Pengaruh Perbedaan Kualitas Habitat terhadap Perilaku dan Populasi Primata di Kawasan Cikaniki, Taman Nasional Gunung Halimun, Jawa Barat

PENGARUH PERBEDAAN KUALITAS HABITAT
TERHADAP PERILAKU DAN POPULASI PRIMATA

DI KAWASAN CIKANIKI, TAMANNASIONAL
GUNUNG HALIMUN, JAWA BARAT

Oleh

IMRAN SAID L. TOBING

JURUSAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

1999

ABSTRACT

The objective of this research was to study the influences of difference in
habitat quality on population and behaviour of three primate species : javan gibbon


(Hylobates moloch), grizzled langur (Presbylis comala) and javan langur
(Trachypitheclls allrallls). The research was conducted in the Cikaniki Area, Gunung
Halimun National Park, West Java, from June 1997 until December 1997.
Habitat quality difference between disturbed and undisturbed forest has caused
a change of vigilance behaviour. Early detection in the three primate species were
slower in disturbed forest,

the slowest being the grizzled langur while, negative

responses showed no significant difference between disturbed and undisturbed forest,
except for the grizzled langur which showed a decrease in response in disturbed forest.
Furthermore, height of tree ranges and canopies utilization was generally in the middle
canopy near the upper canopy, except for the grizzled langur in the disturbed forest
which was near the lower canopy.
The influence of habitat quality difference between disturbed and undisturbed
forest, has also caused a change in densities of the three primate species. Population
density was lower in disturbed than in undisturbed forest; while group size, young to
adult ratio and infant to adult female ratio showed no significant difference between
disturbed and undisturbed forest.


RINGKASAN

IMRAN SAID L. TOBING. Pengaruh Perbedaan Kualitas Habitat terhadap Perilaku
dan Populasi Primata di Kawasan Cikaniki, Taman Nasional Gunung Halimun Jawa
Barat (di bawah bimbingan HADI S. ALIKODRA sebagai ketua, F. GUNARWAN
SURATMO dan IKIN MANSJOER sebagai anggota).
Aktivitas manusia, dapat berpengaruh terhadap dinamika kehidupan dan
terganggunya proses ekologis di hutan yang merupakan habitat berbagai hidupanliar.
Aktivitas manusia (penduduk) terutama penebangan, perburuan dan pembisingan yang
mengakibatkan penurunan kualitas habitat secara teoritis akan berdampak negatif
セャM

terhadap perilaku maupun keadaan populasi satwaliar.

,

Berdasarkan hal tersebut,

penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan memahami pengaruh
perbedaan kualitas· habitat antara hutan tak terganggu dan hutan terganggu terhadap


-

perilaku dan keadaan populasi primata.

c..-

Penelitian diawali dengan observasi lapang untuk menentukan kawasan yang
tergolong ke dalam hutan tak terganggu dan hutan terganggu. Kriteria penggolongan
didasarkan pada posisi dan kondisi hutan. Hutan tak terganggu (undisturbed forest)
adalah kawasan hutan yang relatif jauh dari pemukiman sehingga belum terganggu oleh
aktifitas penduduk. Sebaliknya, hutan terganggu (disturbed forest) adalah kawasan
hutan yang berada di sekitar pemukiman (enclave) dan jalan-jalan setapakljalan pintas
yang biasa dilalui penduduk; sehingga sudah terganggu oleh aktifitas ーセャ、オォ@
,"

penebangan, perburuan maupun pembisingan.

0"


berupa
,

Penelitian tentang perilaku difokuskan pada perilaku kewaspadaan (vigilance
behaviour), yang dilakukan dengan mengidentifikasi kondisilrespon awal primata;
sedangkan penelitian tentang keadaan populasi dilakukan dengan met ode jalur (line
transects method). Parameter perilaku kewaspadaan yang diamati adalah kecepatan
deteksi, reaksi, dan penggunaan ketinggian serta kanopi (di pohon); sedangkan
parameter keadaan populasi adalah ukuran kelompok, rasio individu muda-dewasa
serta rasio bayi-betina dewasa, dan kepadatan populasi setiap spesies primata.
L.

I

• Selama penelitian, ditemukan tiga dari empat spesies primata diurnal yang
dilaporkan ada di Taman Nasional Gunung Halimun yaitu owa jawa (Hylobates

moloch), surili (?resbytis comata) dan lutung jawa (Trachypithecus auratus); satu
spesies yang tidak ditemukan adalah monyet ekor panjang (Macacafascicularis).
Menurut informasi masyarakat setempat, monyet ekor panjang masih dapat ditemukan

di Cikaniki pada tahun 1980an; tetapi sejak sekitar tahun 1990an (juga saat penelitian
ini dilakukan tahun 1997) monyet ekor panjang tidak pernah terlihat lagi. Keadaan ini
kemungkinan besar merupakan akibat dari perburuan; sedangkan faktor habitat, sangat
kecil kemungkinannya sebagai penyebab menghilangnya monyet ekor paqiang dari
kawasan Cikaniki, karena monyet ekor panjang merupakan salah satu spesies primata
yang paling adaptif terhadap berbagai kondisi habitat.

I

Pengaruh perbedaan kualitas habitat terhadap perilaku kewaspadaan tercermin
dari penurunan kecepatan deteksi primata di hutan terganggu dibandingkan dengan di
hutan tak terganggu. Keadaan ini terjadi karena primata menjadi semakin terbiasa

terhadap kehadiran manusia; sehingga manusia tidak terIalu asing lagi bagi primata
yang perIu dideteksi secara dini. Namun demikian, kehadiran manusia masih dianggap
sebagai sesuatu yang perlu diwaspadai; sehingga primata tetap memperIihatkan reaksi
negatif yang tinggi di hutan terganggu (berbeda tidak nyata dengan di hutan tak
terganggu), kecuali pada surili karena surili merupakan spesies yang paling dapat
menerima kehadiran manusia.


Indikasi ini didukung oleh data tentang penggunaan

ketinggian dan kanopi yang memperIihatkan bahwa di hutan terganggu surili
cenderung lebih sering berada pada ketinggian rendah di kanopi bawah; sedangkan
owa jawa dan lutung jawa lebih sering berada pada ketinggian sedang di kanopi atas.
Perbedaan kualitas habitat tidak hanya berpengaruh terhadap perilaku
kewaspadaan, tetapi juga terhadap keadaan populasi. Walaupun ukuran kelompok dan
rasio bayi-betina dewasa serta rasio anak-dewasa, belum menunjukkan perbedaan yang
nyata secara statistik, tetapi kepadatan populasi ketiga spesies primata secara nyata
lebih rendah di hutan terganggu dibandingkan di hutan tak terganggu.

Penurunan

kepadatan populasi primata di hutan terganggu merupakan akibat dari rendahnya
kualitas habitat (dibandingkan di hutan tak terganggu) sehingga daya dukung
lingkungan juga akan lebih rendah.

Namun demikian, keadaan ini belum

mengakibatkan perubahan ukuran dan struktur kelompok (yang tercermin dari rasio)

secara nyata; karena rendahnya kualitas habitat lebih mengakibatkan bermigrasinya
primata ke lokasi yang lebih baik sehingga kepadatannya menjadi rendah di hutan
terganggu.

PENGARUH PERBEDAAN KUALITAS HABITAT TERHADAP
PERll-AKU DAN POPULASI PRIMATA Dr KAWASAN
CIKANIKI, TAMAN NASIONAL GUNUNG HALlMUN,
JAWABARAT

Oleh:
lMRAN SAID L. TOBING

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Magister Sains
pada
Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor

JURUSAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
PROGRAMPASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR


1999

Judul

:PENGARUH PERBEDAAN KUALITAS HABITAT
TERHADAP PERILAKU DAN POPULASI PRIMATA DI
KAWASAN CIKANIKI, TAMAN NASIONAL GUNUNG
HALIMUN, JAWABARAT

Nama Mahasiswa : IMRAN SAID L. TOBING
NomorPokok

: 9S 146

Menyetujui
Komisi Pembimbing

aエセ@
(Prof DR. If. Hadi S. Alikodra, MS.)

Ketua

(prof DR. If. F. Gunarwan Suratmo, MF.)
Anggota

Ketua Bidang Keahlian
Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan

(

(prof DR. If.Muchanunad Sri Saeni, MS.)

(Drh. Ikin Mansjoer, MSc.)
Anggota

Direktur Program PascasaJjana

RIWAYAT HIDUP


Penulis merupakan anak ke empat dari enam bersaudara putra-putri H. L.
Tobing (ayah) dan R. Hutasuhut (ibu); dan dilahirkan di Sipirok, Tapanuli Selatan,
Sumatera Utara pada tanggal 10 Januaril960.
Penulis menempuh Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri Sipirok dan lulus
pada tahun 1979. Selanjutnya menempuh pendidikan di Fakultas Biologi Universitas
Nasional Jakarta; dan memperoleh gelar SaIjana Muda pada tahun 1984, serta
memperoleh gelar SaIjana pada tahun 1986.
Pada tahun 1984 - 1986, penulis merupakan asisten dosen di Fakultas Biologi
Universitas Nasional Jakarta. Pada tahun 1987 - sekarang, penulis merupakan salah
satu Staf Pengajar di Fakultas Biologi Universitas Nasional Jakarta; dan pada tahun
1990 - 1994 menjabat sebagai Kepala Laboratorium Zoologi Universitas Nasional
Jakarta. Pada tahun 1992 - sekarang, penulis diangkat menjadi dosen Pegawai Negeri
Sipil Koopertis Wilayah III yang dipekeIjakan di Fakultas Biologi Universitas Nasional
Jakarta.

KATA PENGANTAR

Taman Nasional Gunung Halimun merupakan daerah potensial sebagai habitat
primata.


Namun demikian, di dalam kawasan Taman Nasional tersebut terdapat

kantong-kantong pemukiman yang menjadi kendala dalam upaya pelestarian primata
maupun pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun. Oleh karena itu, penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui adaltidaknya perubahan perilaku dan populasi primata
(terntama owa jawa dan surili yang telah terancam kepunahan, dan merupakan satwa
endemik di Jawa bagian barat) dalam lingkungan habitat hutan terganggu
dibandingkan di habitat hutan tak terganggu.
Penelitian dan penulisan tesis ini tidak akan pernah dapat terwujud dengan baik
tanpa adanya bimbingan, saran dan pengarahan dari para pembimbing. Untuk itu,
penulis menyampaikan rasa terimakasih yang tulus kepada bapak-bapak pembimbing;
Prof. DR. Ir. Hadi S. Alikodra, MS. (ketua), Prof. DR. If. F. Gunarwan Suratmo, MF.
(anggota) dan Drh. Ikin Mansjoer, MSc. (anggota). Rasa terimakasih juga penulis
sampaikan kepada semua pihak yang berperan dalam pemberian beasiswa TMPD
kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan, sehingga akan menambah
wawasan penulis dan akan sangat berguna di masa datang. Akhirnya, penulis sangat
mengharapkan agar tesis ini dapat bermanfaat adanya.
Bogar,

Mei! 998

Penulis

DAFTARISI
Halaman

1.

KAT A PENGANTAR ............................. .

iii

DAFTARISI ......................................................................

IV

DAFTAR TABEL ..... '" ........ ..... ..... ... ...... ... ........... .........

V

DAFTAR GA.t\IfBAR ..........................................................................

VI

PENDAHULUAN ................ ' .......... " ." ................... ., ......... .
I. Latar beIakang ..................... ' ............................................... .

II.

2. Perumusan masalab ............................................................... .

3

3. Kerangka pemikiran .............................................................. .

5

4. Tujuan .................................................................................. .

9

5. Kegunaan ............................................................................ .

10

6. Hipotesis .............................................................................. .

10

TINJAUAN PUSTAKA ......... '" ......................................... .

12

I. Habitat dan daerab sebaran .. '" .' .... ' ...................................... .

12

1.1. Owajawa ...................................................................... .
1.2. Surili .............................................................................. .
1.3. Lutung jawa ................................................................... .

I3
19

2. Makanan .............................................................................. .

21

2.1. Owajawa ...................................................................... .
2.2. Surili .............................................................. "............... .
2.3. Lutungjawa ................................................... ;.\........... .

22
23
23

,'\'\
セ@ G|セ@ \

3. Predator ........................................................... L ZAイセ[NM@

'......

セウZ[ヲ@

Gコセ@

. . """--=

⦅セNLZG@

0

セ@

...

,

i:.

-..

'I/l

.... .

16

24