BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survey deskriptif yaitu penelitian diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan didalam suatu komunitas atau
masyarakat.
3.2. Populasi dan sampel
Populasi pada penelitian ini adalah murid-murid SMA Perguruan Kristen Immanuel Medan yang berjumlah 270 orang. Sampel diambil dengan cara sistematik
random sampling dengan menjumpai murid-murid SMA Perguruan Kristen Immanuel Medan selama 3 hari. Besar sampel diambil menurut WHO berdasarkan
kriteria umur yaitu sejumlah 100 orang kelas I sebanyak 35 orang, kelas II sebanyak 35 orang, dan kelas III sebanyak 30 orang. Sampel yang diperiksa adalah murid-
murid yang tidak memakai pesawat ortodonti. 3.3. Variabel dan Defenisi Operasional Penelitian
No Variabel Defenisi
Operasional
1 Need
Kebutuhan untuk perawatan maloklusi yang dinilai oleh tenaga ahli atau pemeriksa.
2 Demand
Keinginan untuk melakukan perawatan maloklusi yang dibutuhkan oleh responden.
3 Maloklusi Kelainan susunan gigi dari bentuk oklusi yang dianggap menyimpang dari bentuk standar yang diterima sebagai bentuk
normal. Maloklusi pada penelitian ini adalah maloklusi yang membutuhkan perawatan berdasarkan kriteria indeks HMA.
Universitas Sumatera Utara
3.4. Cara Penelitian
Cara Pemeriksaan : 1.
Pengukuran Need Status maloklusi diukur dengan menggunakan indeks HMA, yaitu
menggunakan satu lembar isian dan digunakan untuk melengkapi cara menentukan prioritas perawatan maloklusi menurut keparahan maloklusi yang dapat dilihat pada
besarnya skor yang tercatat pada lembar isisan tersebut. Metode ini dipilih karena mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi dan peka terhadap semua tingkatan
maloklusi serta tidak memerlukan alat khusus penilaian maloklusi. Cara penilaian yang dilakukan adalah :
a. Penyimpangan gigi dalam satu rahang 1. Segmen anterior,setiap gigi anterior rahang atas yang terlibat diberi skor
2, dan setiap gigi anterior rahang bawah diberi skor 1. a
Gigi absen missing. Gigi yang tidak terdapat dalam mulut, termasuk jika tinggal akarradiks.
b Gigi berjejal crowdeed.
Gigi yang berjejal karena kurang tempat sehingga untuk mengatur perlu menggeser gigi yang lain yang ada dalam rahang. Gigi yang sudah dinilai rotasi maka
tidak boleh dinilai berjejal. c
Gigi rotasi rotation.Gigi yang letaknya berputar tetapi cukup tempat untuk mengaturnya dalam lengkung rahang. Gigi yang sudah diberi skor rotasi tidak
boleh diberi skor berjejal atau renggang. d
Gigi renggang spacing.
Universitas Sumatera Utara
1 Renggang terbuka open spacing, yaitu celah yang terdapat diantara gigi
sehingga terlihat papil interdental. Pemberian skor adalah jumlah papila yang tampak, bukan giginya.
2 Renggang tertutup closed spacing, yaitu penutupan ruang sebagian
sehingga tidak memungkinkan gigi untuk erupsi penuh tanpa menggeser gigi lainnya dalam lengkung rahang yang sama, yang diberi skor adalah giginya.
2. Segmen posterior, setiap gigi yang terlibat diberi skor 1. a
Absen : cara penilaian seperti segmen anterior. Dicatat jumlah gigi yang tidak ada dalam rongga mulut, termasuk radiks.
b Berjejal : penilaian seperti pada segmen anterior.
c Rotasi : penilaian seperti pada segmen anterior.
d Renggang :
1 Renggang terbuka, yaitu celah interproksimal yang menampakkan papila
disebelah mesial adn distal sebuah gigi. 2
Renggang tertutup : penilaian seperti pada segmen anterior. b. Kelainan hubungan gigi kedua rahang dalam keadaan oklusi inter arch
deviation. 1. Segmen anterior, untuk setiap gigi rahang atas yang terlibat diberi skor 2.
a Jarak gigit, penilaian jarak gigit adalah bila gigi insisivus atas labioversi sehingga gigi insisivus bawah pada waktu oklusi mengenai mukosa palatum. Apabila
gigi insisivus atas tidak labioversi maka kelainan itu hanya diberi skor sebagai kelainan tumpang gigit.
Universitas Sumatera Utara
b Tumpang gigit, penilaian tumpang gigit adalah apabila pada waktu oklusi gigi insisivus atas mengenai mukosa gingiva gigi insisivus bawah, sedang gigi bawah
tersebut mengenai mukosa palatum. Jika insisivus atas labioversi maka kelainan tumpang gigit juga jarak gigit.
c Gigitan silang, yaitu apabila gigi insisivus atas pada waktu oklusi disebelah lingual gigi insisivus bawah.
d Gigitan terbuka, yaitu apabila waktu oklusi gigi depan atas dan bawah tidak berkontak.
2 Segmen posterior, untuk setiap gigi yang terlibat diberi skor 1. a Kelainan anteroposterior, yaitu kelainan oklusi dimana pada waktu oklusi
gigi kaninus, premolar pertama dan premolar kedua serta gigi molar pertama bawah berada disebelah distal atau mesial gigi antagonisnya. Kelainan tersebut diberi skor
bila terdapat satu tonjol atau lebih dari gigi molar, premolar, dan kaninus beroklusi di daerah interproksimal lebih ke mesial atau distal dari posisi normal.
b Gigitan silang, yaitu bila pada waktu oklusi terdapat gigi pada segmen bukal yang posisinya lebih ke lingual atau bukal diluar kontak oklusi terhadap gigi
antagonisnya. c Gigitan terbuka, yaitu bila pada waktu oklusi terdapat celah antara gigi
posterior atas dan bawah. Hubungan tonjol lawan tonjol tidak termasuk gigitan terbuka.
Setiap ciri maloklusi yang berupa kelainan dentofasial diberi skor 8. Ciri-ciri tersebut yaitu celah bibir dan celah mulut, bibir bawah terletak di palatal gigi
insisivus atas, gangguan oklusal occlusal interference, gangguan fungsi rahang
Universitas Sumatera Utara
functional jaw limitation, asimetris mukawajah, gangguan bicara speech impairment.
Skor total didapat dengan menjumlahkan skor keempat macam ciri utama maloklusi dengan menggunakan indeks HMA. Kriteria penilaian maloklusi sebagai
berikut : Skor 0 – 4
= variasi oklusi normal Skor 5 – 9
= maloklusi ringan, tidak perlu perawatan Skor 10 – 14 = maloklusi ringan, kasus tertentu memerlukan perawatan
Skor 15 – 19 = maloklusi berat, memerlukan perawatan Skor
≥ 20 = maloklusi berat, sangat memerlukan perawatan
2. Pengukuran
Demand Pengukuran
demand diperoleh dari wawancara menggunakan kuesioner pada murid-murid.
3.5. Cara Pengambilan Data