2.67 Pemberian Tepung Pupa Ulat Sutera dan Tepung Bawang Putih terhadap Profil Darah dan Persentase Organ Dalam Ayam Broiler.

10 yang cepat pada ayam broiler yang sedang tumbuh membutuhkan lebih banyak oksigen untuk reaksi metabolisme nutrien di dalam tubuh. Bawang putih mengandung gurwitchrays yang merangsang pertumbuhan sel tubuh dan mempunyai daya peremajaan pada semua fungsi tubuh Santoso 1988, termasuk sel darah sehingga pembentukan sel darah merah berlangsung lebih cepat dan jumlah hemoglobin juga meningkat. Hematokrit Nilai hematokrit ayam broiler hasil penelitian Tabel 3 berkisar antara 22.79- 25.66 berada pada kisaran normal menurut Swenson 1984 yakni sebesar 22- 35. Hematokrit atau packed cell volume PCV merupakan ukuran viskositas darah yang dinyatakan sebagai persentase sel darah merah dalam 100 ml darah. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai hematokrit diantaranya umur, aktivitas individu, nutrien, ketinggian tempat, dan suhu lingkungan Guyton dan Hall 2010. Konsumsi bawang putih menyebabkan timbulnya rasa haus sehingga ternak cenderung meningkatkan konsumsi air minum dan menyebabkan kandungan air dalam tubuh meningkat. Hal tersebut seharusnya dapat menyebabkan terjadinya penurunan nilai hematokrit, namun senyawa gurwitchrays dalam bawang putih yang memiliki fungsi merangsang pertumbuhan sel tubuh Santoso 1988 mampu mempertahankan kadar hematokrit darah karena laju sintesis sel darah merah dapat ditingkatkan dan viskositas darah tetap dalam kondisi normal. Jumlah Eritrosit Jumlah eritrosit ayam broiler hasil penelitian Tabel 3 berkisar antara 2.62- 3.15 10 6 butir mm -3 berada pada kisaran normal menurut Swenson 1984 yakni sebesar 2.5-3.5 10 6 butir mm -3 . Eritrosit berfungsi sebagai pengangkut hemoglobin yang selanjutnya membawa oksigen O 2 dari paru-paru ke jaringan, nutrien yang disiapkan saluran pencernaan, sisa-sisa hasil metabolisme yang diseksresikan ke ginjal, serta kelancaran sirkulasi darah. Guyton dan Hall 2010 menyatakan bahwa jumlah eritrosit dipengaruhi oleh umur, aktivitas individu, nutrien, ketinggian tempat, dan suhu lingkungan. Kandungan senyawa gurwitchrays pada bawang putih selain mempengaruhi nilai hemoglobin dan hematokrit, juga mempengaruhi jumlah eritrosit karena menurut Sturkie dan Griminger 1976 jumlah eritrosit pada hewan normal berbanding lurus dengan nilai hemoglobin dan hematokrit. Mathew et al. 1993 melalui kajian in vitro menemukan bahwa asam amino glutamin dan glisin berperan positif dalam menjaga kadar ATP dalam sel darah merah ayam broiler. Tepung pupa ulat sutera memiliki kandungan asam amino glutamin sebesar 11.1 dan glisin sebesar 4.2 Tomotake et al. 2010, sehingga kedua asam amino tersebut mampu meningkatkan fungsi sel darah merah. Jumlah Leukosit Jumlah leukosit ayam broiler hasil penelitian Tabel 3 berkisar antara 5.03- 7.07 10 3 butir mm -3 , lebih rendah dibandingkan standar Swenson 1984 yakni berkisar antara 20-30 10 3 butir mm -3 . Sel darah putih atau leukosit merupakan sistem kekebalan tubuh yang aktif bila terjadi gangguan non spesifik seperti infeksi bakteri dan virus. Sel-sel darah putih di dalam aliran darah kebanyakan bersifat non-fungsional dan hanya diangkut ke jaringan ketika dan dimana dibutuhkan saja 11 Frandson 1992. Wang et al. 2011 menyatakan bahwa bawang putih memiliki kandungan senyawa allisin yang bersifat antibakteri yang dapat membunuh bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif, sehingga diduga dapat membantu meningkatkan kekebalan tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh tidak banyak memproduksi sel darah putih untuk melawan infeksi bakteri. Limfosit Persentase limfosit ayam broiler hasil penelitian Tabel 3 berkisar antara 45.67-69.00 berada pada kisaran normal menurut Smith dan Mangkoewidjojo 1988 yakni sebesar 24-84. Limfosit memiliki fungsi utama merespon adanya antigen benda-benda asing dengan membentuk antibodi yang bersikulasi di dalam darah atau dalam pengembangan imunitas seluler. Persentase limfosit berada pada kisaran normal diduga karena bawang putih memiliki kandungan senyawa gurwitchrays yang mampu memicu proliferasi sel limfosit dan allisin yang dapat berfungsi sebagai agen fagositosis Wang et al. 2011, sehingga limfosit tidak banyak berkurang untuk aktivitas melawan agen penyakit Ao et al. 2011. Heterofil Persentase heterofil ayam broiler pada penelitian Tabel 3 berkisar antara 22.67-43.00 berada dalam kisaran normal menurut Smith dan Mangkoewidjojo 1988 yakni sebesar 9-56. Heterofil berperan sebagai penghancur benda asing melalui fagositosis. Fagositosis merupakan proses pemakanan oleh sel yang mencakup kemotaksis, pelekatan, penelanan, dan pencernaan partikel Playfair dan Chain 2009. Kandungan senyawa allisin pada bawang putih yang berfungsi sebagai agen fagositosis Wang et al. 2011 menyebabkan jumlah heterofil masih berada dalam kisaran normal dan tidak banyak berkurang untuk aktifitas fagositosis. Monosit Persentase monosit ayam broiler hasil penelitian Tabel 3 berkisar antara 5.17-7.00. Nilai tersebut berada dalam kisaran normal menurut Swenson 1984 yakni sebesar 0-10, maupun Smith dan Mangkoewidjojo 1988 yakni sebesar 0- 30. Subowo 2009 menyatakan bahwa monosit berfungsi sebagai fagositosis sel makrofag, berperan menyampaikan antigen kepada limfosit untuk bekerja sama dalam sistem imun, serta merupakan pertahanan pertama apabila terdapat stress lingkungan dan vektor penyakit. Bawang putih diketahui mengandung senyawa allyl sulfida dalam bentuk diallyl disulfide DADS, diallyl sulfide DAS, diallyl trisulfida DATS yang menunjukkan efek antioksidan Santosha et al. 2013. Antioksidan digunakan untuk menetralisir senyawa radikal bebas yang dihasilkan dari aktivitas metabolisme, sehingga monosit tidak banyak berkurang dan tetap berada pada kisaran nilai normal. Eosinofil Hasil penelitian Tabel 3 menunjukkan bahwa kisaran nilai persentase eosinofil ayam broiler sebesar 1.50-5.83. Nilai tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan kisaran normal menurut Swenson 1984 yakni sebesar 3-8, namun berada pada kisaran nilai persentase eosinofil normal menurut Smith dan Mangkoewidjojo 1988 yakni sebesar 0-7. Eosinofil memiliki kaitan erat dengan peristiwa alergi karena sel-sel ini ditemukan dalam jaringan yang mengalami reaksi