Evaluasi Pertumbuhan dan Keragaman Genetik Tanaman Palahlar Gunung (Dipterocarpus Retusus Blume) dan Palahlar (Dipterocarpus Hasseltii Blume) Berdasarkan Penanda RAPD di KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat - Banten

EVALUASI PERTUMBUHAN DAN KERAGAMAN GENETIK
TANAMAN PALAHLAR GUNUNG (Dipterocarpus retusus
Blume) DAN PALAHLAR (Dipterocarpus hasseltii Blume)
BERDASARKAN PENANDA RAPD DI KPH BOGOR PERUM
PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT - BANTEN

DETTI SUMIYATI
E14203022

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

2

RINGKASAN
Detti Sumiyati. Evaluasi Pertumbuhan dan Keragaman Genetik Tanaman
Palahlar Gunung (Dipterocarpus retusus) dan Palahlar (Dipterocarpus hasseltii)
Berdasarkan Penanda RAPD di KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat
– Banten. Dibimbing oleh Istomo dan Iskandar Z. Siregar.

Palahlar (D. hasseltii) dan palahlar gunung (D. retusus) merupakan
tanaman dari famili Dipterocarpaceae yang berasal dari Jawa Barat dan
populasinya sudah semakin sulit ditemukan. Perum Perhutani dan Fakultas
Kehutanan IPB melakukan penelitian untuk menyelamatkan palahlar dari
kepunahan, dengan melakukan penanaman pohon palahlar. Informasi mengenai
perkembangan pertumbuhan dan keragaman genetik tanaman palahlar penting
untuk mendukung program pembudidayaan dan konservasi genetik. Salah satu
cara untuk mengetahui pertumbuhan tanaman palahlar dapat dilakukan dengan
pengamatan terhadap tinggi tanaman dan pertumbuhan diameter batang. Untuk
informasi keragaman genetik palahlar menggunakan analisis DNA. Salah satu
penanda molekuler berbasis DNA yang telah banyak diaplikasikan sebagai
penanda genetik tanaman adalah RAPD.
Tujuan dari penelitian ini adalah, mengetahui pertumbuhan diameter dan
tinggi tanaman palahlar, serta mengetahui keragaman genetik palahlar dan
hubungan faktor genetik dengan potensi pertumbuhan tanaman palahlar gunung
(D. retusus) dan palahlar (D. hasseltii).
Penelitian terdiri dari dua tahap yang dilaksanakan dari bulan Juni –
November 2008. Tahap pertama, pengukuran di lapangan (pengukuran tinggi dan
diameter tanaman) yang dilakukan di petak 14a KPH Bogor. Hasil pengukuran
didapatkan 3 kelas pertumbuhan, yaitu kelas pertumbuhan kecil (kelas A), sedang

(kelas B) dan tinggi (kelas C). Pertumbuhan tinggi untuk kedua jenis tanaman
yaitu, kelas pertumbuhan A (kecil) sebanyak 88 tanaman (D. retusus) dan 129
tanaman (D. hasseltii) dengan selang pertumbuhan 0-100 cm, kelas pertumbuhan
B (sedang) sebanyak 40 tanaman untuk D. retusus dan 48 tanaman untuk D.
hasseltii (101-200 cm) dan kelas pertumbuhan C (tinggi) sebanyak 6 tanaman
untuk D. retusus dan 10 tanaman untuk D. hasseltii (201 cm-up). Pertumbuhan
diameternya yaitu, kelas pertumbuhan A (kecil) sebanyak 100 tanaman (D.
retusus) dan 134 tanaman (D. hasseltii) dengan selang pertumbuhan 0,01-1,5 cm,
kelas pertumbuhan B (sedang) sebanyak 25 tanaman (D. retusus) dan 42 tanaman
(D. hasseltii) selang pertumbuhan sebesar 1,6-2,5 cm dan kelas pertumbuhan C
(tinggi) sebanyak 9 tanaman (D. retusus) dan 11 tanaman (D. hasseltii) selang
pertumbuhannya sebesar 2,6cm- up.
Tahap kedua, analisis DNA yang dilakukan di laboratorium silvikultur,
Fakultas Kehutanan, IPB. Analisis Keragaman genetik palahlar dilakukan dengan
menggunakan software POPGENE 32. Analisis hubungan kekerabatan dilakukan
dengan menggunakan software NTSYS ver. 2.0. Dalam analisis keragaman
genetik palahlar diperoleh 2 primer yang menghasilkan kualitas amplifikasi yang
paling bagus, yaitu OPO-13 dan OPY 20. Hasil analisis dengan menggunakan
POPGENE 32 diperoleh rata-rata nilai he antar kelas pertumbuhan yaitu sebesar
0,1869. Nilai keragaman genetik terbesar untuk D. hasseltii terdapat pada kelas

pertumbuhan sedang (kelas B) sebesar 0,2498 dan untuk D. retusus terdapat pada
kelas pertumbuhan kecil (kelas A) sebesar 0,2240.

3

Analisis gerombol menunjukan adanya dua kelompok besar yaitu,
kelompok kelas pertumbuhan sedang-besar (kelas B dan C) dan kelompok kelas
pertumbuhan kecil (kelas A). Dari dendrogram juga terlihat bahwa terdapat dua
spesies yang berbeda dalam satu kelompok, yaitu D. hasseltii dan D. retusus yang
terdapat dalam satu kelompok kelas pertumbuhan kecil (kelas A). Jarak genetik
terdekat antara D. hasseltii kelas B dan Kelas C (0,0383), sedangkan yang terjauh
antara D. hasseltii kelas A dengan D. retusus kelas B sebesar 0,1826.

4

SUMMARY
Detti Sumiyati. Growth and Genetic Variation Evaluation Of Dipterocarpus
retusus (Mountain Palahlar) and Dipterocarpus hasseltii (Palahlar) Based on
RAPD Marker in KPH Bogor Unit III Perum Perhutani West Java – Banten.
Under the Guidance of Istomo and Iskandar Z. Siregar.

D. hasseltii (palahlar) and D. retusus (palahlar gunung) is plant species of
Dipterocarpaceae family that originate from west java which population is getting
rare. Perum Perhutani and IPB Faculty of Forestry has done research to save the
species by planting them. Information about growth development and genetic
variation of palahlar is important to support culturing program and palahlar
genetic conservation. One of the way to study palahlar growth is through
observation of the plant height and stem diameter increament. DNA analysis is
use to gain information of palahlar genetic variation. One of the DNA based
molecular marker widely applicated as plant genetic marker is RAPD.
The goal of this research is to study diameter growth and palahlar plant
height and also to study genetic variation and the connection between genetic
factor with D. retusus and D. hasseltii growth potency.
The study is done in two stage from june to november 2008. The first
stage is field observation (height and diameter measurement) that was held in 14a
section KPH Bogor. The observation result 3 classes of diameter, that is small
growth class (A class), medium (B class) and high (C class). Height growth for
both species are 88 plants of growth class A (small) for D. retusus and 129 plants
for D. Hasseltii with growth interval 0-100 cm, 40 plants of growth class B
(medium) for D. retusus and 48 plants for D. hasseltii (101-200 cm) and in growth
class C (high) there are 6 plants of D. retusus dan 10 plants of D. hasseltii (201

cm-up). For diameter growth there are 100 plants of D. retusus and 134 plants of
D. hasseltii of growth class A (small) with growth interval between 0,01-1,5 cm,
for growth class B (medium) there are 25 plants of D. Retusus dan 42 plants of D.
Hasseltii with growth interval between 1,6-2,5 cm and in growth class C (high)
there are 9 plants of D. retusus and 11 plants of D. Hasseltii with growth interval
between 2,6cm- up.
The second stage is DNA analysis that was hels in silviculture labolatory
of IPB faculty of forestry. Genetic variation analysis is done using POPGENE 32
software. Analysis of genetic relation is done using NTSYS ver. 2.0 software.
There are 2 primary that resulting the best amplifying quality in genetic variation
analysis that is OPO-13 dan OPY 20. Analysis result with POPGENE 32 is
resulting average he points between classes as much as 0,1869. The biggest
genetic point for D. hasseltii is on the medium growth class (B class) as much as
0,2498 dan for D. retusus is in small growth class (A class) as much as 0,2240.
Cluster analysis shows that there are two big groups that is medium-high growth
class group (B and C class) and small growth class group.
From the dendrogram it is also shows that there are two species in one
group, that is D. hasseltii and D. retusus that is in one group of small growth class
(A class). The closest genetict distance between class B D. hasseltii and class C
(0,0383), while the farest is between D. hasseltii class A with D. retusus class B

as much as 0,1826.

5

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah
serta karuni-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Evaluasi Pertumbuhan dan Keragaman Genetik Tanaman Palahlar Gunung
(Dipterocarpus retusus Blume) dan Palahlar (Dipterocarpus hasseltii Blume)
Berdasarkan Penanda RAPD di KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat Banten”. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi pertumbuhan palahlar serta
mengembangkan informasi mengenai keragaman genetik tanaman palahlar yang
merupakan salah satu jenis kayu potensial di Indonesia.
Karya ilmiah ini memuat metodologi penelitian dengan menggunakan
teknik RAPD (Random Amplified Polymorfhic DNA) serta hasil analisis genetik
pada tiga kelas pertumbuhan untuk spesies D. hasseltii dan D. retusus. Selain itu
disajikan pula evalusi pertumbuhan kedua jenis berdasarkan pertumbuhan
diameter dan tinggi, sehingga menghasilkan kelas pertumbuhan kecil (kelas A),
sedang (kelas B) dan tinggi (kelas C). Pada akhirnya hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah dalam menjawab permasalahan

kehutanan Indonesia.
Dengan segenap rasa hormat penulis mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terutama
keluarga besar penulis, Bapak Dr. Ir. Istomo MS dan Dr. Ir. Iskandar Z. Siregar,
M.For.Sc selaku dosen pembimbing. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik selalu kami harapkan.

Bogor, Mei 2008

Penulis

6

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................

i


RIWAYAT HIDUP .....................................................................................

iii

DAFTAR TABEL .......................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR...................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

viii

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .......................................................................


1

1.2. Tujuan .....................................................................................

2

1.3. Manfaat Penelitian ..................................................................

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ekologi Jenis Palahlar (Dipterocarpus hasseltii Blume) ........

3

2.1.1. Keterangan Botanis ........................................................

3


2.1.2. Penyebaran dan Tempat Tumbuh...................................

4

2.1.3. Manfaat Kayu.................................................................

4

2.2. Ekologi Jenis Palahlar Gunung
(Dipterocarpus retusus Blume) ..............................................

5

2.2.1. Keterangan Botanis ........................................................

5

2.2.2. Penyebaran dan Tempat Tumbuh...................................

6


2.2.3. Manfaat Kayu.................................................................

6

2.3. Pertumbuhan Palahlar di BKPH Jasinga KPH Bogor.............

7

2.4. Keragaman Genetik Tanaman.................................................

8

2.5. Pengukuran Variasi Genetik ...................................................

9

2.6. Teknik PCR (Polymerase Chain Reaction) ............................

10

2.7. Penanda RAPD (Random Amplified Polymorfhic DNA) .......

11

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian.....................................................................

13

3.2. Topografi dan Tanah ...............................................................

13

BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................

15

7

4.2. Bahan dan Alat Penelitian.......................................................

15

4.3. Prosedur Pelaksanaan Penelitian.............................................

16

4.3.1 Pengukuran Pertumbuhan Tanaman Palahlar
(D. hasseltii) dan Palahlar Gunung (D. retusus) ..........

17

4.3.2 Pengambilan Contoh Daun ............................................

18

4.3.3 Ekstraksi DNA ...............................................................

18

4.3.4 Proses PCR-RAPD.........................................................

20

4.4 Analisis Data ...........................................................................

21

4.4.1 Evaluasi Pertumbuhan Palahlar (D. hasseltii)
dan Palahlar Gunung (D. retusus)..................................

21

4.4.2 Analisis Keragaman Genetik..........................................

21

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian .....................................................................

22

5.1.1 Pertumbuhan Tanaman...................................................

22

5.1.1.1 Pertumbuhan Diameter..........................................

24

5.1.1.2 Pertumbuhan Tinggi..............................................

26

5.1.2 Keragaman Genetik Palahlar (D. hasseltii)
dan Palahlar Gunung (D. retusus)..................................

29

5.1.2.1 Ekstraksi DNA ......................................................

29

5.1.2.2 Reaksi PCR dan RAPD.........................................

30

5.1.3 Variasi Genetik Palahlar (D. hasseltii)
dan Palahlar Gunung (D. retusus).................................

34

5.2. Pembahasan............................................................................

37

5.2.1 Pertumbuhan Palahlar (D. hasseltii) dan
Palahlar Gunung (D. retusus).........................................

37

5.2.2 Keragaman Genetik Palahlar (D. hasseltii)
dan Palahlar Gunung (D. retusus) .................................

38

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ............................................................................

42

6.2 Saran.......................................................................................

43

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

44

LAMPIRAN.................................................................................................

47

8

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 2 Januari 1985 di Desa Lengkong,
Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Subang Jawa Barat. Penulis merupakan anak
kedua dari tiga bersaudara dari

pasangan suami

istri Bapak Agus Jayeng

Rono dengan Ibu Hatijah.
Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN Cijoged hingga tahun 1997
kemudian melanjutkan di SLTPN 1 Cipeundeuy lulus tahun 2001. Selanjutnya
penulis menyelesaikan SLTA di SMUN 1 Subang pada tahun 2003. Tahun 2003
penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI) dan diterima di Fakultas Kehutanan Departemen Silvikultur
Program Studi Budidaya Hutan.
Selama kuliah di IPB penulis aktif di himpunan profesi FMSC periode
2004-2005 sebagai staff Dept. Kesekretariatan dan aktif sebagai staff Ikatan
Alumni Subang FOKUS cabang Bogor. Selain itu penulis pernah menjadi asisten
dosen Ekologi Hutan (2007-2008). Penulis mengikuti Praktek Pengenalan dan
Pengelolaan Hutan (P3H). Praktek Umum Kehutanan (PUK) dilakukan di KPH
Banyumas Barat, Cilacap dan KPH Banyumas Timur, Baturaden Jawa Tengah.
Sedangkan Praktek Umum Pengelolaan Hutan (PUPH) dilaksanakan di KPH
Ngawi, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah dari bulan Juli sampai Agustus 2006.
Pada bulan Februari sampai dengan April 2007 penulis melaksanakan Praktek
Kerja Lapang (PKL) di wilayah Dinas PKT Cianjur Jawa Barat.
Untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan IPB, penulis menyelesaikan
skripsi dengan judul “Evaluasi Pertumbuhan dan Analisis Keragaman Genetik
Tanaman Palahlar Gunung (Dipterocarpus retusus Blume) dan Palahlar
(Dipterocarpus hasseltii Blume) berdasarkan penanda RAPD di KPH Bogor
Perum Perhutani Unit III Jawa Barat-Banten” yang dibimbing oleh Dr. Ir. Istomo
MS dan Dr. Ir. Iskandar Zulkarnaen Siregar, M.For.Sc.

9

DAFTAR TABEL

No.

Halaman

1. Rata-rata Nilai Sifat-sifat Tanah Hasil Analisis Laboratorium
di RPH Cigudeg ......................................................................................

14

2. Alat-alat ekstraksi DNA, RAPD dan Analisis Data................................

15

3. Komposisi Bahan dan Reaksi PCR dan Teknik RAPD ..........................

20

4. Rata-rata Hasil Pengukuran Pertumbuhan Palahlar Gunung
(D. retusus) dan Palahlar (D. hasseltii)...................................................

22

5. Kelas Pertumbuhan Diameter Palahlar Gunung
(D. retusus) dan Palahlar (D. hasseltii)...................................................

25

6. Kelas Pertumbuhan Tinggi Palahlar Gunung
(D.retusus) dan Palahlar (D. hasseltii)....................................................

27

7. Pengambilan Contoh Daun Berdasarkan Kelas Pertumbuhan
Tinggi Tanaman ......................................................................................

28

8. Jenis Primer, Urutan Basa dan jumlah Pita Genotip Palahlar Gunung
(D. retusus) dan Palahlar (D. hasseltii)...................................................

31

9. Nilai na, ne, He dan PLP untuk Seluruh Populasi Tanaman Palahlar
Gunung (D. retusus) dan Palahlar (D. hasseltii) .....................................

34

10. Jarak Genetik Antar Kelas Diameter Tanaman Palahlar Gunung
(D.retusus) dan Palahlar (D. hasseltii)....................................................

35

10

DAFTAR GAMBAR

No

Halaman

1. Foto Alat-alat PCR..................................................................................

16

2. Urutan Kegiatan Penelitian .....................................................................

17

3. Grafik Kelas Pertumbuhan Diameter Palahlar Gunung
(D. retusus) dan Palahlar (D. hasseltii)...................................................

25

4. Grafik Kelas Pertumbuhan Tinggi Palahlar Gunung
(D. retusus) dan Palahlar (D. hasseltii)...................................................

27

5. Hasil Ekstraksi DNA Jenis Palahlar (D. hasseltii)..................................

29

6. Hasil Ekstraksi DNA Jenis Palahlar Gunung (D. retusus)......................

29

7. Foto Hasil Seleksi Primer .......................................................................

31

8. Hasil Proses PCR-RAPD Menggunakan Primer OPO-13 Pada
D. hasseltii ..............................................................................................

32

9. Hasil Proses PCR-RAPD Menggunakan Primer OPO-13 Pada
D. retusus ................................................................................................

33

10. Hasil Proses PCR-RAPD Menggunakan Primer OPY-20 Pada
D. retusus ................................................................................................

33

11. Hasil Proses PCR-RAPD Menggunakan Primer OPY-20 Pada
D. hasseltii ..............................................................................................

34

12. Dendogram Jarak Genetik Kelas Pertumbuhan Tinggi Tanaman
Palahlar Gunung (D. retusus) dan Palahlar (D. hasseltii) Berdasarkan
Metode Nei (1972) ..................................................................................

36

PENGGUNAAN SEKAM PADI DICAMPUR KOTORAN AYAM
SEBAGAI MEDIA TUMBUH JAMUR MERANG
Volvariella volvacea (Bull. Ex. Fr.)

DEDI SUPARDI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

PENGGUNAAN SEKAM PADI DICAMPUR KOTORAN AYAM
SEBAGAI MEDIA TUMBUH JAMUR MERANG
Volvariella volvacea (Bull. Ex. Fr.)

DEDI SUPARDI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan pada
Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penggunaan Sekam Padi
Dicampur Kotoran Ayam Sebagai Media Tumbuh Jamur Merang Volvariella volvacea
(Bull. Ex. Fr.) adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen
pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai skripsi perguruan tinggi atau lembaga
manapun. Sumber informasi yang barasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2008
Dedi Supardi
E14202015

Lembar Pengesahan

Judul Skripsi

Nama
NIM

: Penggunaan Sekam Padi Dicampur Kotoran Ayam Sebagai
Media Tumbuh Jamur Merang Volvariella volvacea
(Bull. Ex. Fr.)
: Dedi Supardi
: E14202015

Menyetujui :
Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. I.G.K. Tapa Darma, Msc.
NIP. 130 696 561

Mengetahui :
Dekan Fakultas Kehutanan IPB

Dr. Ir Hendrayanto, M. Agr
NIP. 131 878 499

Tanggal Lulus:

RINGKASAN
Dedi Supardi (E14202015).Penggunaan Sekam Padi Dicampur Kotoran Ayam
Sebagai Media Tumbuh Jamur Merang Volvariella volvacea (Bull. Ex. Fr.)
Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. I.G.K. Tapa Darma, Msc.
Jamur merang saat ini merupakan salah satu jenis komoditi yang mempunyai
prospek yang baik untuk dikembangkan. Jamur merang (Volvariella volvacea)
merupakan jenis jamur pangan (Edibel Mushroom) yang saat ini banyak dibudidayakan
oleh masyarakat untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Sekam padi dan kotoran
ayam merupakan contoh limbah yang bila dimanfaatkan akan sangat membantu petani
dalam meningkatkan pendapatan keluarga dan tentu saja mengurangi limbah tersebut
agar tercipta lingkungan yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
produktivitas media jerami padi dan media sekam padi dicampur kotoran ayam pada
budidaya jamur merang.
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara mengkomposkan
bahan-bahan yang dapat dijadikan media tanam jamur merang (seperti jerami padi, sekam
padi dan kotorna ayam). Selain itu juga dikomposkan kapas sebagai Casing media
tumbuh jamur merang.
Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa produktivitas media jerami
padi lebih besar daripada media sekam sekam padi dicampur kotoran ayam. Suhu dan
kelembaban udara yang tidak sesuai dapat mempengaruhi hasil panen yang diperoleh.
Untuk pencapaian hasil produksi yang lebih baik, media tanam jamur yang menggunakan
kotoran ayam sebagai campuran sebaiknya dipasteurisasi dan dikomposkan lebih lama
agar terhindar dari kontaminasi. Sedangkan agar suhu udara di dalam kumbung terjaga,
disarankan menggunakan lampu pijar yang diletakkan di dalam kumbung.

Kata kunci : Sekam padi, kotoran ayam, media, pertumbuhan, jamur merang

SUMMARY
Dedi Supardi (E14202015). Use of Husk mixed with Manure as Growth Media of
Paddy Mushroom Volvariella volvacea (Bull. Ex. Fr.)
Under the Direction of Prof. Dr. Ir. I.G.K. Tapa Darma, M.Sc.

Nowadays, paddy mushroom is being one of good prospect commodity to be
developed. Paddy mushroom (Volvariella volvacea) is an edible mushroom which
currently cultivated to increase people’s income. Husk and manure is a kind of waste
which could help increasing farmer’s income by using it as well as reduce the waste to
create good environment. This study was aimed to know about productivity of husk
media and husk plus manure media in paddy mushroom cultivation.
The method in this study was composting some materials to make paddy
mushroom media such as paddy straw, husk and manure, as well as by composting cotton
as media casing.
The study result reveals that productivity of paddy straw media is higher than
husk plus manure media. Unconditional temperature and relative humidity (RH) might
affect crop production. However, in our opinion, improving crop production could be
done by put in the manure media in longer pasteurisation to prevent contamination. Air
temperature during growth term may be adjusted by installing light lamp to keep the air
temperature not too low.

Keyword: Husk, manure, media, growth, paddy mushroom.

KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala curahan
rahmat dan kasih sayang Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September
2007 adalah jamur merang, dengan judul Penggunaan Sekam Padi Dicampur Kotoran
Ayam Sebagai Media Tumbuh Jamur Merang Volvariella volvacea (Bull. Ex. Fr.). Dari
hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa media sekam padi dicampur kotoran ayam
dapat digunakan sebagai media tumbuh jamur merang meskipun produksinya lebih
rendah bila dibandingkan dengan media jerami padi.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bogor, Mei 2008
Penulis

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kutacane, Kabupaten Aceh Tenggara pada tanggal
10 Juni 1984 sebagai anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Bapak
Saparuddin dan Ibu Siti Yusni. Pada tahun 2002 penulis lulus dari SMU
Negeri 2 Kutacane dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB.
Penulis memilih Program Studi Budidaya Hutan, Jurusan Manajemen Hutan,
Fakultas Kehutanan. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi
kemahasiswaan yakni sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat
Fahutan IPB, Kepala Depertemen Olahraga dan Seni Ikatan Mahasiswa Tanah Rencong
(IMTR) tahun 2005, staf Departemen Pengembangan Sumberdaya Manusia Forest
Management Club (FMSC) tahun 2003-2004, Panitia Bina Corp Rimbawan (BCR)
Fakultas Kehutanan tahun 2005, Panitia Temu Manajer (TM) tahun 2005, Ketua umum
Ikatan Pelajar Mahasiswa Aceh Tenggara (IPMAT) JABOTABEK tahun 2005-2007,
Panitia Pembentukan Propinsi Aceh Leuser Antara (ALA) tahun 2007. Selain itu penulis
juga melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Intimpura Timber Iriana Sorong
Propinsi Irian Jaya Barat.
Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi
dengan judul Penggunaan Sekam Padi Dicampur Kotoran Ayam Sebagai Media Tumbuh
Jamur Merang Volvariella volvacea (Bull. Ex. Fr.) dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir.
I.G.K. Tapa Darma, Msc.

TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Salam cinta kepada junjungan
alam semesta Rasulullah Muhammad SAW, beserta pada Ahlulbait Nya.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Keluarga besar Manik, Ayahanda (Saparuddin), Ibunda (Siti Yusni), Kakak Yuslina
Wati, Kakak Melida Wati, Abang Yocerizal, Adikku Haristian, dan keponakanku
tersayang Rifky Aulia, atas do’a, kasih sayang, serta motivasi yang diberikan.
Semoga hidup kita semua di Rahmati Allah SWT (amin).
2. Keluarga besar Lingga di Pulolatong dan seluruh keluarga besar yang ada di Aceh
Singkil, atas bantuannya selama ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. I.G.K. Tapa Darma selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan arahan, dan masukan yang sangat berarti bagi penulis. Semoga Allah
SWT membalas berlipat-lipat segala kebaikan yang telah diberikan (amin).
4. Bapak H.Ir. Kasno, Ms, atas segala bimbingan dan perhatianya selama ini, (Salam
Sukses, Luar Biasa ! )
5. Bapak Dr. Ir. I Ketut N. Pandit, Ms dan Bapak Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc atas
kesediaannya meluangkan waktu sebagai dosen penguji
6. Mas Mardi, Teh Yuni, Pak Mat, Om Sandi, Zainal, Diyen, Pak Gatot dan Ibu,
Keluarga besar Pak Ni’an Effendi, dan pak Muhajir atas kemurahan hatinya.
7. Keluarga besar ”Kutacane” (Bang Mul, Bang Rey, Bang Suhada, Arif), Bang
Dudung, Bodonk, Rangga, Stevano, dan Seluruh Keluarga besar Fahutan IPB, atas
dukungannya dan spiritnya.
8. Keluarga besar Sylvicultur (E’38,39 dan 40) atas kebersamaannya selama ini,
semoga semua yang pernah kita lalui memberikan arti yang indah, dan semua pihak
yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL......................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................xiv
PENDAHULUAN .....................................................................................................1
Latar Belakang ...................................................................................................1
Tujuan dan Manfaat Penelitian ..........................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................3
Jamur Merang ....................................................................................................3
Media Tumbuh...................................................................................................5
Jerami Padi.........................................................................................5
Sekam Padi.........................................................................................6
Kotoran Ayam....................................................................................6
Budidaya Jamur Merang ....................................................................................7
Penentuan Lokasi Budidaya...............................................................8
Penyiapan Peralatan ...........................................................................8
Tata letak kumbung............................................................................9
Bentuk dan ukuran kumbung .............................................................9
Pengaruh bentuk dan ukuran kumbung..............................................10
Penyiapan Bibit..................................................................................10
Menyiapkan Media Tanam ................................................................................11
Bahan Baku........................................................................................11
Pengomposan .....................................................................................12
Pemasukan dan Pemasangan Media ..................................................13
Pasteurisasi.........................................................................................14
Penanaman Bibit ................................................................................15
Pemeliharaan......................................................................................16
Penyemprotan ....................................................................................16
Penyiraman ........................................................................................17
Pengaturan Pintu dan Jendela ............................................................17
Steam Pemeliharaan...........................................................................17
Pengendalian Hama dan Penyakit......................................................18
Penanganan Panen dan Paska Panen..................................................18
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jamur Merang .......................20
Suhu Udara.........................................................................................20
Kelembaban Udara ............................................................................20
Oksigen ..............................................................................................21
Karbondioksida ..................................................................................21
Derajat Keasaman ..............................................................................21
Cahaya................................................................................................22
METODOLOGI PENELITIAN.................................................................................23
Tempat dan Waktu.............................................................................23

Bahan Penelitian ................................................................................23
Peralatan.............................................................................................23
Rumah jamur......................................................................................23
Metode Pelaksanaa.............................................................................24
Pengomposan Jerami Padi .................................................................24
Pengomposan Sekam Padi Dicampur Kotoran Ayam .......................25
Pengomposan Kapas ..........................................................................25
Pasteurisasi.........................................................................................26
Penanaman Bibit ................................................................................27
Pemeliharaan......................................................................................27
Penyiraman ........................................................................................27
Pengaturan Suhu dan Kelembaban Udara..........................................28
Pengendalian Hama dan Penyakit......................................................28
Panen..................................................................................................28
Pengambilan Data ..............................................................................29
Analisis Data......................................................................................29
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN..........................................................30
Letak dan luas .....................................................................................30
Keadaan demografi .............................................................................30
Keadaan sosial ekonomi .....................................................................31
Keadaan sosial budaya........................................................................32
HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................33
Hasil ....................................................................................................................33
Pengukuran Suhu Udara di Dalam Kumbung.....................................33
Pengukuran Kelembaban Udara di Dalam Kumbung.........................34
Hasil Panen .........................................................................................35
Pembahasan.........................................................................................................36
Pengukuran suhu udara di dalam kumbung ........................................36
Pengukuran kelembaban udara di dalam kumbung ............................37
Hasil panen..........................................................................................38
KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................41
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman
Selektifitas mutu produk jamur merang pada stadia kancing .................................. 19
Jumlah penduduk desa Suka Indah kecamatan Suka Karya kabupaten Bekasi
menurut usia sampai dengan desember 2005.............................................................27
Jenis mata pencaharian penduduk desa Suka Indah ..................................................28

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Hasil pengukuran suhu dan kelembaban udara pada media jerami padi ..................29
Hasil pengukuran suhu dan kelembaban udara pada media sekam padi dicampur
kotoran ayam..............................................................................................................30
Hasil penimbangan jamur merang pada saat panen...................................................30

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Siklus hidup jamur merang .....................................................................................44
2 Kumbung jamur merang .........................................................................................45
3 Jamur Coprinus.......................................................................................................46
4 Hasil pengukuran suhu (oC) dan kelembaban udara (%) kedua perlakuan.............47

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jamur merang saat ini merupakan salah satu jenis komoditi yang mempunyai
prospek yang amat baik untuk dikembangkan. Selain nilai ekonominya yang tinggi serta
permintaan pasarnya yang terus meningkat, jamur merang juga mempunyai nilai gizi
yang baik. Hasil penelitian beberapa ahli mengungkapkan bahwa, jamur merang memiliki
kandungan protein, asam amino dan vitamin yang lebih tinggi dibandingkan dengan
beberapa jenis sayuran. Jamur merang (Volvariella volvacea) merupakan jenis jamur
pangan (Edibel Mushroom) yang saat ini banyak dibudidayakan oleh masyarakat untuk
meningkatkan pendapatan keluarga. Jamur merang mempunyai rasa yang enak, gurih,
dan tidak mudah berubah wujudnya jika dimasak, sehingga jamur ini banyak digunakan
untuk berbagai macam masakan, seperti mie ayam jamur, tumis jamur, pepes jamur, sup
dan capcay. Produksi jamur merang di Indonesia masih rendah. Hal ini tampak dari
jumlah petani jamur merang yang masih sedikit dan permintaan pasar untuk jamur
merang yang terus meningkat. Untuk itu perlu diusahakan peningkatan produksi jamur
merang dengan cara menarik minat masyarakat untuk membudidayakan jamur merang.
Peningkatan produktivitas jamur merang dapat dicapai dengan pengadaan bibit
yang berkualitas tinggi dan tersedia tepat waktu serta dengan penerapan teknik budidaya
yang lebih baik. Teknik budidaya yang lebih baik dapat diperoleh melalui penelitianpenelitian. Namun hingga saat ini penelitian mengenai jamur merang masih sangat
kurang dilakukan, terutama penelitian di dalam negeri. Hal ini menyebabkan laju
perkembangan teknik budidaya jamur merang relatif lambat jika dibandingkan dengan
tanaman pangan lainnya yang bernilai ekonomi tinggi. Secara umum produksi jamur
merang dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah jenis media yang
digunakan. Di Indonesia pengusahaan jamur merang biasanya menggunakan media
kompos jerami padi.

Namun beberapa limbah pertanian dan kehutanan lainnya seperti ampas sagu, sisa
kapas, limbah pabrik kertas, sabut kelapa, ampas kelapa sawit, sisa log kayu dan sekam
padi juga bisa digunakan sebagai media tumbuh jamur merang tentunya dengan hasil
produksi yang berbeda-beda. Sekam padi dan kotoran ayam merupakan contoh limbah
yang bila dimanfaatkan akan sangat membantu petani dalam meningkatkan pendapatan
keluarga dan tentu saja mengurangi limbah tersebut agar tercipta lingkungan yang lebih
baik. Penggunaan limbah-limbah tersebut

untuk produksi jamur merang akan

memberikan beberapa keuntungan: (1) limbah tidak terbuang secara sia-sia tetapi dapat
digunakan lagi untuk memproduksi jamur, (2) sisa kompos bekas media tumbuh jamur
dapat dimanfaatkan lagi untuk menyuburkan tanah, serta memungkinkan budidaya jamur
merang di daerah-daerah yang bukan daerah pertanaman padi tanpa mengalami kesulitan
memperoleh bahan baku untuk pengusahaan budidaya jamur merang.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas media jerami padi dan
media sekam padi dicampur kotoran ayam pada budidaya jamur merang.

TINJAUAN PUSTAKA
Jamur Merang
Jamur merang termasuk dalam golongan jamur saprofit, yaitu jamur yang tumbuh
pada substrat organik, dari hewan maupun tumbuhan yang sudah mati, dan akan
merombak substrat menjadi zat yang mudah diserap. Biasanya substrat tersebut
mengalami proses pengomposan terlebih dahulu. Jamur merang (Straw Mushroom),
merupakan jenis jamur yang pertama kali dapat dibudidayakan di Cina sekitar tahun
1650. Pada tahun 1930, jamur merang mulai masuk ke negara Malaysia dan Filipina.
Baru pada tahun 1950, jamur merang mulai dibudidayakan di Indonesia. Menurut Singer
(1975) dalam Chang dan Quimio (1982) klasifikasi jamur merang adalah sebagai berikut.
Kelas

: Basidiomycetes

Subkelas

: Homobasidiomycetidae

Ordo

: Agaricales

Famili

: Pluteaceae

Genus

: Volvariella

Spesies

: Volvariella volvacea

Jamur adalah fungi yang mempunyai bentuk tubuh buah seperti payung, struktur
reproduksinya berbentuk bilah (gills), yang terletak pada permukaan bawah dari payung
(tudung). Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil, dan termasuk ordo
Agaricales, dari kelas Basidiomycetes. Kehidupan jamur berawal dari spora
(basidiospora), yang kemudian akan berkecambah membentuk hifa, yang berupa benangbenang halus (Lampiran 1).
Hifa ini akan tumbuh ke seluruh bagian media tumbuh. Kemudian dari kumpulan
hifa atau miselium, akan terbentuk gumpalan kecil seperti simpul benang, yang
menandakan bahwa tubuh buah jamur mulai terbentuk. Simpul tersebut berbentuk bundar
atau lonjong, dan dikenal dengan stadia kepala jarum (pinhead), atau primordia
(Widiyastuti 2006).
Simpul ini akan membesar dan disebut stadia kancing kecil (small button).
Selanjutnya stadia kancing kecil akan terus membesar mencapai stadia kancing (button)
dan stadia telur (egg). Pada stadia ini tangkai dan tudung yang tadinya tertutup selubung

(universal) mulai membesar. Selubung tercabik, kemudian diikuti stadia perpanjangan
(elongation). Cawan (volva) pada stadia ini, terpisah dengan tudung (pileus) karena
perpanjangan tangkai (stalk). Stadia terakhir adalah stadia dewasa tubuh buah. Tudung
jamur mempunyai diameter 5-14 cm dengan bentuk bundar telur, pada jamur yang sangat
tua kadang-kadang tudung mendekati rata, permukaan kering, berwarna coklat sampai
coklat keabu-abuan, dan kadang bergaris-garis (Sinaga 2000).
Warna tudung pada jamur merang ada beberapa macam, yaitu putih bersih, abuabu dan hitam. Perbedaan ini bisa disebabkan oleh perbedaan bibit yang digunakan
(varietas), atau pengaruh penyinaran dan sirkulasi udara. Tangkai (stipe) pada jamur
berfungsi menghubungkan tudung dengan mangkuk, panjang tangkai bervariasi menurut
ukuran tudung, tetapi umumnya sekitar 3-8 cm dengan diameter antara 0,5-1,5 cm.
Tangkai jamur merang berwarna putih sampai coklat dengan permukaan licin, dan tidak
mempunyai cicin (annulus). Mangkuk (volva), merupakan lembaran tipis yang terjalin
dari hifa-hifa di sekeliling dasar tangkai. Chang dan Quimio, (1982). Volva berwarna
putih dan berbentuk mangkuk dengan pinggiran tidak teratur . Jamur merang mempunyai
jejak spora berwarna merah jambu, dengan ukuran (7-9 x 5-6) μm, menjorong dan licin
(Chang 1978). Sebagai organisme yang tidak berklorofil, jamur tidak dapat melakukan
fotosintesis, seperti halnya tumbuh-tumbuhan.
Dengan demikian jamur tidak dapat memanfaatkan langsung energi matahari.
Jamur mendapat makanan dalam bentuk seperti selulosa, glukosa, lignin, protein, dan
senyawa pati. Bahan makanan ini diurai dengan bantuan enzim yang diproduksi oleh hifa
menjadi senyawa yang dapat diserap dan digunakan untuk tumbuh dan berkembang.
Semua jamur yang edibel (dapat dimakan) bersifat saprofit yaitu hidup dari senyawa
organik yang telah mati.
Jamur merupakan golongan fungi yang membentuk tubuh buah yang berdaging.
Tubuh buah ini umumnya berbentuk payung, mempunyai akar semu (rhizoid), tangkai,
tudung, serta terkadang disertai cicin dan cawan volva. Ordo agricales dapat tumbuh dan
menyebar luas pada berbagai habitat, berdasarkan habitat tumbuh, inilah yang
membedakan jamur, termasuk spesies tropis atau spesies subtropis (Sinaga 2000).

Media Tumbuh

Media tumbuh yang umum untuk membudidayakan atau menanam jamur merang
adalah jerami padi. Akan tetapi, jamur ini pun dapat tumbuh pada limbah kapas, sorgum,
gandum, jagung, tembakau, limbah sayuran, ampas tebu, sabut kelapa, daun pisang,
eceng gondok, ampas sagu, serbuk gergaji, dan sebagainya. Media tumbuh yang
digunakan akan berpengaruh terhadap hasil akhir produksi.

Jerami Padi
Untuk budidaya jamur merang di Indonesia, jerami masih merupakan media
utama dan banyak digunakan, selain harganya murah, jerami juga mudah diperoleh.
Dengan pemanfaatan jerami sebagai media tumbuh jamur merang terbukti meningkatkan
pendapatan petani di daerah tersebut (Sinaga 2000).
Jerami padi adalah batang daun padi yang merupakan sisa-sisa tanaman setelai
dituai. Bahan ini merupakan limbah organik yang dapat digunakan sebagai bahan media
tumbuh jamur merang. Sarifitra (2004) menyatakan bahwa jerami padi segar
mengandung C- organik 37,38%, N total 1,08%, C/N 34,61%, P total 0,17 %, K total
2,70%, Ca total 0,31%, dan Mg total 0,14%. Bahan ini merupakan salah satu limbah
organik, yang sampai saat ini banyak dimanfaatkan masyarakat dalam berbagai
kebutuhan.

Sekam Padi
Sekam padi merupakan salah satu hasil sampingan dari produksi beras. Menurut
Luh (1991) dalam Waryanti (2006), padi kering dalam satu malai menghasilkan 52%
beras putih (% dalam berat), 20% sekam padi, 15% jerami padi, dan 10% dedak, sisanya
3% hilang selama konversi.
Bobot isi sekam padi berkisar 0,10- 0,16 g/ml dan kepadatan sesungguhnya
berkisar 0,67- 0,74 g/cm 3. Sekam padi merupakan bahan terpisah yang utama.
Penggilingan dapat meningkatkan bobot isi sekam dua hingga empat kali. Selain jerami
padi, sekam padi juga dapat dijadikan media tumbuh pada budidaya jamur merang.
Selama ini sekam padi masih dianggap sampah dan belum dimanfaatkan secara optimal.
Disetiap penggilingan padi, sekam padi sering terlihat bertumpuk hingga membukit. Saat
ini pemanfaatan terbesar sekam padi adalah sebagai bahan bakar bata merah yang
merupakan industri rakyat di pedesaan pada saat musim paceklik atau kemarau panjang.
Sekam adalah bagian terluar yang keras dari bulir padi yang terdiri atas lapisan
lemma dan palea. Sifat kekerasan pada sekam ini disebabkan oleh tingginya kandungan
silikat sehingga sulit menyerap air dan tidak dapat mempertahankan kelembaban, serta
memerlukan waktu lama untuk mendekomposisinya. Hasil analisis kimia, sekam padi
terdiri atas Silika 18,8- 22,3%, Kalsium 0,6- 1,3 mg/g, Natrium 0,01- 0,02%, Phospor
0,4- 0,7 mg/g, Magnesium 0,03- 0,04%, dan Abu 13,2- 21,0%. Sekam padi ini dapat juga
digunakan untuk berbagai keperluan antara lain campuran pakan ternak dan sumber
energi. Penggunaan sekam padi sebagai media tumbuh jamur merupakan salah satu
alternatif pengganti jerami bila petani jamur sulit memperoleh jerami sebagai media
tumbuh (Muryanti 1999).

Kotoran Ayam
Kotoran ayam merupakan salah satu bahan organik yang berpengaruh terhadap
sifat fisik, kimia dan pertumbuhan tanaman. Kotoran ayam mempunyai kadar unsur hara
dan bahan organik yang tinggi serta kadar air yang rendah.

Menurut U.K Ministry of Agriculture, Fisheries and Food (1976) dalam Gunawan
(1998) menyatakan dibandingkan dengan pupuk kandang yang lain, kotoran ayam
mempunyai unsur hara yang lebih tinggi terutama unsur N, P, dan bahan organik.
Kandungan unsur hara pada kotoran ayam meliputi 5,0% N, 4,0% CaO, 3,0% P2O5, 2.0%
SO4, dan 1,0% MgO. Besar kecilnya kandungan unsur hara yang terdapat dalam kotoran
ayam tergantung pada kadar air, jenis ayam dan jenis makanan ayam.
Dalam budidaya jamur merang penggunaan kotoran ayam lebih kepada campuran
media tumbuh dan pemanfaatan limbah dari peternakan ayam. Penggunaan kotoran ayam
secara langsung dalam keadaan basah pada media tumbuh jamur merang dapat
mengakibatkan jamur tidak berkembang dengan baik atau bahkan mati, hal ini
disebabkan oleh kandungan amonia yang terlalu tinggi sehingga perlu dikeringkan bila
ingin menggunakan kotoran ayam sebagai campuran media tumbuh jamur merang
(Widiyastuti 2006).

Budidaya Jamur Merang
Di Indonesia, jamur merang telah dibudidayakan sejak tahun 1955. Berbagai cara
telah dipelajari untuk memperbaiki dasar teknologi dalam membudidayakan jamur
merang. Walaupun setiap negara mempunyai teknik pembudidayaan yang spesifik dan
agak berbeda satu dengan lainnya, tetapi sebenarnya prinsip dasarnya sama. Saat ini,
dikenal ada tiga cara budidaya jamur merang yaitu budidaya di luar kumbung (cara
tradisional), budidaya di dalam kumbung (cara modern), dan budidaya dalam growth
chambers. Selain ketiga cara tersebut, ada cara budidaya lain yang dilakukan di dalam
dapur (Sinaga 2000).
Untuk tujuan komersil, budidaya jamur merang secara modern atau yang
dilakukan di dalam kumbung lebih banyak dipilih di berbagai negara. Dengan budidaya
dalam kumbung ini petani dapat menyediakan produksi jamur merang sepanjang tahun
karena suhu di dalam kumbung dapat diatur. Untuk bisa mendapatkan hasil yang tinggi
dari bertanam jamur merang cara budidayanya harus dilakukan dengan baik dan benar.
Berdasarkan segi teknis, beberapa hal yang harus dipersiapkan untuk
membudidayakan jamur merang adalah penentuan lokasi budidaya, penyiapan peralatan,

penyiapan bibit, menyiapan media tanam (kompos), penanaman, dan pemeliharaan
tanaman.

Penentuan Lokasi Budidaya
Penentuan lokasi budidaya tidaklah sulit, karena jamur merang dapat hidup dan
tumbuh dimana saja. Namun demikian dalam menentukan lokasi harus tetap
memperhatikan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi proses produksi, baik
secara teknis maupun secara ekonomis. Secara teknis, faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi pertumbuhan jamur merang adalah cahaya matahari, derajat keasaman
media tanam, angin, suhu dan kelembaban, serta curah hujan. Secara ekonomis,
pemilihan lokasi budidaya dipengaruhi oleh faktor sumberdaya tanah, ketersediaan
sumber air bersih, sumberdaya manusia yang memadai, sumberdaya hayati yang
mendukung, serta ketersedia lahan (Farihah 2005). Lebih lanjut, Widiastuti (2006)
menyatakan bahwa secara teknis, lokasi harus cukup bersih, bebas kontaminasi senyawa
berbahaya, dan mudah dalam mendapatkan instalasi listrik untuk penerangan.

Penyiapan Peralatan
Kebutuhan peralatan biasanya disesuaikan dengan skala usaha. Berdasarkan
jumlah kepemilikan kumbung, skala usaha jamur merang ini dapat dibagi menjadi tiga
(Widiyastuti 2006). Skala kecil hanya menggunakan satu kumbung berukuran ( 6 x 8 m2)
dengan kapasitas produksi produksi 200-250 kg. Skala menengah (sedang) menggunakan
2-5 kumbung dengan kapasitas total produksi 400-1250 kg. Skala besar menggunakan
lebih dari 5 kumbung dengan kapasitas produksi lebih dari 1250 kg. Sinaga (2000)
menilai pemilihan rumah jamur bentuk kumbung ini bermanfaat untuk melindungi jamur
dari kondisi lingkungan luar yang kurang mendukung, misalnya angin yang terlampau
kencang, dan memudahkan pengelolaan iklim mikro di dalam kumbung, menghemat
lahan karena bidang tanam dapat disusun dengan menggunakan rak, dan saat budidaya
t