BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN 37 Volum e 3 Nom or 3, Desem ber 2005
sepenuhnya, meskipun di banyak negara common practices
merupakan beban Pemerintah. Namun demikian Bank Indonesia
sebagai lembaga non profit oriented tidak memperhitungkan untung rugi
artinya berapapun biaya yang harus ditanggung akan tetap dilaksanakan
sepanjang tujuan tersebut dapat tercapai. Tugas ini secara nyata
mencerminkan kontribusi Bank Indonesia sebagai lembaga publik
kepada masyarakat. Pengenaan pajak terhadap Bank
Indonesia dapat mengurangi kemampuan keuangan Bank
Indonesia dalam menyerap likuiditas perekonomian dan pada gilirannya
dapat mendorong terjadinya inflasi yang tinggi dan nilai tukar Rupiah
yang tidak stabil. Hal ini selanjutnya akan menurunkan daya beli dan
kesejahteraan masyarakat. Dari sisi pemerintah, tingginya suku bunga
akibat kebijakan moneter yang ketat dalam memerangi inflasi, dapat
meningkatkan beban hutang dalam negeri pemerintah. Selain itu,
depresiasi nilai tukar rupiah yang terlalu besar mengakibatkan
membengkaknya kew ajiban hutang luar negeri Pemerintah yang akan
menambah beban APBN.
3. Dampak terhadap keuangan
Pemerintah.
Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok sebagai bank sentral, Bank
Indonesia memerlukan modal yang cukup agar dapat membiayai
kegiatannya secara efektif. M odal dimaksud berasal dari kekayaan
negara yang dipisahkan berupa penjumlahan modal, cadangan
tujuan dan cadangan umum serta bagian laba yang belum dibagi.
Cadangan tujuan dan cadangan umum tersebut berasal dari sebagian
surplus Bank Indonesia. Dengan demikian, pengenaan pajak atas
surplus Bank Indonesia akan dapat berpotensi pada tidak terpenuhinya
kecukupan modal sehingga berimplikasi pada terganggunya
kelancaran tugas Bank Indonesia. Selanjutnya, hal ini pada gilirannya
juga akan membebani keuangan Pemerintah.
Sesuai Pasal 62 ayat 3 UU No. 3 Tahun 2004, apabila
modal BI kurang dari Rp 2 trilyun dan telah dilakukan upaya
pengalokasian seluruh surplus BI ke dalam cadangan umum tetapi masih
kurang dari batas minimal tersebut maka pemerintah w ajib menutup
kekurangan modal BI tersebut dan dilaksanakan setelah mendapat
persetujuan DPR. Disamping itu, sesuai kesepakatan
penyelesaian BLBI, dalam hal rasio modal Bank Indonesia kurang dari
3 , maka Pemerintah w ajib membayar charge kepada Bank
Indonesia dalam bentuk tunai atau obligasi negara sebesar kekurangan
dana yang diperlukan untuk mencapai rasio modal tersebut.
Oleh karena itu, pengenaan pajak kepada Bank Indonesia justru tidak
memberikan dampak yang positif
BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN 38 Volum e 3 Nom or 3, Desem ber 2005
bagi keuangan Pemerintah apabila menyebabkan rasio modal BI kurang
dari 3 karena adanya kew ajiban pembayaran charge. Pada sisi lain,
dengan tidak dikenakannya pajak terhadap Bank Indonesia bukan
berarti Bank Indonesia tidak berperan serta dalam menyumbang
penerimaan kepada pemerintah, karena sesuai Pasal 62 ayat 4 UU
No. 3 Tahun 2004, diatur bahw a seluruh surplus Bank Indonesia akan
diserahkan kepada pemerintah setelah diperhitungkan untuk
cadangan tujuan dan cadangan umum sampai dengan rasio
pemenuhan modal Bank Indonesia ditambah dengan cadangan umum
mencapai minimal 10 dari seluruh kew ajiban moneter.
Dikaitkan dengan landasan filosofis pemungutan pajak, maka
pengenaan pajak terhadap surplus Bank Indonesia tidak sesuai dengan
Teori Daya Beli yang merupakan salah satu teori yang memberikan
dasar pembenaran atau landasan filosofis dalam pemungutan pajak
6
Dari aspek teoritis tersebut, dengan pemungutan pajak diharapkan
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun dengan
pengenaan pajak kepada Bank Indonesia justru dapat berpotensi
untuk mendorong inflasi yang tinggi
6
Teori-teori yang memberikan dasar pembenaran atau landasan filosofis wewenang negara untuk
memungut pajak dengan cara yang dapat dipaksakan yaitu teori asuransi, teori
kepentingan, teori kewajiban pajak mutlak, teori daya beli dan teori daya pikul H. Bohari,
Pengantar Hukum Pajak, PT.Raja Grafindo, Cetakan ke 4, Jakarta, 2004,hal.36-38
sehingga akan menurunkan daya beli masyarakat dan pada akhirnya
berpengaruh terhadap kesejahteraan rakyat. Dalam kaitan tersebut ada
suatu pendapat yang sangat menarik yaitu peranan pajak pada
masa kini bukanlah sekedar untuk menghindari defisit anggaran
belanja, akan tetapi untuk menghindari inflasi.
7
4. Praktek di Bank Sentral