Analisis Batuan Penyelidikan Pemboran Potensi Bahan Galian Pada Wilayah Bekas Tambang Timah Siabu Kabupaten Kampar, Provisni Riau

37 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009 neodymium dan Y yttrium menunjukan nilai yang tidak berarti. Nilai untuk Ce 1 ppm, La 0,5 ppm, Nd 2 ppm dan Y 0,5 ppm, kecilnya nilai unsur-unsur tersebut mungkin dapat dihubungkan dengan hadirnya monazit pada setiap conto yang umumnya hanya berupa jejak dan juga ketidak hadirannya mineral xenotim. Nb neobium dan Ta tantalum dari 4 contoh yang dianalisis hanya 1 conto memberikan nilai yang signifikan, Nb 88 ppm dan Ta 10 ppm. Nilai ini lebih tinggi dari pada nilai rata-rata unsur ini di batuan granit, batuan sedimen dan tanah.

4. Kandungan Radioaktif

Monazit merupakan mineral yang memiliki kandungan thorium yang tinggi, sehingga mineral tersebut memiliki sifat radioaktif, untuk mengetahui kandungan radioaktif pada monazit 4 conto dianalisis dengan menggunakan Spektrometer Gamma untuk Radium-226 226 Ra, Thorium-232 232 Th, Thorium-228 228 Th dan Kalium-40 40 K. Radionuklida tersebut berpotensi menjadi bahan pencemar apabila konsentrasinya 1 Bqgr untuk Radium-226, Thorium-232 dan Thorium-228 dan untuk Kalium-40 10 Bqgr Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir No. 9 Tahun 2009. Hasil analisis untuk keempat Radionuklida tersebut mempunyai tingkat kontaminasi danatau konsentrasi dibawah 1 Bqgr untuk Radium-226, Thorium-232 dan Thorium-228 serta Kalium-40 di bawah 10 Bqgr, dapat dikatakan tidak ada unsur- unsur yang berpotensi menyebabkan timbulnya pencemaran radiasi di daerah ini.

5. Pasir Kuarsa

Pasir kuarsa merupakan hasil pelapukan batuan yang mengandung mineral utama, seperti kuarsa dan felspar kemudian ditransport oleh aliran air ke daerah yang lebih rendah. Kemurnian pasir kuarsa bervariasi bergantung pada proses pembentukannya dan mineral pengotornya. Persyaratan pasir kuarsa untuk industri tidak dapat ditetapkan secara pasti, yang paling utama adalah kemurniannya dan pembatasan pada oksida pengotornya. Dari hasil analisis terhadap 2 conto pasir kuarsa, kualitas pasir kuarsa ini apabila mengacu pada persyaratan pada industri pembuat kaca, pengecoran dan bata tahan api refraktori dan bahan pembentuk rangka keramik Supriatna Sahala dan M. Arifin, 1997 tidak masuk persyaratan untuk industri tersebut.

6. Analisis Batuan

Analisis dilakukan pada 3 conto batuan SB-01 R batupasir terbreksikan, SB-02 R urat kuarsa dan SG-09 F batu hanyutanurat kuarsa. Hasil analisis batupasir terbreksikan menunjukan kandungan unsur Sn 5 ppm dan batu hanyutan berupa urat kuarsa SG- 09 F berasal dari S. Plajau menunjukan unsur Sn 5 ppm. Untuk unsur lainnya seperti Cu, Pb, Zn, Ag, Cd, Au, As dan Sb dari kedua conto tersebut relatif kecil. 38 Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009 Kandungan Sn cukup tinggi dengan nilai unsur Sn 140 ppm diperoleh dari conto urat SB-02 R, conto ini berasal dari daerah S. Siabu. Conto yang diambil termasuk bagian dari mineralisasi jenis oksida dan diperkirakan termasuk kelompok urat kuarsa yang mengisi rekahan-rekahan batupasir tufaan dari Formasi Bohorok. Kelompok urat kuarsa ini biasanya diisi oleh butiran-butiran halus kasiterit seperti yang ditemukan di daerah Bukit Panggang Bambang Setiawan, dkk., 1983. Gejala ubahan yang teramati pada daerah sekitar kontak urat- urat tersebut di antaranya greisenisasi, pengersikan dan kaolinisasi. 7. Mineragrafi Pengamatan di bawah mikroskop untuk 2 conto batuan hanyutan SB 05 F batu teroksidasi dari S. Siabu dan SG 09F urat kuarsa dari S. Plajau, teramati mineral hematit yang telah terubah menjadi hidrous iron oxide dan tidak ditemukan mineral kasiterit maupun mineral lainnya. 8. Petrografi Conto SG 01R diambil dari singkapan batupasir di S. Singgalan, batuan ini menunjukan tekstur klastik, berbutir halus hingga berukuan 1 mm. Hasil pengamatan dalam sayatan tipis, batupasir ini disusun oleh fragmen-fragmen kuarsa, glaukonit dengan sedikit feldspar di dalam masa dasar karbonat-oksida besi-klorit-kuarsa. Disimpulkan batupasir ini merupakan batupasir glaukonit dari Formasi Telisa yang diendapkan dalam lingkungan marine. Hasil analisis 5 conto lainnya, batuan merupakan batupasir yang telah termetamorfkan dan terbreksikan, dimana mineral kuarsa di dalam masa dasar butiran halus serisit-klorit-mikorgranular kuarsa dan mineral opak menunjukan foliasiliniasi. Batuan-batuan ini telah mengalami deformasi akibat pengaruh struktur disekitarnya yang mengakibatkan terbentuknya perlipatan atau gerakan sesar di daerah ini.

9. Penambangan