TERAPI WICARA UNTUK MEMBANTU KOMUNIKASI ANAK TUNARUNGU DI SLB YAYASAN KELUARGA SEJAHTERA MANUNGGAL SLAWI JAWA TENGAH

(1)

TERAPI WICARA UNTUK MEMBANTU KOMUNIKASI ANAK TUNARUNGU DI SLB YAYASAN KELUARGA SEJAHTERA

MANUNGGAL SLAWI JAWA TENGAH

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah Satu Persyaratan Memeperoleh gelar Sarjana Psikologi

Disusun Oleh: Emi Musyarofah

03810115

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2011


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

1. Judul Penelitian : Terapi Wicara Untuk Membantu Komunikasi Anak Tunarungu di SLB Yayasan Keluarga Sejahtera Manunggal Slawi Jawa Tengah.

2. Nama Peneliti : Emi Musyarofah

3. NIM : 03810115

4. Fakultas : Psikologi

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 6. Waktu Penelitian : 4 Oktober 2010 s.d 3 Januari 2011 7. Tanggal Ujian : 5 Februari 2011

Malang, 11 Februari 2011 Dosen Pembimbing


(3)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Emi Musyarofah

Nim : 03810115

Fakultas : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul :

Terapi Wicara Untuk Membantu Komunikasi Anak Tunarungu di SLB Yayasan Keluarga Sejahtera Manunggal Slawi Jawa Tengah

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.

2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Mengetahui Malang, 5 Februari 2011

Ketua Program Studi Yang menyatakan


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji Pada tanggal 5 Februari 2011

Dewan Penguji

Ketua Penguji : M. Salis Y. S.Psi, M.Psi _________________ _

Anggota : 1. Dra. Tri Dayakisni, M.Si _________________ _

2. Linda Yani P. S.Psi, M.Si _________________ _

Mengesahkan Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang


(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis masih diberikan kesempatan dan kekuatan untuk menyelesaikan tugas akhir penyusunan skripsi yang berjudul “Terapi Wicara Untuk Membantu Komunikasi Anak Tunarungu di SLB Yayasan Keluarga Manunggal Slawi Jawa Tengah” yang merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana dibidang Ilmu Psikologi pada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah semata-mata atas kemampuannya sendiri, namun juga berkat dorongan, dukungan, saran, bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. Drs. Tulus Winarsunu, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. M. Salis Y. S.Psi, M.Psi selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk berdiskusi dengan penulis serta memberikan bimbingan dan masukan bagi penulis.

3. Dra. Djudiah selaku dosen wali Psikologi 2003 C yang telah mendukung dan memberi pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini 4. Ardana Edy Karsanta, S.pd selaku Kepala SLB Manunggal Slawi Jawa

Tengah, yang telah memberi ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian magang di SLB Manunggal Slawi Jawa Tengah.

5. Sodikin, S.Pd selaku pembina lapangan di SLB Manunggal Slawi yang telah meluangkan waktunya untuk berdiskusi dengan penulis serta memberikan bimbingan dan masukan bagi penulis.

6. Murid-murid SLB Manunggal bagian B Slawi Jawa Tengah yang telah bersedia menjadi subyek penelitian.

7. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Psikologi UMM atas segala ilmu yang telah diberikan serta seluruh karyawan dalam membantu administrasi.


(6)

8. Abah dan Umi yang selalu memberi dukungan, do’a dan kasih sayang sehingga penulis memiliki motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-temanku di fakultas psikologi, khususnya 2003 C yang telah berbagi ruang dan cerita denganku, sangat menyenangkan bisa mengenal kalian dan menjadi bagian dari kalian.

10. Seluruh Staf Pengajar SLB Manunggal Slawi Jawa Tengah, khususnya bagian B yang telah menerima saya dengan kehangatan dan keramahan dan telah meluangkan waktunya untuk berbagi ilmu dan cerita.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal kepada mereka yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini selesai. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan terbatasnya ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya

Wassalamu’alaikum wr.wb

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Nomor Judul Halaman

KATA PENGANTAR ... i

INTISARI ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 7

C. Manfaat Penelitian ... 7

D. Rancangan Penelitian ... 7

1. Metode Pengumpulan Data ... 8

a. Wawancara ... 8

b. Observasi ... 9

2. Analisa Data ... 10

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 11

4. Instrumen Penelitian ... 11

5. Triangulasi ... 11

BAB II. HASIL PENELITIAN ... 12

A. Prosedur Pengumpulan Data ... 12

B. Gambaran Lokasi Penelitian ... 13

C. Gambaran Kegiatan Magang ... 14

D. Deskripsi Data ... 15

1. Deskripsi Data ... 15

2. Analisa Data ... 20

3. Pembahasan ... 22

BAB III. PENUTUP ... 28

A. Kesimpulan ... 28


(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 1. Tabel Deskripsi Subyek ...15 2. Tabel Data Informan . ...15


(9)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional (2001). Kamus Sistem Isyarat Bahasa Indonesia. (Edisi Ketiga). Jakarta: Direktorat Pendidikan Luar Biasa.

Mulyana, D. (2007). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, J. (2003). Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Satori, D. & Komariah, A. (2009). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Alfabeta

Somantri, T.S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT Refika Aditama. Sugiyono (2008). Memahami Penelitian kualitatif. Bandung: PT Alfabeta. Wikipedia. http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus

Yanti, D. (2008) Penatalaksanaan Terapi Wicara Pada Anak Tuna Rungu (1).

Diakses 20 Agustus 2010 dari

http://akubisadengar.info/2008/08/25/penatalaksanaan-terapi-wicara-pada-anak-tuna-rungu-1

Zuriah, N. (2006). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, bagaimanapun juga manusia tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Hidup bersama antar manusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi yang mempengaruhinya.

Komunikasi dirumuskan sebagai suatu proses penyampaian pesan atau informasi diantara beberapa orang. Karenanya komunikasi melibatkan seorang pengirim, pesan atau informasi saluran dan penerima pesan yang mungkin juga akan memberikan umpan balik kepada pengirim untuk menyatakan bahwa pesan telah diterima.

Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Bentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa, sinyal, bicara, tulisan, gerakan, dan penyiaran. Komunikasi dapat berupa interaktif, transaktif, bertujuan dan tak bertujuan. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.

Dalam komunikasi terdapat beberapa komponen yang mendukungnya, komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik. Menurut Harold Lasswell (dalam Mulyana, 2007) komponen-komponen komunikasi adalah sebagi berikut :

1. Sumber (source), sering disebut juga pengirim (sender) komunikator (communicator) adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. sumber bisa seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu negara.

2. Pesan (message) yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan

merupakan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber tersebut. Pesan mempunyai tiga komponen: makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasi pesan. 3. Saluran (channel) yakni alat atau wahana yang digunakan oleh sumber untuk


(11)

menggunakan dua saluran, yakni cahaya dan suara, meskipun kita juga dapat menggunakan kelima indra kita untuk menerima pesan dari orang lain.

4. Penerima atau komunikan (reciever) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain. 5. Efek yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut.

6. Umpan balik (feedback) adalah tanggapan daripenerima pesan atas isi pesan yang disampaikan.

Banyak para ahli dan ilmuwan yang mendefinisikan komunikasi, di bawah ini beberapa definisi komunikasi adalah :

1. Raymons S. Ross mendefinisikan komunikasi sebagai proses transaksional yang meliputi

pemisahan, dan pemilihan bersama lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau respons yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber (dalam Rakhmat, 2003).

Dance mengartikan komunikasi dalam kerangka psikologi behaviorisme sebagai usaha “menimbulkan respons melalui lambang-lambang verbal”, ketika lambang-lambang verbal tersebut bertindak sebagai stimuli (dalam Rakhmat, 2003).

Colin Cherry mendefinisikan komunikasi sebagai “usaha untuk membuat satuan sosial dari individu dengan menggunakan bahasa atau tanda. Memiliki bersama serangkaian peraturan untuk berbagai kegiatan mencapai tujuan” (dalam Rakhmat, 2003).

2. Bernard Berelson dan Gary A. Steiner mengartikan komunikasi sebagai transmisi informasi, gagasan, emosi, ketrampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol−kata-kata, gambar, figur, grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi (dalam Mulyana, 2007).

Menurut William I. Gorden komunikasi secara ringkas dapat didefinisikan sebagai transaksi dinamis yang melibatkan gagasan dan perasaan (dalam Mulyana, 2007).

Everett M. Rogers berpendapat bahwa komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka (dalam Mulyana, 2007).

Ketrampilan berkomunikasi diperlukan dalam bekerja sama dengan orang lain. Pada dasarnya komunikasi digunakan untuk menciptakan atau meningkatkan aktifitas hubungan antara manusia atau kelompok. Ada dua jenis komunikasi, yaitu verbal dan non verbal,


(12)

komunikasi verbal meliputi kata-kata yang diucapkan atau tertulis, sedangkan komunikasi non verbal meliputi bahasa tubuh.

Komunikasi adalah berhubungan dan mengajak orang lain untuk mengerti apa yang kita sampaikan dalam mencapai tujuan. Pada kenyataannya tidak semua orang terlahir sempurna, ada beberapa orang yang terlahir dengan keistimewaan yang diberikan oleh Tuhan, misalnya tunarungu. Menurut Mufti Salim (dalam Somantri, 2007), tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya. Ia memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layak.

Karena memiliki hambatan dalam pendengaran, individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara, cara berkomunikasi dengan individu tersebut menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa anak yang memiliki gangguan pendengaran atau tunarungu pasti akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi secara verbal. Akan tetapi bila anak tunarungu ditangani dengan tepat, konsisten dan sistematis maka kesulitan berkomunikasi secara verbal bisa ditanggulangi.

Hal yang paling sulit dipelajari anak tunarungu adalah belajar mendengar, maka pendekatan yang diberikan pada anak tunarungu bukan hanya melalui sensor auditory (pendengaran) tetapi juga mengikut sertakan sensor visual dan taktil kinestetik (rasa raba).

Penatalaksanaan terapi wicara pada anak tunarungu melalui 3 tahap, yaitu 1. Prespeech atau Prawicara

Pada tahap ini kita mulai berikan latihan persepsi pendengaran dengan memperkenalkan bunyi-bunyi bahasa kepada anak dari berbagai posisi. Apabila tidak ada respon dari anak, maka kita tidak boleh langsung menyimpulkan bahwa anak tidak bisa mendengar. Anak kita pasti mendengar stimulus yang kita berikan namun dia belum mengetahui suara stimulus yang kita berikan. Maka kita harus langsung memberitahu kepada anak bunyi yang kita berikan.

Contoh: stimulus suara lonceng diberikan tiga kali dan tidak ada respon dari anak, maka kita harus memperlihatkan benda yang kita perdengarkan kepada anak bahwa tadi adalah


(13)

suara/bunyi lonceng,dan kita minta anak untuk memegang benda tersebut. Dalam tahap ini anak sudah mendapatkan konsep bahasa suatu benda melalui tiga sensor. Apabila persepsi pendengaran anak terhadap bunyi atau suara sudah konsisten, maka kita harus mengganti program latihan pada tingkat yang lebih sulit.

2. Bahasa

Menurut Joseph Bram “Bahasa adalah suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol bunyi arbiter yang dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain”.

Didalam aturan secara linguistik, unsur bahasa dibagi atas tiga bagian, meliputi isi, bentuk dan penggunaan.

Sebelum kita melakukan pendekatan dan terapi kepada anak, kita harus mempersiapkan materi dan alat yang kita perlukan. Misalnya, kita akan memperkenalkan kata “kucing” maka kita harus menyiapkan flash card (kartu bergambar) benda tersebut, buku/majalah bergambar benda tersebut, miniatur atau boneka benda tersebut. Adapun cara dalam menerapkan konsep kata diatas, sebagai berikut:

a. Minta anak untuk mengidentifikasi flash card pada benda yang sama.

Bila anak merespon benar maka kita berikan reward berupa pujian. Bila anak tidak

merespon kita tidak langsung memberi punishment (hukuman) kepada anak.

Sebaiknya arahkan anak untuk mengidentifikasi benda yang dimaksud. Dengan demikian anak akan dapat memahami instruksi dan benda yang dimaksudkan. Kita juga tetap memberi stimulus melalui auditory (suara kucing) agar anak semakin memahami konsep benda tersebut.

b. Saat kita memberi stimulus auditory, jangan lupa kita harus manfaatkan miniatur dari benda tersebut.

Sebelum kita memulai aktifitas di atas, sebaiknya kita tidak langsung memperlihatkan benda/alat yang akan digunakan karena akan membuat konsentrasi anak mudah beralih dan tidak fokus.

Bila latihan di atas sudah konsisten kita harus melanjutkan ke materi yang lebih sulit. 3. Artikulasi

Artikulasi merupakan proses penyesuain ruangan suproglottal yang tujuannya untuk memodifikasi bunyi suara laryngeal menjadi suara bicara. Penyesuain suara di daerah


(14)

laring terjadi dengan menaikkan dan menurunkan laring, mengatur jumlah transmisi udara melalui rongga mulut dan rongga hidung melalui katup velofaringeal dan merubah posisi mandibula (rahang bawah) dan lidah. Proses diatas yang akan menghasilkan suara dalam bicara.

Sebagaimana kita ketahui bahwa anak-anak yang mengalami keterlambatan bicara (seperti : tunarungu, afasia perkembangan, autisma dan lain sebagainya) tentunya akan mengalami kegagalan dalam berartikulasi. Hal ini disebabkan oleh keterlambatan maturasi organ artikulasi, maka untuk mencapai kemampuan artikulasi yang baik diperlukan oral motor exercise terlebih dahulu, latihan ini bertujuan untuk menguatkan otot-otot organ artikulasi.

Setelah kita melakukan stimulasi oral motor maka kita mulai melakukan produksi suara/bunyi vokal, suku kata, kata dan seterusnya melalui sensor auditory, visual dan taktil kinestetik.(Yanti, 2008).

Terapi wicara disini bukan hanya untuk membantu mereka dapat berbicara dengan individu yang lainnya melainkan membantu mereka meningkatkan ketrampilan dalam berkomunikasi, sehingga mereka pun dapat menyampaikan apa yang ingin mereka ungkapkan dengan mudah dimengerti oleh orang lain serta agar mereka dapat menangkap informasi yang disampaikan oleh orang lain.

Mengingat pentingnya komunikasi dalam berhubungan dengan individu yang lainnya dan ada beberapa orang yang memiliki hambatan dalam berkomunikasi, dalam hal ini tunarungu,

maka peneliti tertarik untuk mengambil judul “Terapi Wicara Untuk Membantu

Komunikasi Anak Tunarungu di SLB Yayasan Keluarga Sejahtera Manunggal Slawi Jawa Tengah”.


(15)

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mempelajari tindakan-tindakan yang diterapkan dalam terapi wicara terhadap anak tunarungu

2. Mempelajari sejauh mana terapi wicara dapat membantu anak tunarungu dalam berkomunikasi,

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menghambat proses terapi wicara di Sekolah Luar Biasa Yayasan Keluarga Sejahtera Manunggal Slawi Jawa Tengah. C. Manfaat Penelitian

a. Manfaat secara teoritis

Secara teoritis dan akademi, diharapkan dapat memperkaya literatur khususnya bidang psikologi serta dapat dijadikan sebagai bahan pembanding yang memadai untuk selanjutnya dikaji ulang dalam penelitian atau penulisan yang relevan.

b. Manfaat secara praktis

Diharapkan hasil penelitian ini juga dapat memberikan informasi pada seluruh pihak yang berkepentingan dalam membantu anak tunarungu meningkatkan kemampuan berkomunikasi, khususnya para terapis di Sekolah Luar Biasa Yayasan Keluarga Sejahtera Manunggal Slawi Jawa Tengah.


(16)

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dimana dapat diuraikan menurut Satori & Komariah (2009) bahwa penelitian kualitatif adalah pendekatan penelitian yang mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah.

Penelitian ini dilakukan dengan penelitian deskriptif kualitatif, yang berlangsung dalam latar alamiah atau wajar, peneliti merupakan instrumen utama, lebih mementingkan proses daripada hasil, serta analisa datanya dilakukan untuk mengeksplorasi dan klarifikasi mengenai satu fenomena atau kenyataan yang berkenaan dengan masalah yang diteliti. Dalam penulisan penelitian ini, peneliti menggunakan subyek penelitian sejumlah 2 orang dan semuanya adalah siswa kelas 1 SMALB bagian B yang berusia 16 tahun, dipilihnya 2 orang subyek tersebut adalah untuk mengetahui sejauh mana terapi wicara membantu komunikasi anaktunarungu, karena subyek tersebut telah lama mengikuti terapi wicara dan lebih mudah untuk mengerti pertanyaan peneliti.

1. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2008).

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan :

a. Wawancara ( interview )

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Metode wawancara (interview) adalah suatu proses interaksi dan komunikasi verbal dengan tujuan mendapatkan informasi penting yang diinginkan (Zuriah, 2006).

Dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara semiterstruktur, menurut Esterberg (dalam Sugiyono, 2008) wawancara semiterstruktur termasuk dalam kategori in-depth-interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari jenis wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, ide-idenya.


(17)

Wawancara dilakukan untuk mengetahui sejauh mana program terapi wicara dapat membantu anak tunarungu dalam berkomunikasi. Metode wawancara merupakan upaya memperoleh data melalui tanya jawab secara langsung dengan informan atau sumber, metode wawancara merupakan proses pengumpulan data melalui tatap muka (tanya jawab). Pihak yang diwawancarai sebagai informan dalam penelitian ini yaitu:

1. Terapis 2. Murid

3. Wali murid, dengan tujuan untuk menambah informasi tentang perkembangan

kemampuan komunikasi anak tunarungu. b. Observasi

Selain menggunakan teknik wawancara, peneliti juga menggunakan metode observasi sebagai metode pendukung dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi tidak terstruktur, menurut Faisal (dalam Sugiyono, 2008) observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi.

Observasi atau pengamatan dilakukan secara langsung kedalam lingkungan terutama yang mempunyai hubungan dengan obyek penelitian, metode observasi merupakan metode yang paling dasar dan universal. Yaitu suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi melalui panca indra yang dilakukan secara sistematis, guna memahami dan memperlihatkan obyek yang diamatinya. Manfaat pengamatan langsung oleh M.Q Patton (dalam Sotari & Komariah, 2009) yaitu:

1) Dengan berada di lapangan peneliti lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi, jadi ia dapat memperoleh pandangan yang holistih dan menyeluruh.

2) Pengalaman langsung memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan

induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep-konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.

3) Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau yang tidak diamati oleh orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap ‘’biasa’’ dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.


(18)

4) Peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.

5) Peneliti dapat menemukan hal-hal diluar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.

6) Dalam lapangan peneliti tidak hanya dapat mengadakan pengamatan akan tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, misalnya merasakan suasana situasi sosial, dengan berada secara pribadi dalam lapangan peneliti mempunyai kesempatan mengumpulkan data yang kaya, yang dapat dijadikannya dasar untuk memperoleh data yang lebih banyak, lebih terinca dan lebih cermat.

Hal-hal yang difokuskan untuk diobservasi yaitu: perkembangan kemampuan berbicara para tuna rungu yang mengikuti program terapi wicara.

Observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana anak tunarungu berkomunikasi dengan individu lainnya yang tidak mengalami gangguan pendengaran, peneliti mengobservasi bagaimana kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, kegiatan belajar di luar kelas seperti olah raga dan ketrampilan.

2. Analisa Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dimana, analisa sebagai proses untuk merinci data yang akan ditulis pada penyajian data. Menurut Sugiyono (2008), analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Analisa data ini didasarkan pada suatu pertimbangan bahwa setelah data dikumpulkan dari lokasi penelitian, selanjutnya data dianalisis untuk mendeskripsikan atau menggambarkan keadaan yang sebenarnya sehingga diharapkan dapat berguna dalam rangka pemecahan masalah. Analisa data ini terdiri dari tiga kegiatan yang bersifat interaktif, yaitu:

a. Reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian dan penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis


(19)

dari lapangan. Reduksi data merupakan bentuk analisa yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan kata dengan sedemikian rupa.

b. Penyajian data, yaitu menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang

memberikan kemungkinan untuk mengadakan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian data, maka peneliti dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan.

c. Penarikan kesimpulan atau verifikasi, yaitu kegiatan menyimpulkan makna-makna dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka peneliti memilih tempat penelitiannya di SLB Manunggal Slawi Jawa Tengah. Waktu penelitian ini dilakukan pada tanggal 4 oktober 2010 sampai tanggal 3 januari 2011.

4. Instrumen Penelitian

Peneliti merupakan instrumen utamanya, karena peneliti terjun langsung dalam penelitian selaku tangan pertama yang melacak data atau informasi deskriptif. Selain peneliti sebagai instrument utama, peneliti juga akan dibantu oleh instrument yang berupa alat tulis.

5. Triangulasi

Menurut Wiersma (dalam Sugiyono,2008) triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber, yaitu menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui berbagai sumber. Sumber dalam penelitian ini adalah orang tua masing-masing subyek dan terapis.


(1)

laring terjadi dengan menaikkan dan menurunkan laring, mengatur jumlah transmisi udara melalui rongga mulut dan rongga hidung melalui katup velofaringeal dan merubah posisi mandibula (rahang bawah) dan lidah. Proses diatas yang akan menghasilkan suara dalam bicara.

Sebagaimana kita ketahui bahwa anak-anak yang mengalami keterlambatan bicara (seperti : tunarungu, afasia perkembangan, autisma dan lain sebagainya) tentunya akan mengalami kegagalan dalam berartikulasi. Hal ini disebabkan oleh keterlambatan maturasi organ artikulasi, maka untuk mencapai kemampuan artikulasi yang baik diperlukan oral motor exercise terlebih dahulu, latihan ini bertujuan untuk menguatkan otot-otot organ artikulasi.

Setelah kita melakukan stimulasi oral motor maka kita mulai melakukan produksi suara/bunyi vokal, suku kata, kata dan seterusnya melalui sensor auditory, visual dan taktil kinestetik. (Yanti, 2008).

Terapi wicara disini bukan hanya untuk membantu mereka dapat berbicara dengan individu yang lainnya melainkan membantu mereka meningkatkan ketrampilan dalam berkomunikasi, sehingga mereka pun dapat menyampaikan apa yang ingin mereka ungkapkan dengan mudah dimengerti oleh orang lain serta agar mereka dapat menangkap informasi yang disampaikan oleh orang lain.

Mengingat pentingnya komunikasi dalam berhubungan dengan individu yang lainnya dan ada beberapa orang yang memiliki hambatan dalam berkomunikasi, dalam hal ini tunarungu, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul “Terapi Wicara Untuk Membantu Komunikasi Anak Tunarungu di SLB Yayasan Keluarga Sejahtera Manunggal Slawi Jawa Tengah”.


(2)

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mempelajari tindakan-tindakan yang diterapkan dalam terapi wicara terhadap anak tunarungu

2. Mempelajari sejauh mana terapi wicara dapat membantu anak tunarungu dalam berkomunikasi,

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menghambat proses terapi wicara di Sekolah Luar Biasa Yayasan Keluarga Sejahtera Manunggal Slawi Jawa Tengah.

C. Manfaat Penelitian

a. Manfaat secara teoritis

Secara teoritis dan akademi, diharapkan dapat memperkaya literatur khususnya bidang psikologi serta dapat dijadikan sebagai bahan pembanding yang memadai untuk selanjutnya dikaji ulang dalam penelitian atau penulisan yang relevan.

b. Manfaat secara praktis

Diharapkan hasil penelitian ini juga dapat memberikan informasi pada seluruh pihak yang berkepentingan dalam membantu anak tunarungu meningkatkan kemampuan berkomunikasi, khususnya para terapis di Sekolah Luar Biasa Yayasan Keluarga Sejahtera Manunggal Slawi Jawa Tengah.


(3)

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dimana dapat diuraikan menurut Satori & Komariah (2009) bahwa penelitian kualitatif adalah pendekatan penelitian yang mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah.

Penelitian ini dilakukan dengan penelitian deskriptif kualitatif, yang berlangsung dalam latar alamiah atau wajar, peneliti merupakan instrumen utama, lebih mementingkan proses daripada hasil, serta analisa datanya dilakukan untuk mengeksplorasi dan klarifikasi mengenai satu fenomena atau kenyataan yang berkenaan dengan masalah yang diteliti. Dalam penulisan penelitian ini, peneliti menggunakan subyek penelitian sejumlah 2 orang dan semuanya adalah siswa kelas 1 SMALB bagian B yang berusia 16 tahun, dipilihnya 2 orang subyek tersebut adalah untuk mengetahui sejauh mana terapi wicara membantu komunikasi anaktunarungu, karena subyek tersebut telah lama mengikuti terapi wicara dan lebih mudah untuk mengerti pertanyaan peneliti.

1. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2008).

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan : a. Wawancara ( interview )

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Metode wawancara (interview) adalah suatu proses interaksi dan komunikasi verbal dengan tujuan mendapatkan informasi penting yang diinginkan (Zuriah, 2006).

Dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara semiterstruktur, menurut Esterberg (dalam Sugiyono, 2008) wawancara semiterstruktur termasuk dalam kategori in-depth-interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari jenis wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, ide-idenya.


(4)

Wawancara dilakukan untuk mengetahui sejauh mana program terapi wicara dapat membantu anak tunarungu dalam berkomunikasi. Metode wawancara merupakan upaya memperoleh data melalui tanya jawab secara langsung dengan informan atau sumber, metode wawancara merupakan proses pengumpulan data melalui tatap muka (tanya jawab). Pihak yang diwawancarai sebagai informan dalam penelitian ini yaitu:

1. Terapis 2. Murid

3. Wali murid, dengan tujuan untuk menambah informasi tentang perkembangan kemampuan komunikasi anak tunarungu.

b. Observasi

Selain menggunakan teknik wawancara, peneliti juga menggunakan metode observasi sebagai metode pendukung dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi tidak terstruktur, menurut Faisal (dalam Sugiyono, 2008) observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi.

Observasi atau pengamatan dilakukan secara langsung kedalam lingkungan terutama yang mempunyai hubungan dengan obyek penelitian, metode observasi merupakan metode yang paling dasar dan universal. Yaitu suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi melalui panca indra yang dilakukan secara sistematis, guna memahami dan memperlihatkan obyek yang diamatinya. Manfaat pengamatan langsung oleh M.Q Patton (dalam Sotari & Komariah, 2009) yaitu:

1) Dengan berada di lapangan peneliti lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi, jadi ia dapat memperoleh pandangan yang holistih dan menyeluruh.

2) Pengalaman langsung memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep-konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.

3) Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau yang tidak diamati oleh orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap ‘’biasa’’ dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.


(5)

4) Peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.

5) Peneliti dapat menemukan hal-hal diluar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.

6) Dalam lapangan peneliti tidak hanya dapat mengadakan pengamatan akan tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, misalnya merasakan suasana situasi sosial, dengan berada secara pribadi dalam lapangan peneliti mempunyai kesempatan mengumpulkan data yang kaya, yang dapat dijadikannya dasar untuk memperoleh data yang lebih banyak, lebih terinca dan lebih cermat.

Hal-hal yang difokuskan untuk diobservasi yaitu: perkembangan kemampuan berbicara para tuna rungu yang mengikuti program terapi wicara.

Observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana anak tunarungu berkomunikasi dengan individu lainnya yang tidak mengalami gangguan pendengaran, peneliti mengobservasi bagaimana kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, kegiatan belajar di luar kelas seperti olah raga dan ketrampilan.

2. Analisa Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dimana, analisa sebagai proses untuk merinci data yang akan ditulis pada penyajian data. Menurut Sugiyono (2008), analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Analisa data ini didasarkan pada suatu pertimbangan bahwa setelah data dikumpulkan dari lokasi penelitian, selanjutnya data dianalisis untuk mendeskripsikan atau menggambarkan keadaan yang sebenarnya sehingga diharapkan dapat berguna dalam rangka pemecahan masalah. Analisa data ini terdiri dari tiga kegiatan yang bersifat interaktif, yaitu:

a. Reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian dan penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis


(6)

dari lapangan. Reduksi data merupakan bentuk analisa yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan kata dengan sedemikian rupa.

b. Penyajian data, yaitu menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberikan kemungkinan untuk mengadakan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian data, maka peneliti dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan.

c. Penarikan kesimpulan atau verifikasi, yaitu kegiatan menyimpulkan makna-makna dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka peneliti memilih tempat penelitiannya di SLB Manunggal Slawi Jawa Tengah. Waktu penelitian ini dilakukan pada tanggal 4 oktober 2010 sampai tanggal 3 januari 2011.

4. Instrumen Penelitian

Peneliti merupakan instrumen utamanya, karena peneliti terjun langsung dalam penelitian selaku tangan pertama yang melacak data atau informasi deskriptif. Selain peneliti sebagai instrument utama, peneliti juga akan dibantu oleh instrument yang berupa alat tulis.

5. Triangulasi

Menurut Wiersma (dalam Sugiyono,2008) triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber, yaitu menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui berbagai sumber. Sumber dalam penelitian ini adalah orang tua masing-masing subyek dan terapis.


Dokumen yang terkait

Manfaat Terapi Wicara Bagi Anak Tuna Daksa dengan Mampu Didik Terhadap Interaksi Sosial Di Yayasan Pembinaan Anak Cacat Jakarta

4 30 143

Peran pekerja sosial terhadap biopsikososial spiritual anak tunarungu wicara di panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati Bambu Apus Jakarta Timur

2 26 168

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGUASAAN KOSA KATA MELALUI MEDIA GAMBAR PADA ANAK TUNARUNGU WICARA KELAS III SLB B C YAYASAN MULATSARIRA BATURETNO TAHUN PELAJARAN 2008 2009

0 47 48

UPAYA PENINGKATAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA VCD PLAYER PADA SISWA KELAS III DI SLB B MANUNGGAL SLAWI KABUPATEN TEGAL

0 8 66

PENGENALAN BILANGAN 1-10 MELALUI MEDIA GAMBAR PADA ANAK USIA DINI TUNARUNGU WICARA KELAS PERSIAPAN KELOMPOK A SLB-B Pengenalan Bilangan 1-10 Melalui Media Gambar Pada Anak Usia Dini Tuna Rungu Wicara Kelas Persiapan Kelompok A SLB-B Yayasan Rehabilitasi

0 1 13

PENGGUNAAN KOMUNIKASI TOTAL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK ANAK TUNARUNGU KELAS IV DI SLB NEGERI 1 GUNUNGKIDUL.

0 2 156

KEBUTUHAN INFORMASI GURU DAN SISWA TUNARUNGU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI SLB MANUNGGAL SLAWI - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 3 17

PEMBELAJARAN MELUKIS DENGAN BERBAGAI MEDIA SEBAGAI SARANA PEMENUHAN KEBUTUHAN BERIMAJINASI DAN BEREKSPRESI BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS 4 SLB MANUNGGAL SLAWI

0 6 93

Penggunaan media komputer untuk meningkatkan perbendaharaan kata anak tunarungu wicara kelas D1-B SLB Negeri Salatiga

0 0 121

DUKUNGAN KELUARGA PADA ANAK TUNA WICARA DI SLB-B PERTIWI KOTA MOJOKERTO

0 0 6