Penggunaan media komputer untuk meningkatkan perbendaharaan kata anak tunarungu wicara kelas D1-B SLB Negeri Salatiga

PENGGUNAAN MEDIA K IA KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN N PERBENDAHARAAN KA KATA ANAK TUNARUNGU WICARA KELAS AS D1-B SLB NEGERI SALATIGA SKRIPSI

Oleh :

E Endah Resnandari Puji Astuti

NIM : K 5106014

FAKULTAS K S KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIV NIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

PENGGUNAAN MEDIA KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA ANAK TUNARUNGU WICARA KELAS D1-B SLB NEGERI SALATIGA

Oleh : Endah Resnandari Puji Astuti NIM : K 5106014

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa

Jurusan Pendidikan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dra. Munzayannah Priyono, S.Pd, M.Si NIP. 19490215 197603 2 001

NIP. 19710902 200501 1 001

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari : Tanggal

Tim Penguji Skripsi : Nama Terang

Tanda Tangan Ketua : Drs. Abdul Salim Ch, M.Kes

………………….. Sekretaris : Drs. Maryadi, M.Ag

…………….......… Anggota I : Dra. Munzayannah

………….………….. Anggota II : Priyono, S.Pd, M.Si

……………….... Disahkan Oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727 198702 1 001

ABSTRAK

Endah Resnandari Puji Astuti. PENGGUNAAN MEDIA KOMPUTER UNTUK

MENINGKATKAN PERBENDAHARAAN KATA ANAK TUNARUNGU

WICARA KELAS D1-B SLB NEGERI SALATIGA. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan perbendaharaan kata anak tunarungu wicara kelas D1-B SLB Negeri Salatiga dengan menggunakan media komputer.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyek yang memperoleh perlakuan adalah siswa tunarungu wicara kelas D1-B SLB Negeri Salatiga yang berjumlah 3 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan tes yang diterapkan dalam siklus

I dan siklus II. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis kritis yaitu kegiatan untuk mengungkapkan kelemahan dan kelebihan kinerja guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif yang ditampilkan melalui tabel dan grafik yang diinterpretasikan dengan deskriptif kualitalif serta membandingkan hasil tes siklus I dan siklus II.

Hasil penelitian menunjukkan : pada siklus I perolehan motivasi mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia sebesar 33,33%, keterampilan bicara (melafalkan kata) 33,33%, dan ketuntasan hasil belajar sebesar 66,67%. Hasil tindakan siklus II ditemukan adanya peningkatan dengan perolehan motivasi mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia sebesar 66,67%, keterampilan bicara (melafalkan kata) 66,67%, dan ketuntasan hasil belajar sebesar 66,67%. Keberhasilan tindakan berdasarkan indikator ketercapaian terjadi pada siklus II.Dari hasil analisis tersebut ditarik kesimpulan bahwa penggunaan media komputer berhasil meningkatkan perbendaharaan kata siswa tunarungu wicara kelas D1-B SLB Negeri Salatiga.

ABSTRACT

Endah Resnandari Puji Astuti. THE USE OF COMPUTER MEDIA TO

IMPROVE THE

DEAF-SPEECH

DISABLED

CHILDREN’S

VOCABULARY IN CLASS D1-B OF SLB NEGERI SALATIGA. Skripsi. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. 2010.

This research aims to improve the deaf-speech disabled children’s vocabulary in the class D1-B of SLB Negeri Salatiga using the computer media.

The method employed in this research was classroom action research (CAR). The subjects treated were the deaf-speech disabled children’s vocabulary in the class D1-B of SLB Negeri Salatiga as many as 3 students. Technique of collecting data employed was observation, interview, and test applied in cycle I and cycle II. The data analysis was done using critical analysis technique, that is, the one for revealing the strength and weakness of teachers’ and students’ performance in teaching-learning process. The quantitative data was analyzed using descriptive statistics displayed in the form of graphic and table interpreted by qualitative description as well as by comparing the test result of Cycle I and Cycle II.

The result of research shows that: in cycle I, the motivation gain in attending Indonesian subject is 33.33%, speaking (spelling) skill is 33.33%, and learning result passing is 66.67%. The result of cycle II action shows the increase in the motivation gain in attending Indonesian subject of 66.67%, speaking (spelling) skill of 66.67% dan learning result passing is 66.67%. The action success is based on the achievement indicator occurring in cycle II. From the result of analysis, it can be concluded that the use of computer media can successfully increase the deaf- speech disabled children’s vocabulary in the class D1-B of SLB Negeri Salatiga.

MOTTO

“ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apa pun dan Dia Allah memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur” (Terjemahan Q.S. An-Nahl [16]: 78).

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada:

1. Ayah dan Ibu tercinta

2. Adikku,

Dyah Septi W.

tersayang

3. Teman-teman PLB angkatan 2006

4. BRAHMAHARDHIKA MAPALA FKIP UNS

5. Almamater

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan segala rahmat serta karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penggunaan Media Komputer untuk Meningkatkan Perbendaharaan Kata Anak Tunarungu Wicara Kelas D1-B SLB Negeri Salatiga”. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. R. Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Drs. Abdul Salim Choiri, M.Kes. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ibu Dra. Munzayannah, Pembimbing I yang dengan sabar telah memberikan pengarahan, bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Bapak Priyono, S.Pd, M.Si., Pembimbing II yang dengan sabar telah memberikan bimbingan, pengarahan dan dorongan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Muhlisun S.Pd. selaku Kepala SLB Negeri Salatiga yang telah memberikan izin penelitian.

7. Wali kelas D1-B SLB Negeri Salatiga yang telah membantu dalam proses penelitian.

8. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Luar Biasa FKIP UNS yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

9. Wahyu Jatmiko yang selalu memberi banyak dukungan dan motivasi.

10. Teman-teman Kost Mutiara yang selalu memberi keceriaan dalam setiap hari-hariku.

11. Semua pihak yang telah mambantu penulis demi kelancaran penulisan skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan, namun diharapkan skripsi ini dapat memberi manfaat bagi penulis, pembaca dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan untuk masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang.

Surakarta, Maret 2010

Penulis

Halaman

94

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..

LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir …………………….......…….……...

35 Gambar 2. Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ………………

39 Gambar 3. Triangulasi dengan Empat Teknik Pengumpulan Data…….…

43 Gambar 4. Skema Siklus………………………………………….........…

50 Gambar 5. Grafik Peningkatan Motivasi Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran Bahasa Indonesia……..........................................

86 Gambar 6. Grafik Peningkatan Keterampilan Bicara (Melafalkan Kata Siswa Kelas D1-B……………………………………………..

88

Gambar 7. Grafik Peningkatan Hasil Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas D1-B SLB Negeri Salatiga…………………..

89

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu usaha manusia yang sangat baik untuk mamperoleh ilmu pengetahuan dan mengembangkan potensi dirinya. Hal ini dapat dilihat dari pengertian pendidikan dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Berdasarkan pasal di atas dapat diketahui bahwa dalam kehidupannya, manusia membutuhkan pendidikan sebagai upaya untuk mengenali dirinya sendiri, mempelajari berbagai keterampilan yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya serta untuk mengenali lingkungan sekitarnya, baik dalam lingkungan bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara.

Melihat kenyataan betapa pentingnya pendidikan, maka setiap warga negara memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan. Seperti tertuang dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 1 bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan yang diselenggarakan tidak membedakan jenis kelamin, suku, ras, kedudukan sosial dan tingkat kemampuan ekonomi. Tidak terkecuali juga para penyandang cacat. Khusus bagi para penyandang cacat disebutkan pula dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 pasal 5 ayat

2 bahwa warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, 2 bahwa warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual,

Pendidikan luar biasa diarahkan pada pengembangan sikap dan kemampuan kepribadian anak, bakat, kemampuan mental, dan fisik sampai mencapai potensi mereka yang optimal. Pendidikan luar biasa bertujuan untuk membekali siswa berkebutuhan khusus agar dapat berperan aktif di dalam masyarakat.

Salah satu jenis kebutuhan anak yang memerlukan pelayanan khusus adalah penyandang tunarungu-wicara. Tunarungu adalah mereka yang kehilangan pendengaran baik sebagian (hard of hearing) maupun seluruhnya (deaf) yang menyababkan pendengarannya tidak memiliki nilai fungsional di dalam kehidupan sehari-hari (Sutjihati Somantri, 1996 : 75). Keterbatasan pendengaran mengakibatkan pemerolehan perbendaharaan kata anak tunarungu sangat terbatas sehingga menghambat komunikasi serta perkembangan bicara dan bahasa anak tunarungu. Anak tunarungu mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran dan keinginannya melalui ucapan. Hal ini sejalan dengan pendapat Fonny, Fidelis E.Waruwu dan Lianawati (2006 : 34) yang menyatakan bahwa anak yang mengalami kehilangan pendengaran pada masa anak awal akan mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran bahasa verbal sehingga kemampuan bahasa pada anak-anak yang mengalami kerusakan pendengaran cenderung tertunda.

Bagi anak yang dapat mendengar, sejak kecil ia mampu belajar bahasa/bicara dengan cara meniru kata-kata sebagai hasil dari kemampuan mendengar di lingkungannya. Anak mampu menangkap dan meniru sederet bunyi yang berarti (bermakna) yaitu berupa kata-kata, kalimat, bentuk kata, gagasan ataupun irama dari apa yang didengarnya. Anak yang mendengar juga dapat berupaya memperbaiki ucapannya sampai ucapan katanya sama dengan kata-kata yang didengarnya. Lain halnya dengan anak tunarungu, ia tidak mampu Bagi anak yang dapat mendengar, sejak kecil ia mampu belajar bahasa/bicara dengan cara meniru kata-kata sebagai hasil dari kemampuan mendengar di lingkungannya. Anak mampu menangkap dan meniru sederet bunyi yang berarti (bermakna) yaitu berupa kata-kata, kalimat, bentuk kata, gagasan ataupun irama dari apa yang didengarnya. Anak yang mendengar juga dapat berupaya memperbaiki ucapannya sampai ucapan katanya sama dengan kata-kata yang didengarnya. Lain halnya dengan anak tunarungu, ia tidak mampu

Hambatan-hambatan yang ada pada anak tunarungu akan dapat diminimalkan apabila anak tunarungu memperoleh pelayanan yang sesuai dengan kebutuhannya sejak dini. Salah satu layanan yang dapat diberikan untuk anak tunarungu yaitu layanan pembelajaran anak tunarungu di sekolah. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru seharusnya dibuat dengan kondisi yang menyenangkan serta harus benar-benar memanfaatkan sisa pendengaran yang masih dimiliki anak dan indera lain selain indera pendengaran secara optimal.

Sisa pendengaran dan indera penglihatan anak tunarungu dapat dimanfaatkan secara optimal dalam menerima informasi dari luar. Untuk memanfaatkan sisa pendengaran dan indera penglihatan anak tunarungu, guru harus dapat memilih media yang tepat dalam pembelajaran. Media yang dipilih yaitu media yang benar-benar dapat memaksimalkan fungsi pendengaran dan visualisasi anak, sehingga dapat membantu anak tunarungu dalam penguasaan materi pelajaran maupun peningkatan perbendaharaan kata yang dimiliki.

SLB Negeri Salatiga merupakan satu-satunya SLB Negeri yang ada di Salatiga. Salah satu jenis kecacatan yang ada di SLB Negeri Salatiga yaitu jenis kecacatan tunarungu wicara. Jumlah penyandang tunarungu wicara di SLB Negeri Salatiga adalah 18 siswa yang terdiri dari kelas 1 berjumlah 3 siswa, kelas 2 berjumlah 3 siswa, kelas 4 berjumlah 2 siswa, kelas 6 berjumlah 2 siswa, kelas 7 berjumlah 6 siswa, dan kelas 9 berjumlah 2 siswa.

Untuk siswa penyandang tunarungu wicara kelas D1-B atau setingkat dengan kelas 1 SD tahun pertama, berjumlah 3 (tiga) orang siswa dimana siswa- siswa tersebut merupakan siswa baru yang masih sangat sulit untuk mengeluarkan suara, mengenal kata-kata apalagi untuk berkomunikasi. Perbendaharaan kata yang mereka kuasai sangat terbatas, bahkan tak jarang mereka sama sekali belum memiliki perbendaharaan kata untuk berkomunikasi, sehingga mereka perlu pelayanan yang benar-benar khusus untuk dapat meningkatkan perbendaharaan kata. Media-media yang digunakan pun harus benar-benar disesuaikan dengan Untuk siswa penyandang tunarungu wicara kelas D1-B atau setingkat dengan kelas 1 SD tahun pertama, berjumlah 3 (tiga) orang siswa dimana siswa- siswa tersebut merupakan siswa baru yang masih sangat sulit untuk mengeluarkan suara, mengenal kata-kata apalagi untuk berkomunikasi. Perbendaharaan kata yang mereka kuasai sangat terbatas, bahkan tak jarang mereka sama sekali belum memiliki perbendaharaan kata untuk berkomunikasi, sehingga mereka perlu pelayanan yang benar-benar khusus untuk dapat meningkatkan perbendaharaan kata. Media-media yang digunakan pun harus benar-benar disesuaikan dengan

Untuk dapat mengajarkan kepada anak tentang berbagai benda-benda yang ada di sekitarnya guru masih mengalami kesulitan, karena di samping usia anak- anak yang masih terbilang sangat kecil mereka terkadang masih kurang tertarik untuk mengikuti pelajaran di sekolah. Mereka masih senang bermain bersama teman-temannya dari pada belajar. Oleh sebab itu, perlu adanya media yang dapat membantu guru dalam menyampaikan materi kepada siswa-siswanya. Media pendidikan merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik (Sudarwan Danim, 1995: 7). Media yang dipilih adalah media yang menarik sehingga anak dapat lebih tertarik dan termotivasi untuk belajar. Apabila dilihat dari ketersediaan media pembelajaran yang ada di SLB Negeri Salatiga, sudah dapat dikatakan media-media pembelajaran yang tersedia cukup baik. Tetapi melihat pada kenyataannya, media-media yang ada tersebut kurang dapat dimanfaatkan secara optimal oleh guru-guru dalam melakukan proses belajar mengajar di kelas. Tentunya hal ini menjadi permasalahan yang amat disayangkan karena media-media yang tersedia seharusnya dapat membantu meningkatkan mutu pembelajaran dan mempermudah penyampaian materi kepada siswa, tidak hanya menjadi inventaris media sekolah saja. Hal ini sejalan dengan pendapat Thomas Wibowo Agung Sutjiono (2005: 76) yang menyatakan bahwa dalam memilih media, perlu disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi masing-masing. Dengan perkataan lain, media yang terbaik adalah media yang ada khususnya yang telah disediakan. Terserah kepada guru bagaimana ia dapat mengembangkannya secara tepat dilihat dari isi, penjelasan pesan dan karakteristik siswa.

Media yang telah tersedia dan dapat digunakan di SLB Negeri Salatiga antara lain yaitu media komputer untuk memudahkan sistem pembelajaran yang merupakan suatu pendukung dalam pembelajaran yang sifatnya menjelaskan teori agar anak-anak tunarungu bisa lebih mengerti dan jelas apa yang dipelajarinya. Media komputer yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu media komputer Media yang telah tersedia dan dapat digunakan di SLB Negeri Salatiga antara lain yaitu media komputer untuk memudahkan sistem pembelajaran yang merupakan suatu pendukung dalam pembelajaran yang sifatnya menjelaskan teori agar anak-anak tunarungu bisa lebih mengerti dan jelas apa yang dipelajarinya. Media komputer yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu media komputer

Dengan memanfaatkan media komputer khususnya dalam bentuk aplikasi microsoft powerpoint yang diterapkan dalam pembelajaran anak tunarungu kelas D1-B di SLB Negeri Salatiga, diharapkan dapat membantu anak tunarungu dalam meningkatkan jumlah perbendaharaan kata yang dikuasai dan lebih mudah dalam menangkap maksud yang ingin disampaikan dalam pembelajaran. Selain itu, guru juga dapat melanjutkan penggunaan fasilitas sekolah berupa media yang ada tersebut untuk mempermudah penyampaian materi pelajaran kepada siswa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dapat teridentifikasi adalah sebagai berikut :

1. Terbatasnya kemampuan siswa tunarungu dalam penguasaan perbendaharaan kata.

2. Kurangnya motivasi siswa terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia.

3. Kesulitan komunikasi dan memahami materi yang diajarkan kepada siswa tunarungu.

4. Pemilihan media yang kurang menarik dalam mengajarkan suatu materi kepada siswa tunarungu.

5. Kurang mengoptimalkan pemanfaatan media pembelajaran yang dimiliki sekolah.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah disampaikan di atas, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

Apakah penggunaan media komputer dapat meningkatkan perbendaharaan kata anak tunarungu wicara kelas D1-B SLB Negeri Salatiga?

D. Tujuan Penelitian

Untuk meningkatkan perbendaharaan kata anak tunarungu wicara kelas D1-B SLB Negeri Salatiga dengan menggunakan media komputer.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat menambah pengetahuan bagi peneliti tentang cara melakukan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan media komputer sebagai sarana untuk meningkatkan perbendaharaan kata anak tunarungu wicara.

b. Menemukan metode pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya untuk meningkatkan perbendaharaan kata anak tunarungu wicara yang disesuaikan dengan kondisi anak yaitu menekankan pada pemanfaatan visualisasi dan sisa pendengaran anak.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi Siswa

1) Siswa lebih mudah mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam meningkatkan perbendaharaan kata karena media yang digunakan telah sesuai dengan kebutuhan anak tunarungu wicara.

2) Siswa dikenalkan dengan pemanfaatan teknologi komputer dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

b. Manfaat bagi Sekolah

Memberi pengalaman pada pihak sekolah khususnya guru bidang studi Bahasa Indonesia dalam memanfaatkan media komputer sebagai sarana untuk meningkatkan perbendaharaan kata anak tunarungu wicara.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Teori Tentang Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran Romiszowski dalam Basuki Wibawa & Farida Mukti (2001:12) menyatakan bahwa media ialah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan. Dalam proses belajar mengajar penerima pesan itu ialah siswa. Pembawa pesan (media) itu berinteraksi dengan siswa melalui indera mereka. Siswa dirangsang oleh media itu untuk menggunakan inderanya untuk menerima informasi. Kadang-kadang siswa dituntut untuk menggunakan kombinasi dari beberapa indera supaya dapat menerima pesan itu secara lebih lengkap.

Menurut Yudhi Munadi (2008 : 7) media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.

Definisi ini sejalan dengan definisi yang diantaranya disampaikan oleh asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (assiciation of education and communication Technology/AECT ) di Amerika, yaitu sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Menurut pendapat AECT dalam buku yang ditulis Yudhi Munadi ( 2008 : 9) menyatakan bahwa media adalah perangkat lunak (software) – media pertama atau lambang/simbol – berisi pesan atau informasi yang biasanya disajikan dengan menggunakan peralatan – media kedua – sebagai perangkat keras

(hardware), yakni sebagai sarana untuk dapat menampilkan pesan yang terkandung pada media tersebut.

Pendapat lain dikemukakan oleh Bretz dalam bukunya Sri Anitah (2009 : 1) yang mengatakan bahwa media adalah sesuatu yang terletak di tengah-tengah, jadi suatu perantara yang menghubungkan semua pihak yang membutuhkan terjadinya suatu hubungan, dan membedakan antara media komunikasi dan alat bantu komunikasi.

Dari berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan suatu sarana yang digunakan untuk menyampaikan suatu informasi kepada peserta didik. Sarana tersebut dapat berupa orang, alat, atau peristiwa yang dapat memungkinkan peserta didik dapat menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

b. Fungsi Media Pembelajaran Dalam buku yang ditulis oleh Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001 : 14) disebutkan bahwa media dapat membantu guru memberikan informasi dengan lebih baik, karena:

1) Media mampu memperlihatkan gerakan cepat yang sulit diamati dengan cermat oleh mata biasa.

2) Media dapat memperbesar benda-benda kecil yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang.

3) Sebuah obyek yang sangat besar tentu saja tidak dapat dibawa ke dalam

kelas sehingga dapat memanfaatkan media untuk menggantinya.

4) Obyek yang terlalu kompleks misalnya mesin dan jaringan radio, dapat

disajikan dengan menggunakan diagram atau model

yang disederhanakan.

5) Media dapat menyajikan suatu proses atau pengalaman hidup yang utuh.

Selain hal yang telah disebutkan di atas, menurut Yudhi Munadi (2008 : 37) fungsi media pembelajaran adalah :

1) Fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar Fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar adalah fungsi utama, disamping ada fungsi-fungsi lainnya. Media pembelajaran adalah “bahasa guru”. Maka untuk beberapa hal media pembelajaran dapat menggantikan fungsi guru terutama sebagai sumber belajar.

2) Fungsi semantik Yakni kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata (simbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami anak didik (tidak verbalistik).

3) Fungsi manipulatif Fungsi manipulatif ini didasarkan pada ciri-ciri (karakteristik) umum yang dimilikinya. Berdasarkan karakteristik umum ini media memiliki dua kemampuan, yakni mengatasi batas-batas ruang dan waktu dan mengatasi keterbatasan inderawi.

Pertama, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi batas-batas ruang dan waktu yaitu :

a) Kemampuan media menghadirkan obyek atau peristiwa yang sulit dihadirkan dalam bentuk aslinya, seperti peristiwa bencana alam, ikan paus melahirkan anaknya dan lain-lain.

b) Kemampuan media menjadikan obyek atau peristiwa yang menyita waktu panjang menjadi singkat seperti proses metamorfosis, proses mambangun bendungan dan proses ibadah haji.

c) Kemampuan media menghadirkan kembali obyek atau peristiwa

yang telah terjadi (terutama pada mata pelajaran sejarah).

Kedua, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi keterbatasan inderawi manusia, yaitu : Kedua, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi keterbatasan inderawi manusia, yaitu :

b) Membantu siswa dalam memahami obyek yang bergerak terlalu lambat atau terlalu cepat, seperti proses metamorfosis. Hal ini dapat memanfaatkan gambar.

c) Membantu siswa dalam memahami obyek yang membutuhkan kejelasan suara, seperti cara membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid, belajar bahasa asing, belajar bernyanyi dan bermusik, yakni dengan memanfaatkan kaset (tape recorder).

d) Membantu siswa dalam memahami obyek yang terlalu kompleks, misalnya dengan memanfaatkan diagram, peta, grafik, dan lain-lain.

4) Fungsi psikologis

a) Fungsi atensi Media pembelajaran dapat meningkatkan perhatian (attention) siswa terhadap materi ajar. Media pembelajaran yang tepat guna adalah media pembelajaran yang mampu memfokuskan perhatian siswa.

b) Fungsi afektif Fungsi afektif, yakni menggugah perasaan, emosi dan tingkat penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu. Media pembelajaran yang tepat guna dapat meningkatkan sambutan dan penerimaan siswa terhadap simulasi tertentu. Sambutan atau penerimaan tersebut berupa kemauan. Dengan adanya media pembelajaran, terlihat pada diri siswa kesediaan untuk menerima beban pelajaran dan untuk itu perhatiannya akan tertuju pada pelajaran yang diikutinya.

c) Fungsi kognitif

Siswa yang belajar menggunakan media pembelajaran akan memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili obyek-obyek yang dihadapi, baik obyek itu berupa orang, benda, atau kejadian/peristiwa. Objek-objek itu direpresentasikan atau dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang.

d) Fungsi imajinatif Imajinasi merupakan proses menciptakan obyek atau peristiwa tanpa pemanfaatan data sensori. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengembangkan imajinasi siswa.

e) Fungsi motivasi Motivasi merupakan seni mendorong siswa untuk terdorong melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Guru dapat memotivasi siswa dengan cara membangkitkan minat belajarnya dan dengan cara memberi dan menimbulkan harapan. Salah satu pemberian harapan itu yakni dengan cara memudahkan siswa, bahkan yang dianggap lemah sekalipun dalam menerima dan memahami isi pelajaran yaitu melalui pemanfaatan media pembelajaran yang tepat guna.

5) Fungsi sosio – kultural Fungsi media dilihat dari sosio – kultural, yaitu mengatasi hambatan sosio – kultural antar peserta komunikasi pembelajaran.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi media pembelajaran dapat dibedakan menjadi fungsi media pembelajaran yang didasarkan pada media yaitu sebagai sumber belajar, fungsi sematik, dan fungsi manipulatif. Sedangkan fungsi yang didasarkan pada penggunaannya (peserta didik) yaitu fungsi psikologis dan fungsi sosio-kultural. Media Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi media pembelajaran dapat dibedakan menjadi fungsi media pembelajaran yang didasarkan pada media yaitu sebagai sumber belajar, fungsi sematik, dan fungsi manipulatif. Sedangkan fungsi yang didasarkan pada penggunaannya (peserta didik) yaitu fungsi psikologis dan fungsi sosio-kultural. Media

2. Teori Tentang Media Komputer

a. Pengertian Media Komputer Komputer adalah alat elektronik yang termasuk dalam kategori multimedia. Karena komputer menurut Asyad dalam buku yang ditulis Yudhi Munadi (2008 :148) mampu melibatkan berbagai indera dan organ tubuh, seperti telinga (audio), mata (visual), dan tangan (kinetik), yang dengan pelibatan ini dimungkinkan informasi atau pesannya mudah dimengarti. Dengan banyaknya sumber belajar dalam komputer yang telah merangsang beberapa indera diharapkan dapat mengaktifkan fungsi-fungsi psikologis siswa meliputi fungsi kognitif, fungsi konatif – dinamik, fungsi afektif, dan fungsi sensori – motorik.

Media komputer merupakan suatu mesin yang dirancang secara khusus guna memanipulasi informasi dan kode-kode. Mesin elektronik ini dapat melakukan pekerjaan perhitungan, penyimpangan, dan operasional mulai dari yang sederhana hingga yang paling komplek sekalipun dapat dikerjakan lebih cepat dan lebih teliti. Satu unit komputer biasanya terdiri dari empat komponen dasar yaitu : input, processor, memori, dan output. Dalam perkembangannya komputer dewasa ini, memiliki kemampuan menggabungkan berbagai peralatan antara lain : CD player, video tape, juga audio tape. Lebih dari itu komputer dapat merekam, menganalisis dan memberi reaksi terhadap masukan yang diperoleh dari pemakai. ( Aji Sujudi, 2005 : 42)

Kemajuan kemampuan komputer untuk secara cepat berinteraksi dengan individu, menyimpan dan memproses sejumlah besar informasi, dan bergabung dengan media lain untuk menampilkan serangkaian besar stimulasi audio visual, menjadikan komputer media yang dominan dalam bidang pembelajaran (Ronald Andreson, 1987 : 195). Dengan cepat komputer menjadi sesuatu yang biasa digunakan dalam berbagai kegiatan intruksional misalnya produksi grafis dan audio visual lainnya, serta pengembangan, penyampaian, dan pengelolaan bahan-bahan intruksional.

Dalam buku yang ditulis Ronald Andreson (1987 : 198) secara umum pemanfaatan media komputer dalam pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu :

1) Sebagai alat bantu dalam proses belajar dan pembelajaran seperti misalnya : komputer dapat membantu kegiatan administrasi pendidikan. Untuk kegunaan ini biasanya menggunakan CMI singkatan dari Computer Managed Instruction. Pemanfaatan media komputer jenis ini berfungsi untuk mempercepat pengolahan data pendidikan. Informasi data yang begitu banyaknya, kebutuhan pendidikan, proses pendidikan dan hasil pendidikan diolah dengan bantuan CMI terasa lebih efisien, cepat dan murah sehinga dapat paralel dengan kegiatan dan proses pendidikan itu sendiri. Informasi data yang dimaksud dalam hal ini dapat berupa : jumlah peserta didik, jumlah ketenagakerjaan di bidang pendidikan, keadaan bangunan dan perlengkapan, jumlah biaya yang digunakan dan sebagainya.

2) Sebagai pencipta proses belajar dan pembelajaran itu sendiri. Dalam pemanfaatan media komputer jenis ini dikenal dengan istilah CAI (Computer Assisted Instruction). Dalam pemanfaatan media komputer ini meskipun komputer secara esktrim tidak dapat menggantikan proses pembelajaran dengan tatap muka, namun antara peserta didik dengan komputer dapat berkomunikasi dan terjadi interaksi 2) Sebagai pencipta proses belajar dan pembelajaran itu sendiri. Dalam pemanfaatan media komputer jenis ini dikenal dengan istilah CAI (Computer Assisted Instruction). Dalam pemanfaatan media komputer ini meskipun komputer secara esktrim tidak dapat menggantikan proses pembelajaran dengan tatap muka, namun antara peserta didik dengan komputer dapat berkomunikasi dan terjadi interaksi

CAI memiliki keluwesan dan kemampuan untuk memberikan pelajaran dan penanaman konsep secara bervariasi, maka model tersebut dianggap sebagai seorang tutor pengganti yang sabar tanpa batas sekaligus dapat memberikan bantuan kepada para siswa bahan referensi yang diperlukan dan menarik perhatian serta kreatifitas siswa.

Salain itu, menurut Ronald Andreson (1987 : 205) hubungan komputer dengan tujuan intruksional yaitu :

Karakteristik : komputer dapat menggunakan bermacam-macam terminal yang berbeda atau menggabungkannya dengan media lain untuk memberi pembelajaran individual. Para siswa dapat ditunjukkan atau ditempatkan dalam lingkungan yang dikehendaki dengan jalan menghubungkan kemampuan komputer dengan media lainnya atau peralatan untuk tujuan-tujuan pengajaran atau tes.

Pemakaiannya dalam proses belajar : Pemakaiannya dalam proses belajar :

b. Untuk tujuan psikomotor : terminal komputer merupakan alat tentang “dunia nyata” yang sangat bagus untuk mengajarkan programing dan kecakapan yang serupa bila siswa mau bekerja dengan dengan terminal-terminal kerja. Bila digunakan dengan peralatan yang disimulasikan, merupakan alat yang sangat bagus untuk menciptakan kondisi dunia yang sebenarnya. Beberapa contoh yang khas ialah : simulasi pendaratan pesawat terbang, pelabuhan kapal laut, atau berbagai latihan darurat. Dalam beberapa hal, seperangkat model, atau barang tiruan dapat digunakan untuk melihat hasilnya.

c. Untuk tujuan afektif : sangat berguna bila digunakan seperti yang diungkapkan dalam tujuan psikomotor atau digunakan untuk mengontrol bahan-bahan film dan vidio.

b. Teori Tentang Microsoft Powerpoint

1) Pengertian Microsoft Powerpoint Microsoft powerpoint merupakan sebuah program aplikasi yang digunakan untuk menyusun sebuah presentasi. Aplikasi ini sangat populer dan banyak digunakan karena sangat membantu sistem kerja yang berhubungan dengan presentasi. (Wahana Komputer, 2003 : 1). Dalam program microsoft powerpoint ini proses desain presentasinya dimulai dari slide demi slide yang tersusun dari bullet-bullet dan latar belakang dekorasi yang dibuat semenarik mungkin.

Powerpoint adalah sebuah program aplikasi komputer yang dirancang untuk membantu membuat sebuah media penyampaian suatu makalah atau naskah yang disajiakan lewat presentasi digital. Powerpoint memiliki media kerja worksheet yang terhubung dari halaman satu ke halaman berikutnya.

Dalam Wahana Komputer (2003 : 2) disebutkan bahwa untuk dapat membuat sebuah presentasi yang baik dan menarik menggunakan powerpoint, seorang presenter harus memiliki :

a) Tujuan pembuatan sebuah presentasi

b) Tema dan isi dari sebuah presentasi

c) Sasaran kapada siapa presentasi akan disampaikan

d) Kreativitas daya seni untuk dapat men-design sebuah presentasi yang baik dan menarik

e) Peralatan baik software maupun hardware

2) Mengenal Microsoft Office Powerpoint 2007 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan media microsoft powerpoint 2007. Microsoft powerpoint 2007 merupakan suatu program aplikasi yang dirancang khusus untuk membuat slide presentasi (Nana Suarna, 2008 : 9)

Selain definisi diatas, Nana Suarna (2008 : 11) juga mengemukakan bahwa Microsoft Office Powerpoint 2007 digunakan untuk merancang dan mempresentasikan suatu animasi dalam bentuk slide. Powerpoint digunakan untuk keperluan pembuatan presentasi, antara lain :

a) Untuk membuat aplikasi panduan pendidikan

b) Untuk memperkenalkan salah satu produk unggulan yang akan di pasarkan kepada masyarakat

c) Untuk acara wisuda

d) Untuk seminar dikalangan mahasiswa, pelajar, mayarakat umum, perusahaan-perusahaan, universitas, sekolah tinggi dan lain-lain.

e) Untuk bahan ajar guru dan dosen. Menurut Yudhi Munadi (2008 : 150) beberapa kelebihan dari multimedia presentasi (powerpoint) yakni : e) Untuk bahan ajar guru dan dosen. Menurut Yudhi Munadi (2008 : 150) beberapa kelebihan dari multimedia presentasi (powerpoint) yakni :

b) Memiliki kemampuan dalam mengembangkan semua unsur media seperti teks, vidio, animasi, image, grafik dan sound menjadi satu kesatuan penyajian yang terintegrasi.

c) Memiliki kemampuan dalam mengakomodasi peserta didik sesuai dengan modalitas belajarnya, terutama bagi mereka yang memiliki tipe visual, auditif, kinestatik atau yang lainnya.

d) Mampu mengembangkan materi pembelajaran terutama membaca dan mendengarkan secara mudah. Dari beberapa teori tentang media komputer, dapat diambil kesimpulan bahwa media komputer dengan aplikasi powerpoint dapat digunakan dalam pembelajaran yaitu sebagai media dalam menyampaikan informasi kepada peserta didik.

3) Desain Media Powerpoint Menurut Smaldino dalam bukunya Sri Anitah (2009 : 82) mengelompokkan keputusan mendesain dalam beberapa kelompok yang salah satunya yaitu elemen-elemen dimana pemilihan dan pemasangan unsur verbal/visual untuk dimasukkan di dalam tampilan. Perencanaan tampilan visual dimulai dengan mengumpulkan atau membuat gambar- gambar secara individual dan unsur-unsur teks yang diharapkan akan digunakan dalam tampilan. Dalam pemilihan unsur-unsur teks, pemilihan didasarkan pada tujuan media visual yaitu keterbacaan, mambantu pengamat melihat pesan secara cepat,dan memfokuskan perhatian pada hal yang pokok.

Desain penelitian media powerpoint yang ditampilkan yaitu:

a) Elemen Visual Jenis visual yang dipilih sesuai dengan pembelajaran mengenal benda-benda di sekitar yaitu yang memenuhi kategori realistis dengan menggunakan gambar berwarna seperti aslinya sehingga dapat mempertinggi tingkat realistis.

(1) Penggunaan gambar Penggunaan gambar dimaksudkan untuk membuat proses belajar menjadi lebih menarik. Dengan gambar siswa mendapatkan pemahaman yang lebih cepat terhadap tema atau materi yang diajarkan.

Menurut Yudhi Munadi (2008 : 89) gambar merupakan media visual yang penting, sebab gambar dapat menggantikan kata verbal, mengkongkritkan yang abstrak, dan mengatasi pengamatan manusia. Gambar membuat seseorang dapat menangkap ide atau informasi dengan jelas, lebih jelas dari pada yang diungkapkan dengan kata-kata.

Dalam penelitian ini, peneliti menyajikan gambar dalam slide powerpoint. Gambar yang dipilih merupakan gambar yang sesuai dengan materi yang diajarkan kepada siswa yaitu gambar-gambar benda yang ada di sekitar kita.

b) Elemen Verbal (1) Penggunaan warna Menurut Sri Anitah (2009 : 76) warna merupakan unsur tambahan yang terpenting dalam media visual, tetapi b) Elemen Verbal (1) Penggunaan warna Menurut Sri Anitah (2009 : 76) warna merupakan unsur tambahan yang terpenting dalam media visual, tetapi

Warna yang digunakan untuk latar belakang pada penelitian ini adalah warna kuning oranya. Warna ini dipilih karena dianggap memiliki kekuatan emosional yang efektif untuk membangkitkan gairah dan konsentrasi belajar. Sesuai dengan http://digilib.petra.ac.id. jiunkpe /s1/jdkv /2002/ jiunkpe- ns-s1 -2002 -42498005-839-teori warna-chapter4.pdf secara psikologis warna kuning adalah warna kehidupan, semangat, dan juga warna yang sangat atraktif (menarik perhatian) dibanding dengan warna-warna yang lain. Pemilihan warna ini akan membantu kelancaran proses belajar mengajar materi yang disampaikan.

Sedangkan warna yang digunakan dalam tulisan yaitu warna merah. Warna ini dianggap memiliki kekuatan menarik perhatian dan memiliki daya ingat tinggi dibanding warna lain. Dalamhttp://kosmo.vivanews.com/news/read/28105arti_dan_efe k_warna_pada_otak menyabutkan bahwa pelajar mampu mengingat lebih banyak huruf ketika objek tulisan berada pada layar berwarna merah. Warna merah itu ibaratnya bagai susunan batu-bata. Pelajar yang melihat tulisan pada layar merah secara praktis otak mereka akan lebih tersusun. Logikanya, otak mereka akan lebih tersusun layaknya bangunan rumah yang tersusun dari tumpukan batu-bata. Sejak lama kita memahami, merah berarti menghindari bahaya. Warna merah dapat membuat seseorang mengerjakan tugas yang memerlukan tingkat ketelitian tinggi. Merah membantu seseorang dalam mengingat, mengoreksi bacaan, membaca peringatan bahaya.

(2) Komposisi tulisan dan gambar Dalam setiap tampilan ditampilkan secara sederhana yaitu menggunakan 2 elemen. Yang terdiri dari satu macam gambar dengan satu kata sederhana. Komposisi sederhana akan membuat pemahaman lebih mudah dan cepat, serta tidak membuat mata cepat lelah dan tidak jenuh atau membosankan.

(3) Tipografi Penataan tipografi menggunakan ukuran gambar dan huruf yang cukup besar sehingga dapat dengan jelas dan cepat dibaca pada slide dalam waktu yang singkat.

Untuk gambar menggunakan ukuran 15 cm x 13 cm. Sedangkan untuk tulisan yang digunakan yaitu huruf kecil jenis franklin gothik book yang mempunyai keterbacaan huruf jelas dan terbaca oleh anak, dengan ukuran 66 point.

(4) Penggunaan efek suara Dalam powerpoint ini juga menggunakan efek suara untuk memaksimalkan sisa pendengaran yang dimiliki anak. Penggunaan efek suara ini berupa suara lafal nama benda sesuai gambar. Dalam penggunaan efek suara diharapkan dapat membantu meningkatkan sensitifitas siswa terhadap suara.

c) Elemen yang Menambah Daya Tarik Dalam desain penelitian ini, elemen penambah daya tarik yang bertujuan untuk menarik perhatian pengamat yaitu dengan memberikan kejutan sehingga membuat pengamat tidak bosan dengan tampilan yang disajikan. Kejutan diberikan dengan c) Elemen yang Menambah Daya Tarik Dalam desain penelitian ini, elemen penambah daya tarik yang bertujuan untuk menarik perhatian pengamat yaitu dengan memberikan kejutan sehingga membuat pengamat tidak bosan dengan tampilan yang disajikan. Kejutan diberikan dengan

3. Perbendaharaan Kata dan Bahasa Anak Tunarungu Menurut http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. Sedangkan menurut BP3K (1982:7) kata merupakan sekumpulan bunyi yang merupakan kesatuan terkecil yang mengandung makna dan fungsi yang menempati suatu jabatan dalam kalimat sehingga merupakan bentuk terkecil dalam kalimat.

Perbendaharaan kata atau disebut juga dengan kosa kata adalah kekayaan kata yang dimiliki oleh suatu bahasa. Dalam KBBI online juga diungkapkan bahwa perbendaharaan kata merupakan banyaknya kata yang dimiliki seseorang. Sedangkan

dalam http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Istimewa%3APencarian&search=perben daharaan+kata&fulltext=Cari kosakata adalah himpunan kata yang diketahui oleh seseorang, atau merupakan bagian dari suatu bahasa tertentu. Kosakata seseorang didefinisikan sebagai himpunan semua kata-kata yang dimengerti oleh orang tersebut atau semua kata-kata yang kemungkinan akan digunakan oleh orang tersebut untuk menyusun kalimat baru. Jadi, perbendaharaan kata atau kosa kata adalah sekelompok kata-kata yang dimiliki suatu bahasa, yang mengandung pengertian atau informasi tentang makna dan pemakaian.

menurut

wikipedia

Ketunarunguan membawa implikasi terhadap hal-hal yang khas dan kompleks, sehingga mempengaruhi pendidikan dan kehidupannya. Secara nyata nampak dalam aspek bahasanya, aspek intelegansi (kecerdasan), dan aspek sosialnya. Jadi, jelaslah bahwa kerusakan pendengaran mengakibatkan dampak- Ketunarunguan membawa implikasi terhadap hal-hal yang khas dan kompleks, sehingga mempengaruhi pendidikan dan kehidupannya. Secara nyata nampak dalam aspek bahasanya, aspek intelegansi (kecerdasan), dan aspek sosialnya. Jadi, jelaslah bahwa kerusakan pendengaran mengakibatkan dampak-

Menurut Katryn P. Meadow dalam bukunya Edja Sadjaah & Dardjo Sukarja (1995 : 48) bahwa bahasa anak tunarungu tampak sebagai berikut : pertama, keterbatasan bahasa atau kecakapan bahasa anak dibedakan atas perolehan bahasa dari lingkungan keluarganya, yaitu apakah orang tuanya tuli/ mendengar sehingga mempengaruhi penggunaan bahasa untuk berkomunikasi, apakah menggunakan bahasa isyarat atau berbicara. Kedua, kecakapan berbahasa lebih banyak menggunakan bahasa isyarat yang dipelajari melalui kontak dengan teman sebayanya dan akhirnya berkembang melalui bahasa isyarat formal bagi dirinya secara nyata. Kemudian dalam penggunaan bahasa lisan, nampak bahwa anak tunarungu menggunakan kalimat yang pendek-pendek, ia menggunakan kalimat yang lebih sederhana, karena keterbatasan kata yang dimengrtinya, akhirnya anak hanya menggunakan kata yang bisa diingatnya. Ia lupa dalam menyusun kalimat dengan benar, anak sering membuat kalimat tunggal atau kalimat yang tidak menggunakan kata-kata yang banyak. Ketiga , anak tunarungu mengalami kesulitan dalam menyusun bentuk dan struktur kalimat seperti : dalam kalimat berita, kalimat perintah ataupun kalimat tanya. Sulit bagi anak-anak tunarungu dalam membuat kalimat-kalimat itu karena harus menggunakan tanda- tanda baca. Keempat, kemampuan bahasa tulis, apabila dilakukan evaluasi maka kebanyakan dari mereka tidak memiliki perbendaharaan kata yang cukup untuk kepentingan akademis yang lebih tinggi. Sebagai kenyataan, kemampuan akademis anak tunarungu berada di bawah rata-rata kemampuan anak normal.

Selain itu, Edja Sadjaah & Dardjo Sukarja ( 1995 : 48) mengungkapkan pula bahwa anak tunarungu sulit dalam memahami kata-kata yang sifatnya abstrak, anak sukar dalam memahami arti kata diluar indera penglihatannya Selain itu, Edja Sadjaah & Dardjo Sukarja ( 1995 : 48) mengungkapkan pula bahwa anak tunarungu sulit dalam memahami kata-kata yang sifatnya abstrak, anak sukar dalam memahami arti kata diluar indera penglihatannya

Mohammah Efendi (2008 : 77) juga mengungkapkan problem yang dihadapi anak tunarungu dari aspek kebahasaannya, yaitu tampak pada :

1) Miskin kosakata (perbendaharaan kata/bahasa terbatas)

2) Sulit mengungkapkan arti bahasa yang mengandung arti kiasan atau sindiran

3) Kesulitan dalam mengartikan kata-kata abstrak seperti kata Tuhan, pandai, mustahil, dan lain-lain.

4) Kesulitan menguasai irama dan gaya bahasa. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menyatakan “…individuals with hearing loss have more difficulties in story comprehension than their normally hearing peers ”. (Yildiz Uzuner, Güzin Icden, Umit Girgin, Ayse Beral, & Gonul Kırcaali-Iftar: 2005). Dalam penelitian ini dijelaskan

bahwa individu yang kehilangan pendengaran memiliki permasalahan yaitu kesulitan dalam mengerti suatu cerita dibandingkan dengan individu normal karena keterbatasan perbendaharaan kata yang dimilikinya. Mereka memerlukan lebih banyak pengalaman untuk menguasai suatu kosakata (tata bahasa).

Gangguan bicara pada anak tunarungu tampak pada kemampuan bahasa, sehingga pada keterampilan bicaranya perlu menekankan pada hal-hal yang

disampaikan dalam http://primabhaktimulia.wordpress.com/2009/08/27/pengembangan- kemampuan-bicara-2/ , dalam keterampilan bicara (melafalkan kata), beberapa

khusus

seperti

yang yang