Logo Milanisti Indonesia Sezione Bandung (Analisis Semiotika Charles Sander Pierce Mengenai Logo Milanisti Indonesia Sezione Bandung)
LOGO MILANISTI INDONESIA SEZIONE BANDUNG
(Analisis Semiotika Charles Sander PierceMengenai Logo Milanisti Indonesia Sezione Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana pada
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia
Oleh,
NUKY MAULANA NIM. 41807821
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KOSENTRASI HUMAS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
(2)
v ABSTRAK
LOGO MILANISTI INDONESIA SEZIONE BANDUNG
ANALISIS SEMIOTIKA CHARLES SANDER PIERCE MENGENAI LOGO MILANISTI INDONESIA SEZIONE BANDUNG
Oleh :
NUKY MAULANA NIM : 41807821
Skripsi ini dibawah bimbingan : Dr. Hj. Ani Yuningsih, Dra., M.Si
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Analisis Semiotika Charles Sander Pierce Mengenai Logo Milanisti Indonesia Sezione Bandung. Sehingga peneliti mencoba untuk menganalisis dari tanda, objek dan interpretan mengenai logo Milanisti Indonesia sezione Bandung.
Tipe penelitian ini adalah kualitatif, Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dengan analisis semiotika. Sebagian besar penelitian ini adalah murni analisis dari peniliti sendiri dengan wawancara sebagai data sekunder serta didukung oleh studi pustaka yang dapat mendukung dalam penelitian ini. Untuk pnentuan informannya adalah Ketua Milanisti Indonesia sezione Bandung dan salah satu pengurus Milanisti Indonesia sezione Bandung. Penentuan informan dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Hasil dari penelitian ini adalah Tanda dari logo Milanisti Indonesia sezione Bandung adalah keseluruhan dari semua tanda-tanda yang ada di dalam elemen-elemen dasar milanisti Bandung yang memiliki makna ikatan dan simbolisasi persaudaraan yang erat, Objek dari logo Milanisti Indonesia sezione Bandung suatu tanda yang ada didalam benak pemikiran dari pembuat logo untuk menciptakan sebuah logo baru dan Interpretan dari logo Milanisti Indonesia sezione Bandung adalah suatu bentuk pemaknaan dari segala proses pencapaian arti yang disampaikan oleh suatu bentuk tanda, dan elemen-elemen yang terdapat dalam logo ini adalah yang diinterpretankan yaitu logo Milanisti Indonesia sezione Bandung.
Hasil kesimpulan ini Analisis Semiotik dari logo Milanisti Indonesia sezione Bandung merupakan suatu bentuk penganalisaan terhadap suatu bentuk elemen-elemen yang terbagi akan 3 komponen, yaitu tanda, objek, dan interpretan.
Saran dari penelitian ini agar lebih memahami apa itu arti dari sebuah logo termasuk pemaknaan di dalam setiap elemen-elemen dasar dari logo tersebut.
(3)
vi ABSTRACT
LOGO OF MILANISTI INDONESIA SEZIONE BANDUNG
ANALYSIS SEMIOTICS CHARLES SANDER PIERCE CONCERNING LOGO OF MILANISTI INDONESIA SEZIONE BANDUNG
By
NUKY MAULANA NIM : 41807821
This research under guidance : Dr. Hj. Ani Yuningsih, Dra., M.Si
Intention of this research is to know Analysis of Semiotics Charles Sander Pierce Concerning Logo of Milanisti Indonesia of Sezione Bandung. So that researcher try to analyse from sign, and object of interpretan concerning logo of Milanisti Indonesia of sezione Bandung.
This Research type is qualitative, Research method used by researcher in executing this research that is approach qualitative with analysis of semiotika. Most this research is purification analyse from researcher alone with interview as data of sekunder is and also supported by book study able to support in this research. For the determination of its informan is Chief of Milanisti Indonesia of sezione Bandung and one of the official member of Milanisti Indonesia of sezione Bandung. Determination of informan by using technique of purposive sampling.
Result of this research is Sign of logo of Milanisti Indonesia of sezione Bandung is the overall of from all marking exist in in elementary elements of Bandung milanisti owning tying meaning and hand in glove brotherhood symbolizing, Object of logo of Milanisti Indonesia of sezione Bandung an existing sign in idea marrow of maker of logo to create a new logo and Interpretan of logo of Milanisti Indonesia of sezione Bandung is an form of meaning from all process attainment of meaning submitted/sent by an sign form, and elements which there are in this logo is which is interpretation that is logo of Milanisti Indonesia of sezione Bandung.
Conclusion of research of Analysis of Semiotict of logo of Milanisti Indonesia sezione Bandung represent an analysing form to an divided elements form will 3 component, that is sign, object, and interpretan.
Research Suggestion so that more what comprehending that the meaning of a logo of[is including meaning in each every elementary elements of logo.
(4)
vi
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat illahi Rabbi, Tuhan Semesta Alam, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga Skripsi ini dapat selesei tepat waktu.
Skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan jenjang pendidikan Strata Satu Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia dengan judul “Logo Milanisti Indonesia Sezione Bandung (Analisis Semiotika Charles Sander Pierce Mengenai Logo Milanisti Indonesia Sezione Bandung).” dengan didukung oleh data-data kepustakaan.
Dengan penuh kesadaran diri dan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih terdapat kekurangan yang disebabkan karena keterbatasan pengalaman dan kemampuan penulis. Penulis menyadari pula bahwa penyusunan skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak terutama kepada kedua orang tua atas doa dan dukungan moril maupun materil yang tak pernah ada habisnya. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :
1. Yth. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah mengeluarkan surat pengantar untuk penelitian skripsi dan menandatangani lembar pengesahan.
2. Yth. Drs. Manap Solihat, M.Si, selaku Ketua Jurusan Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang memberikan pengarahan peneliti melaksanakan penelitian skripsi dan telah memberikan pengesahan pada skripsi untuk disidangkan.
(5)
vii
3. Yth. Dr. Ani Yuningsih, Dra., M.Si, yang membimbing peneliti selama penyusunan skripsi ini dan tidak henti-hentinya memberikan arahan, serta saran dan kritik yang membangun kepada peneliti selama bimbingan.
4. Yth. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Ilmu Komunikasi UNIKOM yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama menjalani perkuliahan khususnya Bpk. Sangra Juliano P, S.I.Kom sebagai dosen wali bagi peneliti.
5. Yth. Ibu Ratna Widiastuti., Amd dan Ibu Astri Ikawati., Amd.Kom yang telah membantu peneliti dalam administrasi selama berkuliah di UNIKOM dan selama proses penyususnan skripsi
6. Yth. Kang Anggi Doli Wiranata sebagai Ketua Milanisti Indonesia Sezione Bandung yang telah mengijinkan peneliti untuk meneliti tentang Logo Milanisti Bandung.
7. Yth. Kang Adji sebagai Div. Marchendise Milanisti Indonesia Sezione Bandung yang telah membantu peneliti dalam memberikan informasi seputar Logo Milanisti.
8. Oki Wiriawan dan Andri Irawan kakak-kakakku tercinta yang selalu memberikan semangat doa, dukungan dan nasihatnya.
9. Sahabat-sahabat peneliti Anggi, Ryan, Dikar, Ardi, Rengga, Indra Nugraha dan Fery untuk dukungan doa, kebersamaan, kekompakan dan persahabatan selama kurang lebih empat tahun yang sangat luar biasa.
10. Untuk teman-teman IK-H1 khususnya Harry, Donny, Affandy, Aziz untuk pertemanannya dan segala bantuannya selama kuliah dan untuk teman-teman IK-5, IK-H2, IK-H3 dan IK-J terimakasih semuanya.
11. Seseorang yang selalu menyemangati, memberikan dukungan, doa dan nasihatnya Santy Nurhayaty yang tak pernah lelah memberikan dukungan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
(6)
viii
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih diperlukan penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan penyusunan skripsi ini.
Oleh karena itu peneliti berharap dan berterima kasih atas segala saran dan kritik dari pembaca. Serta menerima saran dan kritik tersebut dengan hati terbuka. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Bandung, Agustus 2012
(7)
x DAFTAR ISI Hal LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERSEMBAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN...
1.1 Latar Belakang Masalah... 1.2 Rumusan Masalah... 1.2.1 Pertanyaan Makro... 1.2.2 Pertanyaan Mikro... 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian... 1.3.1 Maksud Penelitian... 1.3.2 Tujuan Penelitian... 1.4 Kegunaan Penelitian...
1.4.1 Kegunaan Teoritis... i ii iii iv v vi vii x xv xvi 1 1 7 7 8 8 8 8 9 9
(8)
xi
Hal 1.4.2 Kegunaan Praktis...
1.4.2.1Kegunaan Bagi Peneliti... 1.4.2.2Kegunaan Bagi Universitas... 1.4.2.3Kegunaan Bagi Masyarakat...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 2.1 Tinjauan Pustaka... 2.1.1 Penelitian Terdahulu... 2.1.1.1 Skripsi Reza Pratama Universitas Komputer
Indonesia 2010... 2.1.2 Pengertian Komunikasi... 2.2 Logo dan Filosofinya... 2.2.1 Logo Sesuai Unsur Pembentuknya... 2.2.2 Ciri-Ciri Logo Yang Efektif... 2.2.3 Filosofi dan Makna Gambar... 2.3 Tinjauan Mengenai Semiotik... 2.3.1 Pengertian Semiotik... 2.3.2 Macam-Macam Semiotik... 2.3.3 Tanda dan Makna Dalam Semiotik... 2.3.3.1 Tanda... 2.3.3.1.1 Kategori-kategori Tanda... 2.3.3.2 Makna Semiotik...
9 9 9 9 10 10 10 11 12 17 18 19 20 21 21 25 26 26 27 28
(9)
xii
Hal 2.3.4 Semiotika Komunikasi Visual... 2.4 Semiotika Charles Sander Pierce... 2.5 Kerangka Pemikiran...
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN... 3.1 Sejarah Milanisti Indonesia... 3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Milanisti Indonesia... 3.1.2 Perkembangan Milanisti Indonesia... 3.1.3 Sejarah Milanisti Di Kota Bandung... 3.1.4 Pengakuan Resmi Dari AC.Milan... 3.1.5 Visi Misi Milanisti Indonesia... 3.1.6 Daftar Kepengurusan Milanisti Indonesia Sezione
Bandung... 3.2 Metode Penelitian... 3.2.1 Desain Penelitian... 3.2.2 Teknik Pengumpulan Data... 3.2.3 Teknik Penentuan Informan... 3.2.4 Teknik Analisis Data... 3.2.5 Uji Keabsahan Data... 3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian... 3.3.1 Lokasi Penelitian... 3.3.2 Waktu Penelitian...
30 31 33 39 39 39 41 42 44 45 46 47 47 49 50 51 53 54 54 55
(10)
xiii
Hal BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...
4.1 Deskripsi Data Informan... 4.2 Deskripsi Hasil Penelitian...
4.2.1 Tanda Dari Logo Milanisti Indonesia sezione Bandung... 4.2.1.1 Makna Ikon Dari Logo Milanisti Indonesia
Sezione Bandung... 4.2.1.2 Makna Index Dari Logo Milanisti Indonesia
Sezione Bandung... 4.2.1.3 Makna Simbol Dari Logo Milanisti Indonesia
Sezione Bandung... 4.2.2 Objek Dari Logo Milanisti Indonesia sezione Bandung
4.2.2.1 Konsep Dari Logo Milanisti Indonesia sezione Bandung... 4.2.2.2 Abstraksi Dari Logo Milanisti Indonesia
Sezione Bandung... 4.2.2.2 Arti Dari Logo Milanisti Indonesia Sezione Bandung... 4.2.3 Interpretan Dari Logo Milanisti Indonesia sezione
Bandung... 4.2.3.1 Rheme Dari Logo Milanisti Indonesia sezione Bandung... 57 57 60 60 60 63 64 66 68 70 72 73 75
(11)
xiv
Hal 4.2.3.2 Dicent Sign Dari Logo Milanisti Indonesia
Sezione Bandung... 4.2.3.3 Argument Dari Logo Milanisti Indonesia
Sezione Bandung... 4.2.4 Analisis Semiotik Dari Logo Milanisti Indonesia
Sezione Bandung... 4.3 Pembahasan...
4.3.1 Makna Denotatif dan konotatif Logo Milanisti Indonesia sezione Bandung...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 5.1 Kesimpulan... 5.2 Saran... 5.2.1 Saran Bagi Masyarakat... 5.2.2 Saran Bagi Milanisti Indonesia sezione Bandung... 5.2.3 Saran Bagi Mahasiswa...
DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN-LAMPIRAN... DAFTAR RIWAYAT HIDUP...
76
76
76 78
79
88 88
89 89 90
91 93 107
(12)
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Logo atau tanda gambar (picture mark) merupakan identitas yang dipergunakan untuk menggambarkan citra dan karakter suatu lembaga atau perusahaan maupun organisasi. Logotype atau tanda kata (word mark) merupakan nama lembaga, perusahaan, atau produk, yang tampil dalam bentuk tulisan yang khusus untuk menggambarkan ciri khas secara komersial.
Pada prinsipnya, logo merupakan simbol yang mewakili sosok, wajah, atau eksistensi suatu perusahaan atau produk dari sebuah perusahaan. Selain membangun citra perusahaan, logo juga sering kali dipergunakan untuk membangun spirit secara internal diantara komponen yang ada dalam perusahaan tersebut. Sebuah logo yang baik dan berhasil akan dapat menimbulkan sugesti yang kuat, membangun kepercayaan, rasa memiliki, dan menjaga image perusahaan pemilik logo itu. Selanjutnya, logo bahkan dapat menjalin kesatuan dan solidaritas diantara anggota keluarga besar perusahaan itu yang akhirnya mampu meningkatkan prestasi dan meraih sukses demi kemajuan perusahaan.
Secara visualisasi, logo adalah suatu gambar. Gambar itu bisa berupa berbagai unsur bentuk dan warna. Oleh karena sifat dari apa yang diwakili oleh logo berbeda satu sama lain, maka seyogyanya logo itu memiliki bentuk yang berbeda pula.
(13)
2
Penggunaan logo yang dikenal saat ini awalnya hanyalah sekedar berupa lambang, simbol, atau maskot yang merupakan identitas suatu kelompok, suku, bangsa, atau negara. Suku-suku bangsa di masa lalu sering menggunakan maskot binatang seperti beruang, burung, rajawali, dan kuda sebagai simbolik mereka. Maskot-maskot tadi diambil dari apa saja yang dikagumi di sekeliling mereka. Pengertian logo secara bahasa adalah suatu huruf atau lambang (gambar) yang mengandung makna, terdiri atas satu kata atau lebih sebagai lambang atau nama perusahaan dan lain sebagainya. Suatu perusahaan, organisasi-organisasi, lembaga pendidikan, pemerintahan dan lain-lain termasuk klub sepakbola pun, pasti membutuhkan sebuah simbol sebagai pengenal yang dapat dengan mudah dikenal masyarakat.
Logo merupakan elemen yang sangat penting untuk sebuah perusahaan atau badan-badan lainnya. Didalam logo-pun terdapat arti dan tujuan dari yang memakainya, baik dari warnanya, gambarnya, tulisannya maupun pembuatannya. Pengertian logo menurut Philip Kotler dalam buku Marketing (941:1991) :
”logo adalah bagian merk yang bisa dikenal dan tak terucapkan misalnya, symbol
rancangan atau warna dan huruf yang berbeda dengan yang lain.”
Logo bisa diibaratkan dengan wajah. Setiap orang bisa dengan mudah dikenali antara satu dengan yang lain hanya dengan melihat wajah. Begitu juga halnya dengan logo. Logo merupakan sebuah visi penyampaian citra positif melalui sebuah tampilan sederhana dalam bentuk simbol.
Begitu pula dengan logo Milanisti Indonesia. Logo atau lambang ini dibentuk atas rasa kecintaan terhadap AC.Milan sebagai klub besar yang memilki sejarah
(14)
3
besar sebagai salah satu raksasa seri A, Eropa, dan tim yang paling banyak meraih tropi internasional. Milanisti sejati selalu setia mendukung Rossoneri dalam keadaan susah maupun senang.
Supporter sepakbola selalu mendirikan komunitas khusus bagi penggemar klub sepakbola tertentu yang meraka kagumi. Termasuk memiliki logo khusus untuk menandai keberadaan supporter tersebut. Namun kebanyakan supporter sepakbola, baik itu di Indonesia atau d luar negeri termasuk Eropa, mereka terlalu mengadopsi logo untuk fans klub tersebut mirip dengan logo tim kesayangan mereka sendiri. Mereka sedikit merubah kompisisi logo tersebut dengan yang baru sehingga logo tersebut menjadi identitas supporter tim kesyangan mereka. Berbeda dengan Milanisti Indonesia, awalnya mereka memang menggunakan logo dari AC.Milan sendiri untuk digunakan sebagai identitas supporter meraka sendiri. Namun dengan seiring berjalannya waktu, Milanisti Indonesia merubah logo tersebut dan menciptakan sebuah logo baru untuk kelompok supporter AC.Milan yang ada di Indonesia. Logo tersebut jauh dari bayang-bayang atau kemiripan dari logo AC.Milan itu sendiri, namun meraka tidak menghilangkan filosofi atau ciri khas dari klub tersebut.
Sebagai perbandingan, penulis sempat mencari logo supporter sepakbola di Indonesia yang menyukai klub-klub sepakbola papan atas di Eropa seperti Barcelona dan Chelsea. Mereka menggunakan logo fans mereka sendiri tidak jauh dari logo tim kesayangan meraka.
Bila dilihat dari kedua logo supporter tersebut, penulis melihat bahwa dari kedua supporter tersebut logo mereka tidak jauh dari lambang atau logo dari tim
(15)
4
kesayangan mereka masing-masing. Barcelona Indonesia adalah supporter Barcelona yang ada di Indonesia, mereka sedikit merubah komposisi logo tersebut dengan memasukan bendera negara Indonesia di pojok kiri atas logo tersebut dan menuliskan FCBI (Fans Club Barcelona Indonesia) di tengah logo tersebut. Memang logo tersebut sudah bisa mewakili ciri dari menandakan suatu keberadaan supporter tersebut, namun tidak ada karakteristik tersendiri dari logo tersebut. Sedangkan untuk supporter Chelsea, mereka hanya menggunakan tulisan sebagai logo atau identitas untuk supporter mereka sendiri. Mereka hanya memasukan gambar singa di tengah-tengah tulisan agar lebih meyakinkan bahwa mereka adalah supporter Chelsea. Gambar singa tersebutpun sudah ada di dalam logo tim meraka sendiri. Artinya dari kedua supporter tersebut, logo mereka tidak jauh dari lambang atau logo dari tim kesayangan mereka masing-masing.
Berbeda dengan Milanisti Indonesia, mereka menggunakan logo sendiri dan menciptakan sendiri logo tersebut untuk menandakan keberadaan meraka di Indonesia sebagai fans klub yang memiliki loyalitas yang tinggi terhadap klub kesayangan mereka. Inilah salah satu keunikan yang dimiliki oleh Milanisti Indonesia yang membuat penulis tertarik untuk menjadikan suatu karya ilmiah yang dapat diteliti dan mengungkapkan apa makna di balik sebuah logo supporter Milanisti Indonesia. Berikut adalah gambar logo Milanisti Indonesia :
(16)
5
Gambar 1.1 Logo Milanisti Indonesia
Sumber : milanisti.or.id
Milanisti Indonesia menyebar di seluruh wilayah Indonesia. Termasuk logo Milanisti itu sendiri, mereka membuat logo yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik daerah atau kota masing-masing fans klub milanisti yang ada di Indonesia. Di sinilah keunikan dan daya kreatifitas milanisti dalam membuat atau menciptakan sebuah logo baru bagi para milanisti yang berada di Indonesia dalam membedakan logo dengan fans-fans klub lain yang ada di indonesia.
(17)
6
Gambar 1.2
Logo Milanisti Di Berbagai Kota
Sumber : milanisti.or.id
Di kota Bandung pun, milanisti memiliki logo yang berbeda dengan logo Milanisti Indonesia itu sendiri maupun dengan logo milanisti yang ada di kota-kota besar di seluruh Indonesia. Namun semua perbedaan itu membuat milanisti di seluruh Indonesia semakin bersatu dan dapat mempererat tali persaudaraan. Setiap logo milanisti yamg ada di Indonesia, tidak terlepas dari logo dasar milanisti Indonesia itu sendiri, namun ada beberapa konten yang di tambah ataupun menambah inovasi baru di setiap logo milanisti itu sendiri.
Khusus di kota Bandung, penulis tertarik untuk mengukapkan sebuah makna dan arti dari logo milanisti itu sendiri. Kota Bandung merupakan kota yang penuh akan kreatifitas yang tinggi, sehingga penulis menjatuhkan pilihan kepada logo milanisti Indonesia yang ada di Kota Bandung untuk di teliti dan mengungkapkan makna di balik sebuah logo Milanisti Bandung.
(18)
7
Berikut adalah gambar logo Milanisti Bandung :
Gambar 1.3 Logo Milanisti Bandung
Sumber : milanisti.or.id
Untuk menganalisis sebuah makna yang terkandung dalam sebuah logo, dapat diteliti melalui sebuah studi analisis data kualitatif, berupa Analisis Semiotika.
1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Makro
Analisis Semiotika Charles Sander Pierce Mengenai Logo Milanisti Indonesia Sezione Bandung.
(19)
8
1.2.2 Mikro
Berdasarkan rumusan masalah secara makro maka rumusan masalah secara khusus pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana representasi logo Milanisti Indonesia Sezione Bandung? 2. Bagaimana objek logo Milanisti Indonesia Sezione Bandung? 3. Bagaimana interpretan logo Milanisti Indonesia Sezione Bandung? 4. Bagaimana analisis semiotik logo Milanisti Indonesia Sezione Bandung?
1.3 Maksud dan Tujuan penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana analisis semiotika mengenai makna desain logo milanisti bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui representasi logo Milanisti Indonesia Sezione Bandung. 2. Untuk mengetahui objek logo Milanisti Indonesia Sezione Bandung. 3. Untuk mengetahui interpretan logo Milanisti Indonesia Sezione Bandung. 4. Untuk mengetahui analisis semiotik logo Milanisti Indonesia Sezione Bandung.
(20)
9
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya dan diharapkan dapat menunjang perkembangan di bidang ilmu komunikasi, khususnya dalam perkembangan komunikasi visual.
1.4.2 Kegunaan Praktis 1.4.2.1Kegunaan Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti, khususnya dalam memahami analisis semiotika mengenai makna desain logo milanisti bandung.
1.4.2.2Kegunaan Bagi Universitas / Lembaga
Bagi universitas, khususnya Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas UNIKOM, penelitian ini dapat dijadikan literatur, dalam menambah wawasan, dan masukan bagi peneliti lain.
1.4.2.3Kegunaan Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan juga bisa menjadi pengetahuan baru bagi masyarakat luas berkenaan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
(21)
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka bertujuan untuk menjelaskan teori yang relevan dengan masalah yang diteliti tinjauan pustaka berisikan tentang data-data sekunder yang peneliti peroleh dari jurnal-jurnal ilmiah atau hasil penelitian pihak lain yang dapat dijadikan asumsi-asumsi yang memungkinkan terjadinya penalaran untuk menjawab masalah yang diajukan peneliti. adapun hasil dari pengumpulan yang telah peneliti dapatkan selama penelitian dan peneliti menguraikannya sebagai berikut :
2.1.1 Penelitian Terdahulu
Dalam tinjauan pustaka, peneliti mengawali dengan menelaah penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan serta relevansi dengan penelitian yang dilakukan. Dengan demikian, peneliti mendapatkan rujukan pendukung, pelengkap serta pembanding yang memadai sehingga penulisan skripsi ini lebih memadai.
Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat kajian pustaka berupa penelitian yang ada. Selain itu, karena pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang menghargai berbagai perbedaan yang ada serta cara pandang mengenai objek-objek tertentu,
(22)
11
sehingga meskipun terdapat kesamaan maupun perbedaan adalah suatu hal yang wajar dan dapat disinergikan untuk saling melengkapi.
2.1.1.1 Skripsi Reza Pratama, Universitas Komputer Indonesia, Bandung, 2010
Dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Semiotik Lambang-Lambang (Emoticon) Dalam Kegiatan Chating Di Yahoo! Messenger Bagi Para Penggunanya”. Reza menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis semiotika Charles Sander Pierce. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tanda lambang-lambang (Emoticon) dalam kegiatan chating di Yahoo! Messenger bagi para penggunanya, untuk mengetahui objek lambang-lambang (Emoticon) dalam kegiatan chating di Yahoo! Messenger bagi para penggunanya, untuk mengetahui interpretan lambang-lambang (Emoticon) dalam kegiatan chating di Yahoo! Messenger bagi para penggunanya dan untuk mengetahui analisis semiotik lambang-lambang (emoticon) dalam kegiatan chating di Yahoo! Messenger bagi para penggunanya. Hasil dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tanda lambang-lambang (emoticon) dalam kegiatan chating di Yahoo! Messenger bagi para penggunanya, dimana tanda emoticon disini sebagai suatu lambang yang diberi emosi dalam visualisasinya dan disisipkan kedalam pesan dan dimaknai seletah
(23)
12
dihubungkan emosi pengguna dengan lambangnya, dan lambang yang disisipkan itu dimaknai secara bersama-sama dalam suatu bentuk pesan yang memiliki suatu arti disetiap pesannya.
Objek lambang-lambang (emoticon) dalam kegiatan chating di Yahoo! Messenger bagi para penggunanya, objek emoticon yaitu mengacu kepada suatu yang lain. Diawali dengan pemahaman akan suatu emoticon yang disisipkan sehingga proses dari pemunculan emoticon itu dimaknai dan mempunyai arti dalam lambang yang disisipkan didalam pesan yang disampaikan.
Interpretan lambang-lambang (emoticon) dalam kegiatan chating di Yahoo! Messenger bagi para penggunanya, dalam pemilihan emoticon yang tersedia didasarkan pada kenyataan penggunanya dimana kenyataan dalam pencapaian makna akan suatu emoticon yang disisipkan itu beralasan disetiap isi pesanya. Analisis semiotik lambang-lambang (emoticon) dalam kegiatan chating di Yahoo! Messenger bagi para penggunanya merupakan suatu bentuk penganalisaan terhadap suatu bentuk emoticon yang terbagi akan 3 komponen, yaitu tanda (sign), objek (object), dan interpretan (interpretant).
2.1.2 Pengertian Komunikasi
Dalam Mulyana dijelaskan, kata komunikasi atau communications dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti sama
(24)
13
,communico, communication, atau communicare yang berarti membuat sama (to make common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yangmirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. (Mulyana, 2007:46)
Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari bahasa latin atau communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah satu makna. Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang di komunikasikan, yakni baik si penerima maupun si pengirim sepaham dari suatu pesan tertentu (Effendy,2002: 9)
Banyak definisi komunikasi diungkapkan oleh para ahli dan pakar komunikasi seperti yang diungkapkan oleh Carl. I. Hovland yang dikutip oleh Onong Uchana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi teori dan Praktek , ilmu komunikasi adalah Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap (Effendy, 2001: 10)
Hovland juga mengungkapkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan hanya penyampaian informasi melainkan juga pembentukan pendapat umum (Public Opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting.Dalam pengertian khusus komunikasi, Hovland
(25)
14
yang dikutip dari Onong Uchana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek mengatakan bahwa komunikasi Adalah Proses mengubah perilaku orang lain (communication is the procces to modify the behaviour of other individuals)
Jadi dalam berkomunikasi bukan sekedar memberitahu, tetapi juga berupaya mempengaruhi agar seseorang atau sejumlah orang melakukan kegiatan atau tindakan yang diinginkan oleh komunikator, akan tetapi seseorang akan dapat mengubah sikap pendapat atau perilaku orang lain, hal ini bisa terjadi apabila komunikasi yang disampaikan bersifat komunikatif yaitu komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan harus benar-benar dimengerti dan dipahami oleh komunikan untuk mencapai tujuan komunikasi yang komunikatif. (Effendy, 2001:10)
Menurut Willbur Schramn, seorang ahli ilmu komunikasi kenamaan dalam karyanya Communication Research In The United States menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (Frame of Reference) yakni panduan pengalaaman dan pengertian (collection of experience and meanings)
Yang pernah diperoleh komunikan. Proses komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh seseorang komunikator kepada komunikan, pesan itu bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain. Dalam prosesnya Mitchall. N. Charmley memperkenalkan 5 (lima) komponen yang melandasi komunikasi yang
(26)
15
dikutip dari buku Astrid P.Susanto yang berjudul Komunikasi Dalam Praktek dan Teori , yaitu sebagai berikut:
- Sumber (source) - Komunikator (encoder) - Pertanyaan/pesan (messege) - Komunikan (decoder) - Tujuan (destination)
Roger dalam Mulyana berpendapat bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. (Mulyana, 2007:69) Harold Lasswell menjelaskan bahwa (Cara yang baik untukmenggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaanberikut) Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh bagaimana? (Mulyana, 2007: 69)
Pendapat para ahli tersebut memberikan gambaran bahwa komponen-komponen pendukung komunikasi termasuk efek yang ditimbulkan, antara lain adalah:
1. Komunikator (komunikator,source,sender) 2. Pesan (message)
3. Media (channel)
4. Komunikan (komunikan,receiver) 5. Efek (effect)
(27)
16
Dari beberapa pengertian di atas peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran makna/pesan dari seseorang kepada orang lain dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain. Unsur-unsur dari proses komunikasi diatas merupakan faktor penting dalam komunikasi, bahwa pada setiap unsur tersebut oleh para ahli ilmu komunikasi dijadikan objek ilmiah untuk ditelaah secara khusus. Menurut Deddy Mulyana, Proses komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) bagian yaitu:
1. Komunikasi verbal
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal disengaja yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa dapat juga dianggap sebagai suatu sistem kode verbal
2. Komunikasi non verbal
Secara sederhana pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata Menurut Larry A. Samovar dan Richard E Porter komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan
(28)
17
penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima
(Mulyana, 2000: 237)
2.2 Logo dan Filosofinya
Logo atau tanda gambar (picture mark) merupakan identitas yang dipergunakan untuk menggambarkan citra dan karakter suatu lembaga atau perusahaan maupun organisasi. Logotype atau tanda kata (word mark) merupakan nama lembaga, perusahaan, atau produk, yang tampil dalam bentuk tulisan yang khusus untuk menggambarkan ciri khas secara komersial.
Pada prinsipnya, logo merupakan simbol yang mewakili sosok, wajah, atau eksistensi suatu perusahaan atau produk dari sebuah perusahaan. Selain membangun citra perusahaan, logo juga sering kali dipergunakan untuk membangun spirit secara internal diantara komponen yang ada dalam perusahaan tersebut. Sebuah logo yang baik dan berhasil akan dapat menimbulkan sugesti yang kuat, membangun kepercayaan, rasa memiliki, dan menjaga image perusahaan pemilik logo itu. Selanjutnya, logo bahkan dapat menjalin kesatuan dan solidaritas diantara anggota keluarga besar perusahaan itu yang akhirnya mampu meningkatkan prestasi dan meraih sukses demi kemajuan perusahaan.
Secara visualisasi, logo adalah suatu gambar. Gambar itu bisa berupa berbagai unsur bentuk dan warna. Oleh karena sifat dari apa yang diwakili oleh logo berbeda satu sama lain, maka seyogyanya logo itu memiliki bentuk yang berbeda pula.
(29)
18
Penggunaan logo yang dikenal saat ini awalnya hanyalah sekedar berupa lambang, simbol, atau maskot yang merupakan identitas suatu kelompok, suku, bangsa, atau negara. Suku-suku bangsa di masa lalu sering menggunakan maskot binatang seperti beruang, burung, rajawali, dan kuda sebagai simbolik mereka. Maskot-maskot tadi diambil dari apa saja yang dikagumi di sekeliling mereka.
2.2.1 Logo Sesuai Unsur Pembentuknya
Unsur pembentuk logo dapat dipilah-pilah menjadi 4 kelompok. Namun demikian, kelompok-kelompok tersebut bisa digabungkan sehingga mengandung unsur campuran. Diantaranya:
a) Logo Dalam Bentuk Alphabetical
Logo yang terdiri dari bentuk huruf-huruf atau dimaksudkan untuk menggambarkan bentuk huruf dan kombinasi dari bentuk huruf. Kelompok ini merupakan jumlah yang paling banyak dan merupakan trend baru untuk diikuti.
b) Logo Dalam Bentuk Benda Konkret
Bentuk konkret, misalnya manusia (seorang tokoh, wajah, bentuk tubuh yang menarik), bentuk binatang, tanaman, peralatan, maupun benda lainnya.
c) Logo Dalam Bentuk Abstrak, Poligon, Spiral, dsb
Logo kelompok ini memiliki elemen-elemen yang merupakan bentuk abstrak, bentuk geometri, spiral, busur, segitiga, bujursangkar, poligon,
(30)
titik-19
titik, garis, panah, gabungan bentuk-bentuk lengkung, dan bentuk ekspresi 3 dimensi.
d) Logo Dalam Bentuk Simbol, Nomor, dan Elemen Lain
Bentuk-bentuk yang sudah dikenal untuk menggambarkan sesuatu seperti hati, tanda silang, tanda plus, tanda petir, tanda notasi musik, dsb.
e) Logotype
Jika logo adalah tanda gambar (picture mark), maka Logotype adalah gambar nama (word mark). Oleh karena itu, logotype berbentuk tulisan khas yang mengidentifikasikan suatu nama atau merk. Ia memiliki sifat-sifat yang sangat mirip dengan logo yang telah dibahas di atas.
2.2.2 Ciri-Ciri Logo yang Efektif
Memiliki sifat unik. Tidak mirip dengan logo lain sehingga orang tdak bingung karena logo mirip desain lain yang sudah ada.
Memiliki sifat yang fungsional sehingga dapat dipasang atau digunakan dalam berbagai keperluan.
Bentuk logo mengikuti kaidah-kaidah dasar desain (misalnya bidang, warna, bentuk, konsistensi, dan kejelasan).
(31)
20
Mampu mempresentasikan suatu perusahaan / lembaga atau suatu produk.
2.2.3 Filosofi dan Makna Gambar
Hingga kini masih ada tuntutan bahwa logo seyogyanya mengandung suatu filosofi, makna logo, atau setidaknya dasar pembentukan logo itu. Perusahaan-perusahaan besar di Indonesia yang melombakan pembuatan logo membeberkan sejarah serta visi dan misi perusahaan. Kemudian di dalam persyaratannya dicantumkan agar peserta lomba juga mencantumkan filosofi yang terkandung pada logo yang dibuat. Dengan demikian, perancang logo harus memulai pekerjaannya dengan merancang filosofi dan makna dari simbol yang akan digambarkan itu, bukan memikirkan gambar apa yang akan dibuat.
Seringkali perancang logo berhasil membuat sebuah karya grafis yang bagus, tetapi tidak mampu menuangkan filosofi yang terkandung dalam gambar itu. Keberuntungan untuk menuangkan detail filosofi keping demi keping elemen gambar sesuai latar belakang, visi, dan misi perusahaan yang dilogokan kadang-kadang menyertai perancang logo. Kedua unsur, yakni bentuk visual serta kandungan maknanya harus terpadu satu sama lain.
(32)
21
2.3 Tinjauan Mengenai Semiotik 2.3.1 Pengertian Semiotik
Secara etimologis, istilah semiotik berasal dari kata Yunani, semeion yang berarti tanda. Menurut Umberto Eco (dalam Sobur, 2009:95), mengatakan :
Tanda itu didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensional sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. (Sobur, 2009:95).
Istilah semeion tampaknya diturunkan dari kedokteran hipokratik atau asklepiadik dengan perhatiannya pada simtomatologi dan diagnostik inferensial. Tanda pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjukkan pada adanya hal lain. Contohnya, asap menandakan adanya api.
Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Sedangkan menurut Van Zoest mengatakan :
Semiotik adalah ilmu tanda (sign) dan segala yang berhubungan dengannya : cara berfungsinya, hubungan dengan kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya. (Sobur, 2009:96)
Batasan lebih jelas mengenai definisi semiotik dikemukakan oleh Preminger (2001:89), yang mengatakan :
(33)
22
Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial / masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda itu mempunyai arti. (Sobur, 2009:96)
Meskipun refleksi mengenai tanda itu mempunyai sejarah filsafat yang patut dihargai, namun semiotik atau semiologi dalam arti modern berangkat dari seorang ahli bahasa Swiss, yakni Ferdinand de Saussure (1857-1913), yang mungemukakan pandangan linguistik hendaknya menjadi bagian dari suatu ilmu pengetahuan umum tentang tanda, yang disebutnya semiologi.
Pemahaman akan struktur semiosis menjadi dasar yang tidak bisa ditiadakan bagi penafsir dalam upaya mengembangkan pragmatisme. Seorang penasir adalah yang berkedudukan sebagai peneliti, pengamat, dan pengkaji objek yang dipamainya. Dalam mengkaji objek yang dipahaminya, seorang penafsir yang jeli dan cermat, sesuatunya akan dilihat dari jalur logika, yakni (Sobur, 2009:97)
1. Hubungan penalaran dengan jenis penandanya :
a. Qualisigns : penanda yang bertalian dengan kualitas. Tanda-tanda yang merupakan tanda berdasarkan suatu sifat. Qualisigns yang murni pada kenyataannya tidak pernah ada. Jadi agar benar-benar berfungsi, qualisign harus mempunyai bentuk.
(34)
23
b. Sinsigns : penanda yang bertalian dengan kenyataan. Tanda-tanda yang merupakan tanda atas dasar tampilnya dalam kenyataan. Semua pernyataan individual yang tidak dilembagakan merupakan sinsigns.
c. Legisigns : penanda yang bertalian dengan kaidah. Tanda-tanda yang merupakan tanda atas dasar suatu peraturan yang berlaku umum, sebuah konvensi, sebuah kode. Semua tanda bahasa merupakan legisigns, karena bahasa merupakan kode. Setiap legisigns mengimplikasikan sinsigns, sebuah second yang mengaitkan sebuah third, yakni peraturan yang bersifat umum. Jadi, legisign sendiri merupakan sebuah third.
2. Hubungan kenyataan dengan jenis dasarnya :
a. Icon : sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa dengan bentuk objeknya,
b. Index : sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan petandanya,
c. Symbol : sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan kaidah secara konvensi telah lazim digunakan oleh masyarakat.
(35)
24
3. Hubungan pikiran dengan jenis petandanya :
a. Rheme or seme : penanda yang bertalian dengan mungkin terpahaminya objek petanda bagi penafsir,
b. Dicent or decisign or pheme : penanda yang menampilkaninformasi tentang petandanya,
c. Argument : penanda yang petandanya akhir bukan suatu benda tetapi kaidah.
(Sobur, 2004:97-98).
Kesembilan tipe penanda sebagai suatu struktur semiosis itu dapat dipergunakan sebagai dasar kombinasi satu dengan lainnya. Dalam kaitannya dengan ilmu bahasa, semiotik menurut Charles Moris, memiliki tiga cabang :
Sintaktika (sintaksis) sebagai ilmu bahasa yang mengkaji penggabungan satuan-satuan lingual yang berupa kata untuk membentuk satuan kebahasaan yang lebih besar seperti frase, klausa, kalimat dan wacana. Semantika (semantik) adalah disiplin ilmu bahasa yang menelaah makna satuan lingual, baik makna leksikal maupun makna gramatikal. Makna leksikal adalah makna unit semantik yang terkecil disebut leksem, sedangkan makna gramatikal adalah makna yang terbentuk dari satuan kebahasaan. Pragmatika (pragmatis) adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam
(36)
25
2.3.2 Macam-macam Semiotik
Menurut Pateda (2001:29), menerangkan bahwa sekurangkurangnya terdapat sembilan macam semiotik yang sudah dikenal, yakni :
1. Semiotik Analitik, yakni semiotik yang menganalisis sistem tanda. Semiotik berobjekan tanda dan menganalisisnya menjadi ide, objek, dan makna. Ide dapat dikatakan sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam lambang yang mengacu pada objek tertentu.
2. Semiotik Deskriptif, yakni semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita alami sekarang, meskipun terdapat tanda lain yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang.
3. Semiotik Fauna (zoosemiotic), yakni semiotik yang khusus memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan. Hewan biasanya menghasilkan tanda untuk berkomunikasi antar sesamanya, tetapi sering juga menghasilkan tanda yang ditafsirkan oleh manusia.
4. Semiotik Kultural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu. Budaya yang terdapat dalam masyarakat yang juga termasuk sistem itu, menggunakan tanda-tanda tertentu yang membedakannya dengan masyarakat yang lain.
5. Semiotik Naratif, yakni semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan erita lisan (folklore). 6. Semiotik Natural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem
tanda yang dihasilkan oleh alam.
7. Semiotik Normatif, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dibuat oleh manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu-rambu lalu-lintas.
8. Semiotik Sosial, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia lambang, baik lambang yang berwujud kata maupun lambang yang berwujud kata dalam satuan disebut kalimat.
9. Semiotik Struktural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa. (Sobur, 2004:100-101)
Dalam perkembangannya semiotik tidak hanya dipakai dalam kajian linguistik, tapi semiotik juga bisa digunakan dalam menganilis berbagai
(37)
26
objek seperti semiotik hewan (zoosemiotic) dan semiotik alam (natural semiotic).
2.3.3 Tanda dan Makna Dalam Semiotik 2.3.3.1 Tanda
Semua model makna memiliki bentuk yang secara luas serupa dan atau mirip. Masing-masing memperhatikan tiga unsur yang mesti ada dalam setiap studi tentang makna. Ketiga unsur tersebut adalah : a) tanda, b) acuan tanda, c) pengguna tanda.
Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indra kita; tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri; dan bergantung pada pengamatan oleh penggunanya sehingga bisa disebut tanda.
Peirce (dalam Fiske, 2004:62), mengatakan:
Tanda dalam acuannya dan penggunaannya sebagai tiga titik dalam segitiga. Masing-masing terkait erat pada dua yang lainnya, dan dapat dipahami dalam artian pihak lain. (Suprapto, 2006:114).
Sedangkan Saussure berpendapat lain, ia mengatakan :
Tanda terdiri atas bentuk fisik plus konsep mental yang terkait, dan konsep ini merupakan pemahaman atas realitas eksternal. (Suprapto, 2006:114).
(38)
27
Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tanda terdiri pada realitas hanya melalui konsep orang yang menggunakannya.
2.3.3.1.1 Kategori-Kategori Tanda
Pierce dan Saussure menjelaskan berbagai cara dalam meyampaikan makna. Peirce membuat tiga kategori tanda yang masing-masing menunjukkan hubungan berbeda di antara tanda dan objeknya atau apa yang diacunya.
1. Ikon adalah tanda yang memunculkan kembali benda atau realitas yang ditandainya, misalnya foto atau peta.
2. Indeks ada hubungan langsung antara tanda dan objeknya. Ia merupakan tanda yang hubungan eksistensionalnya langsung dengan objeknya.
3. Simbol adalah tanda yang memiliki hubungan dengan objeknya berdasarkan konvensi, kesepakatan atau aturan kata-kata umumnya adalah simbol (Suprapto, 2006:120).
Tommy Suprapto dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Teori Komunikasi”, mengemukakan beberapa pokok pikiran tentang makna dan tanda dalam proses komunikasi, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Dalam proses komunikasi, seperangkat tanda merupakan hal yang penting karena ini merupakan pesan yang harus dipahami oleh komunikan. Komunikan harus menciptakan makna yang terkait dengan makna yang dibuat oleh komunikator. Semakin banyak kita berbagi kode yang sama,
(39)
28
makin banyak kita menggunakan sistem tanda yang semakin sama.
2. Tanda-tanda (sign) adalah basis dari seluruh kegiatan komunikasi. Manusia dengan perantara tanda dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Kajian tentang tanda dalam proses komunikasi tersebut sering disebut semiotika komuniksi.
3. Semiotika komunikasi menekankan pada teori tentang produksi tanda, yang salah satu di antaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu : pengirim, penerima kode (sistem tanda), pesan, saluran komunikasi, dan acuan hal yang dibicarakan.
4. Semiotika mempunyai 3 bidang, yaitu :
a. Tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas aturan tentang berbagai tanda yang berbeda, cara tandatanda yang berbeda itu dalam menyampaikan makna, dan cara tanda-tanda itu terkait dengan manusia yang menggunakannya.
b. Kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda. Studi ini mencakup cara berbagai kode dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu masyarakat atau budaya atau untuk mengeksploitasi selama komunikasi yang tersedia mentransmisinya.
c. Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja. Ini pada gilirannya bergantung pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaan dan bentuknya sendiri. (Suprapto, 2006:123).
2.3.3.2 Makna Semiotik
Semiotik berusaha menggali hakikat sistem tanda yang beranjak ke luar kaidah tata bahasa dan sintaksis dan yang mengatur arti teks yang rumit, tersembunyi, dan bergantung pada kebudayaan. Hal ini kemudian menimbulkan perhatian pada makna tambahan (connotative) dan arti penunjukan (dennotative), kaitan dan kesan yang ditimbulkan dan diungkapkan melalui penggunaan dan kombinasi tanda.
(40)
29
1. Denotatif
Maksud dari denotatif adalah: a. Makna leksikal.
b. Arti yang pokok, pasti, dan terhindar dari kesalah- tafsiran.
c. Sifat langsung, konkret, dan jelas. 2. Konotatif
Maksud dari konotatif adalah: a. Memiliki makna struktural.
b. Memiliki makna tambahan disamping makna sebenarnya. c. Memiliki sifat tidak langsung, maya, abstrak, tersirat.
Manusia mampu memberikan makna dan menginternalisasikan makna terhadap suatu objek, tempat, maupun suasana dari orang-orang yang berada di dalam lingkungan simbolik kita. Sebagai contoh, orang-orang yang berada di dalam lingkup disiplin ilmu pertekstilan maupun industri tekstil akan menangkap makna gambar cones (gulungan benang berbentuk kerucut) sebagai simbol pemintalan, sedangkan gambar teropong untuk menyilangkan benang sebagai simbol penenunan.
Sebuah makna berasal dari petanda-petanda yang dibuat manusia, ditentukan oleh kultur atau subkultur yang dimilikinya yang merupakan konsep mental yang digunakan dalam membagi
(41)
30
realitas dan mengkategorikannya sehingga manusia dapat memahami realitas tersebut.
2.3.4 Semiotika Komunikasi Visual
Definisi semiotika komunikasi visual dalam buku Sumbo Tinarbuko yang berjudul Semiotika Komunikasi Visual adalah : “Sebuah upaya memberikan sebuah intepretasi terhadap keilmuan semiotika itu sendiri, yaitu sebagai sebuah metode pembacaan karya komunikasi visual.” (Tinarburko, 2008:11)
Sebagai sebuah upaya interpretasi, Sumbo menawarkan sebuah kebenaran tentang semiotika komunikasi visual, di samping kebenaran-kebenaran lain yang di tawarkan oleh penulis lain, dengan argumen, nalar dan sistematika yang dikembangkannya masing-masing.
Dilihat dari sudut pandang semiotika, komunikasi visual adalah sebuag sistem semiotika khusus, dengan pembendaharaan tanda (vocabulary) dan sintaks (syntagm) yang khas, yang berbeda dengan sistem semiotika seni. Di dalam semiotika komunikasi visual melekat fungsi komunikasi, yaitu fungsi tanda dalam menyampaikan pesan (sender) kepada para penerima (receiver) tanda berdasarkan aturan atau kode-kode tertentu. Fungsi komunikasi mengharuskan ada relasi(satu atau dua arah) antara pengirim dan penerima pesan, yang dimediasi oleh media tertentu.
Meskipun fungsi utamanya adalah fungsi komunikasi, tetapi bentuk komunikasi visual juga mempunyai fungsi signifikasi (signification), yaitu
(42)
31
fungsi dalam menyampaikan sebuah konsep, isi atau makna. Ini berbeda dengan bidang lain, sperti seni rupa (khusunya seni rupa modern) yang tidak mempunyai fungsi khusus komunikasi seperti itu, akan tetapi ia memiliki fungsi signifikasi. Fungsi signifikasi adalah fungsi dimana penanda (signifer) yang bersifat kongkret dimuati dengan konsep-konsep abstrak atau makna yang secara umum disebut petanda (signified). Dapat dikatakan disini, bahwa meskipun semua muatan komunikasi dari bentuk-bentuk komunikasi visual ditiadakan, ia sebenarnya masih mempunyai muatan signifikasi, yaitu muatan makna.
Semiotika komunikasi mengkaji tanda dalam konteks komunikasi yang lebih luas, yang melibatkan berbagai elemn komunikasi, seperti saluran (channel), sinyal (signal), media, pesan, kode (bahkan juga noise). Semiotika komunikasi menekankan aspek produksi tanda (sign production) di dalam berbagai rantai komunikasi, saluran dan media ketimbang sistem tanda (sign system). Di dalam semiotika komunikasi, tanda di tempatkan dalam rantai komunikasi, sehingga mempunyai peran yang penting dalam penyampaian pesan.
2.4 Semiotika Charles Sander Pierce
”Menurut Pierce salah satu bentuk adalah kata. Sedangkan objek adalah tanda yang ada dalam benak seseorang, maka munculah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. (Sobur, 2002:115)”. Pierce juga mengatakan bahwa tanda itu sendiri merupakan contoh dari kepertamaan, objeknya adalah kedua, dan
(43)
32
penafsiran unsur pengantara adalah contoh dari ketigaan. Ketigaan yang ada dalam konteks pembentukan tanda juga membangkitkan semiotika yang tidak terbatas, selama satu penafsiran (gagasan) yang membaca tanda sebagai tanda bagi lain (yaitu dari suatu makna dan penanda) bisa ditangkap oleh penafsiran lainnya. Penafsiran ini adalah unsur yang harus ada untuk mengaitkan tanda dengan objeknya (induksi, deduksi, penangkap) membentuk tiga jenis penafsiran yang penting. Agar bisa ada sebagai suatu tanda, makna tersebut harus ditafriskan yang dikupas teori segitiga makna adalah persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi. Hubungan segitiga makna Pierce lazimnya ditampilkan seperti gambar berikut :
Gambar 2.1.
Segitiga Semiotik C.S.Pierce Sign
Interpretant Object
Sumber : (Sumbo Tinarbuko, 2008, dalam buku semiotika komunikasi visual)
Menurut Pierce tanda ialah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam batas-batas tertentu.tanda akan selalu mengacu kepada suatu yang lain, oleh Pierce disebut objek. Mengacu berarti mewakili atau menggantikan, tanda baru dapat berfungsi bila diinterpretasikan dalam benak penerima tanda melaui interpretant. Jadi interpretant ialah pemahaman makna yang muncul dalam diri
(44)
33
penerima tanda, artinya tanda baru dapat berfungsi sebagai tanda bila dapat ditangkap dan pemahaman terjadi berkat ground yaitu pengetahuan tentang system tanda dalam suatu masyarakat. Hubungan ketiga unsur yang dikemukan oleh Pierce terkenal dengan nama segitiga semiotik.
Bagi Charles Sander Pierce (Pateda, 2001:44 dalam Sobur, 2002:41), tanda ”is something which stand to somebody for something in some resfect or capacity.” Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi , oleh Pierce disebut ground. Konsekuensinya, tanda (sign atau represntament) selalu terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground, object, dan interpretant.
Atas dasar hubungan ini, Pierce mengadakan klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi qualisign, sinsign, dan ligisign. Berdasarkan Objeknya, Pierce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks), dan symbol (simbol). Dan Berdasarkan Interpretannya dibagi atas rheme, dicent sign atau decisign dan argument.
2.5 Kerangka Pemikiran
Logo merupakan elemen yang sangat penting untuk sebuah perusahaan atau badan-badan lainnya. Didalam logo-pun terdapat arti dan tujuan dari yang memakainya, baik dari warnanya, gambarnya, tulisannya maupun pembuatannya. Logo atau lambang milanisti ini dibentuk atas rasa kecintaan terhadap AC.Milan sebagai klub besar yang memilki sejarah besar sebagai salah satu raksasa seri A, Eropa, dan tim yang paling banyak meraih tropi internasional.
(45)
34
Milanisti sejati selalu setia mendukung Rossoneri dalam keadaan susah maupun senang.
Semiotik berusaha menggali hakikat sistem tanda yang beranjak ke luar kaidah tata bahasa dan sintaksis dan yang mengatur arti teks yang rumit, tersembunyi, dan bergantung pada kebudayaan. Hal ini kemudian menimbulkan perhatian pada makna tambahan (connotative) dan arti penunjukan (dennotative), kaitan dan kesan yang ditimbulkan dan diungkapkan melalui penggunaan dan kombinasi tanda.
1. Denotatif
Maksud dari denotatif adalah: a. Makna leksikal.
b. Arti yang pokok, pasti, dan terhindar dari kesalah- tafsiran.
c. Sifat langsung, konkret, dan jelas. 2. Konotatif
Maksud dari konotatif adalah: a. Memiliki makna struktural.
b. Memiliki makna tambahan disamping makna sebenarnya. c. Memiliki sifat tidak langsung, maya, abstrak, tersirat.
Teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori segitiga makna (triangel meaning) Charles Sander Pierce yang terdiri atas sign (tanda), object (objek) dan Interpretant (Interpretan) sebagai acuan. Menurut pierce salah satu bentuk adalah
(46)
35
kata. Sedangkan objek adalah tanda yang ada dalam benak seseorang, maka munculah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. (Sobur, 2002:115) Pierce juga mengatakan bahwa tanda itu sendiri merupakan contoh dari kepertamaan, objeknya adalah kedua, dan penafsiran unsur pengantara adalah contoh dari ketigaan.
Ketigaan yang ada dalam konteks pembentukan tanda juga membangkitkan semiotika yang tidak terbatas, selama satu penafsiran (gagasan) yang membaca tanda sebagai tanda bagi lain (yaitu dari suatu makna dan penanda) bisa ditangkap oleh penafsiran lainnya. Penafsiran ini adalah unsur yang harus ada untuk mengaitkan tanda dengan objeknya (induksi, deduksi, penangkap) membentuk tiga jenis penafsiran yang penting.
Agar bisa ada sebagai suatu tanda, makna tersebut harus ditafsirkankan yang dikupas teori segitiga makna adalah persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi.
Hubungan segitiga makna pierce lazimnya ditampilkan seperti gambar berikut:
Gambar 2.2
Segitiga Semiotik C.S.Pierce Sign
Interpretant Object
Sumber : (Sumbo Tinarbuko, 2008, dalam buku semiotika komunikasi visual)
(47)
36
Menurut Pierce tanda ialah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam batas-batas tertentu.tanda akan selalu mengacu kepada suatu yang lain, oleh Pierce disebut objek. Mengacu berarti mewakili atau menggantikan, tanda baru dapat berfungsi bila diinterpretasikan dalam benak penerima tanda melaui interpretant. Jadi interpretant ialah pemahaman makna yang muncul dalam diri penerima tanda, artinya tanda baru dapat berfungsi sebagai tanda bila dapat ditangkap dan pemahaman terjadi berkat ground yaitu pengetahuan tentang system tanda dalam suatu masyarakat. Hubungan ketiga unsur yang dikemukan oleh Pierce terkenal dengan nama segitiga semiotik.
Untuk menjabarkan konsep relasi makna (tanda, objek dan interpretan,) C.S Pierce memberikan pembagian tanda dalam tiga bagian yaitu: ikon, indeks, simbol.
Ikon, adalah tanda yang dicirikan oleh persamaannya (resembles) dengan objek yang digambarkan. Tanda visual seperti adalah ikon, karena tanda yang ditampilkan mengacu pada persamaannya dengan objek.
Indeks, adalah hubungan langsung antara sebuah tanda dan objek yang kedua-duanya dihubungkan. Indeks, merupakan tanda yang hubungan eksisitensialnya langsung dengan objeknya. Sebuah indeks dapat dikenali bukan hanya dengan melihat seperti halnya dalam ikon, tetapi juga perlu dipikirkan hubungan antara dua objek tersebut.
Simbol, adalah tanda yang memiliki hubungan dengan objeknya berdasarkan konvensi, kesepakatan, atau aturan. Makna dari suatu simbol ditentukan oleh
(48)
37
suatu persetujuan bersama, atau diterima oleh umum sebagai suatu kebenaran tanda.
Bagi Pierce Tanda merupakan sesuatu yang digunakan agar tanda bisa befungsi, oleh Pierce disebut ground. Konsekuensinya, tanda selalu terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground, object, dan interpretant. Atas dasar hubungan ini, Pierce mengadakan klasifikasi tanda menjadi qualisign, sinsign, dan legisign.
1. Qualisgn adalah kualitas yang ada pada tanda.
2. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda. 3. Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda.
Sedangkan Berdasarkan Interpretant Tanda dibagi atas tiga bagian yaitu, rheme, dicent sign atau dicisign dan argument.
1. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan.
2. Decisgn adalah tanda sesuai kenyataan.
3. Argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu. Ikon, indeks, dan simbol merupakan perangkat hubungan antara dasar (bentuk), objek (referent) dan konsep (interpretant).
Dari paparan di atas, dapat dibuat bagan pemikiran guna mempermudah pemahaman kerangka pemikiran dalam penelitian ini, sebagai berikut:
(49)
38
Gambar 2.3 Bagan Alur Pemikiran Semiotik Charles Sander Pierce
Interpretant
Sign
Object
Klasifikasi Tanda : Qualisgn
Sinsign Legisign
Interpretant Tanda : Rheme
Decisgn Argument Hubungan Triadik
(50)
39
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Sejarah Milanisti Indonesia
3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Milanisti Indonesia
Dimulai dari milis, berlanjut ke kopi darat. Dari kopi darat, tercetuslah gagasan membentuk komunitas. Dari kesamaan menggilai AC Milan, maka lahirlah Milanisti Indonesia. Itulah gambaran singkat terbentuknya Milanisti Indonesia.
Setelah lama berbagi informasi dan berdiskusi melalui milis, pada awal tahun 2003, bertemulah beberapa anggota milis untuk saling mengenal. Dari obrolan awal yang hanya dihadiri oleh 6 orang, ide membentuk komunitas fans Rossoneri kian kuat. Berawal dari hal tersebut maka diadakanlah pertemuan kedua yang dihadiri 10 orang pada 16 Maret 2003. Dibidani Jamzer, Ronald, Arif Ikram, Lena, Ajung, Toel Maldini, Harris Nasution, Toni, Decy dan Gugun, kesepuluh orang tersebut bersepakat pada hari itu juga mendirikan Milanisti Indonesia dan terpilihlah Arif Ikram sebagai presiden pertama Milanisti Indonesia.
Wadah terbentuk, kegiatan pun digelar. "Standar" saja, acara kumpul-kumpul resmi pertama Milanisti Indonesia adalah nonton bareng alias Nobar. Bekerja sama dengan salah satu tabloid olahraga, Milanisti Indonesia berkumpul untuk menyaksikan bersama-sama duel semifinal Liga Champions 2003, yang kebetulan menghadirkan laga derby della
(51)
40
Madonnina. Dari nobar tersebut, Milanisti Indonesia mulai dikenal lebih luas. Dengan momentum AC Milan tampil sebagai juara Eropa 2003, pendaftaran member semakin bertambah hingga mencapai 200an orang, termasuk yang berasal dari daerah-daerah di luar Jakarta. Sampai dengan akhir tahun 2003 Milanisti Indonesia mencatat 15% member yang berasal dari luar Jakarta.
Gambar 3.1 Milanisti Indonesia
Sumber : milanisti.or.id
Pada era kepemimpinan Arif Ikram, eksistensi Milanisti Indonesia ditanam, disebarluaskan, dan dikuatkan, antara lain dengan melakukan aktivitas gathering, maka titik berat pengurus baru lebih kepada pembenahan internal, dan juga meresmikan nama Milanisti Indonesia, dengan lebih menguatkan status hukumnya.
(52)
41
Setahun kemudian, tepatnya menjelang akhir 2004, tampuk kepemimpinan Milanisti Indonesia berpindah tangan. Karena kesibukan, Arif Ikram menyerahkan kepemimpinan kepada James Ricky Tampubolon (Jamzer).
3.1.2 Perkembangan Milanisti Indonesia
Pada pertengahan 2006 diadakan pemilihan umum presiden Milanisti Indonesia yang pertama kali. Mungkin ini adalah proses demokrasi pertama di kalangan komunitas fans club yang ada di Indonesia. Pada saat itu ada tiga calon (Tommy, Filbert, dan Rival) yang dipilih oleh kurang lebih 600 anggota. Setelah diadakan pemungutan suara, akhirnya terpilih Filbert Barnabas sebagai Presiden Milanisti Indonesia periode 2006-2008. Pada masa inilah Milanisti Indonesia berkembang tidak hanya di Jakarta, tapi juga sampai keluar daerah. Hingga saat ini Milanisti Indonesia telah meresmikan lima (5) sezione (Bandung, Yogyakarta, Cirebon, Bogor, dan Semarang). Namun di luar sezione yang telah diresmikan, terdapat pula sezione yang telah menjalankan kegiatan rutin seperti sezione Batam, Medan, Padang, Pekanbaru, Bengkulu, Cilegon, Malang, Jember, Palangkaraya, Surabaya, Bali, Makassar, Palu, Manado, dan sezione-sezione lain yang terus berkembang setiap waktunya.
Sampai saat ini anggota Milanisti Indonesia masih didominasi oleh kaum adam. Tapi, bukan berarti kami melupakan kaum hawa. Terbukti sejak akhir tahun 2007 Milanisti Indonesia membentuk tim futsal wanita,
(53)
42
yang diberi nama Milanisti Angel. Tercatat sudah beberapa kali Milanisti Angel tampil di ajang persahabatan. Saat ini Milanisti Angel melakukan latihan rutin tiap bulannya di IBM Hanggar Futsal, Pancoran, Jakarta Selatan, yang sekaligus sebagai homebase Milanisti Indonesia.
Prinsip Milanisti Indonesia sama dengan AC Milan, yaitu kekeluargaan. Hal itulah yang coba kami tanamkan kepada para anggota. Masa lima tahun telah Milanisti Indonesia lalui. Banyak sekali rintangan yang telah kami hadapi. Mudah-mudahan di tahun-tahun yang akan datang Milanisti Indonesia akan tetap melewati semua rintangan yang menghadang, sehingga bisa terus eksis dan bahkan bisa diakui, bukan saja di Indonesia tapi juga di Italia.
3.1.3 Sejarah Milanisti Di Kota Bandung
Milanisti Indonesia Sezione Bandung (MIsB) berdiri pada tanggal 21 Januari 2007. Kepengurusan MisB saat ini adalah periode yang kedua dengan Ewin. C sebagai Presiden. MIsB memiliki sekretariat di REFLUX OUTFITS, Cihampelas Hotel 2 Building, Jl. Cihampelas No.222 Bandung dan menerima pendaftaran anggota di sekretariat langsung selama 24 jam nonstop.
Pada dasarnya agenda kegiatan rutin MisB tidak jauh berbeda dengan sezione-sezione lainnya, seperti Futsal, Nobar, Gathering dll. Untuk Futsal, MisB rutin mengadakan latihan setiap hari minggu pukul 13.00-15.00 di Beebucks Futsal Jl. Halimun No.36. Yang membedakan dengan
(54)
43
sezione lainnya, kegiatan ini selalu rutin dan tidak pernah pindah jadwal
kecuali pada bulan Ramadhan dan Syawal.
MisB bekerjasama dengan beberapa venues khusus untuk menggelar nonton bareng (nobar), diantaranya adalah Cafe Dacosta Hotel Bumi Sawunggaling untuk big match Serie A, Cafe Ohlala Dago Plaza khusus untuk babak penyisihan Liga Champion dan beberapa venues lainnya seperti Chilli Padi Resto dan Mr.Kopi dan mulai beberapa bulan ke depan nobar pun dapat dilakukan di Auditorium Kerinci, Cihampelas Hotel 2 yang masih satu atap dengan sekretariat MisB saat ini. Dalam perjalanan kepengurusannya, MIsB telah menjalin kerja sama dengan beberapa merchant di Bandung sehingga seluruh member bisa mendapatkan privilege khusus berupa discount transaksi di beberapa tempat seperti Cihampelas Hotel 2, Cihampelas Rental Car, Reflux Outfits, Bumi Sawunggaling Hotel, Cafe Dacosta, Banana Corner, SaSei dan akan terus bertambah terus dengan merchant- merchant lainnya.
Selain itu juga, MisB juga bekerja sama dengan Radio Paramuda sebagai media partner dimana agenda kegiatan MisB dapat dipublikasikan melalui acara MSV (Morning Sport View) setiap pagi pukul 06.00-09.00 wib. Setiap akan ada big match seperti final UCL 2007 dan derby della madonina dimana MisB akan mengadakan nobar besar-besaran, maka pagi hari sebelumnya didahului dengan interview on air di acara MSV tersebut.
(55)
44
3.1.4 Pengakuan Resmi Dari AC.Milan
Jumat, 15 oktober 2010 Milanisti Indonesia, yang diwakili oleh Toel, Reza Razer, dan Andri, berkesempatan untuk berkunjung ke sekertariat resmi AIMC (Associazione Italiana Milan Club) di Stadion San Siro, Milan. AIMC merupakan organisasi resmi Milan Fans Club di bawah naungan langsung AC Milan. Perwakilan MI disambut dengan hangat oleh Signore Carlo, Signore Vincenzo, dan Signora Arabella dari AIMC. Pada kesempatan itu tamu, Toel dan rekan lainnya menjelaskan sejarah hingga eksistensi Milanisti Indonesia, disertai data dan kesiapan administrasi lainnya.
Gambar 3.2
Keberangkatan Milanisti Indonesia ke Stadion San Siro
(56)
45
Selain itu juga diserahkan cinderamata dari Indonesia kepada AIMC berupa syal dan polo shirt MI. Selanjutnya pihak AIMC yang diwakilkan oleh signore Carlo mengajak Toel, Reza, dan Andri untuk berkeliling Stadion San Siro dimulai dari Curva Nord, VIP dan Curva Sud serta San Siro store.
Selanjutnya pada tanggal 18 Oktober 2010, perwakilan MI bersama dengan rombongan tim MJC Indonesia mengunjungi Stasion San Siro untuk melakukan tour stadion. Setelah itu, Toel dkk langsung menuju ke sekertariat AIMC untuk kembali bertemu dengan Signora Arabella dan ternyata disana sudah menunggu presiden AIMC Signore Alesandro Capitano yang membawa surat resmi pengangkatan MI di bawah keluarga besar AIMC.
3.1.5 Visi Misi Milanisti Indonesia
Kemajuan Milanisti Indonesia tidak terlepas dari Visi dan Misi yang jelas dan terbukti berjalan. Visi dan Misi itu adalah Mewujudkan kekeluargaan dalam Milanisti Indonesia dan mengembangkan kreativitas dalam aktivitas Milanisti Indonesia.
(57)
46
3.1.6 Daftar Kepengurusan Milanisti Indonesia Sezione Bandung Ketua : Anggi Doli Wiranata
Sekretaris Jendral : Saeful Umam
Bendahara : Ayu Andhika Pratiwi Divisi Event : - Arief Fajar Priyanto
- Bembi
- Gilang Ramadhan Humas : - Aditya Cahya Nugraha
- Adhi Surya Brata - Brilian Smit Membership : - Yudi Supriadi
- Muharam - Ruli Trisandi Divisi Futsal : - Satria Sarjana
- Rezki Mustofa - Riza Fadhilah - Ifan Sagita
Merchandise : - Mohammad Kuncoro Adji - Kresna R. Dwipayana Divisi Angel : - Frida Anantia
- Rahayu Andini Lacanda - Helena .M
(58)
47
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dengan analisis semiotika (semiotic analysis).
3.2.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis semiotika, sebagaimana diungkapkan oleh Deddy Mulyana yang dikutip dari bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif.
Metode penelitian kualitatif dalam arti penelitian kualitatif tidak mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis, prinsip angka, atau metode statistik. Penelitian kualitatif bertujuan mempertahankan bentuk dan isi perilaku manusia dan menganalisis kualitas-kualitasnya, alih-alih mengubah menjadi entitas-entitas kuantitatif . (Mulyana, 2003:150)
Furchan (1992:21-22), menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Melalui penelitian kualitatif, penulis dapat mengenali subjek dan merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.
Maka penelitian kualitatif selalu mengandalkan adanya suatu kegiatan proses berpikir induktif untuk memahami suatu realitas, peneliti yang terlibat langsung dalam situasi dan latar belakang analisis semiotika yang diteliti serta memusatkan perhatian pada suatu peristiwa kehidupan sesuai
(59)
48
dengan konteks penelitian. Thomas Lindlof dengan bukunya Qualitative communication research methods dalam Kuswarno menyebutkan bahwa metode kualitatif dalam penelitian komunikasi dengan paradigma fenomenologi, etnometodologi, interaksi simbolik, etnografi, dan studi budaya, sering disebut sebagai paradigm interpretif. (Lindlof, 1995:27-28). Bagi peneliti kualitatif, satu-satunya realita adalah situasi yang diciptakan oleh individu-individu yang terlibat dalam penelitian. penulis melaporkan fakta di lapangan secara jujur dan mengandalkan pada suara dan penafsiran informan.
Seperti dikatakan Denzin dan Lincoln (dalam Creswell, 1998:15), bahwa : Penelitian kualitatif memiliki fokus pada banyak metode, meliputi pendekatan interpretif dan naturalistic terhadap pokok persoalannya. Ini berarti bahwa para peneliti kualitatif mempelajari segala sesuatu di lingkungannya yang alami, mencoba untuk memahami atau menafsirkan fenomena menurut makna-makna yang diberikan kepada fenomena tersebut oleh orang-orang. Penelitian kualitatif meliputi penggunaan dan pengumpulan berbagai bahan empiris yang diteliti penelitian kasus, pengalaman pribadi, introspektif, kisah pekerjaan, wawancara, pengamatan, sejarah, interaksi, dan naskah-naskah visual-yang menggambarkan momen-momen problematic dan pekerjaan sehari-hari serta makna yang ada di dalam pekerjaan individu .
(60)
49
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara adalah cara pengumpulan data yang dalam pelaksanaannya mengadakan Tanya jawab terhadap orang-orang yang erat kaitannya dengan permasalahan, baik secara tertulis maupun lisan guna memperoleh keterangan atau masalah yang diteliti.
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai orang yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai orang yang memberikan atas pertanyaan itu.” (Koentjaraningrat : 1996).
Wawancara dapat dilakukan beberapa kali untuk memberikan data-data yang benar-benar aktual. Seperti juga dalam metode penelitian lainnya, kualitatif sangat bergantung dari data di lapangan dengan melihat fakta – fakta yang ada. Data yang terus bertambah dimanfaatkan untuk verifikasi teori yang timbul di lapangan, kemudian terus-menerus disempurnakan selama penelitian berlangsung. Seperi halnya studi kepustakaan, wawancara dan korespondensi ini juga merupakan data sekunder yang akan mendukung data primer.
(61)
50
2. Studi Pustaka
Peneliti juga melakukan pencarian data melalui sumber-sumber tertulis untuk memperoleh informasi mengenai objek penelitian ini, sebagai data sekunder. Diantaranya, studi litaratur untuk mendapatkan kerangka teoritis dan memperkaya latar penelitian melalui jurnal – jurnal yang berkaitan dengan penelitian, kliping dari berbagai media cetak, dan mengunjungi situs-situs web di internet yang mendukung penelitian.
3. Pencarian di Internet (Internet Searching)
Pencarian data di Intenet merupakan salah satu langkah yang digunakan peneliti sebagai bentuk satu trobosan efisensi waktu dalam perolehan data maupun studi literatur, dengan memanfaatkan situs-situs yang sifatnya gratis (freeware) maupun prabayar (payment).
3.2.3 Teknik Penentuan Informan
Peneliti melakukan penetuan informan dengan menggunakan teknik purposive sampling atau dikenal juga dengan sampling pertimbangan ialah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu. Hanya mereka yang ahli yang patut memberikan pertimbangan untuk pengambilan sampel yang
(62)
51
diperlukan. Oleh karena itu sampling ini cocok untuk analisis semiotika yang penulis amati dan analisis untuk memperkuat hasil dari penelitian ini.
Tabel 3.1
Data Informan Penelitian
No. Nama Jabatan
1. Anggi Doli Wiranata Ketua Milanisti Bandung 2. Mohammad Kuncoro Adji Div. Merchandise Milanisti Bandung
3.2.4 Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik analisa data dari Miles dan Huberman yaitu interactive mode. Pada teknik analisa data ini terdiri tiga komponen yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan serta pengujian kesimpulan (drawing and verifying conclusions) (Punch, 1998:202-204 dalam Pawito, 2007:104) :
(63)
52
Gambar 3.3
Analisis data Model Interaktif dari Miles dan Huberman
Sumber: Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Hlm 105
1. Reduksi data (data reduction). Di sini, peneliti mengumpulkan informasi-informasi yang penting yang terkait dengan masalah penelitian, dan selanjutnya mengelompokkan data tersebut sesuai dengan topik masalahnya.
2. Penyajian data (data display). Data yang terkumpul dan telah dikelompokkan itu kemudian disusun sistematis sehingga peneliti dapat melihat dan menelaah komponen-komponen penting dari sajian data.
3. Penarikan dan pengujian kesimpulan (drawing and verifying conclusions). Pada tahap ini, peneliti melakukan interpretasi data sesuai dengan konteks permasalahan dan tujuan penelitian. Dari
Pengumpulan
data Penyajian data
(64)
53
interpretasi yang dilakukan akan diperoleh kesimpulan dalam menjawab masalah penelitian.
3.2.5 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi beberapa pengujian peneliti menggunakan uji credibility ( validitas interbal ) atau uji kepercayaan terhadap hasil penelitian. Uji keabsahan data ini diperlukan untuk menentukan valid atau tidaknya suatu temuan atau data yang dilaporkan peneliti dengan yang terjadi sesuguhnya dilapangan.
Cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap hasil penelitian menurut sugiyono dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisi kasus negative dan member check (2005 :2070).
1. Perpanjangan pengamatan, berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru.
2. Peningkatan ketekunan, berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sitematis. 3. Diskusi dengan teman sejawat, teknik ini dilakukan dengan
mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan sejawat, pemeriksaan yang dilakukan dengan mengumpulkan rekan-rekan sebaya, yang memiliki
(65)
54
pengetahuan umum yang sama tentang apa yang sedang diteliti, sehingga bersama mereka peneliti dapat me-review persepsi, pandangan yang sedang dilakukan ( moleong, 2007 : 334)
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kota Bandung karena peneliti berdomisili dan berkegiatan di Kota Bandung, sehingga dapat dengan leluasa melakukan penelitian. Penelitian dilakukan di Jl. Cihampelas No.222 Bandung.
(1)
90
5.2.3 Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan mampu menimbulkan ketertarikan bagi mahasiswa ataupun siapapun untuk dapat lebih memahami tentang sesuatu logo terlebih dalam pemaknaannya.
(2)
91
DAFTAR PUSTAKA
BUKU SUMBER
Ardianto, Elvinaro & Q-Anees, Bambang. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Bogdan dan Taylor Lexy J. Moleong. 1988. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosda Karya Bandung
Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Chris Barker. 2004. Cultural Studies Teori dan Praktik. Yogyakarta: Kreasi Wacana
Effendy, Onong Uchjana. 2000. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
---. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
---. 2004. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Fiske, John. 2011. Cultural & Communications Studies. Yogyakarta: Jalasutra. Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Moleong, Lexy J. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
---. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
(3)
92
---. 2007. Metode Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Pawito, Ph.D. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara
Sobur, Alex. 2009. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta
INTERNET
www.milanisti.or.id diakses pada hari kamis, 01/03/2012
(4)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Nuky Maulana
Nama Panggilan : Nuky
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 1 November 1988 Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Telepon : 08562285131
Status : Belum Menikah
Nama Ayah : Yayan Suryana
Pekerjaan : Swasta
Nama Ibu : Rda. Tita Puspianingsih
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat Orang Tua : Jl. Siliwangi Dlm.I No.78/155B RT02/01 Kel. Cipaganti Kec. Coblong
Bandung 40131
Motto : Selalu Berusaha Jadi yang Terbaik Dari yang Terbaik
(5)
PENDIDIKAN FORMAL
No. Tahun Uraian Keterangan
1 2007-2012 Program Studi Ilmu Komunikasi Kosentrasi Humas. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, Bandung
-
2 2004-2007 SMA Negeri 15 Bandung Berijazah
3 2001-2004 SLTP Negeri 15 Bandung Berijazah
4 1995-2001 SD Pertiwi I Berijazah
PENGALAMAN ORGANISASI
No. Tahun Uraian Keterangan
1 2009 Staf Even Organizer Poophis Lovis Telkomsel 2009 di Ciwalk
- 2 2006-2007 Anggota OSIS SMA N 15 Bandung -
PELATIHAN DAN SEMINAR
No. Tahun Uraian Keterangan
1 2008 Pelatihan ENTERPRENEUR
“Membangun Pribadi dan
Wawasan Enterpreneurship” di
UPI 2008
Bersetifikat
2 2008 Pelatihan ENTERPRENEUR
“Enterpreneur Motivation
Funtastic Training” di
POLTEKPOS 2008
Bersetifikat
3 2009 Pelatihan TABLE MANNER
COURSE di Hotel Jayakarta Bandung 2009
Bersetifikat
4 2009 Pelatihan “Melejitkan Potensi dan
Pengembengan diri” di UNIKOM
2009
Bersetifikat
(6)
Radio” di UNIKOM
6 2009 Pelatihan “Kebudayaan Film dan
Sensor Film” (Ilustrasi Tentang
Perfilman) di UNIKOM 2009
Bersetifikat
7 2010 Panitia “Study Tour Ke Media
Massa RCTI 2010” UNIKOM
Bersetifikat
8 2012 Bedah Buku “HandBook of Public
Relation” dan Seminar “How To Be
A Good Writter” UNIKOM 2012
Bersetifikat
9 2012 “English Profiency Test” UNIKOM 2012
Bersertifikat
10 2012 Peserta “Fun With Office 2010” UNIKOM 2012
Bersertifikat
PENGALAMAN KERJA
No. Tahun Uraian Keterangan
1 2011 Praktek Kerja lapangan di Badaan koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa Barat
-
KEAHLIAN/BAKAT
No. Uraian
1 Operasional Microsoft Office 2 Operasional Adobe PhotoShop 3 Master of Ceremoni
Bandung, September 2012 Hormat Saya,