sangat indah. Karena gambaran unik yang banyak dimiliki oleh spesies – spesies kayu keras hardwood, maka kayu – kayu tersebut banyak
digunakan untuk perabot rumah tangga, panil, dan tujuan – tujuan dekoratif yang lain. Haygreen, 1996.
2.1.1. Selulosa
Selulosa merupakan bagian utama yang membentuk dinding sel daripada kayu. Merupakan polimerisasi yang sangat kompleks dari gugus
karbohidrat yang mempunyai persen komposisi yang mirip dengan “starch” yaitu glukosa yang terhidrolisa oleh asam.
Sifat – sifat polimer selulosa Sifat-sifat polimer selulosa biasanya dipelajari dalam keadaan larutan,
menggunakan pelarut seperti CED atau Kadoksen. Berdasarkan sifat-sifat larutan kesimpulan dapat diperoleh mengenai berat molekul rata-rata,
polidisperitas, dan konformasi polimer. Pengukuran-pengukuran berat molekul menunjukkan bahwa selulosa kapas dalam keadaan asalnya
mengandung kira-kira 15000 dan selulosa kayu mengandung kira-kira 10000 sisa glukosa. Hardjono, 1995.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Hemiselulosa
Hemisellulosa juga merupakan polimer-polimer gula. Berbeda dengan glukosa yang terdiri hanya dari polimer glukosa, hemisellulosa merupakan
polimer dari lima bentuk gula yang berlainan yaitu : glukosa, mannosa, galaktosa, xylosa dan arabinosa. Rantai hemiselulosa lebih pendek
dibandingkan dengan rantai sellulosa, karena hemiselulosa mempunyai derajat polimerisasi yang lebih rendah. Molekul hemisellulosa terdiri dari
300 unit gugus gula. Berbeda dengan sellulosa, polimer hemisellulosa berbentuk tidak lurus, tapi merupakan polimer-polimer yang berarti
hemisellulosa tidak akan dapat membentuk struktur Kristal dan serat mikro seperti halnya selulosa. Pada proses pembuatan pulp hemisellulosa
bereaksi lebih cepat dibandingkan dengan sellulosa.
2.1.3. Lignin
Lignin adalah polimer yang sangat kompleks, juga merupakan komponen utama penyusun kayu dengan kandungan antara 17-32 berat kayu
kering. Adanya lignin didalam pulp menyebabkan warna pada pembuatan kertas untuk maksud tertentu seperti kertas cetak. Lignin perlu dipisahkan
dari pulp melalui proses pemutihan. Struktur molekul lignin sangat berbeda bila dibandingkan dengan polisakarida karena terdiri atas sistem
aromatik yang tersusun atas unit-unit fenil propana. Dalam kayu lunak
Universitas Sumatera Utara
kandungan lignin lebih banyak bila dibandingkan dalam kayu keras. Sifat kimia lignin sangat rumit oleh karena itu tidak banyak ahli yang
menjelaskan tentang lignin.
Lignin merupakan senyawa yang tidak diharapkan dalam pembuatan pulp karena akan membuat lembaran kaku dan mengurangi
aktivitas ikatan permukaan antara serat dan akan menghalangi pengembangan serta sehingga menurunkan kualitas pulp yang dihasilkan.
Sifat-sifat lignin secara umum antara lain tidak larut dalam air, berat molekul berkisar antara 2000 - 15000, molekul lignin mengandung gugus
hidroksil, metoksil dan karboksil dan bila didegradasi oleh basa akan membentuk turunan benzene. Fessenden, 1992.
Lignin merupakan zat yang tidak bersama-sama dengan sellulosa membentuk dinding sel dari pohon kayu. Ia berfungsi sebagai bahan
perekat atau semen antara sel-sel selulosa yang membuat kayu menjadi kuat. Lignin merupakan polimer tiga dimensi yang bercabang banyak.
Molekul utama pembentuk lignin adalah phenyl propane. Satu molekul Lignin dengan derajat polimerisasi yang tinggi merupakan molekul yang
besar, karena ukurannya dan struktur tiga dimensinya. lignin didalam kayu berfungsi sebagai lem atau semen. Lapisan lamella tengah, dengan
kandungan utamanya adalah lignin, mengikat sel-sel itu dan sehingga terbentuk struktur kayu. Dinding sel juga mengandung lignin. Pada
Universitas Sumatera Utara
dinding sel, lignin bersama dengan hemisellulosa,membentuk semen matriks dimana tersusunlah sellulosa yang berupa “mikrofibrils”.
Ada beberapa test prosedur yang sekarang digunakan untuk menentukan lignin, seperti:
1. Lignin Klason : mengukur lignin dalam kayu secara langsung
2. Kappa Number : Jumlah konsumsi permanganat dalam sampel
pulp yang mengandung lignin yang belum bereaksi 3.
Hypo test : Jumlah konsumsi hypo dalam sample pulp yang
mengandung lignin yang belum bereaksi 4.
Chlorine Number : Jumlah konsumsi klorin dalam pulp yang mengandung lignin yang belum bereaksi
5. Nu-Number : Test absorbsi spektrofotometer lignin yang terlarut
dalam asam dengan panjang gelombang 425 nm 6.
Pulp Permittivity : Dielectric strength atau permititivitas pulp sheet
yang berhubungan dengan kandungan lignin dalam sampel. 7.
Spectrophotometric Methods : Absorpsi sinar UV pada sampel
yang mengandung lignin. Chemistry.org.
2.1.4. Ekstraktif