277 276
Pasal 12
1 Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 2
disampaikan: a. secara langsung;
b. melalui pos dengan buki pengiriman surat; atau
c. dengan cara lain. 2 Cara lain sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c melipui:
a. melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan buki pengiriman surat;
atau b. e-Filling.
3 Penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a diberikan tanda penerimaan surat dan penyampaian
Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf b diberikan Buki Penerimaan Elektronik.
4 Buki pengiriman surat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b dan ayat 2 huruf a atau tanda
penerimaan surat serta Buki Penerimaan Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat 3 menjadi
buki penerimaan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan.
Pasal 13
1 Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 2 yang idak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 atau
Pasal 12 dianggap bukan merupakan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan. 2 Apabila Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan dianggap bukan Pemberitahuan
Perpanjangan SPT Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Direktur Jenderal Pajak wajib memberitahukan kepada Wajib Pajak.
BAB VII KETENTUAN PENUTUP
Pasal 14
Ketentuan lebih lanjut mengenai: a. bentuk dan isi SPT serta keterangan danatau dokumen yang harus dilampirkan
dalam SPT; b. bentuk dan isi SPT untuk Wajib Pajak tertentu;
c. tempat dan cara lain pengambilan SPT; d. tata cara pengisian SPT;
e. tata cara penandatanganan SPT; f. tata cara penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan;dan
g. tata cara penyampaian SPT atau Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik yang dilakukan secara on-line yang real ime e-Filling,
diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak. Pasal 15
Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar seiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Menteri
Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 29 September 2009
MENTERI KEUANGAN, td
SRI MULYANI INDRAWATI
Peraturan Menteri Keuangan No. 152PMK.032009 Peraturan Menteri Keuangan No. 152PMK.032009
279 278
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 182PMK.032007
TENTANG TATA CARA PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA BAGI
WAJIB PAJAK DENGAN KRITERIA TERTENTU YANG DAPAT MELAPORKAN BEBERAPA MASA PAJAK DALAM SATU SURAT
PEMBERITAHUAN MASA
MENTERI KEUANGAN, Menimbang
: bahwa dalam rangka melaksanakan Pasal 3 ayat 3b Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2009, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa bagi Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu
yang Dapat Melaporkan Beberapa Masa Pajak dalam Satu Surat Pemberitahuan Masa;
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3262 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4740;
2. Keputusan Presiden Nomor 20P Tahun 2005;
MEMUTUSKAN: Menetapkan
: TATA CARA PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA BAGI WAJIB PAJAK DENGAN
KRITERIA TERTENTU YANG DAPAT MELAPORKAN BEBERAPA MASA PAJAK DALAM SATU SURAT PEMBERITAHUAN MASA.
Pasal 1
1 Wajib Pajak dengan kriteria tertentu dapat menyampaikan 1 satu Surat Pemberitahuan Masa yang melipui
beberapa Masa Pajak sekaligus. 2 Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1
melipui: a. Wajib Pajak usaha kecil; atau
b. Wajib Pajak di daerah tertentu.
Pasal 2
1 Wajib Pajak usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat 2 huruf a terdiri dari:
a. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan kegiatan usaha atau melakukan pekerjaan bebas; atau
b. Wajib Pajak badan. 2
Wajib Pajak orang pribadi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a harus memenuhi kriteria sebagai
berikut: a. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri; dan
b. menerima atau memperoleh peredaran usaha dari
kegiatan usaha atau penerimaan bruto dari pekerjaan bebas dalam Tahun Pajak sebelumnya idak lebih dari
Rp600.000.000,00 enam ratus juta rupiah. 3 Wajib Pajak badan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
huruf b harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a. modal Wajib Pajak 100 seratus persen dimiliki
oleh Warga Negara Indonesia; b. menerima atau memperoleh peredaran usaha
dalam Tahun Pajak sebelumnya idak lebih dari Rp900.000.000,00 sembilan ratus juta rupiah.
Pasal 3
Wajib Pajak di daerah tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat 2 huruf b adalah Wajib Pajak yang tempat
inggal, tempat kedudukan, atau tempat kegiatan usahanya berlokasi di daerah tertentu yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pajak.
Pasal 4 1 Wajib Pajak yang termasuk dalam kriteria sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 ayat 2 huruf a atau huruf b yang bermaksud melaporkan beberapa Masa Pajak dalam
satu Surat Pemberitahuan Masa harus menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Direktur Jenderal
Pajak.
Peraturan Menteri Keuangan No. 182PMK.032007 Peraturan Menteri Keuangan No. 182PMK.032007
280
2 Pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus disampaikan oleh Wajib Pajak paling
lambat 2 dua bulan sebelum dimulainya masa pajak pertama yang oleh Wajib Pajak akan disampaikan dalam
Surat Pemberitahuan Masa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat 1.
3 Terhadap pemberitahuan secara tertulis sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 dilakukan peneliian atas pemenuhan kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.
4 Apabila berdasarkan peneliian sebagaimana dimaksud pada ayat 3 Wajib Pajak idak memenuhi kriteria
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Direktur Jenderal Pajak memberitahukan secara tertulis kepada Wajib
Pajak.
Pasal 5
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan ini diatur dengan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak.
Pasal 6
Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2008.
Agar seiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Menteri Keuangan ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Desember 2007
MENTERI KEUANGAN, td
SRI MULYANI INDRAWATI
IV
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 183 PMK.032007 Tentang Wajib Pajak Pajak Penghasilan Tertentu Yang
Dikecualikan Dari Kewajiban Menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80PMK.032010 Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
184 PMK.032007 Tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan
Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, Serta Tata Cara
Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak
Peraturan Menteri Keuangan No. 182PMK.032007
283 282
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 183PMK.032007
TENTANG WAJIB PAJAK PAJAK PENGHASILAN TERTENTU YANG DIKECUALIKAN
DARI KEWAJIBAN MENYAMPAIKAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK PENGHASILAN
MENTERI KEUANGAN, Menimbang
: bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 3 ayat 8 Undang-Undang Nomor
6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Wajib Pajak Pajak Penghasilan Tertentu yang Dikecualikan dari Kewajiban Menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak
Penghasilan;
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 85 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4740;
2. Keputusan Presiden Nomor 20P Tahun 2005;
MEMUTUSKAN: Menetapkan
: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG WAJIB PAJAK PAJAK PENGHASILAN TERTENTU
YANG DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN MENYAMPAIKAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK PENGHASILAN.
Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini, yang dimaksud dengan:
1. Surat Pemberitahuan yang selanjutnya disebut SPT adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan
atau pembayaran pajak, objek pajak danatau bukan objek pajak, danatau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan. 2. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah SPT Masa yang digunakan
untuk melaporkan pembayaran angsuran Pajak Penghasilan dalam Tahun Pajak berjalan yang harus dibayar Wajib Pajak untuk seiap
bulan. 3. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi adalah
SPT yang digunakan untuk melaporkan besarnya Pajak Penghasilan yang terutang dalam suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak oleh
Wajib Pajak orang pribadi. Pasal 2
Wajib Pajak Pajak Penghasilan tertentu adalah Wajib Pajak yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Wajib Pajak orang pribadi yang dalam satu Tahun Pajak menerima atau memperoleh penghasilan neto idak melebihi Penghasilan
Tidak Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Undang- Undang Perubahan Keiga Pajak Penghasilan 1984; atau
b. Wajib Pajak orang pribadi yang idak menjalankan kegiatan usaha atau idak melakukan pekerjaan bebas.
Pasal 3 1
Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a, dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Masa Pajak
Penghasilan Pasal 25 dan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi.
2 Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b,
dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 25.
Pasal 4 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengadministrasian Surat
Pemberitahuan Wajib Pajak Pajak Penghasilan tertentu diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.
Pasal 5 Pada saat Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku, Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 535KMK.042000 tentang Wajib Pajak Tertentu yang Dikecualikan dari Kewajiban Menyampaikan Surat
Pemberitahuan, dicabut dan dinyatakan idak berlaku.
Pasal 6 Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari
2008.
Peraturan Menteri Keuangan No. 183PMK.032007 Peraturan Menteri Keuangan No. 183PMK.032007
285 284
Agar seiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Desember 2007
MENTERI KEUANGAN, td
SRI MULYANI INDRAWATI PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 80PMK.032010 TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 184PMK.032007 TENTANG PENENTUAN TANGGAL JATUH TEMPO PEMBAYARAN DAN PENYETORAN
PAJAK, PENENTUAN TEMPAT PEMBAYARAN PAJAK, DAN TATA CARA PEMBAYARAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK, SERTA TATA CARA PENGANGSURAN DAN
PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK MENTERI KEUANGAN,
Menimbang : bahwa penetapan batas waktu pembayaran dan penyetoran pajak telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184PMK.032007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo
Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan
Pembayaran Pajak yang merupakan peraturan pelaksanaan dari ketentuan Pasal 3 ayat 3c, Pasal 9 ayat 1 dan ayat 4, dan Pasal 10 ayat 1 dan ayat 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Undang-Undang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan; a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 49 Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, diatur bahwa ketentuan dalam Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan berlaku pula bagi undang-undang perpajakan lainnya, kecuali apabila
ditentukan lain; b. bahwa selain pengaturan mengenai penetapan batas waktu pembayaran dan penyetoran
pajak sebagaimana tersebut pada huruf a, sesuai ketentuan yang memberikan pengecualian sebagaimana tersebut pada huruf b, telah diatur batas waktu pembayaran dan penyetoran
PPN berdasarkan Pasal 15A Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 yaitu paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Pertambahan Nilai disampaikan;
c. bahwa dalam rangka penyelarasan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana dimaksud dalam huruf b dan Undang-
Undang Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam huruf c, perlu melakukan penyesuaian terhadap ketentuan mengenai penentuan tanggal jatuh tempo pembayaran
dan penyetoran pajak sebagaimana dimaksud pada huruf a;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184PMK.032007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh
Peraturan Menteri Keuangan No. 183PMK.032007 Peraturan Menteri Keuangan No. 183PMK.032007
287 286
Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan
Penundaan Pembayaran Pajak; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4740;
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983
Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5069;
3. Keputusan Presiden Nomor 84P Tahun 2009; 4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184PMK.032007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh
Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran
dan Penundaan Pembayaran Pajak;
MEMUTUSKAN: Menetapkan
: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI
KEUANGAN NOMOR 184PMK.032007 TENTANG PENENTUAN TANGGAL JATUH TEMPO PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK, PENENTUAN TEMPAT PEMBAYARAN PAJAK,
DAN TATA CARA PEMBAYARAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK, SERTA TATA CARA PENGANGSURAN DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK.
Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini, yang dimaksud
dengan: 1. Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan yang selanjutnya disebut Undang- Undang KUP adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009.
2. Undang-Undang Pajak Penghasilan yang selanjutnya disebut Undang-Undang PPh adalah Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. 3. Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai yang
selanjutnya disebut Undang-Undang PPN adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009.
4. Pajak Penghasilan yang selanjutnya disingkat PPh adalah Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang PPh. 5. Pajak Pertambahan Nilai yang selanjutnya disingkat
PPN adalah Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang PPN.
6. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang selanjutnya disingkat PPnBM adalah Pajak Penjualan atas Barang
Mewah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang PPN.
Pasal 2 1 PPh Pasal 4 ayat 2 yang dipotong oleh Pemotong
Pajak Penghasilan harus disetor paling lama tanggal 10 sepuluh bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir kecuali ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan.
2 PPh Pasal 4 ayat 2 yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak harus disetor paling lama tanggal 15 lima
belas bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir kecuali ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan.
3 PPh Pasal 15 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor paling lama tanggal 10 sepuluh bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. 4 PPh Pasal 15 yang harus dibayar sendiri harus disetor
paling lama tanggal 15 lima belas bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
5 PPh Pasal 21 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor paling lama tanggal 10 sepuluh bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. 6 PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 yang dipotong oleh
Pemotong PPh harus disetor paling lama tanggal
Peraturan Menteri Keuangan No. 183PMK.032007 Peraturan Menteri Keuangan No. 183PMK.032007
289 288
10 sepuluh bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
7 PPh Pasal 25 harus dibayar paling lama tanggal 15 lima belas bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir. 8 PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor
harus dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran Bea Masuk dan dalam hal Bea Masuk ditunda atau
dibebaskan, PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor harus dilunasi pada saat penyelesaian
dokumen pemberitahuan pabean impor.
9 PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor yang dipungut oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,
harus disetor dalam jangka waktu 1 satu hari kerja setelah dilakukan pemungutan pajak.
10 PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendahara harus disetor pada hari yang sama dengan pelaksanaan
pembayaran atas penyerahan barang yang dibiayai dari belanja Negara atau belanja Daerah, dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak atas nama rekanan dan ditandatangani oleh bendahara.
11 PPh Pasal 22 atas penyerahan bahan bakar minyak, gas, dan pelumas kepada penyaluragen atau industri
yang dipungut oleh Wajib Pajak badan yang bergerak dalam bidang produksi bahan bakar minyak, gas,
dan pelumas, harus disetor paling lama tanggal 10 sepuluh bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir.
12 PPh Pasal 22 yang pemungutannya dilakukan oleh Wajib Pajak badan tertentu sebagai Pemungut Pajak
harus disetor paling lama tanggal 10 sepuluh bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
13 PPN yang terutang atas kegiatan membangun sendiri harus disetor oleh orang pribadi atau badan yang
melakukan kegiatan membangun sendiri paling lama tanggal 15 lima belas bulan berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir.
13aPPN yang terutang atas pemanfaatan Barang Kena Pajak idak berwujud danatau Jasa Kena Pajak dari
luar Daerah Pabean harus disetor oleh orang pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak
idak berwujud danatau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean, paling lama tanggal 15 lima belas
bulan berikutnya setelah saat terutangnya pajak.
14 PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, harus disetor paling lama tanggal 7 tujuh bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir.
14aPPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh Pejabat Penandatangan Surat Perintah
Membayar sebagai Pemungut PPN, harus disetor pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran
kepada Pengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara.
15 PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh Pemungut PPN selain Bendahara
Pemerintah yang ditunjuk, harus disetor paling lama tanggal 15 lima belas bulan berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir.
16 PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
3b Undang-Undang KUP yang melaporkan beberapa Masa Pajak dalam satu Surat Pemberitahuan Masa,
harus dibayar paling lama pada akhir Masa Pajak terakhir.
17 Pembayaran masa selain PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat 3b Undang-Undang KUP yang melaporkan beberapa masa pajak dalam satu Surat
Pemberitahuan Masa, harus dibayar paling lama sesuai dengan batas waktu untuk masing-masing
jenis pajak.
Pasal 2A PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang dalam satu
Masa Pajak harus disetor paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir dan sebelum Surat
Pemberitahuan Masa PPN disampaikan. Pasal 3
Pasal 3 1 Dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran atau
penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur
Peraturan Menteri Keuangan No. 183PMK.032007 Peraturan Menteri Keuangan No. 183PMK.032007
291 290
termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan
pada hari kerja berikutnya.
2 Hari libur nasional sebagaimana dimaksud pada ayat 1 termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan
Pemilihan Umum yang ditetapkan oleh Pemerintah dan cui bersama secara nasional yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
Pasal 4 Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos
atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Pasal 5
1 Pembayaran dan penyetoran pajak harus dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana
administrasi lain yang disamakan dengan Surat Setoran Pajak.
2 Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berfungsi sebagai buki pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh
pejabat kantor penerima pembayaran yang berwenang atau apabila telah mendapatkan validasi.
3 Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor Transaksi
Penerimaan Negara NTPN.
Pasal 6 1 Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda buki
pemotongan atau tanda buki pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut
PPh seiap melakukan pemotongan atau pemungutan.
2 Pemotong PPh Pasal 21 atas penghasilan karyawan atau pegawai tetap, memberikan tanda buki pemotongan
paling lama 1 satu bulan setelah tahun kalender berakhir.
Pasal 7 1 Wajib Pajak orang pribadi atau badan, baik yang
melakukan pembayaran pajak sendiri maupun yang ditunjuk sebagai Pemotong atau Pemungut PPh,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1, ayat 2, ayat 3, ayat 4, ayat 5, ayat 6, ayat 7,
ayat 11, dan ayat 12 wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa paling lama 20 dua puluh hari
setelah Masa Pajak berakhir.
1a Pengusaha Kena Pajak wajib melaporkan PPN atau PPN dan PPnBM yang telah disetor sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat 13 dan ayat 13a, serta Pasal 2A, dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa PPN
ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan, paling lama akhir bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir.
1b Orang pribadi atau badan yang bukan Pengusaha Kena Pajak wajib melaporkan Pajak Pertambahan Nilai yang
telah disetor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 13 dengan menggunakan lembar keiga Surat Setoran
Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayahnya melipui tempat bangunan tersebut, paling lama akhir
bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
1c Orang pribadi atau badan yang bukan Pengusaha
Kena Pajak wajib melaporkan Pajak Pertambahan Nilai yang telah disetor sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat 13a dengan menggunakan lembar keiga Surat Setoran Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak yang
wilayahnya melipui tempat inggal orang pribadi atau tempat kedudukan badan tersebut, paling lama akhir
bulan berikutnya setelah saat terutangnya pajak.
2 Pemungut Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 9 wajib melaporkan hasil pemungutannya secara
mingguan paling lama pada hari kerja terakhir minggu berikutnya.
3 Pemungut Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 10 wajib melaporkan hasil pemungutannya
paling lama 14 empat belas hari setelah Masa Pajak berakhir.
3a Pemungut PPN wajib melaporkan PPN atau PPN dan PPnBM yang telah disetor sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat 14 dan ayat 15 ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Pemungut PPN terdatar paling lama
akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
Peraturan Menteri Keuangan No. 183PMK.032007 Peraturan Menteri Keuangan No. 183PMK.032007
293 292
4 Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 16 dan ayat 17 yang
melaporkan beberapa Masa Pajak dalam satu Surat Pemberitahuan Masa, wajib menyampaikan Surat
Pemberitahuan Masa paling lama 20 dua puluh hari setelah berakhirnya Masa Pajak terakhir.
Pasal 8 1 Surat Pemberitahuan Masa atau laporan hasil
pemungutan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat
Wajib Pajak, Pemotong Pajak atau Pemungut Pajak terdatar danatau dikukuhkan.
2 Dalam hal batas akhir pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 bertepatan dengan hari libur
termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
3 Hari libur nasional sebagaimana dimaksud pada ayat 1 termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan
Pemilihan Umum yang ditetapkan oleh Pemerintah dan cui bersama secara nasional yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
Pasal 9 Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan secara tertulis
untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak yang masih harus dibayar dalam Surat Tagihan Pajak, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan,
Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah
pajak yang terutang bertambah, serta Pajak Penghasilan Pasal 29, kepada Direktur Jenderal Pajak.
Pasal 10 1 Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9, harus diajukan paling lama 9 sembilan hari kerja sebelum saat jatuh tempo pembayaran utang pajak
berakhir disertai alasan dan jumlah pembayaran pajak yang dimohon diangsur atau ditunda.
2 Apabila ternyata batas waktu 9 sembilan hari kerja sebagaimana dimaksud pada ayat 1 idak dapat
dipenuhi oleh Wajib Pajak karena keadaan di luar kekuasaannya, permohonan Wajib Pajak masih
dapat diperimbangkan oleh Direktur Jenderal Pajak sepanjang Wajib Pajak dapat membukikan kebenaran
keadaan di luar kekuasaannya tersebut.
Pasal 11 1 Direktur Jenderal Pajak menerbitkan surat keputusan
atas permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 berupa menerima seluruhnya, menerima sebagian,
atau menolak, paling lama 7 tujuh hari kerja setelah tanggal diterimanya permohonan.
2 Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat 1 telah lewat, Direktur Jenderal Pajak idak memberi
suatu keputusan, permohonan Wajib Pajak dianggap diterima.
3 Surat keputusan sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 yang menerima seluruhnya atau sebagian, dengan jangka waktu masa angsuran atau penundaan
idak melebihi 12 dua belas bulan dengan memperimbangkan kesulitan likuiditas atau keadaan
di luar kekuasaan Wajib Pajak.
4 Terhadap utang pajak yang telah diterbitkan surat keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 atau
ayat 2 idak dapat lagi diajukan permohonan untuk mengangsur atau menunda pembayaran.
Pasal 12 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran
pajak, penyetoran dan pelaporan pajak, serta tata cara pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur
dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.
Pasal 13 Pada saat Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku,
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 541KMK.042000 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan
Penyetoran Pajak, Tempat Pembayaran Pajak, Tata Cara Pembayaran, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak, serta Tata
Cara Pemberian Angsuran atau Penundaan Pembayaran Pajak sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Peraturan Menteri Keuangan No. 183PMK.032007 Peraturan Menteri Keuangan No. 183PMK.032007
294
V
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 185 PMK.032007 Tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat
Pemberitahuan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 186 PMK.032007 Tentang Wajib Pajak Tertentu Yang Dikecualikan Dari
Pengenaan Sanksi Administrasi Berupa Denda Karena Tidak Menyampaikan Surat Pemberitahuan Dalam Jangka
Waktu Yang Ditentukan
Peraturan Menteri Keuangan No. 183PMK.032007
Menteri Keuangan Nomor 326KMK.032003, dicabut dan dinyatakan idak berlaku.
Pasal 14 Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal
1 April 2010. Agar seiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengumuman Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 5 April 2010
MENTERI KEUANGAN, td
SRI MULYANI INDRAWATI
297 296
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 185PMK.032007
TENTANG TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SURAT
PEMBERITAHUAN
MENTERI KEUANGAN, Menimbang
: bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat 5 Undang-Undang Nomor
6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan;
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262 sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2007 Nomor 85, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4740;
2. Keputusan Presiden Nomor 20P Tahun 2005;
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181PMK.032007 tentang Bentuk dan Isi
Surat Pemberitahuan, serta Tata Cara Pengambilan, Pengisian, Penandatanganan, dan Penyampaian Surat Pemberitahuan;
MEMUTUSKAN: Menetapkan
: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN
SURAT PEMBERITAHUAN. Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini, yang dimaksud dengan: 1. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, melipui pembayar
pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
2. Surat Pemberitahuan yang selanjutnya disebut SPT adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan
atau pembayaran pajak, objek pajak danatau bukan objek pajak, danatau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
3. Peneliian SPT adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan pengisian SPT dan lampiran-lampirannya termasuk
penilaian tentang kebenaran penulisan dan perhitungannya.
4. Perekaman SPT adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memasukkan semua unsur SPT ke dalam basis data perpajakan
dengan cara antara lain merekam, uploading, danatau memindai
scanning. Pasal 2
Terhadap SPT yang disampaikan oleh Wajib Pajak atau kuasanya dilakukan pengolahan yang melipui kegiatan:
a. Peneliian SPT; dan b. Perekaman SPT.
Pasal 3 1 Apabila berdasarkan Peneliian SPT sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 huruf a, SPT yang disampaikan Wajib Pajak atau kuasanya dinyatakan lengkap, kepada Wajib Pajak diberikan tanda buki
penerimaan SPT.
Peraturan Menteri Keuangan No. 185PMK.032007 Peraturan Menteri Keuangan No. 185PMK.032007
299 298
2 Apabila berdasarkan Peneliian SPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a, SPT yang disampaikan Wajib Pajak atau kuasanya
dinyatakan idak lengkap, kepada Wajib Pajak diberikan kesempatan untuk memenuhi kelengkapan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Pasal 4 Terhadap SPT yang sudah diberikan tanda buki penerimaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat 1, dilakukan Perekaman SPT.
Pasal 5 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara peneliian, pengelompokan,
perekaman, dan pengelolaan SPT diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.
Pasal 6 Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari
2008.
Agar seiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Desember 2007
MENTERI KEUANGAN, td
SRI MULYANI INDRAWATI
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 186PMK.032007
TENTANG WAJIB PAJAK TERTENTU YANG DIKECUALIKAN DARI PENGENAAN
SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA KARENA TIDAK MENYAMPAIKAN SURAT PEMBERITAHUAN DALAM JANGKA WAKTU
YANG DITENTUKAN
MENTERI KEUANGAN, Menimbang
: bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat 2 huruf h Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2009, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Wajib Pajak Tertentu yang Dikecualikan dari Pengenaan Sanksi Administrasi Berupa Denda karena
Tidak Menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam Jangka Waktu yang Ditentukan;
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4740;
2. Keputusan Presiden Nomor 20P Tahun 2005;
MEMUTUSKAN: Menetapkan
: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG WAJIB PAJAK TERTENTU YANG
DIKECUALIKAN DARI PENGENAAN SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA KARENA TIDAK MENYAMPAIKAN SURAT PEMBERITAHUAN DALAM JANGKA WAKTU YANG
DITENTUKAN.
Pasal 1 1
Terhadap Wajib Pajak yang idak menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat 3 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2007 atau paling lama pada batas waktu perpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat 4 Undang-
Peraturan Menteri Keuangan No. 186PMK.032007 Peraturan Menteri Keuangan No. 185PMK.032007
301 300
Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, dikenai sanksi administrasi berupa denda
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 1 Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2009.
2 Pengenaan sanksi administrasi berupa denda sebagaimana dimaksud pada ayat 1 idak dilakukan
terhadap: a. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal
dunia; b. Wajib Pajak orang pribadi yang sudah idak
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas; c. Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai
warga negara asing yang idak inggal lagi di Indonesia;
d. Bentuk Usaha Tetap yang idak melakukan kegiatan lagi di Indonesia;
e. Wajib Pajak badan yang idak melakukan kegiatan usaha lagi tetapi belum dibubarkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku; f.
Bendahara yang idak melakukan pembayaran lagi;
g. Wajib Pajak yang terkena bencana, yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan; atau h. Wajib Pajak lain.
Pasal 2 1 Wajib Pajak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal
1 ayat 2 huruf h adalah Wajib Pajak yang idak dapat menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam jangka waktu
yang telah ditentukan karena keadaan antara lain: a. kerusuhan massal;
b. kebakaran; c. ledakan bom atau aksi terorisme;
d. perang antarsuku; atau e. kegagalan sistem komputer administrasi penerimaan
negara atau perpajakan. 2 Penetapan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat
1 dilakukan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak. Pasal 3
Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2008.
Agar seiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Menteri Keuangan ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Desember
2007
MENTERI KEUANGAN, td
SRI MULYANI INDRAWATI
Peraturan Menteri Keuangan No. 186PMK.032007 Peraturan Menteri Keuangan No. 186PMK.032007
302
VI
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187 PMK.032007 Tentang Jangka Waktu Pelunasan Surat Tagihan
Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, dan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Serta Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, dan Putusan Peninjauan Kembali,
Yang Menyebabkan Jumlah Pajak Yang Harus Dibayar Bertambah Bagi Wajib Pajak Usaha Kecil dan Wajib Pajak
di Daerah Tertentu
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 16 PMK.032011 Tentang Tata Cara Penghitungan Dan Pengembalian
Kelebihan Pembayaran Pajak
Peraturan Menteri Keuangan No. 185PMK.032007
305 304
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 187PMK.032007
TENTANG JANGKA WAKTU PELUNASAN SURAT TAGIHAN PAJAK, SURAT
KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR, DAN SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR TAMBAHAN, SERTA SURAT KEPUTUSAN
PEMBETULAN, SURAT KEPUTUSAN KEBERATAN, PUTUSAN BANDING, DAN PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI,
YANG MENYEBABKAN JUMLAH PAJAK YANG HARUS DIBAYAR BERTAMBAH
BAGI WAJIB PAJAK USAHA KECIL DAN WAJIB PAJAK DI DAERAH TERTENTU
MENTERI KEUANGAN, Menimbang
: bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 9 ayat 3a Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2009, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Jangka Waktu Pelunasan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, dan
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, serta Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, dan Putusan Peninjauan Kembali,
yang Menyebabkan Jumlah Pajak yang Harus Dibayar Bertambah Bagi Wajib Pajak Usaha Kecil dan Wajib Pajak di Daerah Tertentu;
Mengingat :
a. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3262 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2007 Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4740;
b. Keputusan Presiden Nomor 20P Tahun 2005;
MEMUTUSKAN: Menetapkan
: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG JANGKA WAKTU PELUNASAN SURAT
TAGIHAN PAJAK, SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR, DAN SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR TAMBAHAN, SERTA SURAT KEPUTUSAN PEMBETULAN,
SURAT KEPUTUSAN KEBERATAN, PUTUSAN BANDING, DAN PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI, YANG MENYEBABKAN JUMLAH PAJAK YANG HARUS DIBAYAR BERTAMBAH
BAGI WAJIB PAJAK USAHA KECIL DAN WAJIB PAJAK DI DAERAH TERTENTU.
Pasal 1 1 Jangka waktu pelunasan Surat Tagihan Pajak, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, dan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, serta Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, dan Putusan Peninjauan Kembali yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, paling lama 1 satu bulan sejak tanggal
penerbitan.
2 Bagi Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di daerah tertentu, jangka waktu pelunasan sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 dapat diperpanjang menjadi paling lama 2 dua bulan sejak tanggal penerbitan.
Pasal 2 1 Wajib Pajak usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 ayat 2 terdiri dari Wajib Pajak orang pribadi dan Wajib Pajak badan.
2 Wajib Pajak orang pribadi usaha kecil sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus memenuhi kriteria
sebagai berikut: a. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri; dan
b. menerima atau memperoleh peredaran usaha dari kegiatan usaha atau menerima penerimaan
bruto dari pekerjaan bebas dalam Tahun Pajak sebelumnya idak lebih dari Rp600.000.000,00
enam ratus juta rupiah.
3 Wajib Pajak badan usaha kecil sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. modal Wajib Pajak badan 100 seratus persen dimiliki oleh Warga Negara Indonesia;
Peraturan Menteri Keuangan No. 187PMK.032007 Peraturan Menteri Keuangan No. 187PMK.032007
307 306
b. menerima atau memperoleh peredaran usaha dalam Tahun Pajak sebelumnya idak lebih dari
Rp900.000.000,00 sembilan ratus juta rupiah. Pasal 3
Wajib Pajak di daerah tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat 2 adalah Wajib Pajak yang tempat
inggal, tempat kedudukan, atau tempat kegiatan usahanya berlokasi di daerah tertentu yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pajak.
Pasal 4 Ketentuan lebih lanjut mengenai jangka waktu pelunasan dan
pengaturan daerah tertentu diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.
Pasal 5 Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal
1 Januari 2008.
Agar seiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Menteri Keuangan ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Desember 2007
MENTERI KEUANGAN, td
SRI MULYANI INDRAWATI PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 16PMK.032011 TENTANG
TATA CARA TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
MENTERI KEUANGAN, Menimbang
: a.
bahwa guna meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak dan memberikan kepastian hukum dalam rangka penghitungan dan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak yang meliputi Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai. Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Bumi dan Bangunan, perlu
dilakukan penyempurnaan terhadap ketentuan yang mengatur mengenai tata cara penghitungan dan pengembalian kelebihan pembayaran pajak;
b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 23 Undang-Undang Nomor 12 TAHUN 1985
tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1994 mengatur bahwa terhadap ketentuan yang tidak
diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 TAHUN 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 TAHUN
1994, berlaku ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 6 TAHUN 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 TAHUN 2009; c.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 11 ayat 4 Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 16 TAHUN 2009, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Penghitungan dan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak;
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262 sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 85, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4740;
Peraturan Menteri Keuangan No. 16PMK.032011 Peraturan Menteri Keuangan No. 187PMK.032007
309 308
2. Undang-Undang Nomor 7 TAHUN 1983 tentang Pajak Penghasilan Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3263, sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 TAHUN 2008 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 133, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4893; 3.
Undang-Undang Nomor 8 TAHUN 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264 sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5069; 4.
Undang-Undang Nomor 12 TAHUN 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 TAHUN 1994 Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3569;
5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286;
6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 80 TAHUN 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Hak dan Kewajiban Perpajakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 TAHUN 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 TAHUN 2007 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 169, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4797; 8.
Keputusan Presiden Nomor 56P Tahun 2010; 9.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99PMK.062006 tentang Modul Penerimaan Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 37PMK.052007; MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK. .
BAB I KETENTUAN UMUM