PERBEDAAN HARGA DIRI REMAJA SUKU BANGSA JAWA DAN REMAJA SUKU BANGSA CINA

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Dalam kehidupan, manusia akan mengalami masa perkembangan dan

pertumbuhan yang dilalui dengan bertahap, dan setiap tahapannya memiliki arti,
fungsi, dan tugas tersendiri. Salah satu tahapan yang dianggap sebagai masa
peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa adalah masa remaja. Remaja adalah
masa perkembangan transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa awal,
dimulai kira-kira usia 10-12 tahun dan berakhir 18-22 tahun (Santrock, 2003). Dalam
perkembangan ini, tidak hanya perkembangan fisik saja tetapi juga perkembangan
psikis sehingga dapat juga disebut bahwa remaja merupakan proses pencarian
identitas diri. Identitas diri yang dimaksud disini adalah usaha-usaha remaja untuk
menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat (Zulkifli, 1987).
Masa remaja merupakan salah satu periode dalam kehidupan yang paling
penting dalam hal perkembangan harga diri. Kebutuhan remaja untuk dapat diterima
dikelompoknya membuat mereka seringkali menunjukkan karakteristik tertentu dan
mengungkapkannya dalam cara berpakaian, perilaku, bahasa, dan bahkan apa saja

yang dilakukan kelompoknya (Clemes dan Bean, 1995). Perilaku tawuran, berkelahi,
penyalahgunaan obat-obatan terlarang merupakan beberapa contoh perilaku remaja
yang sering terjadi saat ini. Hal ini terjadi karena mereka memiliki harga diri rendah
sehingga mereka merasa tidak mampu dan tidak berharga yang akhirnya mereka
mencari pengakuan dan perhatian dari lingkungannya yang seolah-olah membuat
mereka lebih berharga.
Harga diri seseorang akan menentukan bagaimana dia akan menampilkan
dirinya di lingkungannya. Harga diri seseorang juga akan mempengaruhi bagaimana
seseorang akan menampilkan potensi yang dimilikinya, sehingga harga diri memiliki
peranan yang sangat besar dalam kehidupan seseorang khusunya bagi remaja.

1

2

Biasanya seorang remaja yang memiliki harga diri yang tinggi akan menjadi
seseorang yang lebih percaya diri, bekerja dengan baik dan disukai oleh orang lain
dalam hubungan sosialnya. Harga diri pada umumnya penting dalam perkembangan
kepribadian individu. Seseorang yang bermasalah dalam harga diri pada umumnya
gagal dalam mengembangkan potensi diri secara penuh.

Penelitian yang dilakukan oleh Lintang (2005) kepada siswa-siswi kelas 2
SMU Negeri 7 Malang sebanyak 56 subjek menunjukkan bahwa ada hubungan yang
sangat signifikan antara harga diri dengan prestasi belajar pada remaja, hal ini dapat
diketahui dari nilai r = 0,561 dan nilai p = 0,000, sehingga dapat diambil kesimpulan
bahwa semakin tinggi harga diri remaja maka prestasi belajarnya juga tinggi. Begitu
pula sebaliknya, semakin rendah harga diri maka semakin rendah pula prestasi
belajar pada remaja.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Prasetyawati (1999) kepada 70 orang
subjek pelajar kelas 2 SMU Negeri 2 Ngawi diperoleh bahwa ada hubungan positif
yang sangat signifikan antara harga diri dengan efektivitas komunikasi interpersonal
pada remaja (r = 0,624 dan p = 0,000). Artinya semakin tinggi harga diri yang
dimiliki remaja maka semakin tinggi pula efektivitas komunikasi interpersonal dari
remaja tesebut.
Miranti (2000) juga mengungkapkan bahwa ada hubungan positif dan
sangat signifikan antara harga diri dengan interaksi sosial pelajar SMU Negeri 1
Rejotangan sebanyak 50 subjek (r = 0,421 dan p = 0,002), yang artinya semakin
tinggi harga diri seseorang maka semakin tinggi pula interaksi sosial pelajar SMU
tersebut.
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Alif (2003) kepada pelajar kelas X
SMA Negeri 2 Situbondo sebanyak 70 subjek menunjukkan bahwa ada hubungan

yang positif dan signifikan antara harga diri dengan penyesuaian sosial yakni dapat
dilihat dari (r = 0,611 dan p = 0,000). Hal ini berarti jika harga diri positif maka
penyesuaian sosial remaja akan lebih baik dan apabila harga diri negatif maka
penyesuaian sosial remaja akan semakin buruk.

3

Dari uraian penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa keberadaan harga
diri sangat penting bagi kehidupan sehari-hari, begitu juga dengan remaja.
Perkembangan harga diri pada seorang remaja akan menentukan keberhasilan
maupun kegagalannya di masa mendatang.
Harga diri adalah suatu hal yang sangat penting karena menyangkut
keberadaan seseorang sebagai manusia. Harga diri mempengaruhi kemajuan dan
kemunduran prestasi, interaksi dan hal lain yang berpengaruh pada kehidupan
seorang remaja. Harga diri (self esteem) dalam pembicaraan sehari-hari lebih sering
dikaitkan dengan situasi tersinggung atau penghargaan terhadap diri maupun orang
lain yang dinilai melalui perilaku orang yang bersangkutan. Maslow (1994) melihat
harga diri sebagai sesuatu yang merupakan kebutuhan setiap orang dan terasa mulai
dari tingkat yang rendah hingga tinggi. Kebutuhan untuk dihargai ini di dalam
kehidupan bermasyarakat mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perilaku

seseorang dan mendorong untuk melakukan bermacam-macam

hal demi

mendapatkan penghargaan dari orang lain.
Setiap orang memerlukan harga diri, berapapun usia, jenis kelamin, latar
belakang, budaya atau arah serta pekerjaan dalam hidupnya. Harga diri hampir
mempengaruhi segi kehidupan, beribu-ribu kesan, penilaian dan pengalaman yang
dimiliki dari diri sendiri menambah perasaan senang tentang nilai diri kita atau
sebaliknya akan memberikan perasaan tidak nyaman atau kecewa. Orang yang
merasa senang tentang dirinya biasanya juga merasa senang dalam hidupnya karena
mereka mampu memenuhi dan memecahkan masalah dan tanggung jawab dalam
hidup dengan penuh keyakinan (Clemes dan Bean, 1995).
Clemes dan Bean (1995) mengatakan bahwa seseorang dengan harga diri
tinggi akan mengungkapkan perasaan senang tentang dirinya dan orang lain dengan
cara halus: ia akan tersenyum, membalas kontak mata, berdiri tegak, mengulurkan
tangan kalau memberi salam, dan secara umum menunjukkan perasaan yang positif.
Orang lain akan bereaksi terhadap perasaan positif itu dengan cara serupa: mereka
menerima dan merasa tertarik kepadanya, mereka merasa nyaman dengan
kehadirannya dan dengan demikian merasa senang dengan dirinya pula.


4

Tambunan (2001) juga menjelaskan bahwa harga diri yang positif akan
membangkitkan rasa percaya diri, penghargaan diri, rasa yakin akan kemampuan
diri, rasa berguna serta rasa bahwa kehadirannya diperlukan di dunia ini. Sedangkan
seseorang dengan harga diri yang negatif cenderung untuk tidak berani mencari
tantangan-tantangan baru dalam hidupnya, lebih senang menghadapi hal-hal yang
sudah dikenal dengan baik serta menyenangi hal-hal yang tidak penuh dengan
tuntutan, cenderung tidak merasa yakin akan pemikiran-pemikiran serta perasaan
yang dimilikinya, cenderung takut menghadapi respon dari orang lain, tidak mampu
membina komunikasi yang baik dan cenderung merasa hidupnya tidak bahagia.
Harga diri pada masa sekarang ini menjadi kajian yang sangat penting.
Semakin banyak orang yang membicarakan dan mengakui pentingnya memiliki
harga diri untuk membangun hubungan-hubungan yang lain yang baik dengan orang
agar memiliki kehidupan yang memuaskan. Sumber-sumber terpenting dalam
pembentukan atau perkembangan harga diri adalah pengalaman dalam keluarga,
umpan balik terhadap performance dan perbandingan sosial (Michener dan
Delameter, dalam Psikologi Sosial, 2003).
Harga diri mulai terbentuk setelah anak lahir, ketika mulai berhadapan

dengan dunia luar dan berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya
termasuk orang tua. Harga diri merupakan salah satu unsur dari kepribadian.
Kepribadian atau karakteristik seorang remaja seperti yang telah diungkapkan di atas
dipengaruhi oleh lingkungan masing-masing yaitu lingkungan sosial, lingkungan
budaya dan lingkungan alam yang merupakan komponen pembinaan kepribadian tiap
kelompok manusia di wilayahnya masing-masing.
Indonesia terdiri dari banyak suku dimana tiap-tiap suku bangsa mempunyai
kebudayaan yang berbeda, dengan adanya kebudayaan yang berbeda tersebut akan
menghasilkan karakteristik yang berbeda pula baik dalam sikap, perilaku, dan
kebiasaan. Perbedaan karakteristik budaya ini terbentuk karena suatu proses
pembelajaran yang panjang sejak individu dilahirkan, sampai ia hampir meninggal,
dimana ia belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala perasaan, hasrat, nafsu
serta emosi yang diperlukannya sepanjang hidupnya. Manusia mempunyai bakat

5

yang telah terkandung dalam gen-nya untuk mengembangkan berbagai macam
perasaan, hasrat, nafsu serta emosi dalam kepribadian individunya, tetapi wujud dan
pengaktifan dari berbagai macam isi kepribadiaanya itu sangat dipengaruhi oleh
berbagai macam stimuli yang berada dalam sekitar alam dan lingkungan sosial

budayanya (Koentjaraningrat, 1990).
Menurut H.A. Simon, 1969 (dalam Warnaen, 2002) yang menyatakan
bahwa tingkah laku manusia yang tampil setiap saat secara majemuk sebagian besar
adalah refleksi dari kemajemukan lingkungan dimana ia berada. Salah satu faktor
lingkungan yang sangat penting yang mempengaruhi tingkah laku manusia adalah
apa yang disebut kultur atau kebudayaan. Dari hasil studi R. Benedict yang
menjelaskan bahwa sejarah hidup manusia terutama adalah akomodasi terhadap pola
standar yang secara tradisional dianut oleh lingkungan sosialnya. Sejak individu
dilahirkan, kebiasaan lingkungan membentuk pengalaman-pengalaman hidup dan
tingkah lakunya. Pada saat ia mulai bisa bicara, ia merupakan makhluk kecil
kulturnya. Pada saat tumbuh, ia mampu mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan
lingkungan masyarakatnya. Adat dan tingkah laku manusia dalam lingkungannya
menjadi kebiasaannya, kepercayaan mereka menjadi kepercayaannya, yang tabu buat
mereka menjadi tabu juga baginya. Hal inilah yang akhirnya membuat perbedaan
karakteristik yang khas antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain,
tidak terkecuali suku bangsa Jawa dan suku bangsa Cina, mereka juga mempunyai
karakteristik budaya yang khas.
Suku Jawa merupakan suku yang terbesar di Indonesia dan merupakan
kelompok suku asli pulau Jawa. Menurut Koentjaraningrat (1999) bahwa
kebudayaan suku Jawa terdapat konsep nilai budaya yang dianggap oleh mereka

bernilai tinggi yaitu apabila manusia itu suka bekerja sama dengan sesamanya
dengan solidaritas yang tinggi (gotong royong), mementingkan kepentingan bersama,
rukun dan saling menghormati dan membantu serta menekankan keselarasan dan
keharmonisan hubungan antar pribadi.
Mulder mengemukakan bahwa pada orang Jawa ada kaidah-kaidah moral
yang mengatur dorongan-dorongan dan emosi-emosi pribadi. Kaidah-kaidah moral

6

tersebut adalah ‘narimo”, “sabar”, waspada-eling”, “andap asor” (merendahkan
diri), dan “prasaja” (bersahaja). Selanjutnya ia juga mengatakan bahwa anak Jawa
dimanjakan dan tidak dilatih untuk berdiri sendiri. Kemudian De Jong menambahkan
bahwa orang Jawa untuk mencapai sesuatu tidak berusaha dengan keras, tetapi
dengan “tapabrata”, jadi usaha yang dilakukan bersidat pasif dan orang Jawa tidak
mendukung adanya usaha yang aktif (Martaniah, 1983).
Iswahyudi (1997) juga mengatakan bahwa individu pada suku Jawa
diasumsikan sebagai berikut: kurang ulet, suka mengambil jalan pintas, kurang tahan
uji, mudah pasrah oleh beban hidup, dan lamban (terkenal dengan mottonya: alonalon waton kelakon, artinya pelan-pelan asal sampai tujuan atau cita-cita).
Berbeda dengan suku bangsa Cina, menurut Willmoth orang Cina di Jawa
kalau dibandingkan dengan orang Jawa lebih kompetitif, mempunyai usaha yang

besar dan sangat mengusahakan prestasi, dan mereka mempunyai tingkat aspirasi
yang lebih tinggi. Selanjutnya dikatakan hal ini adalah akibat adanya perbedaan
dalam pengasuhan anak. Orang tua keturunan Cina lebih banyak minta kepada
anaknya untuk berusaha mencapai prestasi dan sukses, sedangkan orang tua suku
Jawa dalam mengasuh anaknya lebih longgar, mereka tiak menekankan permintaanpermintaan pada anak-anaknya (Martaniah, 1984).
Orang Cina menganggap warisan kebudayaan mereka lebih unggul daripada
warisan budaya lain, karena menurut orang Cina kebudayaan merupakan batu
penjuru identitas. Apalagi itu merupakan warisan yang telah mempersatukan
berbagai kelompok orang Cina baik di dalam maupun di luar negeri dalam
menghadapi pembagian menurut dialek tempat asal dan tingkat sosial yang berbeda
(Cushman dan Gungwu, 1991).
Selain itu Andreas (2010) menambahkan bahwa orang Cina berani
mengambil resiko. Mereka harus kuat, termasuk sanggup mengorbankan diri dalam
beberapa hal, seperti waktu, tenaga, dan uang. Orang Cina juga percaya terhadap
takdir, tetapi tidak mau menyerah kepada nasib dan mereka percaya nasib ibarat roda
yang berputaar, sesekali di atas dan sesekali di bawah. Kerja keras tanpa kenal lelah
menjadi ciri dari orang Cina yang mengakibatkan mereka unggul dari yang lain.

7


Selain itu orang Cina selalu menginginkan perubahan secara total, maka hijrah
adalah suatu keharusan. Orang itu harus hijrah bukan hanya secara fisik saja
melainkan juga mental, jiwa, dan mendekatkan diri kepada-Nya. Keinginan untuk
berubah inilah yang menjadi kunci sukses keberhasilan orang Cina.
Dengan adanya berbagai perbedaan dari suku bangsa maka nilai-nilai,
norma-norma maupun kebiasaan yang dianut juga berbeda. Perbedaan sikap,
perilaku, kepribadian atau karakteristik inilah yang menimbulkan perbedaan tingkat
harga diri antara remaja suku bangsa Jawa dengan remaja suku bangsa Cina.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Perbedaan Harga Diri Remaja Suku Bangsa Jawa dan
Remaja Suku Bangsa Cina”
B.

Rumusan Masalah
Dengan latar belakang yang ada, maka rumusan masalah yang ingin diteliti

adalah perbedaan harga diri antara remaja suku bangsa Jawa dengan remaja suku
bangsa Cina.
C.


Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan harga diri antara

remaja suku bangsa Jawa dengan remaja suku bangsa Cina.
D.

Manfaat Penelitian

1.

Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan dan juga

dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi pengembangan untuk Psikologi
khususnya ilmu Psikologi Sosial dan ilmu Psikologi Lintas Budaya.
2.

Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, pemahaman dan

pengertian kepada berbagai pihak terutama bagi remaja tentang pentingnya harga diri
dalam kehidupan kita.

PERBEDAAN HARGA DIRI REMAJA SUKU BANGSA JAWA DAN
REMAJA SUKU BANGSA CINA

SKRIPSI

Oleh :
Galih Lingga Prisandhi
(05810040)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan sripsi/tugas akhir yang
berjudul “Perbedaan Harga Diri Remaja Suku Bangsa Cina Dan Remaja Suku
Bangsa Jawa”, sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana psikologi di
Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam pelaksanaan tugas akhir ini, bantuan berupa kritik, saran dan
dukungan yang sangat berharga telah saya dapatkan. Oleh karena itu pada
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada:
1. Bapak Drs. Tulus Winarsunu, M.Si, selaku dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Ibu Dra. Tri Dayakisni, M.Si, selaku dosen pembimbing I dalam
kesibukannya tetap memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh
kesabaran hingga terselesaikannya penelitian dan penulisan skripsi ini.
3. Ibu Hudaniah, M.Si.Psi

selaku dosen pembimbing II atas dukungan,

bimbingan dan arahannya serta kesabarannya selama membimbing penulis
menyusun skripsi.
4. Kedua orang tua, adik, dan saudara kembarku yang senantiasa mengiringi
dengan do’a, kasih sayang, dorongan, yang tidak pernah berhenti selama
penulis menyelesaikan skripsi ini.
5. Kepala Sekolah, staf/pengurus, dan siswa-siswi SMAK Kolese Santo Yusup
yang telah membantu penulis dengan memberikan izin penelitian dalam
menyelesaikan skripsi/tugas akhir.
6. Untuk Tri Utami Afriyanti, terima kasih atas do’a, semangat, pengertian, dan
nasehatnya selama ini sampai akhirnya penulis bisa menyelesaikan
skripsinya.

7. Sahabatku Pepenk, Dani, Pungky, dan Mbah yang telah memberikan
dukungan dan semangat pada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini serta
banyak membantu dalam mengerjakan skripsi dengan memberikan masukanmasukan yang berarti.
8. Bapak ibu dan teman-teman kost penghuni Alcatraz 88b : samid, pentol,
manto, gendut, jimbo, okky, dewa, tukul, agik, gusti, penyot, tantra, rey, dll
yang tidak disebutkan satu persatu. Terima kasih buat hari-hari seru,
menyenangkan, dan kebersamaan yang sudah kita lewati selama ini.
9. Pihak-pihak yang telah turut membantu, penulis mengucapkan terima kasih.
Akhir kata penulis berharap semoga segala bantuan dan kebaikan yang telah
diberikan mendapat pahala dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa karya ini
masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangatlah
penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi kita semua. AMIN.

Malang, 17 Oktober 2011
Penyusun

Galih Lingga Prisandhi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................

i

DAFTAR ISI .....................................................................................................

iii

DAFTAR TABEL .............................................................................................

v

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................

vi

INTISARI .........................................................................................................

vii

BAB I

PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.

BAB II

Latar Belakang .......................................................................
Rumusan Masalah ..................................................................
Tujuan Penelitian ...................................................................
Manfaat Penelitian .................................................................

TINJAUAN PUSTAKA
A. Harga Diri
1. Pengertian Harga Diri ........................................................
2. Karakteristik Harga Diri ....................................................
3. Faktor-Faktor Pengaruh Harga Diri ...................................
4. Jenis Harga Diri.................................................................
B. Remaja
1. Pengertian Remaja .............................................................
2. Ciri-Ciri Remaja ................................................................
3. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja .................................
4. Perkembangan Harga Diri Remaja .....................................
C. Suku Bangsa
1. Pengertian Suku Bangsa ....................................................
2. Komponen Kebudayaan Dalam Suatu Suku Bangsa...........
D. Suku Jawa ..............................................................................
E. Suku Cina ..............................................................................
F. Perbedaan Harga Diri Remaja Suku Bangsa Jawa dan
Remaja Suku Bangsa Cina ......................................................
G. Kerangka Pemikiran ...............................................................
H. Hipotesis ................................................................................

BAB III

1
7
7
7

8
10
13
14
15
16
18
19
22
24
24
27
33
35
36

METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian .............................................................

37

B. Variabel Penelitian .................................................................
C. Definisi Operasional...............................................................
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi.............................................................................
2. Sampel ..............................................................................
E. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan ................................................................
2. Tahap Pelaksanaan ............................................................
F. Jenis Data dan Instrumen Penelitian
1. Jenis Data ..........................................................................
2. Instrumen Penelitian ..........................................................
G. Pengujian Instrumen
1. Validitas ............................................................................
2. Reliabilitas ........................................................................
H. Analisis Data ..........................................................................
BAB IV

38
39
39
40
42
42
44
46
47

HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data........................................................................
B. Analisa Data ..........................................................................
C. Pembahasan ...........................................................................

BAB V

37
38

49
50
51

PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................
B. Saran ......................................................................................

56
56

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

57

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................

60

DAFTAR TABEL

Tabel 1

Skor Jawaban Pernyataan Skala Likert ..........................................

43

Tabel 2

Blue Print Skala Harga Diri...........................................................

44

Tabel 3

Distribusi Item-Item yang Valid ....................................................

46

Tabel 4

Hasil Analisa Reliabilitas Skala Harga Diri ...................................

47

Tabel 5

Perbedaan Harga Diri Remaja Suku Bangsa Cina dan Remaja Suku

Tabel 6

Bangsa Jawa .................................................................................

50

Rangkuman Hasil Analisis Uji – T ................................................

50

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Untuk Penelitian Skala Harga Diri .......................................

60

Lampiran 2 Data Try Out Skala Harga Diri ......................................................

65

Lampiran 3 Data Penelitian Skala Harga DIri ..................................................

73

Lampiran 4 Hasil Analisa Data Penelitian ........................................................

76

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, H. 2006. Psikologi perkembangan (pendekatan ekologi kaitannya dengan
konsep diri dan penyesuaian diri pada remaja). Bandung: PT Refika
Aditama.
Ahmadi. 1990. Psikologi umum. Yogyakarta: Bina Ilmu.
Alwisol. 2004. Psikologi kepribadian. Malang: UMM Pres.
Alif. 2008. Hubungan antara harga diri dengan penyesuaian sosial pada remaja
kelas x di sma negeri 2 situbondo. (Skripsi Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang, Jawa Timur).
Anon. 2011. Beda fisik, perilaku dan nilai hidup orang jepang, cina, dan korea.
Diakses tanggal 25 Oktober 2011 dari
http://www.iniunik.web.id/2011/06/beda-fisik-perilaku-dan-nilaihidup.html#axzz1bo76VMrH
Andreas. 2010. Rahasia kekayaan orang cina. Diakses tanggal 3 April 2011 dari
http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/1981133-rahasiakekayaan-orang-orang-cina/
Anneahira. 2008. Pola kehidupan orang jawa, nerimo ing pandum. Diakses tanggal 3
April 2011 dari http://www.anneahira.com/orang-jawa.htm
Azwar, S. 2010. Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Azwar, S. 2003. Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
. 1997. Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pusataka Belajar.
Basti. 2003. Perilaku prososial ditinjau dari peran gender pada etnis jawa dan cina.
Jurnal Psikodiagnostik, Vol 5 No 1 33-46: UMM
Branden. 2001. Kiat jitu meningkatkan harga diri. Jakarta: Pustaka Delprasta.
Clark, M.A, Clemes, H & Bean, R. 1995. Bagaimana meningkatkan harga diri anak.
Jakarta: Binarupa Aksara.
. 1995. Bagaimana meningkatkan harga diri remaja. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Dayakisni, T & Salis, Y. 2004. Psikologi lintas budaya. Malang: UMM Press.
Dayakisni, T & Hudaniah. 2003. Psikologi sosial. Malang: UMM Press.

Demente, B. 1989. Etiket dan etika bisnis dengan prang cina. Jakarta: Bumi Aksara.
Desmita. 2005. Psikologi perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Cushman, G. 1991. Perubahan identitas orang cina di asia tenggara. Jakarta: PT.
Temprint.
Hidayat. 1984. Masyarakat dan kebudayaan cina indonesia. Jakarta: Rineka Cipata.
Hurlock, E.B. 2004. Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Indrawati, L. 2005. Hubungan antara harga diri dengan prestasi belajar pada
remaja. (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang,
Jawa Timur).
Kartono, K. 1980. Teori kepribadian. Bandung: Alumni.
Kerlinger, F. 2000. Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Koan, Chung Hwa Hwee. 2011. Pilar hidup/nilai budaya orang tiong hoa. Diakses
tanggal 25 Oktober 2011 dari
https://chunghwahweekoan.wordpress.com/2011/08/30/pilar-hidup-nilaibudaya-orang-tionghoa-2/
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar ilmu antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
. 2002. Manusia dan kebudayaan di indonesia. Jakarta: Djambatan.
Koeswara, E. 1991. Teori-teori kepribadian:
humanistik. Bandung: Eresco.

psikoanalitis,

behaviorisme,

Martaniah, S.M. 1984. Motif sosial remaja suku jawa dan keturunan cina di
beberapa sma yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Miranti, D.W. 2005. Hubungan antara harga diri dengan interaksi sosial pelajar
smu. (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa
Timur).
Mulder, N. 1996. Pribadi dan masyarakat di jawa. Yogyakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Noordjanah, A. 2004. Komunitas tionghoa di surabaya (1910-1946). Semarang:
MESSIAS.

Poerwanti, E. 1998. Dimensi-dimensi
Muhammadiyah Malang.

riset

ilmiah.

Malang:

Universitas

Prasetyawati, E. 2005. Hubungan antara harga diri dengan efektivitas komunikasi
interpersonal pada remaja. (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang, Jawa Timur).
Redding, S.G. 1993. Jiwa kapitalisme cina. Jakarta: Abdi Tandur.

Santrock, J. 2003. Adolescence: perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga.
. 2002. Life-span development: perkembangan masa hidup. Jakarta:
Erlangga.
Soekanto, S. 1990. Sosiologi: suatu pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Suryadinata, L. 1999. Etnis tionghoa dan pembangunan bangsa. Jakarta: LP3ES.
Suseno, F.M. 1984. Etika jawa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Tambunan, R. 2001. Harga diri remaja. Diakses tanggal 8 April 2011 dari
http://www.e-psikologi.com/epsi/search.asp
Widyahartono, B. 1989. Kongsi dan spekulasi (jaringan kinerja bisnis cina). Jakarta:
PT. Pustaka Utama.
Warnaem, S. 2002. Sereotip etnis dalam masyarakat multietnis. Yogyakarta: Mata
Bangsa.
Wikipedia Indonesia.
Winarsunu, T. 2007. Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan. Malang:
UMM Press.
. 2002. Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan. Malang: UMM
Press.
Zulkifli. L. 1992. Psikologi perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.