Suku Melayu dengan suku bangsa

Suku Melayu
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Artikel ini membutuhkan lebih banyak catatan kaki untuk pemastian.
Silakan bantu memperbaiki artikel ini dengan menambahkan catatan kaki dari sumber yang terpercaya.

Halaman ini belum atau baru diterjemahkan sebagian dari bahasa Melayu.
Bantulah Wikipedia untuk melanjutkannya. Lihat panduan penerjemahan Wikipedia.

Melayu

Hang Tuah • Hassanal Bolkiah • Enrique dari Melaka • Mahathir bin
Mohamad • Mizan Zainal Abidin • P. Ramlee •Parameswara • Ratu
Hijau • Sheikh Muszaphar Shukor • Siti Nurhaliza • Sudirman
Arshad • Tunku Abdul Rahman

Jumlah populasi

2010: Diperkirakan 27,8 juta.
Kawasan dengan populasi yang signifikan
Brunei, Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura,
Penduduk mayoritas

Malaysia
Brunei
Penduduk minoritas

15 juta (Perkiraan 2006) [1]
0.25 juta (Perkiraan 2006) [2]
8,8 juta (perkiraan 2010) [3][4]
7.9 juta (Perkiraan 2006) [5]
0.65 juta (Sensus 2000) [6]

Indonesia
Thailand
Singapura

Bahasa
Bahasa Indonesia, Bahasa Melayu, Bahasa Melayu Bengkulu, Bahasa
Melayu Jambi,Bahasa Melayu Palembang, Bahasa Melayu
Riau, Bahasa Melayu Pontianak, Bahasa Melayu Kedah, Bahasa
Melayu Brunei, Bahasa Melayu Kelantan, Bahasa Melayu
Terengganu, Bahasa Melayu Sarawak

Agama
Islam

Kelompok etnik terdekat
Aceh, Minangkabau, Banjar

Wanita Melayu di Kutai dikenali dari bentuk khas sanggulnya (litografi oleh C. F. Kelley berdasarkan gambar oleh Carl
Bock, tahun 1887)

Suku Melayu[7][8] adalah nama yang menunjuk pada suatu kelompok yang ciri utamanya adalah
penuturan bahasa Melayu. Suku Melayu bermukim di sebagian besar Malaysia, pesisir timur Sumatera,
sekeliling pesisirKalimantan, Thailand Selatan, serta pulau-pulau kecil yang terbentang sepanjang Selat
Malaka dan Selat Karimata. Di Indonesia, jumlah suku Melayu sekitar 15% dari seluruh populasi, yang
sebagian besar mendiami provinsiSumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera
Selatan, Bangka Belitung, dan Kalimantan Barat.[9]
Meskipun begitu, banyak pula masyarakat Minangkabau, Mandailing, danDayak yang berpindah ke
wilayah pesisir timur Sumatra dan pantai barat Kalimantan, mengaku sebagai orang Melayu. Selain di
Nusantara, suku Melayu juga terdapat di Sri Lanka, Kepulauan Cocos (Keeling) (Cocos Malays), dan Afrika
Selatan (Cape Malays).
Daftar isi

[sembunyikan]



1 Sejarah



2 Etimologi

o

2.1 Orang Gunung

o

2.2 Kerajaan Malayu




3 Melayu Malaysia



4 Melayu Siam



5 Melayu Myanmar



6 Kaum Melayu Singapura (Golongan Bumiputera)



7 Melayu Indonesia




8 Lihat pula



9 Referensi



10 Pranala luar

Sejarah[sunting | sunting sumber]
Nama "Malayu" berasal dari Kerajaan Malayu yang pernah ada di kawasan Sungai Batang Hari. Dalam
perkembangannya, Kerajaan Melayu akhirnya takluk dan menjadi bawahan Kerajaan Sriwijaya.
[10]

Pemakaian istilah Melayu-pun meluas hingga ke luar Sumatera, mengikuti teritorial imperium Sriwijaya

yang berkembang hingga ke Jawa, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya. Jadi orang Melayu
Semenanjung berasal dari Sumatera.[11]
Berdasarkan prasasti Keping Tembaga Laguna, pedagang Melayu telah berdagang ke seluruh wilayah

Asia Tenggara, juga turut serta membawa adat budaya dan Bahasa Melayu pada kawasan tersebut.
Bahasa Melayu akhirnya menjadi lingua franca menggantikan Bahasa Sanskerta.[12] Era kejayaan Sriwijaya
merupakan masa emas bagi peradaban Melayu, termasuk pada masa wangsa Sailendra di Jawa,
kemudian dilanjutkan oleh kerajaanDharmasraya sampai pada abad ke-14, dan terus berkembang pada
masaKesultanan Malaka[13][14][15] sebelum kerajaan ini ditaklukan oleh kekuatan tentara Portugis pada tahun
1511.
Masuknya agama Islam ke Nusantara pada abad ke-12, diserap baik-baik oleh masyarakat Melayu.
Islamisasi tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat jelata, namun telah menjadi corak pemerintahan
kerajaan-kerajaan Melayu. Di antara kerajaan-kerajaan tersebut ialah Kesultanan Johor, Kesultanan
Perak,Kesultanan Pahang, Kesultanan Brunei, dan Kesultanan Siak. Kedatangan kolonialis Eropa telah
menyebabkan terdiasporanya orang-orang Melayu ke seluruh Nusantara, Sri Lanka, dan Afrika Selatan. Di
perantauan, mereka banyak mengisi pos-pos kerajaan seperti menjadi syahbandar, ulama, dan hakim.
Dalam perkembangan selanjutnya, hampir seluruh Kepulauan Nusantara mendapatkan pengaruh langsung
dari Suku Melayu. Bahasa Melayu yang telah berkembang dan dipakai oleh banyak masyarakat
Nusantara, akhirnya dipilih menjadi bahasa nasional Indonesia,Malaysia, dan Brunei.

Etimologi[sunting | sunting sumber]
Ptolemy (90 - 168 M) dalam karyanya Geographia mencatat sebuah tanjung di Aurea
Chersonesus (Semenanjung Melayu) yang bernama Maleu-kolon, yang diyakini berasal dari Bahasa


Sanskerta, malayakolam atau malaikurram[16]. Berdasarkan G. E. Gerini,Maleu-Kolon saat ini merujuk pada
Tanjung Kuantan atau Tanjung Penyabung di Semenanjung Malaysia.

Orang Gunung[sunting | sunting sumber]
Pada Bab 48 teks agama Hindu Vuya Purana yang berbahasa Sanskerta, kata Malayadvipa merujuk
kepada sebuah provinsi di pulau yang kaya emas dan perak. Disana berdiri bukit yang disebut
dengan Malaya yang artinya sebuah gunung besar (Mahamalaya). Meskipun begitu banyak sarjana Barat,
antara lain Sir Roland Braddell menyamakan Malayadvipa dengan Sumatera [17]. Sedangkan para sarjana
India percaya bahwa itu merujuk pada beberapa gunung di Semenanjung Malaysia

[18][19][20][21][22]

.

Kerajaan Malayu[sunting | sunting sumber]
Dari catatan Yi Jing, seorang pendeta Budha dari Dinasti Tang, yang berkunjung ke Nusantara antara
tahun 688 - 695, dia menyebutkan ada sebuah kerajaan yang dikenal dengan Mo-Lo-Yu (Melayu), yang
berjarak 15 hari pelayaran dari Sriwijaya. Dari Ka-Cha (Kedah), jaraknyapun 15 hari pelayaran.
[23]


Berdasarkan catatan Yi Jing, kerajaan tersebut merupakan negara yang merdeka dan akhirnya

ditaklukkan oleh Sriwijaya.
Berdasarkan Prasasti Padang Roco (1286) di Sumatera Barat, ditemukan kata-kata bhumi malayu dengan
ibu kotanya diDharmasraya. Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Malayu dan Sriwijaya yang
telah ada di Sumatra sejak abad ke-7. Kemudian Adityawarman memindahkan ibu kota kerajaan ini ke
wilayah pedalaman di Pagaruyung.
Petualang Venesia yang terkenal, Marco Polo dalam bukunya Travels of Marco Polo menyebutkan
tentang Malauir yang berlokasi di bagian selatan Semenanjung Melayu. Kata "Melayu" dipopulerkan oleh
Kesultanan Malaka yang digunakan untuk membenturkan kultur Malaka dengan kultur asing yakni Jawa
dan Thai.[24] Dalam perjalanannya, Malaka tidak hanya tercatat sebagai pusat perdagangan yang dominan,
namun juga sebagai pusat peradaban Melayu yang berpengaruh luas. [25]

Melayu Malaysia[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Masyarakat Melayu di Malaysia

Seorang penari mempersembahkan tarian Ulek Mayang, sebuah persembahan tarian dari Terengganu, Malaysia.

Melayu Malaysia yang disebut Kaum Melayu adalah masyarakat Melayu berintikan orang Melayu asli
tanah Semenanjung Malaya (Melayu Anak Jati), ditambah suku-suku pendatang dari Indonesia dan tempat

lainnya yang disebut Melayu Anak Dagang
seperti Jawa,Minangkabau, Riau, Mandailing, Aceh, Bugis, Bawean, Banjar, Champa dan lain-lain. Semua
diikat oleh agama Islam dan budaya Melayu Malaysia. Ras lain yang beragama Islam juga dikategorikan
Kaum Melayu, seperti Tionghoa Muslim, India Muslim, dan Arab. Sehingga Melayu juga berarti etnoreligius
yang merupakan "komunitas umat Islam Malaysia" yang ada di Kerajaan Islam tersebut, karena jika ada
konsep Sultan (umara) berarti juga ada ummat yang dilindunginya.
Namun, etnis Melayu di Malaysia Barat (Malaya) yang tidak terikat dengan perlembagaan Malaysia secara
umumnya terbagi kepada tiga suku etnis terbesar, yaitu Melayu Johor, Melayu Kelantan dan Melayu
Kedah[rujukan?]. Melayu Johor sebagai suku etnis terbesar, banyak terdapat di sekitar ibukota Malaysia, Kuala
Lumpur dan negeri Johor itu sendiri. Selain itu, masyarakat Melayu yang tinggal di
negeri Terengganu, Pahang, Selangor, Malaka dan Perakjuga bisa digolongkan sebagai Melayu Johor.
Di Malaysia Timur terdapat pula komunitas Melayu, yaitu Melayu Sarawak dan Melayu Brunei yang
mempunyai dialek yang berbeda dengan Melayu Semenanjung Malaya. Suku Melayu Sarawak biasanya
terdapat di Negara Bagian Sarawak, serta lebih berkerabat dengan Suku Melayu Pontianak dari
Kalimantan Barat. Sedangkan Suku Melayu Brunei biasanya menetap di bagian utara Sarawak, Pantai
BaratSabah, serta Brunei Darussalam.

Melayu Siam[sunting | sunting sumber]
Thailand mempunyai jumlah suku Melayu ketiga terbesar setelah Malaysia dan Indonesia, dengan populasi
lebih dari 3,3 juta jiwa (Perkiraan 2010)[26][27]. Kebanyakan dari mereka berdomisili di kawasan selatan

Thailand serta di kawasan sekitar Bangkok (terkait dengan perpindahan suku Melayu dari selatan Thailand
serta utara semenanjung Malaya ke Bangkok sejak abad ke 13).

Kehadiran Suku Melayu di kawasan selatan Thailand telah ada sebelum perpindahan Suku
Thai ke Semenanjung Malaya melalui penaklukan Kerajaan Sukhothai, yang diikuti oleh Kerajaan
Ayutthaya, pada awal abad ke-16. Hal ini dapat dilihat pada nama-nama daerah di kawasan selatan
Thailand yang berasal dari bahasa Melayu atau nama lain dalam logat Melayu, misalnya "Phuket/ภภูเกก็ต"
dalam bahasa Melayu "Bukit/‫"بوكيت‬, "Thalang" ("Talang/‫)"تلڠ‬, "Trang" ("Terang/‫)"تراڠ‬, Narathiwat/นราธธิวาส
("Menara"), "Pattani/ปปั ตตานน " ("Patani/ ‫)"ڤتني‬, "Krabi/กระบนบ" ("Gerabi"), "Songkla/สงขลา" ("Singgora/
‫)"سيڠڬورا‬, "Surat Thani/สสุราษฎรร์ธานน " ("Lingga"), "Satun/สตภูล" ("Mukim Setul/‫)"مقيم ستول‬, "Ranong/ระนอง"
("Rundung/‫)"روندوڠ‬, "Nakhon Si Thammarat/นครศรนธรรมราช" ("Ligor"), "Chaiya/ไชยา" (Cahaya),
"Phattalung/พปัทลสุง" ("Mardelung/‫)"مردلوڠ‬, "Yala/ยะลา" ("Jala/‫)"جال‬, "Koh Phi-Phi/หมมภูเกาะพนพน" ("Pulau ApiApi"), "Koh Samui/เกาะสมสุย"("Pulau Saboey"), "Su-ngai Kolok/สสุไหงโก-ล" (Sungai Golok), "Su-ngai
Padi/สสุไหงปาดน" (Sungai Padi), "Rueso/รรือเสาะ" ("Resak"), "Koh Similan/หมมภูเกาะสธิมธิลปัน" ("Pulau Sembilan/
‫)"ڤولو سمبيلن‬, dan "Sai Buri/สายบสุรน" ("Selindung Bayu/ ‫)"سليندوڠ بايو‬.
Kawasan selatan Thailand juga pernah melihat kebangkitan dan kejatuhan kerajaan Melayu antaranya
Negara Sri Dhamaraja (100an–1500an), Langkasuka (200an − 1400an), Kesultanan Pattani
1771), Kesultanan Reman (1785–1909)

[30]


serta Kesultanan Singgora (1603–1689)

[28][29]

(1516–

[31][32]

.

Kebanyakan suku Melayu Siam fasih berbicara bahasa Thai serta bahasa Melayu setempat saja.
Contohnya, suku Melayu di kawasan pesisir tenggara Thailand yakni Pattani, Songkhla, serta Hat Yai, lebih
cenderung menggunakan logat Melayu Pattani, sedangkan suku Melayu di pesisir barat seperti Satun,
Phuket, dan Ranong, menuturkan logat Melayu Kedah. Suku Melayu di Bangkok juga mempunyai logat
Melayu Bangkok sendiri.
Pada saat ini, ada upaya dari pemerintah pusat untuk mengerdilkan budaya Melayu di Thailand, sala
satunya dengan meniadakan penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah
dan menggantinya dengan bahasa Thai. Selain itu, kegiatan-kegiatan suku Melayu Siam yang beragama
Islam cenderung dibatasi, baik secara sosial, ekonomi, maupun kultural.

Melayu Myanmar[sunting | sunting sumber]
Selain dari Thailand, Myanmar juga mempunyai komunitas suku melayu yang besar di Indochina.
Kebanyakkan daripada Suku Melayu tertumpu di bahagian paling selatan negara itu, iaitu di Divisi
Tanintharyi Bahasa Myanmar: တနသ( ရ( တ((င(ဒဒသကက((Bahasa Melayu: Tanah Sari) dan Kepulauan Mergui မမ( တ(
က .န(စ(. Akibat daripada pengijarahan, komunitas Melayu Myanmar juga terdapat di Yangon, Divisi Mon,
Thailand serta Malaysia. [33]
Kehadiran Suku Melayu di kawasan selatan Myanmar diperkirakan seawall 1865, apabila satu kumpulan
yang diketuai Nayuda Ahmed membuka penempatan di kawasan yang pada hari ini dikenali sebagai
Kawthaung ဒကဒသင(မမ( မ (dikenali sebagai Peloduadalam Bahasa Melayu).
Pengaruh Melayu dapat dilihat dengan penggunaan nama-nama asli Melayu di kawasan tersebut,
antaranya Pulau Dua, Pulau Tongtong, Sungai Gelama, Sepuluh Batu, Kepala Batu, Tanjung Badai, Pasir
Panjang, Malay One, Teluk China, Teluk Besar, Mek Puteh, Sungai Balai, Pulau Balai, Pulau Cek, Tanjung

Peluru, Pulau Bada, Teluk Peluru, Tanjung Gasi, Pulau Rotan Helang, Pulau Senangin dan sebagainya.
[34]

Ini berbeda dengan keadaan di Thailand, di mana berlakunya penukaran nama asli Bahasa Melayu

kepada Bahasa Thailand.
Di Myanmar, masyarakat Melayu mempunyai kebudayaan serta bahasa yang seragam dengan Suku
Melayu di pantai timur selatan Thailand iaitu di Phuket, Ranong, serta utara Semenanjung Malaya seperti
di Kedah, Perlis serta Pulau Pinang. Ini berikutan kawasan2 tersebut pernah berada di bawah pengaruh
Kesultanan Kedah. [35]
Pada zaman ini, komunitas Melayu di Myanmar fasih berbahasa Myanmar, Bahasa Melayu dan Bahasa
Thailand, berikutan keadaan geographis mereka yang berada di sempadan. Mereka juga masih
mengekalkan kebudayaan Melayu yang kental seperti penggunaan Kain Sarung serta penggunaan
tulisan Jawi. Namun, bilangan mereka di Divisi Tanintharyi semakin berkurangan berikutan penghijrahan
bagi mencari peluang sosio-ekonomi yang lebih baik.

Kaum Melayu Singapura (Golongan Bumiputera)[sunting | sunting
sumber]
Komposisi Sukubangsa dalam Populasi Melayu di Singapura 1931-1990

Kelompok Ras Melayu 1931

1947

1957

1970

1980

1990

Total

65,104 113,803 197,059 311,379 351,508 384,338

Melayu

57.5%

61.8%

68.8%

86.1%

89.0%

68.3%

Jawa

24.5%

21.7%

18.3%

7.7%

6.0%

17.2%

Bawean

14.4%

13.5%

11.3%

5.5%

4.1%

11.3%

Bugis

1.2%

0.6%

0.6%

0.2%

0.1%

0.4%

Banjar

0.7%

0.3%

0.2%

0.1%

N.A.

N.A.

Ras Melayu lain

1.7%

2.1%

0.9%

0.4%

0.8%

2.9%

(Reference: Arumainathan 1973, Vol 1:254; Pang, 1984, Appendix m; Sunday Times, 28 June 1992)

Melayu Indonesia[sunting | sunting sumber]
Secara ras atau rumpun bangsa, Melayu di Indonesia dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Melayu
Deutero dan Melayu Proto.
Melayu Deutero adalah rumpun Melayu Muda yang datang setelah Melayu Proto pada Zaman
Logam sekitar lebih kurang 500 SM. Rumpun yang masuk gelombang kedua ini meliputi suku
bangsa Melayu, Aceh, Minangkabau, Sunda, Jawa, Manado, dll. yang bermukim di
pulau Sumatra, Jawa, Bali, Madura, dan Sulawesi.
Melayu Proto adalah rumpun Melayu Tua yang datang kali pertama pada masa lebih kurang 1500 SM
meliputi suku bangsa Dayak,Toraja, Sasak, Nias, Batak, Kubu dll. yang bermukim di pulau Kalimantan,
Sulawesi, Nias, Lombok, dan Sumatra.
Adapun golongan lain yang bukan termasuk rumpun Melayu namun tetap termasuk bangsa di Indonesia
yaitu rumpun Melanesia yang bermukim di bagian wilayah timur Indonesia. Meskipun demikian,
istilah Melayu yang digunakan di Indonesia lebih mengacu pada arti suku bangsa yang lebih spesifik
sehingga Melayu yang ada tidak termasuk suku bangsa Jawa yang merupakan suku bangsa mayoritas.
Berikut ini uraian suku Melayu di wilayah Indonesia:


Suku Melayu (Muslim) di Indonesia menurut sensus tahun 2000 terdiri dari:


Melayu Tamiang



Melayu Palembang, dalam sensus 1930 tidak digolongkan suku Melayu.



Melayu Bangka-Belitung, pada sensus 1930 tidak digolongkan suku Melayu.



Melayu Deli



Melayu Riau



Melayu Jambi



Melayu Bengkulu



Melayu Pontianak



Suku bangsa serumpun di Sumatra :



Suku Minangkabau (muslim)



Suku Kerinci (muslim)



Suku Talang Mamak (non muslim)



Suku Sakai (non muslim)

[36]



Orang Laut



Suku Rejang (muslim)



Suku Serawai (muslim)



Suku Pasemah (muslim)



Suku Lubai (muslim)



Suku Rambang (muslim)



Suku bangsa serumpun di Kalimantan (Rumpun Banjar) :



Suku Sambas (muslim)



Saq Senganan (Dayak Iban masuk Islam)



Suku Kedayan (muslim) dan Melayu Brunei (muslim)



Suku Banjar (muslim) dan Suku Bukit (non muslim)



Suku Kutai (muslim) dan Haloq (Dayak Tonyoy-Benuaq masuk Islam)



Suku Berau (muslim)



Suku bangsa serumpun di pulau Jawa :



Suku Betawi (muslim)

Lihat pula[sunting | sunting sumber]


Masyarakat Melayu di Malaysia



Melayu Kedah



Melayu Sri Lanka



Melayu-Bugis



Senjata Melayu



Suku Melayu (Minang)



Ketuanan Melayu