Latar Belankang Lahirnya Filsafat

c. Marcus Tullius Cicero 106 SM - 43SM politikus dan ahli pidato Romawi, merumuskan: Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya. d. Al-Farabi meninggal 950M, filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina, mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya. e. Immanuel Kant 1724 -1804, yang sering disebut raksasa pikir Barat, mengatakan : Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu: - Apakah yang dapat kita ketahui? dijawab oleh metafisika - Apakah yang dapat kita kerjakan? dijawab oleh etika - Sampai di manakah pengharapan kita? dijawab oleh agama - Apa itu manusia dijawab olh Antropologi

B. Latar Belankang Lahirnya Filsafat

1. Ketakjuban Menurut Aristotelas : Awal kelahiran filsafat adalah θαυμασια thaumasia yaitu kekaguman, keheranan dan Ketakjuban Subjek manusia objek alam sekitar yang bisa di amati Hukum moral dalam hatinya 2. Ketidak Puasan Penjelasan mitos semakin tidak memuaskan dan tidak relevan 3. Hasrat Bertanya Ketakjuban melahirkan pertanyaan-pertanyaan. -- Pertanyaan2 ini mendorong manusia utk melakukan penelitian, pengamatan, dan penyelidikan -- Menurut Satre: “kesadaran manusia senantiasa bersifat bertanya yang sesungguh- sungguhnya” Tujuan dari bertanya itu adalah utk menemukan “Kebenaran” -- Gazalba “mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran” 4. Keraguan Απορια aporia keraguan tidak pasti dari manusia yang bertanya. Rene Deskartes : “Segalanya saya sangsikan” Mengapa saya sangsi? Saya sangsi karena saya berfikir. Karena saya berfikir, maka saya ada. cogito ergo sum  Rasa ingin tahu mengenai sesuatu yang sampai ke akar-akarnya itulah sebagai pertanda bahwa filsafat sudah mulai ada filsafat sudah lahir . Maka dari itu dapatlah dikatakan bahwa latar belakang lahirnya filsafat adalah menurut dua faktor, yaitu faktor “ intern ” dan faktor “ ekstern ”. Yang dimaksud dengan faktor intern adalah kecenderungan atau dorongan dari dalam manusia, yaitu rasa ingin tahu. Sedang yang dimaksud dengan faktor ekstern adalah adanya hal atau sesuatu yang menggejala di hadapan manusia, sehingga menimbulkan rasa heran atau kagum. Memang hal atau sesuatu itu tidak harus hanya menggejala di hadapan hewan dan makhluk lainnya. Oleh karena itu dapat dikatakan secara lebih tegas lagi bahwa :  filsafat itu lahir dalam diri manusia pada saat ia mulai merasa kagum dan ingin tahu, kemudian memikirkan secara radikal mengenai hal-hal atau segala sesuatu yang menggejala di hadapannya.

1.3.3 Pengertian Agama

 Secara etimologi istilah “agama” berasal dari kata Sansekerta, yang berasal dari dua suku kata, yaitu a, artinya tidak dan gam, artinya pergi, jadi agama artinya tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi turun-temurun Harun Nasution, 1979: 9. Sedangakn dalam Tadjab, dkk., 1994: 37 menyatakan bahwa agama berasal dari kata a, berarti tidak dan gama, berarti kacau, kocar-kacir. Jadi agama artinya tidak kacau, tidak kocar- kacir teratur.  Jadi, agama adalah jalan hidup yang harus ditempuh oleh manusia dalam kehidupannya di dunia ini supaya lebih teratur dan mendatangkan kesejahteraan serta keselamatan.  Suatu agama secara generik dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem simbol misalnya, kata-kata dan isyarat, cerita dan praktik, benda dan tempat yang berfungsi agamis, yaitu, suatu yang terus menerus dipakai partisipan untuk mendekat dan menjalin hubungan yang benar atau tepat dengan sesuatu yang diyakini sebagai realitas-mutlak.  Yakni adanya sesuatu yang dianggap transedental yang menjadi motif seseorang untuk beragama dan berpengaruh terhadap pola kehidupannya. Tuhan tidak dapat dilihat secara kasat mata, tapi peran-Nya sangat dominan sekali dalam kehidupan seseorang. Jadi filsafat agama adalah :  suatu sikap terhadap agama secara kritis, sistematis, radikal mendalam, rasional, dan bersifat komprehensif yang didasari oleh suatu keyakinan mendalam terhadap sesuatu kekuatan yang transedental sebagai realitas-mutlak dan ghaib tetapi mengendalikan dan menentukan nasib kita dan dianggap menjadikan hidup teratur dan mendatangkan kesejahteraan dan keselamatan.

2. FUNGSI AGAMA BAGI KEHIDUPAN

Hendropuspito membagi fungsi agama sebagai berikut :

1. Fungsi edukatif

Manusia mempercayakan fungsi edukatif kepada gama yang mencakup tugas mengajar dan tugas bimbingan. Lain dari instansi institusi, agama dianggap sanggup memberikan pengajaran, bahkan dalam hal-hal yang sacral dan tidak dapat disalahkan. Agama menyampaikan ajarannya dengan perantara petugas-petugasnya baik di dalam upacara perayaan keagamaan, khotbah, renungan meditasi, pendalaman rohani, dll. Maupun diluar perayaan. Untuk melaksanakan tugas itu ditunjuk sejumlah fungsionaris seperti: syaman, dukun. Kyai, pedanda, pendeta, imam, dan nabi. Mengenai yang disebut nabi ini dipercayai bahwa penunjukkannya dilakukan oleh tuhan sendiri. Kebenaran ajaran mereka yang harus diterima dan yang tk dapat keliru, , didasarkan atas kepercayaan peganut-penganutnya, bahwa mereka dapat berhubungan langsung dengan “yang gaib” dan “yang sacral” dan mendapat ilham khusus dari Nya.

2. Fungsi Penyelamatan

Tanpa atau dengan penelitian ilmiah, cukup berdasarkan pengalaman sehari-hari, dapat dipastikan bahwa setiap manusia menginginkan keselamatannya baik dlam hidup ini maupun kehidupan sesudah mati. Usaha untuk mencapai cita-cita tertinggi yang tumbuh dari naluri manusia sendiri itu tidak boleh dipandang ringan begitu saja. Jaminan untuk itu mereka temukan dalam agama. Terutama karena agama mengajarkan dan memeberikan jaminan dangan cara-cara yang khas untuk mencapai kebahagian yang “terkahir”. Yang pencapaian nya mengatasi kemampuan manusia secara mutlak, karena kebahagiaan itu berada di luar batas kekuatan manusia breaking points. Orang berpendapat bahwa hanya manusia agama homo religious dapat mencapai titik itu, entah itu masyarakat yang hidup dalam masyarakat primitive maupun masyarakat modern.

3. Fungsi pengawasan sosial social control

Pada umumnya manusia mempunyai keyakinan yang sama, bahwa kesejahteraan kelompok sosial khususnya dalam masyarakat besar umumnya tidak dapat dipisah-pisahkan dari kesetiaan kelompok atau masyarakat itu kepada kaidah-kaidah susila dan hukum-hukum rasional yang telah ada pada kelompok atau masyarakat itu sendiri. Disadari pula terkecuali kaum anarkkis bahwa penyelewengan terhadap norma-norma susial dan peraturan yang berlaku mendatangkan dampak bagi kehidupan manusia. Di sinilah agama berfungsi sebagai pengawasan terhadap kehidupan sosial masyarakat. Karena di dalam agama terdapat aturan-aturan yang mengatur kehidupan individu dalam masyarakat. Agama meneguhkan kaidah-kaidah susila dari adat yang dipandang baik bagi kehidupan moral warga masyarakat.

4. Fungsi memupuk Persaudaraan

• Kesatuan persaudaraan berdasarkan kesatuan sosiologis ialah kesatuan manusia manusia yang didirikan atas unsur kesamaan. • Kesatuan persaudaraan berdasarkan ideologi yang sama, seperti liberalism, komunisme, dan sosialisme. • Kesatuan persaudaraan berdasarkan sistem politik yang sama. Bangsa-bangsa bergabung dalam sistem kenegaraan besar, seperti NATO, ASEAN dll. • Kesatuan persaudaraan atas dasar se-iman, merupakan kesatuan tertinggi karena dalam persatuan ini manusia bukan hanya melibatkan sebagian dari dirinya saja melainkan seluruh pribadinya dilibatkan dalam satu intimitas yang terdalam dengan sesuatu yang tertinggi yang dipercayai bersama

5. Fungsi transformative

Fungsi transformatif disini diartikan bahwa dengan adanya agama dapat mengubah bentuk kehidupan baru atau mengganti nilai-nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai baru yang lebih bermanfaat.

3. PRINSIP-PRINSIP KEHIDUPAN A. Prinsip Hidup Secara Umum

Hipwee mencoba merangkum tulisannya filsuf, jurnalis, dan pengarang asal Amerika, Ralph Waldo Emerson. Esai ini sudah berjudul Self-Reliance, dan di Amerika sana dijadikan bacaan wajib bagi remaja SMA dan anak kuliah. Dari sini kita bisa belajar banyak soal prinsip hidup, utamanya yang percaya pada kekuatan diri sendiri.

1. Bahagia Itu Dimulai Dari Mencintai Diri Sendiri

mulai dengan mencintai diri sendiri via c1.staticflickr.com Banyak orang sedang mencari kebahagiaan mereka. Tak hanya itu, masih banyak yang juga sibuk menemukan apa definisi bahagia buat diri mereka sendiri. Apa bahagia itu berarti punya banyak uang? Ketemu sama pasangan hidup yang dianggap tepat? Atau, bisa traveling keliling dunia? Well, definisi bahagia setiap orang itu beda-beda. Yang pasti, kebahagiaan bisa diraih ketika kita sudah bisa mencintai diri kita sendiri, apa adanya.

2. Dengarkan Apa Kata Hatimu

dengarkan kata hati via 37.media.tumblr.com Kadang, apa yang kita lakukan atau keputusan yang kita masih banyak terpengaruh omongan orang lain. Padahal, setiap manusia yang lahir ke dunia ini dibekali dengan intuisi yang bisa jadi pegangan dan tuntunan hidupnya. Percayalah bahwa hal yang baik menurut hati kecil kita akan membawa kebaikan bagi banyak orang.

3. Berani Bicara, Sekalipun Orang Lain Menganggap Kita Gila

berani bicara via c1.staticflickr.com Orang-orang hebat seperti Plato, Nabi Musa, dan John Milton bisa sukses karena mereka tak membiarkan diri terintimidasi oleh cara pikir tradisional. Mereka berani menyampaikan apa yang mereka pikirkan, sekalipun itu nggak sesuai dengan pemikiran masyarakat pada umumnya.

4. Percaya Diri

kuncinya, percaya diri via 3.bp.blogspot.com Kepercayaan diri rendah itu bukan masalah mereka yang pemalu atau introvertaja, lho Orang-orang genius bahkan punya masalah sama yang satu ini. Malah, orang yang genius biasanya bisa lebih dulu menyadari kalau apa yang akan mereka ungkapkan itu akan sulit diterima orang lain pada umumnya. Nah, hal ini yang kadang bikin seseorang akhirnya berhenti dan mengurungkan niat buat speak up Padahal seperti yang dijabarkan, kuncinya adalah percaya pada diri kita sendiri.

5. Rasa Iri Itu Tidak Alami

jangan punya rasa iri via www.walthampton.com Siapa bilang sifat iri itu manusiawi? Anggapan ini yang kadang bikin kita maklum, kalau punya rasa iri ke orang lain itu nggak apa-apa. Apalagi, ditambah embel-embel ‘nggak apa- apa iri, asal positif’. Menurut Emerson, prinsip ini justru salah. Jalani hidupmu sendiri, nggak usah peduli sama ‘rumput tetangga yang selalu lebih hijau’.

6. Meniru Orang Lain Sama Dengan Bunuh Diri

meniru orang lain = bunuh diri via cdn29.elitedaily.com Yup, serem nggak tuh? Setiap manusia itu terlahir unik dan beda. Jadi, ketika kita masih punya niat meniru orang lain itu sama aja kayak bunuh diri. Apapun karyamu, usahakan kalau itu otentik dan nggak meniru siapa-siapa. Pilih mana, punya karya bagus tapi nyontek atau jelek tapi dari hasil kerja keras kita sendiri?

7. Kamu Sama Sekali Nggak Pintar Ketika Merasa Lebih Pintar Dari Orang Lain

jangan merasa pintar via static.wix.com Ya ampun, hari gini masih ada yang MERASA pintar atau bahkan merasa lebih pintar dari orang lain? Kita mungkin benar-benar pintar ketika orang lain yang menilai dan bukan diri kita sendiri. Ingat, di atas langit masih ada langit, dan akan seperti itu seterusnya.

8. Hati-Hati Traveling Bisa Bikin Hidupmu Lebih Baik Atau Malah Sebaliknya

traveling, baik atau buruk? via moon.com Percaya kalau pergi traveling itu bisa bikin kita bahagia? Jawabannya, mungkin Kebahagiaan bukan soal tempat, intinya ada di dalam diri kita sendiri. Kita bisa memilih, pergi ke Bali dan bersenang-senang di sana atau pergi ke Bali dan menghabiskan waktu di sana buat mengingat kesedihan di masa lalu. Yang paling menarik adalah ketika kita diam di rumah tapi pikiran kita bisa traveling ke tempat-tempat yang kita inginkan dengan bahagia.

9. Bisa Karena Udah Mencoba

bisa karena mencoba via d2tq98mqfjyz2l.cloudfront.net Kita mungkin termasuk orang yang suka berteori tapi prakteknya nol besar. Nggak jarang, kita justru menghabiskan waktu buat berpikir, tapi nggak sedikitpun melangkah. Ketika punya keinginan membuat sesuatu, jangan banyak mikir tapi segera lakukan. Kalau kemudian bisa berhasil, itu bagus. Tapi, kalau ternyata gagal, setidaknya kita pernah mencoba. 10. Berhenti Mengeluh: “Kenapa Sih Nggak Ada Yang Ngertiin Aku?” ‘kenapa sih nggak ada yang ngertiin aku?’ via yy2.staticflickr.com Stop bilang “Kenapa sih nggak ada yang ngertiin aku?” mulai sekarang ya, guys Kenapa? Karena Socrates, Pythagoras, Copernicus, Galileo, sampai Isaac Newton itu orang-orang yang dulunya nggak pernah bisa dimengerti lingkungan dan masyarakat sekitar mereka. Setiap orang itu punya pola pikir unik. Ketika nggak ada orang yang bisa ngertiin kamu, berarti kamu keren Well, percaya pada diri sendiri itu adalah prinsip hidup. Nasib baik itu memang benar-benar ada, tapi bukan sengaja disiapkan untukmu, lalu kamu tinggal ambil. Kebaikan dan keberuntungan akan datang ketika kamu sudah berjuang keras mendapatkannya. Dengan kata lain, kamu akan bisa melewati betapa sulitnya hidup jika kamu mempertahankan prinsip-prinsip yang datang dari hati dan pemikiranmu sendiri.

B. Prinsip-Prinsip Kehidupan Kristen