PENDAHULUAN Pengaruh Bermain Melukis Terhadap Kreativitas Anak Kelompok B Di Tk Pertiwi Dukuh 1 Mojolaban Sukoharjo Tahun Ajaran 2016/2017.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut UU No. 20 tahun 2003 “pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara”.
Menurut kamus besar bahasa indonesia (1999) pendidikan diartikan
“sebagai proses bembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan
pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik.
Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang berakibat individu
mempunyai pola fikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang
diperolehnya”.
“Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan salah satu jenjang
dalam dunia pendidikan dimana pendidikan anak usia dini adalah suatu
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan
usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian permainan rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut (UU N0.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas) “.
Pendidikan anak usia dini dimulai semenjak usia 0-6 tahun. Kemudian
dilanjutkan dengan pendidikan formal melalui pendidikan anak usia dini sampai
anak berumur 6 tahun. Pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan anak
sangat pesat sekali, yang oleh para ahli menamakannya masa emas atau golden
age. Dimana pada masa ini ada berjuta-juta sel syaraf pada anak yang harus
dirangsang dan dikembangkan agar tidak berakibat fatal nantinya bagi anak.
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan pertama dan utama bagi
tumbuh dan kembangnya seorang anak, juga sebagai praktek dasar utama bagi
1
2
tumbuh dan kembangnya moral, nilai agama, bahasa, sosial, emosional, kogntif,
fisik motorik serta nilai seni.
Tujuan pendidik pada umumnya yaitu menciptakan lingkungan yang
memungkinkan anak didik mengembangkan bakat dan kemampuannya secara
optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya,
sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masayarakat. Anak yang
memiliki bakat dapat menciptakan ide-ide dan hasil karya yang baru, maka
selaku pendidik guru harus mampu membina, memupuk, mengembangkan, serta
meningkatkan bakat tersebut. Agar anak didik kelak tidak hanya menjadi
konsumen saja tetapi mampu menghasilkan karya-karya yang bernilai jual
tinggi.
Konteks pengembangan sumber daya manusia, khususnya pendidikan
anak usia dini harus dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Berbagai kemampuan
yang teraktualisasikan beranjak dari berfungsinya otak anak. Oleh karena itu
dalam upaya pendidikan anak usia dini, baik pendidik maupun orang tua dalam
mengarahkan belajar anak perlu memperhatikan masalah yang terkait dengan
pemenuhan kebutuhan psikologis perkembangan intelegensi, emosional dan
motivasi, serta pengembangan kreativitas anak.
Kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.
Tak dapat dipungkiri kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan negara kita
bergantung pada sumbangan yang kreatif, berupa ide-ide baru, penemuanpenemuan baru, dan teknologi baru dari anggota masyarakatnya. Kreativitas
merupakan bakat yang secara potensial dimiliki oleh setiap orang, yang dapat
diidentifikasi dan dikembangkan melalui pendidikan yang tepat. Secara eksplisit
dinyatakan pada setiap tahap perkembangan anak dan pada setiap jenjang
pendidikan mulai dari pendidikan pra-sekolah sampai perguruan tinggi, bahwa
kreativitas
perlu dipupuk,
dikembangkan dan ditingkatkan, disamping
mengembangkan kecerdasan dan ciri-ciri lain yang menunjang pembangunan.
Kebutuhan akan kreativitas dalam penyelenggaraan pendidikan dewasa ini
merupakan kebutuhan bagi setiap anak, terutama pada masa pembangunan dan
3
era globalisasi yang penuh persaingan, dimana setiap individu dituntut
mempersiapkan mentalnya agar mampu menghadapi tantangan masa depan.
Menurut James J. Gallagher (1985) dalam Rachmawati dan
Kurniati (2010: 13) “kreativitas merupakan suatu proses mental yang
dilakukan
individu
berupa
gagasan
ataupun
produk
baru,
atau
mengombinasikan antara keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada
dirinya”.
Menurut Supriadi (1994) dalam Rachmawati dan Kurniati (2010:
13) “kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu
yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda
dengan apa yang telah ada”.
Clarkl Monstakis (dalam munandar, 1995) “kreativitas merupakan
pengalaman dalam mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas
individu dalam bentuk terpadu antara hubungan diri sendiri, alam, dan
orang lain”.
Semiawan (1997) dalam Rachmawati dan Kurniati (2010: 14)
“kreativitas
kemampuan
untuk
memberikan
gagasan
baru
dan
menerapkannya dalam pemecahan masalah”.
Dari berapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menentukan ide-ide baru dalam
memecahkan masalah berupa karya-karya nyata.
Kreativitas atau daya cipta memungkinkan adanya penemuanpenemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi, serta dalam usaha manusia
lainnya. Pembelajaran kreativitas pada anak usia dini dapat dilakukan melalui
usap abur, mencocok, menempel, menggunting, menganyam, meronce,
menggambar, membatik, serta melukis.
Menurut Prasetyono (2007: 107)
“melukis adalah kegiatan yang sangat menyenangkan bagi anak kecil.
Dalam kegiatan bermain melukis ini, anak dengan bebas mengekspresikan
jiwanya dalam bentuk coretan-coretan yang mungkin bagi orang dewasa
tidak mempunyai arti. Coretan sekecil apapun mewakili imajinasinya yang
ditransformasikan ke dalam coretan-coretan yang penuh makna dan arti“.
4
Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan di Taman Kanak-kanak
Dukuh 1 Mojolaban ditemukan masalah tentang kreativitas anak yang belum
berkembang secara optimal seperti: anak belum bisa menciptakan suatu hasil
karya yang baru karena selama ini anak hanya mencontoh apa yang telah
dicontohkan oleh guru atau mencontoh punya temannya. Anak belum bisa
mengembangkan imajinasi atau ide-ide dalam menghasilkan sebuah karya, hal
ini disebabkan oleh kurangnya rangsangan pada anak. Metode yang digunakan
terlalu monoton dan kurangnya media yang bervariasi. Selama ini anak hanya
belajar menulis
dan mengerjakan LKA (Lembar Kerja Anak). Anak tidak
pernah dikenalkan pada bahan alam atau bahan bekas yang dapat dimanfaatkan
sebagai sesuatu yang menghasilkan karya. Kurangnya kesempatan pada anak
untuk mengeskresikan diri secara kreatif karena keterbatasan waktu di dalam
pembelajaran. Kurangnya penghargaan terhadap hasil karya anak seperti halnya
tidak pernah diadakan pameran-pameran karya anak.
Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk memberi
solusi dalam memecahkan permasalahan tentang kreativitas anak dengan cara
memberikan kegiatan yang menyenangkan yaitu bermain melukis, dengan
adanya bermain melukis ini sehingga peneliti mengembangkan kreativitas anak.
Berdasarkan uraian di atas tentang kreativitas anak kelompok B di
Taman Kanak-kanak Dukuh 1 Mojolaban, Sukoharjo, maka peneliti tertarik
untuk meneliti “Pengaruh Kreativitas Anak Melalui Melukis di Taman Kanakkanak Dukuh 1 Mojolaban Sukoharjo”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
pengaruh bermain melukis terhadap kreativitas kelompok B di Taman Kanakkanak Dukuh 1 Mojolaban Sukoharjo.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
permasalahan yang dapat diidentifikasi diantaranya :
1. Kurangnya media dan metode yang digunakan dalam pembelajaran.
2. Kurangnya pengetahuan guru tentang cara mengembangkan kreativitas
anak.
5
C. Pembatasan Masalah
Agar lebih efektif, efisien dan terarah maka perlu pembatasan masalah.
Penelitian ini difokuskan pada kreativitas anak dalam bermain membuat lukisan
mosaik.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
dapat dikemukakan rumusan masalah:
“Apakah bermain melukis berpengaruh terhadap kreativitas anak kelompok B
TK Pertiwi Dukuh 1 Mojolaban, Sukoharjo Tahun Ajaran 2016/2017?”
E. Tujuan Penelitian
“Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh bermain melukis
terhadap kreativitas anak kelompok B TK Dukuh 1 Mojolaban, Sukoharjo Tahun
Ajaran 2016/2017”.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Untuk menambah dan khasanah ilmu tantang teori bermain melukis dan
strategi pengembangan kreativitas anak.
2. Manfaat Praktisi
a. Bagi peneliti lain
Untuk menambah pengetahuan atau sebagai referensi dalam melakukan
penelitian deskriptif kuantitatif tentang bermain melukis terhadap
kreativitas anak kelompok B TK Dukuh 1 Mojolaban Sukoharjo Tahun
Ajaran 2016/2017.
b. Bagi guru
Penelitian
ini
diharap
dapat
dijadikan
sebagai
sarana
untuk
mengembangkan kreativitas anak dengan menggunakan bermain melukis
terhadap kreativitas anak kelompok B TK Dukuh 1 Mojolaban Sukoharjo
Tahun Ajaran 2016/2017.
c. Bagi kepala sekolah
Agar sekolah dapat menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan
anak usia dini dalam mengembangkan kreativitasnya.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut UU No. 20 tahun 2003 “pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara”.
Menurut kamus besar bahasa indonesia (1999) pendidikan diartikan
“sebagai proses bembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan
pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik.
Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang berakibat individu
mempunyai pola fikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang
diperolehnya”.
“Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan salah satu jenjang
dalam dunia pendidikan dimana pendidikan anak usia dini adalah suatu
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan
usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian permainan rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut (UU N0.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas) “.
Pendidikan anak usia dini dimulai semenjak usia 0-6 tahun. Kemudian
dilanjutkan dengan pendidikan formal melalui pendidikan anak usia dini sampai
anak berumur 6 tahun. Pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan anak
sangat pesat sekali, yang oleh para ahli menamakannya masa emas atau golden
age. Dimana pada masa ini ada berjuta-juta sel syaraf pada anak yang harus
dirangsang dan dikembangkan agar tidak berakibat fatal nantinya bagi anak.
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan pertama dan utama bagi
tumbuh dan kembangnya seorang anak, juga sebagai praktek dasar utama bagi
1
2
tumbuh dan kembangnya moral, nilai agama, bahasa, sosial, emosional, kogntif,
fisik motorik serta nilai seni.
Tujuan pendidik pada umumnya yaitu menciptakan lingkungan yang
memungkinkan anak didik mengembangkan bakat dan kemampuannya secara
optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya,
sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masayarakat. Anak yang
memiliki bakat dapat menciptakan ide-ide dan hasil karya yang baru, maka
selaku pendidik guru harus mampu membina, memupuk, mengembangkan, serta
meningkatkan bakat tersebut. Agar anak didik kelak tidak hanya menjadi
konsumen saja tetapi mampu menghasilkan karya-karya yang bernilai jual
tinggi.
Konteks pengembangan sumber daya manusia, khususnya pendidikan
anak usia dini harus dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Berbagai kemampuan
yang teraktualisasikan beranjak dari berfungsinya otak anak. Oleh karena itu
dalam upaya pendidikan anak usia dini, baik pendidik maupun orang tua dalam
mengarahkan belajar anak perlu memperhatikan masalah yang terkait dengan
pemenuhan kebutuhan psikologis perkembangan intelegensi, emosional dan
motivasi, serta pengembangan kreativitas anak.
Kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.
Tak dapat dipungkiri kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan negara kita
bergantung pada sumbangan yang kreatif, berupa ide-ide baru, penemuanpenemuan baru, dan teknologi baru dari anggota masyarakatnya. Kreativitas
merupakan bakat yang secara potensial dimiliki oleh setiap orang, yang dapat
diidentifikasi dan dikembangkan melalui pendidikan yang tepat. Secara eksplisit
dinyatakan pada setiap tahap perkembangan anak dan pada setiap jenjang
pendidikan mulai dari pendidikan pra-sekolah sampai perguruan tinggi, bahwa
kreativitas
perlu dipupuk,
dikembangkan dan ditingkatkan, disamping
mengembangkan kecerdasan dan ciri-ciri lain yang menunjang pembangunan.
Kebutuhan akan kreativitas dalam penyelenggaraan pendidikan dewasa ini
merupakan kebutuhan bagi setiap anak, terutama pada masa pembangunan dan
3
era globalisasi yang penuh persaingan, dimana setiap individu dituntut
mempersiapkan mentalnya agar mampu menghadapi tantangan masa depan.
Menurut James J. Gallagher (1985) dalam Rachmawati dan
Kurniati (2010: 13) “kreativitas merupakan suatu proses mental yang
dilakukan
individu
berupa
gagasan
ataupun
produk
baru,
atau
mengombinasikan antara keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada
dirinya”.
Menurut Supriadi (1994) dalam Rachmawati dan Kurniati (2010:
13) “kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu
yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda
dengan apa yang telah ada”.
Clarkl Monstakis (dalam munandar, 1995) “kreativitas merupakan
pengalaman dalam mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas
individu dalam bentuk terpadu antara hubungan diri sendiri, alam, dan
orang lain”.
Semiawan (1997) dalam Rachmawati dan Kurniati (2010: 14)
“kreativitas
kemampuan
untuk
memberikan
gagasan
baru
dan
menerapkannya dalam pemecahan masalah”.
Dari berapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menentukan ide-ide baru dalam
memecahkan masalah berupa karya-karya nyata.
Kreativitas atau daya cipta memungkinkan adanya penemuanpenemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi, serta dalam usaha manusia
lainnya. Pembelajaran kreativitas pada anak usia dini dapat dilakukan melalui
usap abur, mencocok, menempel, menggunting, menganyam, meronce,
menggambar, membatik, serta melukis.
Menurut Prasetyono (2007: 107)
“melukis adalah kegiatan yang sangat menyenangkan bagi anak kecil.
Dalam kegiatan bermain melukis ini, anak dengan bebas mengekspresikan
jiwanya dalam bentuk coretan-coretan yang mungkin bagi orang dewasa
tidak mempunyai arti. Coretan sekecil apapun mewakili imajinasinya yang
ditransformasikan ke dalam coretan-coretan yang penuh makna dan arti“.
4
Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan di Taman Kanak-kanak
Dukuh 1 Mojolaban ditemukan masalah tentang kreativitas anak yang belum
berkembang secara optimal seperti: anak belum bisa menciptakan suatu hasil
karya yang baru karena selama ini anak hanya mencontoh apa yang telah
dicontohkan oleh guru atau mencontoh punya temannya. Anak belum bisa
mengembangkan imajinasi atau ide-ide dalam menghasilkan sebuah karya, hal
ini disebabkan oleh kurangnya rangsangan pada anak. Metode yang digunakan
terlalu monoton dan kurangnya media yang bervariasi. Selama ini anak hanya
belajar menulis
dan mengerjakan LKA (Lembar Kerja Anak). Anak tidak
pernah dikenalkan pada bahan alam atau bahan bekas yang dapat dimanfaatkan
sebagai sesuatu yang menghasilkan karya. Kurangnya kesempatan pada anak
untuk mengeskresikan diri secara kreatif karena keterbatasan waktu di dalam
pembelajaran. Kurangnya penghargaan terhadap hasil karya anak seperti halnya
tidak pernah diadakan pameran-pameran karya anak.
Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk memberi
solusi dalam memecahkan permasalahan tentang kreativitas anak dengan cara
memberikan kegiatan yang menyenangkan yaitu bermain melukis, dengan
adanya bermain melukis ini sehingga peneliti mengembangkan kreativitas anak.
Berdasarkan uraian di atas tentang kreativitas anak kelompok B di
Taman Kanak-kanak Dukuh 1 Mojolaban, Sukoharjo, maka peneliti tertarik
untuk meneliti “Pengaruh Kreativitas Anak Melalui Melukis di Taman Kanakkanak Dukuh 1 Mojolaban Sukoharjo”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
pengaruh bermain melukis terhadap kreativitas kelompok B di Taman Kanakkanak Dukuh 1 Mojolaban Sukoharjo.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
permasalahan yang dapat diidentifikasi diantaranya :
1. Kurangnya media dan metode yang digunakan dalam pembelajaran.
2. Kurangnya pengetahuan guru tentang cara mengembangkan kreativitas
anak.
5
C. Pembatasan Masalah
Agar lebih efektif, efisien dan terarah maka perlu pembatasan masalah.
Penelitian ini difokuskan pada kreativitas anak dalam bermain membuat lukisan
mosaik.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
dapat dikemukakan rumusan masalah:
“Apakah bermain melukis berpengaruh terhadap kreativitas anak kelompok B
TK Pertiwi Dukuh 1 Mojolaban, Sukoharjo Tahun Ajaran 2016/2017?”
E. Tujuan Penelitian
“Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh bermain melukis
terhadap kreativitas anak kelompok B TK Dukuh 1 Mojolaban, Sukoharjo Tahun
Ajaran 2016/2017”.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Untuk menambah dan khasanah ilmu tantang teori bermain melukis dan
strategi pengembangan kreativitas anak.
2. Manfaat Praktisi
a. Bagi peneliti lain
Untuk menambah pengetahuan atau sebagai referensi dalam melakukan
penelitian deskriptif kuantitatif tentang bermain melukis terhadap
kreativitas anak kelompok B TK Dukuh 1 Mojolaban Sukoharjo Tahun
Ajaran 2016/2017.
b. Bagi guru
Penelitian
ini
diharap
dapat
dijadikan
sebagai
sarana
untuk
mengembangkan kreativitas anak dengan menggunakan bermain melukis
terhadap kreativitas anak kelompok B TK Dukuh 1 Mojolaban Sukoharjo
Tahun Ajaran 2016/2017.
c. Bagi kepala sekolah
Agar sekolah dapat menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan
anak usia dini dalam mengembangkan kreativitasnya.