Penggunaan Tepung Pupa Sebagai Pengganti Tepung Ikan Dan Tepung Bawang Putih Sebagai Feed Suplemen Terhadap Performa Ayam Broiler

PENGGUNAAN TEPUNG PUPA SEBAGAI PENGGANTI TEPUNG
IKAN DAN TEPUNG BAWANG PUTIH SEBAGAI FEED
SUPLEMEN TERHADAP PERFORMA AYAM BROILER

ROHMAH IRRYANTI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penggunaan Tepung
Pupa sebagai Pengganti Tepung Ikan dan Tepung Bawang Putih sebagai Feed
Suplemen terhadap Performa Ayam Broiler adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Rohmah Irryanti
NIM D24110069

ABSTRAK
ROHMAH IRRYANTI. Penggunaan Tepung Pupa sebagai Pengganti Tepung
Ikan dan Tepung Bawang Putih sebagai Feed Suplemen terhadap Performa Ayam
Broiler. Dibimbing oleh DEWI APRI ASTUTI dan SUMIATI.
Tingginya harga tepung ikan dengan kandungan protein 60%
menyebabkan peningkatan harga ransum ayam. Tepung bawang putih digunakan
sebagai anti bakteri dalam ransum broiler. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengevaluasi performa ayam broiler yang diberi kombinasi penggunaan tepung
pupa dan tepung bawang putih. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) faktorial, 3x2 perlakuan dengan 2 faktor yaitu tepung pupa
(faktor A) dan tepung bawang putih (faktor B) serta masing-masing 3 ulangan.
Materi penelitian yang digunakan adalah 180 ekor ayam broiler strain Ross.
Perlakuan meliputi A1B1 = ransum tanpa tepung pupa dan tepung bawang putih;
A1B2 = ransum tanpa tepung pupa dengan 2.5% tepung bawang putih; A2B1 =

ransum mengandung tepung pupa menggantikan 25% tepung ikan tanpa tepung
bawang putih; A2B2 = ransum mengandung tepung pupa menggantikan 25%
tepung ikan dengan 2.5% tepung bawang putih; A3B1 = ransum mengandung
tepung pupa menggantikan 50% tepung ikan tanpa tepung bawang putih; dan
A3B2 = ransum mengandung tepung pupa menggantikan 50% tepung ikan dengan
2.5% tepung bawang putih. Parameter dalam penelitian ini adalah konsumsi
pakan, konsumsi protein, feed convertion ratio (FCR), bobot badan akhir,
mortalitas, efficiency protein ratio, dan Income Over Feed and Chick Cost
(IOFCC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tepung pupa sampai
dengan 50% menggantikan tepung ikan dan penambahan tepung bawang putih
2.5%, dapat digunakan dalam ransum broiler tanpa mempengaruhi penurunan
bobot badan dan peningkatan konversi pakan. Keuntungan yang paling tinggi
terdapat pada perlakuan penggunaan tepung pupa 25% menggantikan tepung ikan
tanpa penambahan tepung bawang putih.
Kata kunci: IOFCC, performa ayam, tepung pupa, tepung bawang putih
ABSTRACT
ROHMAH IRRYANTI. Utilization Pupae meal as Substitution Fishmeal and
Garlic Powder as feed suplement on Broiler Performance. Supervised by DEWI
APRI ASTUTI and SUMIATI.
The high price of fish meal with a protein content of 60% caused increase

price of ration. Garlic powder is used as antimicrobes in diet broiler. The aim of
this research was to evaluate performance of broiler affected by combination of
silkworm pupae meal and garlic powder. A Completely Randomized Design
(CDR) with factorial 3x2 treatments in two factors, that are pupa meal (factor A)
and garlic powder (factor B), with 3 replication for each treatment. This study
used 180 chicks of Ross Broiler. The treatment were A1B1 = diet without pupa
meal and garlic powder; A1B2 = diet without pupae meal with 2.5% garlic
powder; A2B1 = diet contained pupae meal replace 25% fish meal without garlic

powder; A2B2 = diet contained pupae meal replace 25% fish meal combine with
2.5% garlic powder; A3B1 = diet contained pupae meal replace 50% fish meal
without garlic powder; and A3B2 = diet contained pupae meal replace 50% fish
meal combine with 2.5% garlic powder. Parameters in this research were feed
consumption, protein consumption, feed convertion ratio (FCR), body weight,
mortality, efficiency protein ratio, Income Over Feed and Chick Cost (IOFCC).
The results showed that pupae meal in broiler diet until 50% substitute of fish
meal with garlic powder 2.5%, can be used in broiler feed without any changed to
body weight and increase Feed Convertion. The best profit on used 25% pupae
meal substitue of fish meal without garlic powder.
Keywords: IOFCC, broiler perform, pupae meal, garlic powder


PENGGUNAAN TEPUNG PUPA SEBAGAI PENGGANTI TEPUNG
IKAN DAN TEPUNG BAWANG PUTIH SEBAGAI FEED
SUPLEMEN TERHADAP PERFORMA AYAM BROILER

ROHMAH IRRYANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Penggunaan Tepung Pupa sebagai Pengganti Tepung Ikan dan

Tepung Bawang Putih sebagai Feed Suplemen terhadap Performa
Ayam Broiler
Nama
: Rohmah Irryanti
NIM
: D24110069

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Dewi Apri Astuti, MS
Pembimbing I

Prof Dr Ir Sumiati, MSc
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, M Si
Ketua Departemen


Tanggal Lulus: (

)

PRAKATA
Bismillahirohmanirohim. Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT atas segala berkat dan limpahan kasih juga karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Penggunaan Tepung
Pupa sebagai Pengganti Tepung Ikan dan Tepung Bawang Putih sebagai Feed
Suplemen terhadap Performa Ayam Broiler” yang dilaksanakan bulan Desember
2014 hingga Januari 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi performa ayam broiler dari
pengaruh kombinasi penggunaan tepung pupa sebagai pengganti tepung ikan dan
tepung bawang putih. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk lulus dan
mendapatkan gelar Sarjana Peternakan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa
penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi setiap pembaca.


Bogor, Agustus 2015

Rohmah Irryanti

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Bahan
Ternak
Kandang dan Peralatan
Ransum
Prosedur Penelitian
Persiapan Kandang
Pemeliharaan
Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Peubah yang Diamati
HASIL DAN PEMBAHASAN
Suhu dan Kelembaban Kandang Penelitian
Pengaruh Perlakuan terhadap Performa Ayam Broiler
Efisiensi Penggunaan Protein
Income Over Feed and Chick Cost (IOFCC)
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
UCAPAN TERIMA KASIH

xi
xi
xii
1
3
3

3
3
3
3
5
5
6
6
7
7
7
8
16
17
18
18
18
19
22
30

30

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Komposisi dan kandungan nutrien ransum penelitian ayam
broiler starter (umur 1-18 hari)
Komposisi dan kandungan nutrien ransum penelitian ayam
broiler finisher (umur 19-30 hari)
Pembagian waktu pemberian pakan

Rataan suhu dan kelembaban setiap minggu pemeliharaan
Konsumsi pakan ayam broiler selama perlakuan (g ekor-1)
Konsumsi protein ayam broiler selama perlakuan (g ekor-1)
Pertambahan bobot badan ayam broiler selama perlakuan (g ekor-1)
Bobot badan akhir ayam broiler (g ekor-1)
Konversi pakan ayam broiler selama perlakuan
Rasio efisiensi protein selama perlakuan
IOFCC selama perlakuan (30 hari)

4
5
6
8
9
10
12
13
15
16
18

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

Hasil analisis ragam konsumsi pakan pada periode starter
Uji lanjut Duncan konsumsi pakan pada periode starter
Hasil analisis ragam konsumsi protein pada periode starter
Uji lanjut Duncan konsumsi protein pada periode starter
Hasil analisis ragam pertambahan bobot badan pada periode starter
Uji lanjut Duncan pertambahan bobot badan pada periode starter
Hasil analisis ragam bobot badan 18 hari
Uji lanjut Duncan bobot badan 18 hari
Hasil analisis ragam konversi pakan pada periode starter
Hasil analisis ragam rasio efisiensi protein pada periode starter
Hasil analisis ragam konsumsi pakan pada periode finisher
Uji lanjut Duncan konsumsi pakan pada periode finisher
Hasil analisis ragam konsumsi protein pada periode finisher
Uji lanjut Duncan konsumsi protein pada periode finisher
Hasil analisis ragam pertambahan bobot badan pada periode finisher
Hasil analisis ragam bobot badan 30 hari
Uji lanjut Duncan bobot badan 30 hari
Hasil analisis ragam konversi pakan pada periode finisher
Hasil analisis ragam rasio efisiensi protein pada periode finisher
Uji lanjut Duncan rasio efisiensi protein pada periode finisher
Hasil analisis ragam konsumsi pakan selama pemeliharaan
Hasil analisis ragam konsumsi protein selama pemeliharaan
Hasil analisis ragam pertambahan bobot badan selama pemeliharaan
Uji lanjut Duncan pertambahan bobot badan selama pemeliharaan
Hasil analisis ragam bobot badan akhir pemeliharaan
Hasil analisis ragam rasio efisiensi protein selama pemeliharaan

23
23
23
23
24
24
24
24
25
25
25
25
26
26
26
26
27
27
27
27
28
28
28
28
29
29

PENDAHULUAN
Pengetahuan yang semakin meningkat pesat juga adanya peningkatan taraf
hidup masyarakat yang semakin maju menyebabkan perubahan dalam pola hidup
mengkonsumsi protein khususnya protein hewani. Sumber protein hewani dapat
bersumber dari daging, susu dan telur. Protein hewani tersebut didapatkan dari
usaha peternakan yang dewasa ini mulai terangkat. Usaha peternakan ayam broiler
dapat dijadikan upaya untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat.
Hal tersebut sangat beralasan karena ayam broiler dapat menghasilkan produk
daging dalam waktu yang relatif singkat sehingga dianggap ternak yang paling
cepat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Populasi ayam broiler di
Indonesia semakin meningkat, tahun 2012 sebanyak 1.244.401,9 ribu ekor dan
tahun 2013 menjadi 1.355.288,5 ribu ekor dengan kebutuhan konsumen akan
daging ayam yang meningkat juga hingga sebanyak 1.400.468 ton di tahun 2012
dan 1.479.812 ton di tahun 2013 (BPS 2014). Tingkat konsumsi ayam broiler di
Indonesia pada tahun 2010 mencapai angka 8 kg/ kapita/ tahun, tahun 2011
mencapai 9 kg/ kapita/ tahun dan tahun 2012 meningkat menjadi 10 kg/ kapita/
tahun (Ditjen Peternakan Kementan 2012). Beberapa perusahaan besar yang
berpartisipasi dalam peningkatan populasi dan konsumsi ayam adalah PT Charoen
Pokphand Tbk, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk dan PT Cipendawa
Agroindustri/ PT Sierad Product Tbk.
Pakan bagi usaha peternakan memegang peranan yang penting dalam
menentukan keberhasilan usaha peternakan, disamping bibit dan manajemen.
Jumlah biaya pakan sangatlah diperhatikan karena porsi paling banyak dari
keseluruhan biaya usaha peternakan ayam yaitu sekitar sebesar 70% dari total
produksi (Muladno et al. 2008). Penekanan biaya produksi dapat dilakukan
dengan beberapa upaya yang salah satunya dengan penggunaan bahan
inkonvensional, tanpa mengurangi kualitas pakan, kualitas produk yang dihasilkan
dan mengurangi daya saing dari perusahaan atau peternak lain. Upaya penyediaan
pakan yang cukup murah dengan memanfaatkan limbah industri yang masih
memungkinkan untuk diberikan kepada ternak.
Salah satu bahan pakan sumber protein ransum ayam broiler adalah tepung
ikan. Amrullah (2003) menjelaskan bahwa pemakaian tepung ikan dalam ransum
ayam ras dibatasi di bawah 10%. Penggunaan tepung ikan dalam ransum broiler
maksimal sebesar 8% (Leeson dan Summer 2005). Usaha produksi tepung ikan di
Indonesia yang potensial adalah di kawasan Timur Indonesia, sehingga untuk
memenuhi kebutuhan tepung ikan untuk usaha budidaya yang banyak di kawasan
barat Indonesia mengalami peningkatan biaya. Kelemahan dari tepung ikan
sendiri adalah harga tinggi, kontinuitas impor serta ketersediaan bagi kepentingan
akuakultur (Lovell 1989). Kepala Badan Litbang KP Achmad Poenomo (2013)
menyatakan impor tepung ikan di Indonesia mencapai 75.000 – 80.000 ton dari
100.000 – 120.000 ton per tahun kebutuhan tepung ikan. Hal tersebut merupakan
upaya penyediaan pakan yang murah dengan pemanfaatan limbah yang masih
memungkinkan diberikan ke ternak. Alternatif yang mungkin menjadi pengganti
tepung ikan dan berasal dari bahan inkonvensial yang sejenis dapat berupa tepung
pupa ulat sutera. Pupa ulat sutera (Bombyx mori) merupakan hasil samping (by-

2
product) industri pemintalan benang sutera berupa pupa yang mengandung protein
tinggi (55.6%) dengan asam amino yang seimbang (Tomotake et al. 2010).
Pupa memiliki berat 52,8% dari berat kokon kering 1,5-1,8 gram
(Miyatani 2008). Pupa ulat sutera hasil rebusan limbah pemintalan benang dengan
kandungan protein dan lemak yang tinggi, berpotensi sebagai bahan pakan
alternatif sumber protein sebagai pengganti tepung ikan yang sebagian besar
masih impor. Kementrian Kehutanan memiliki data limbah pupa ulat sutera
sebesar 300.000 kg per tahun di Indonesia. Industri pembuatan sutera atau benang
sutera menghasilkan limbah pemintalan berupa pupa ulat sutera yang tinggi
protein. Ravindran dan Blair (1993) menyatakan tepung pupa ulat sutera
mengandung protein kasar 48% dan 27% lemak kasar dengan kadar asam lemak
tak jenuh yang tinggi.
Kegiatan persuteraan alam di Indonesia sudah ada sejak abad ke-10 dan
mulai masuk Sulawesi Utara tahun 1932, kemudian mulai intensif di Sulawesi
Selatan pada tahun 1960. Sekarang budi daya sutera sudah dikembangkan di luar
Sulawesi, yaitu di Jawa Barat, Tengah, dan Timur, Sumatera Barat, Jogya, dan
Bali (Kaomani 2006). Produk benang sutera pada tahun 2005 sebesar 69.45 ton
(Badan Planologi Kehutanan 2008) dan Pemerintah mentargetkan mencapai 400
ton per tahun, yang berarti memerlukan kokon sebanyak ± 2667 ton per tahun.
Dalam mengatasi permasalahan produktivitas ayam, antimikroba dan
antioksidan dimasukkan ke dalam ransum untuk meningkatkan penyerapan nutrisi
dengan suplementasi bawang putih dan upaya dalam mengatasi tinginya
kandungan lemak dalam tepung pupa dengan senyawa aktif skordinin dari bawang
putih yang bersifat antioksidan (Nurjanah 2007). Bawang putih merupakan
tanaman obat yang memiliki kandungan minyak atsiri dan bersifat antibakteri
(Hadi 1996). Bawang putih memiliki senyawa antitoksin; anti racun atau
pembersih darah dari racun-racun bakteri ataupun polusi logam-logam berat.
Suharti (2004) menyatakan bahwa penambahan bawang putih 2.5% mampu
meningkatkan performa, penambahan bawang putih diduga mampu
memperlambat gerak peristaltik pada usus dan dapat mengurangi diare, dengan
demikian, walaupun ransum yang dikonsumsi sedikit, tetapi penyerapannya
meningkat maka akan menghasilkan bobot badan yang tinggi yang meningkatkan
efisiensi ransum.
Peningkatan harga bahan pakan yang semakin menyulitkan peternak
dalam pemeliharaan dan kematian ayam yang rentan terjadi pada suatu
peternakan, memicu adanya penelitian untuk mengkombinasikan bahan pakan dari
bahan inkonvensional. Peluang dari produksi pupa ulat sutera dapat dijadikan
substitusi tepung ikan pada pakan ayam broiler. Selain itu dikombinasikan dengan
penggunaan bawang putih untuk meningkatkan efisiensi penyerapan nutrien
dalam tubuh ternak. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mengevaluasi
pengaruh pemberian tepung pupa sebagai sumber protein pengganti tepung ikan
dan bawang putih sebagai feed suplemen terhadap performa ayam broiler dan nilai
IOFCC (Income Over Feed and Chick Cost).

3

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kandang Nutrisi Unggas Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor. Pengambilan data dilakukan selama 30 hari, analisis
proksimat ransum atau bahan pakan dilakukan di Laboratorium Ilmu dan
Teknologi Pangan, Laboratorium Pengetahuan Bahan Makanan ternak dan
Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan, Fakultas Peternakan, IPB.

Bahan
Ternak
Penelitian ini menggunakan anak ayam broiler umur satu hari (DOC)
strain Ross sebanyak 180 ekor yang dipelihara selama 30 hari menggunakan
kandang sistem litter.
Kandang dan Peralatan
Kandang yang digunakan adalah kandang sistem litter (sekam padi) yang
dilengkapi dengan tempat pakan, tempat air minum, thermohygrometer,
timbangan untuk penimbangan ayam dan pakan, bohlam 100 watt sampai ayam
berumur 14 hari. Kandang terdiri atas 18 petak yang setiap petak diisi 10 ekor
ayam. Satu tempat pakan dan satu tempat air minum diletakkan pada setiap petak
kandang.
Ransum
Ransum diberikan dalam bentuk crumble. Bahan pakan penyusun pakan
yang digunakan adalah jagung kuning, dedak halus, pollard, bungkil kedelai,
CGM, tepung ikan, tepung bawang putih, CPO, NaCl, CaCO3, premix, L-Lysine
dan DL-Methionin. Ransum disusun berdasarkan rekomendasi Leeson dan
Summers (2005). Protein tepung pupa dalam ransum sebanyak 0%, 25%, dan 50%
dari jumlah tepung ikan. Tepung bawang putih sebagai antioksidan yang
digunakan sebanyak 2.5% dalam ransum (Suharti 2004). Ransum dianalisis
kandungan zat makanannya. Susunan dan kandungan nutrien ransum yang
digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 2 (ransum penelitian periode
starter) dan Tabel 3 (ransum penelitian periode finisher).
Kombinasi perlakuan yang diberikan:
A1B1
:Ransum tanpa tepung pupa dan tepung bawang putih (kontrol)
A1B2
:Ransum tanpa tepung pupa dengan 2.5% tepung bawang putih
A2B1
:Ransum mengandung tepung pupa menggantikan 25% tepung ikan tanpa
tepung bawang putih
A2B2
:Ransum mengandung tepung pupa menggantikan 25% tepung ikan
dengan 2.5% tepung bawang putih
A3B1
:Ransum mengandung tepung pupa menggantikan 50% tepung ikan tanpa
tepung bawang putih

4
A3B2

:Ransum mengandung tepung pupa menggantikan 50% tepung ikan
dengan 2.5% tepung bawang putih

Tabel 1

Komposisi dan kandungan nutrien ransum penelitian ayam broiler
periode starter (umur 1-18 hari)
Perlakuan
Bahan Pakan*
A1B1 A1B2
A2B1
A2B2
A3B1
A3B2
(%)
Jagung
51.52
53.60
51.52
53.40
51.91
51.11
Dedak Padi
5.50
1.21
5.10
2.00
2.28
2.70
Pollard
3.84
2.95
3.80
2.00
5.85
1.50
CGM
5.56
5.00
5.54
5.50
4.95
6.80
Bungkil kedelai
22.00
22.80
22.00
22.30
22.62
23.00
Tepung Ikan
5.34
5.34
4.00
4.00
2.67
2.67
Tp. Pupa Ulat Sutera
0.00
0.00
1.34
1.34
2.67
2.67
Tp. Bawang Putih
0.00
2.50
0.00
2.50
0.00
2.50
CPO
3.73
4.00
3.82
4.00
4.00
4.00
DCP
0.08
0.23
0.38
0.53
0.70
0.79
CaCO3
1.38
1.28
1.40
1.30
1.40
1.34
NaCl
0.29
0.31
0.35
0.37
0.27
0.29
Premix
0.50
0.50
0.50
0.50
0.50
0.50
L-Lysine
0.11
0.12
0.11
0.11
0.06
0.05
DL-Methionine
0.15
0.16
0.14
0.15
0.12
0.08
Total
100
100
100
100
100
100
Kandungan nutrien ** (As feed):
Bahan Kering (%)
92.87
83.94
86.52
82.40
84.89
85.98
Abu (%)
10.48
6.56
10.83
8.04
9.32
7.91
Protein Kasar (%)
21.42
22.08
22.25
21.98
21.63
22.99
Lemak Kasar (%)
2.11
1.16
2.01
2.38
2.68
3.85
Serat Kasar (%)
2.05
2.96
3.39
3.17
2.39
5.62
EM (kkal kg-1)*
3050
3050
3050
3052
3050
3050
A1B1= Ransum tanpa tepung pupa dan tepung bawang putih (kontrol), A1B2= Ransum tanpa
tepung pupa dengan 2.5% tepung bawang putih, A2B1= Ransum mengandung tepung pupa
menggantikan 25% tepung ikan tanpa tepung bawang putih, A2B2= Ransum mengandung tepung
pupa menggantikan 25% tepung ikan dengan 2.5% tepung bawang putih, A3B1= Ransum
mengandung tepung pupa menggantikan 50% tepung ikan tanpa tepung bawang putih, A3B2=
Ransum mengandung tepung pupa menggantikan 50% tepung ikan dengan 2.5% tepung bawang
putih *Hasil perhitungan, **Hasil analisis di Laboratotium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas
Peternakan, IPB (2015)

5
Tabel 2

Komposisi dan kandungan nutrien ransum penelitian ayam broiler
periode finisher (umur 19-30 hari)
Perlakuan
Bahan Pakan*
A1B1 A1B2
A2B1
A2B2
A3B1
A3B2
(%)
Jagung
55.50
55.20
56.10
58.68
55.81
55.90
Dedak Padi
2.63
3.20
5.78
1.50
4.20
3.04
Pollard
6.77
4.87
2.55
1.65
4.80
3.10
CGM
3.00
4.74
0.90
1.00
2.90
3.62
Bungkil kedelai
17.65
15.15
20.50
20.50
17.50
16.59
Tepung Ikan
8.00
8.00
6.00
6.00
4.00
4.00
Tp. Pupa Ulat Sutera
0.00
0.00
2.00
2.00
4.00
4.00
Tp. Bawang Putih
0.00
2.50
0.00
2.50
0.00
2.50
CPO
4.20
4.40
4.00
4.00
4.10
4.50
DCP
0.03
0.01
0.03
0.03
0.30
0.40
CaCO3
1.20
0.91
1.20
1.20
1.35
1.35
NaCl
0.34
0.34
0.30
0.30
0.38
0.38
Premix
0.50
0.50
0.50
0.50
0.50
0.50
L-Lysine
0.04
0.04
0.04
0.04
0.05
0.02
DL-Methionine
0.14
0.14
0.10
0.10
0.11
0.10
Total
100
100
100
100
100
100
Kandungan nutrien** (As feed):
Bahan Kering (%)
87.18
87.70
87.20
87.28
89.24
86.91
Abu (%)
11.65
10.51
8.31
6.57
6.11
6.74
Protein Kasar (%)
18.84
19.89
19.46
19.99
20.18
20.48
Lemak Kasar (%)
3.09
4.35
4.05
2.75
2.82
2.26
Serat Kasar (%)
2.64
2.19
3.52
2.59
2.48
2.35
EM (kkal kg-1)*
3107
3103
3100
3102
3106
3104
A1B1= Ransum tanpa tepung pupa dan tepung bawang putih (kontrol), A1B2= Ransum tanpa
tepung pupa dengan 2.5% tepung bawang putih, A2B1= Ransum mengandung tepung pupa
menggantikan 25% tepung ikan tanpa tepung bawang putih, A2B2= Ransum mengandung tepung
pupa menggantikan 25% tepung ikan dengan 2.5% tepung bawang putih, A3B1= Ransum
mengandung tepung pupa menggantikan 50% tepung ikan tanpa tepung bawang putih, A3B2=
Ransum mengandung tepung pupa menggantikan 50% tepung ikan dengan 2.5% tepung bawang
putih *Hasil perhitungan, **Hasil analisis di Laboratotium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas
Peternakan, IPB (2015)

Prosedur Penelitian
Persiapan Kandang
Satu minggu sebelum kandang digunakan, kandang dibersihkan, dikapur
dan secara merata disemprotkan dengan desinfektan, setelah itu kandang dialasi
dengan sekam padi. Sekeliling kandang dilapisi dengan terpal sebagai pelindung
untuk mengurangi pengaruh udara luar. Peralatan tempat pakan dan air minum
yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu (sterilisasi), kemudian disiapkan
dalam kandang. Bohlam 100 watt dipasang ditengah pada setiap sekat kandang.

6
Pemeliharaan
Anak ayam yang baru datang diberi larutan gula 1% melalui air minum,
yang bertujuan menyediakan energi langsung yang dapat diserap oleh saluran
pencernaan ayam. Setelah satu sampai dua jam, ransum disiapkan dan diletakkan
dekat dengan pemanas. Bohlam 100 watt sebagai pemanas dinyalakan setiap hari
selama 24 jam sampai ayam berumur 14 hari atau disesuaikan dengan kondisi
lingkungan. Setelah itu, hanya beberapa bohlam yang dinyalakan sebagai
penerang. Pakan dan air minum diberikan ad libitum. Suhu dan kelembaban
ruangan dicatat pada pukul 6.00 pagi, 13.00 siang dan 19.00 malam hari selama
pemeliharaan. Sisa pakan ditimbang setiap 7 hari sekali. Kebersihan kandang,
tempat pakan dan air minum dilakukan setiap hari. Pembagian waktu pemberian
pakan disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Pembagian waktu pemberian pakan
Umur
(hari)
1-3
4-6
7-10
11-14
>14

Frekuensi
Pemberian (kali)
9
8
7
5
3

Waktu Pemberian (Jam)
6
6
7
7
7

8
8
10
10
13

10
10
13
13
19

12
12
15
16
-

14
14
17
19
-

16
16
19
-

19
19
21
-

21
21
-

23
-

sumber : Medion (2010)

Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap menggunakan 2 faktor (RAL Faktorial 3x2). Faktor A
adalah penggunaan tepung pupa menggantikan tepung ikan dengan 3 level dosis
dan faktor B adalah penambahan tepung bawang putih dengan 2 level dosis.
Setiap perlakuan terdiri atas 3 ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 10 ekor
ayam. Model matematik yang digunakan adalah sebagai berikut :

Keterangan
Yijk

Ai
Bj
ABij
εijk

Yijk = µ + Ai + Bj + ABij + εijk
:
: Nilai pengamatan pada faktor A taraf ke-i (tepung pupa ulat
sutera; i = 1, 2, 3), faktor B taraf ke-j (tepung bawang putih; j =
1, 2), dan ulangan ke-k (ulangan; k = 1, 2, 3)
: Rataan umum
: Pengaruh utama faktor A (tepung pupa ulat sutera; i = 1, 2)
: Pegaruh utama faktor B (tepung bawang putih; j = 1, 2)
: Komponen interaksi dari faktor A dan faktor B
: Pengaruh acak yang menyebar normal (0, 2)

Data yang diperoleh di analisis dengan sidik ragam dan jika berbeda nyata
(P