tidak mampu berdomisili di Daerah tujuan wisata. Itu satu kemudian perilaku. Perilaku masyarakat tidak pantas jadi pelayan yang baik kepada wisatawan. Lalu sesuai dengan pembangunan modernisasi sekarang tidak ada bantuan dari pemerintah untuk memperindah yang sudah indah....”(Herbet sinaga, laki-laki, 79 tahun)

4. Infrastruktur yang Kurang Memadai

Infrastuktur pariwisata merupakan suatu kelengkapan wisata yang berfungsi sebagai fasilitas masyarakat dalam menjalankan aktivitas dan fungsinya. Infrastruktur wisata dapat juga disebut dengan kualitas wisata. Infrastruktur pariwisata mencakup kondisi jalan yang baik, taman, listrik, air, pelayanan keamanan, pelayanan kesehatan, komunikasi dan kendaraan umum.

Parapat sebagai daerah tujuan wisata harusnya mempunyai kualitas wisata yang baik. Namun pada kenyataannya, infrastuktur di kelurahan Parapat masih sangat minim dan kurang memadai. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan berikut :

“Jalan dari bandara ke Parapat sangat menjenuhkan dan keadaan jalan tidak sesuai misalnya jalanan rusak jadi orang pun mau datang udah jenuh di perjalanan karna terlampau jauh. Lebih jago Berastagi padahal apasih yang mau dilihat dari berastagi? ... (Herbet Sinaga, Laki-laki, 79 tahun)


(52)

Matriks 4.4. Faktor Penghambat Partisipasi Masyarakat

Faktor Penghambat Partisipasi Masyarakat Informan

Benny

Napitupulu (54)

1. Pemerintah kurang peduli dengan pariwisata di Parapat

2. Masyarakat menganggap pemerintah hanya berjanji palsu sehingga masyarakat mulai malas dalam berpartisipasi.

3. Masyarakat tidak pernah di undang dalam musyawarah

4. Aspirasi atau ide masyarakat tidak ditindak lanjuti.

Informan Marudut

Panggabean (53)

1. Masyarakat mengangap pemerintah tidak mempunyai kemampuan dalam mengelola pariwisata

2. Masyarakat tidak pernah diundang dalam musyawarah

Informan Parningotan Girsang (53)

Masyarakat enggan untuk ikut berpartisipasi walaupun sudah dilakukan sosialisasi.

Informan

Herbet Sinaga (79)

1. Masyarakat tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan serta pemerintah tidak menindaklanjuti aspirasi yang telah disampaikan masyarakat.

2. Masyarakat tidak pernah diikutkan dalam musyawarah desa dalam pengembangan pariwisata

3. Tidak adanya topangan dari pemerintah

4. Kemauan masyarakat untuk berpartisipasi rendah (tidak mempunyai kemampuan melayani wisatawan dengan baik).

4.3.4. Pengelolaan Sumber Daya di kelurahan Parapat

Danau Toba merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang sangat banyak dikunjungi wisatawan di Sumatera Utara karena keindahan alamnya. Keindahan alam danau toba dilengkapi dengan adanya pulau yang


(53)

sangat indah di tengah-tengah danau yaitu pulau samosir. Parapat memiliki 11 lokasi wisata alam dan 1 lokasi agrowisata. Karena danau toba merupakan pusat tujuan wisata di Sumatera Utara hendaknya pengelolaan pariwisata ditingkatkan atau di maksimalkan. Keefektifan peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam hal ini seperti penuturan informan berikut ini : Parningotan Girsang (Laki-laki, 53 tahun)

“Pada dasarnya masyarakat Parapat belum efektif dalam berperan serta. Memang sebagian ada yang baik, sebagian lagi kurang peduli atau kurang merasa ini penting. Masyarakat ini kadang kurang mendukung apa yang dilakukan oleh pemerintah. Kayak ceremonial atau pesta yang dilakukan pemerintah. Padahalkan itu dibuat untuk masyarakat juga....”

Pengelolaan sumber daya merupakan pembangunan masyarakat untuk mengontrol dan mengelola sumber daya produktif. Melalui pengelolaan ini dimungkinkan warga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan individu maupun kebutuhan kolektif. Seperti pernyataan informan berikut ini : Marudut Panggabean (Laki-laki, 53 tahun)

iya.. saya berjualan selain menyambung hidup kan juga sebagai memberikan produk wisata kepada masyarakat.

Pada masyarakat Parapat, pengelolaan sumber daya alam (pariwisata) dapat menopang keberlangsungan hidup. Sebagaimana mayoritas masyarakat Parapat menggantungkan hidupnya pada bidang pariwisata seperti penyedia atraksi wisata air (banana boot, speda air, speedboat, dll) , penyedia akomodasi, makan dan minum, dan lain sebagainya. Partisipasi masyarakat dalam keseluruhan proses pembangunan menjadi sangat sentral.


(54)

Salah satu faktor yang dapat digunakan untuk melihat penekanan pada aspek manusia dan masyarakat dalam konsep pembangunan masyarakat adalah pemahamannya sebagai proses perubahan, perubahan yang diharapkan tentunya perubahan kemajuan. Perubahan kemajuan tersebut dapat dilihat dari peningkatan taraf hidup atau kesejahteraan masyarakat.

Parapat sebagai daerah pariwisata seharusnya seharusnya mendapat perubahan secara terus menurus demi perubahan kemajuan. Namun dalam hal ini, pembangunan pariwisata di Parapat sangat monoton. Hal ini disampaikan oleh informan : Benny Napitupulu (Laki-laki, 54 tahun)

Harapan saya maunya pemerintah pedulilah sama Parapat ini karena bagaimanapun pembangunan pariwisata di Simalungun atau Parapat ini sudah ketinggalan kan.. Banyak sekarang tempat yang di buka seperti Pasir Putih dan Hotspring di Samosir. Bahkan Samosir itu akan seperti pulau Bali dan Parapat hanya sebagai persinggahan atau pulau transit. Jadi kalau pemerintah tidak mengambil sikap ya ‘good bye’ lah Parapat. Saya sudah malaslah sebenarnya karena pihak pemerintah hanya janji palsu saja. Seperti yang kita tahukan Bupati kita JR Saragih, Ia hanya fokus pada pembangunan di Raya. maunya pemerintah tidak hanya terpusat di Raya tetapi juga di Parapat. Terus maunya sih kesian Batak atau tari-tarian di kembangkan lagi. Dulu ada itu acara kesenian batak di hotel-hotel besar disini kayak di Niagara tetapi skarang mana ada lagi Cuma live music , dangdut, itulah sekarang yang ada. Disini bisa dikatakan monoton lah tidak ada perkembangan dan pembangunan pun ngak ada.

Hal senada juga disampaikan oleh Marudut Panggabean (Laki-laki, 53 tahun)

Tanya Bupatilah dek. Soalnya ya ngak ada pembangunan, ngak jelas....Harapan saya ada konsep. Itu aja. Ada konsep atau visi dan misi dari kepala daerahnya. Karena jangkanya jangka panjang , bertahap. Iyakan bukan membangun kayak membangun cabe langsung pedas. Konsepnya musti ada, tahapannya jelas. Coba sekarang jalanannya ngak beres. Apalagi sekarang ini infrastruktur dari Medan ke Parapat coba bayangkan 5 jam. Itu pun kalau nyampe. Inikan membuat wisatawan bosan selama perjalanan.


(55)

Hal yang sama juga disampaikan oleh informan berikut ini : Herbert Sinaga, Laki-laki, 79 tahun .

“Soadong.. ahama pembangunan di Parapat. Tidak ada perkembangan. Tetap monoton . Pokoknya tidak ada yang namanya pembangunan dan sangat memprihatinkan...aha i bangun so adong. Program pemerintah tidak jelas. Di promosikan pun tidak pernah. Kan ikkon ijual do keindahan, i perindah dohot dohot dijual. On dangadong, haro dalan dang hasea, ise ma naro tuson. Domestik aja tidak senang datang ke parapat karena keadaan jalannya tidak memadai. Buat apa dibangun keramba, saya saja sudah 24 tahun pulang dari rantau tidak pernah mandi sekalipun di danau toba. Alana nunnga kotor. Dang toho be aek lao pamandion.Artinya adalah (tidak ada, tidak ada perkembangan tetap monoton.Pokoknya tidak ada yang namanya pembangunan dan sangat memprihatinkan. Apa yang dibangun tidak ada. Program pemerintah tidak jelas, dipromosikan pun tidak pernah. Sedangkan jalan aja rusak, siapalah yang mau datang kesini.Domestik aja tidak senang datang ke parapat karena keadaan jalannya tidak memadai. Buat apa dibangun keramba, saya saja sudah 24 tahun pulang dari rantau tidak pernah mandi sekalipun di danau toba.Karena sudah kotor. Ngak bagus lagi airnya untuk dimandikan.

BAB V PENUTUP


(56)

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan uaraian-uraian yang telah dikemukakan oleh penulis, dimulai dari bab I sampai dengan bab IV, banyak hal yang telah ditemukan oleh penulis baik masalah teoritis ataupun masalah teknis yang berkaitan dengan judul yang telah diteliti oleh penulis maupun kesimpulan dari hasil pengolahan data dan wawancara terhadap masyarakat, ketua adat, dan kepala Kelurahan Parapat di Kelurahan Parapat maka diperoleh kesimpulan yaitu :

Pertama, Pada masyarakat Kelurahan Parapat terdapat beberapa bentuk partisipasi masyarakat sebagai berikut : (1)Partisipasi yang terorganisasi, yaitu partisipasi yang terjadi bila suatu struktur organisasi dan seperangkat tata kerja dikembangkan atau dalam proses persiapan. Pada masyarakat kelurahan Parapat bentuk partisipasi ini seperti bentuk partisipasi dalam penyedian akomodasi perhotelan, Transportasi, penjual souvenir, penyedia makan dan minum (restoran), jasa guiding dan lain-lain. (2)Partisipasi tidak terorganisasikan, yaitu partisipasi yang terjadi karena peristiwa temporer seperti bencana alam dan kebakaran.

Nelson menyebut dua macam partisipasi yaitu partisipasi horizontal dan partisipasi vertikal. Partisipasi horizontal adalah partisipasi antara sesama warga atau anggota suatu perkumpulan, sedangkan partisipasi vertikal adalah partisipasi yang dilakukan oleh bawahan dengan atasan, antar klien dengan patron, atau antara masyarakat sebagai keseluruhan dengan pemerintah. Pada masyarakat kelurahan Parapat partisipasi ini adalah bentuk kerja sama yang dilakukan masyarakat Parapat dengan pemerintah seperti partisipasi masyarakat dalam pelaksaan Pesta Rakyat Danau Toba. Keterlibatan


(57)

kelompok atau masyarakat sebagai suatu kesatuan dapat disebut partisipasi kolektif, sedangkan keterlibatan individual dalam kegiatan kelompok dapat disebut partisipasi individual. Tingkat partisipasi masyarakat kelurahan Parapat di bidang pariwisata tergolong rendah dikarenakan tidak adanya topangan dari pemerintah dan juga berkurangnya jumlah wisatawan yang berkunjung menyebabkan masyarakat mengalami penurunan pendapatan dari bidang pariwisata sehingga menyebabkan beberapa masyarakat lebih memilih beralih profesi menjadi petani.

Kedua,Kondisi-kondisi yang mendorong dan menggerakkan partisipasi adalah sebagai berikut; orang akan berpartisipasi apabila mereka merasa bahwa isu atau aktivitas tersebut penting. Cara seperti ini dapat efektif jika masyarakat sendiri telah mampu menentukan isu atau aksi, dan telah menominasi kepentingannya bukan berdasarkan pada kepentingan orang luar yang memberi tahu mereka apa yang harus dilakukan. Kunci keberhasilan tertumpu pada pengorganisasian masyarakat adalah bagaimana pemilihan isu untuk diurus dalam pengembangan masyarakat.Terdapat lima cara untuk mewujudkan partisipasi. Kelima cara tersebut adalah (1) survai dan konsultasi lokal untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan, (2) memanfaatkan petugas lapangan, agar sambil melaksanaka tugasnya sebagai agen pembaharu juga menyerap berbagai informasi yan dibutuhkan dalam perencanaan, (3) perencanaan yan bersifat desentralisasi agar lebih mudah memberikan peluang yang semakin besar kepada masyarakat untuk berpartisipasi, (4) perencanaan melalui pemerintah lokal dan (5) menggunakan strategi pengembangan komunitas (community development).


(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena dengan kasih karunia dan berkatNya yang melimpah, skripsi saya yang berjudul “Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Danau Toba (studi deskriptif di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)” ini dapat selesai sesuai dengan harapan. Senantiasa saya ucapkan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus, beserta keluarga dan para sahabat-sahabat saya semoga kedepannya kita selalu mendapatkan berkat yang melimpah. Penulisan skripsi ini merupakan bagian kerja dan prosedur yang harus dipenuhi oleh setiap manusia untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar kesarjanaan dalam bidang sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Secara Simbolis skripsi ini penulis hadiahkan untuk orang-orang yang sangat berperan dan menjadi motivasi di dalam kehidupan penulis. Terutama kepada orang tua penulis tercinta “Ayahanda Manahan Parulian Malau dan Ibunda Rostina Sinaga”. Terimakasih untuk setiap tetesan keringat, motivasi, nasihat dan doa yang tiada hentinya kalian berikan kepada penulis.

Dalam kaitan ini terutama saya sebagai bagian dari mahluk sosial yang tidak lepas dari bantuan dan pertolongan orang lain, secara umum ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh jajaran civitas akademika USU, khususnya kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang kiranya telah banyak memberikan kontribusi secara langsung maupun tidak langsung kepada saya, sehingga pada saat ini saya bisa menuai semua atau merasakan buah dari


(2)

kebaikan tersebut diakhir penghujung masa studi saya di kampus Universitas Sumatera Utara tercinta khususnya di Departemen Sosiologi. Petunjuk dan bimbingan yang telah diberikan oleh bapak dan ibu dosen-dosen FISIP-USU terutama departemen sosiologi merupakan kenangan yang tidak pernah saya lupakan sekalipun disana terdapat pahit manis perjalanan proses belajar, akan tetapi saya menikmati masa-masa itu.

Dalam penyelesaian skripsi ini dari awal hingga selesai, saya telah melibatkan berbagai pihak. Untuk itu saya ingin mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya dan setulus-tulusnya kepada:

1. Ibu Dra. Ria Manurung, M.si, selaku dosen pembimbing saya yang sudah bersedia memberikan waktu, tenaga, ide, arahan, masukan dan pengetahuan kepada saya dalam proses bimbingan dan penulisan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.si, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

3. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.si, selaku ketua Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sekaligus sebagai ketua penguji yang memberikan masukan untuk skripsi ini.

4. Ibu Dra. Rosmiani, M.si, selaku reader yang telah memberikan arahan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Para dosen di Departemen Sosiologi yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu-persatu yang telah membekali, memberikan ilmu, mengarahkan dan membimbing saya selama mengikuti perkuliahan di Departemen Sosiologi sehingga selesainya skripsi ini.


(3)

6. Bang Abel serta Ernita di jurusan sosiologi serta seluruh staf yang berada di FISIP USU yang telah memberikan kemudahan dalam mengurus segala administrasi dalam skripsi ini.

7. Kepada kedua orang tua penulis yaitu ayahanda Manahan Parulian Malau dan Ibunda Rostina Sinaga serta adik-adikku Irma Juliana Malau, Binur Royhara Malau, Agustine Malau dan Lasti Angelica Malau yang selalu mendukung dan mendoakan penulis. Sekali penulis mengucapkan dengan setulus-tulusnya terimakasih karena tak henti-hentinya memberikan dukungan, doa, nasehat dan motivasi hingga sampai detik ini penulis tetap kuat dan bersemangat dalam menyelesaikan studi. I love you so much all.

8. Kepada Muhammad Ega Kuntara yang selalu membantu penulis mulai dari awal hingga selesainya skripsi ini. You must know, you are the best my boy !!Terimakasih atas semua kasih sayang dan dukungan yang diberikan hingga saat ini.

9. Kepada Sahabatku Defa Sari Simbolon terimakasihbuat semua dukungan, doa dan motivasi yang selalu diberikan dengan tulus. Terimakasih buat persahabatan kita selama ini dan harapannya persahabatan kita sampai tua nanti, amin. I love you bessss.

10. Kepada para sahabat Juli Water, Theo Pilus, Reno, Rencius dan lain-lain yang tak bisa saya sebutkan namanya satu persatu. Penulis menucapkan banyak terimakasih buat semangatnya dalam penulisan skripsi ini.

11. Teman-teman satu pembimbing akademik Kathy Sabrina, Carlina Abria ningsih, Devi, Hendrikson, Silvia, Elsa Elonika terimakasih atas semangat dan kerja samanya.


(4)

12. Teman-teman seperjuangan di Departemen Sosiologi, khususnya stambuk 2011. Terimakasih banyak atas semangat dan kerja samanya selama perkuliahan ini.

13. Abang dan kakak senior bang troy sirait, stambuk 2008, 2009, 2010 dan kepada junior 2012,2013,2014,2015. Terimakasih buat saran, semangat dan doa-doanya.

Penulis menyadari sepenuhnya kekurangan dan keterbatasan yang ada pada diri penulis bahwa masih terdapat banyak kekurangan didalam penulisan dan pembuatan skripsi ini, kendati demikian adanya, penulis berharap agar isi dan penjelasan yang tertulis dalam skripsi ini dapat menjadi sumbangan yang berarti bagi ilmu sosiologi. Selain itu penulis juga berharap agar penelitian ini ada yang mau melanjutkannya ke tahap yang lebih dalam lagi dan mengembangkan kedepannya agar dapat memperluas cakrawala pengetahuan dibidang penelitian ini dan juga dapat memanfaatkannya sebagai bahan bacaan untuk menulis skripsi dalam isu atau penelitian yang sama. Akhir kata terima kasih atas segala perhatian dan semoga bermanfaat.

Medan, November 2015


(5)

DAFTAR ISI Halaman Persetujuan

Halaman Pengesahan

Kata Pengantar... i

Daftar Isi ... iv

Abstrak... vii

Abstract ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ...7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 8

1.4.2 Manfaat Praktis ... 8

1.5. Definisi Konsep ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1.Partisipasi Masyarakat... 12

2.1.1 Pengertian Partisipasi Masyarakat ... 12

2.1.2.Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat... 14

2.1.3.Hambatan-hambatan Partisipasi Masyarakat ... 20

2.2.Teori Pengelolaan Sumber Daya Alam... 24

2.3.Potensi Destinasi Pariwisata dan Daya Tarik Wisata... 25

2.4.Teori Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan...32

2.5. Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengelolaan Obyek Wisata Alam...39

2.6. Perubahan pada Masyarakat yang Berdomisili pada Daerah Tujuan Wisata... 45

2.7.Penelitian Terdahulu.. ... 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 50

3.1. Jenis Penelitian ... 50


(6)

3.3. Unit Analisis Dan Informan ... 51

3.3.1. Unit Analisis...51

3.3.2. Informan...52

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 52

3.4.1. Teknik Pengumpulan Data Primer...52

3.4.2.Teknik Pengumpulan Data Sekunder ...54

3.5. Interpretasi Data ... 54

3.6. Jadwal Kegiatan ...55

3.7. Keterbatasan Penelitian ... 56

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA ... 57

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ………... ... 57

4.1.1 Gambaran Umum Kelurahan Parapat……… ... 57

4.1.2 Letak Geografi... 58

4.1.3 Kependudukan...……. ... 61

4.1.4 Sarana dan Prasarana...62

4.1.5 Dasar Pelaksanaan Kelurahan Parapat... 68

4.1.6 Maksud dan Tujuan...……... 70

4.1.7Tugas-Tugas yang dilaksanaka...………...70

4.1.8 Kondisi Sosial Ekonomi dan BudayaMasyarakat di Kelurahan Parapat ……... 71

4.2. Profil Informan …... 73

4.3.Penyajian dan Analisis Data...80

4.3.1.Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat di Kelurahan Parapat...80

4.3.2. Cara Meningkatkan atau Menggerakkan Partisipasi Masyarakat Kelurahan Parapat...83

4.3.3. Faktor Penghambat Partisipasi Masyarakat Kelurahan Parapat...87

4.3.4. Pengelolaan Sumber Daya di Kelurahan Parapat...95

4.3.5. Partisipasi Masyarakat dalam Proses Pembangunan...97

BAB V PENUTUP ………...………... 99

5.1. Kesimpulan ...99

5.2. Saran ...104

Daftar Pustaka ...105 LAMPIRAN


Dokumen yang terkait

Analisis Daya Dukung Sektor Pertanian Dalam Pengelolaan Obyek Wisata Di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun

4 52 149

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Danau Toba (studi deskriptif di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)

18 120 118

PENGARUH KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP PENGHASILAN KEGIATAN USAHA WARGA MASYARAKAT DI KAWASAN OBJEK WISATA DANAU TOBA DI KECAMATAN GIRSANG SIPANGAN BOLON PARAPAT.

0 3 26

PERAN PARTAI POLITIKDEMOKRAT DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DIKECAMATAN GIRSANG SIPANGAN BOLON KABUPATEN SIMALUNGUN.

0 2 24

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Danau Toba (studi deskriptif di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)

0 0 7

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Danau Toba (studi deskriptif di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)

0 0 1

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Danau Toba (studi deskriptif di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)

0 1 11

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Danau Toba (studi deskriptif di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)

0 0 38

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Danau Toba (studi deskriptif di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)

0 0 3

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Alam Danau Toba (studi deskriptif di Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)

0 0 3